Fernando Siburian - Tugas Akhir Semester Konseling Praktek
Fernando Siburian - Tugas Akhir Semester Konseling Praktek
FERNANDO SIBURIAN
712018111@student.uksw.edu
PENDAHULUAN
kepada sepasang kekasih yang hendak menikah dalam membentuk suatu keluarga
perkawinan atau pernikahan ini biasanya telah direncanakan dari jauh-jauh hari.
Perkawinan biasanya dilakukan oleh dua orang yang berbeda; berbeda jenis
dan seterusnya. Pada kenyataannya, perkawinan ada juga yang dilakukan oleh
orang- orang yang berbeda agama. Sebenarnya perbedaan itu bisa memperkaya,
tetapi bisa juga menimbulkan persoalan baru. Perkawinan beda agama bisa
mendatangkan persoalan kalau suami dan isteri yang menikah beda agama itu
berpegang pada agama mereka secara fanatik, tertutup, kaku, dan tidak bisa
toleran satu terhadap yang lain. Oleh karena itu, tujuan penelitian dalam artikel ini
karena masih ada pro dan kontra terkait beda agama pernikahan. Layanan
memutuskan untuk menikah dan untuk pasangan yang sudah menikah. Hal ini
karena pasangan yang menikah dari beda agama pasti ada masalah, baik itu
keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan
Rumusan masalah
beda agama?
Tujuan penelitian
agama dilihat dari perspektif Kristen dan teori Bowen dalam konseling
keluarga.
2. Untuk membahas pandangan Bowen tentang pernikahan beda agama akan
HASIL PENELITIAN
terhadap dua konseli yang melakukan pernikahan beda agama dengan pihak laki-
laki beragama Islam dan pihak perempuan beragama Kristen. Kedua pihak sudah
mengikat janji selama satu tahun dalam kepercayaan Islam dengan pihak
antara laki- laki ke rumah orangtua perempuan dan perempuan ke rumah laki-laki
sehingga pengakuan yang didapat telah adanya restu dari kedua orangtua
terjadi antara keluarga. Dampak dari pernikahan beda agama yang membuat
tersebut dengan keluarga pihak perempuan, hal yang panatik adalah tidak
dan jujur memelihara perasaan akibat dampak dari pernikahan beda agama
tersebut.
keluar dengan sendirinya khususnya pada proses konseling dalam keluarga untuk
dengan pendekatan psikologi sosial sebagai kajian terapi secara naratif dan
berdasarkan praktik dan prinsip struktur pembentuk keluarga serta kelekatan yang
terbangun dalam keluarga yang diadopsi dari psikoanalisis. Terdapat lima model
konseling perkawinan yang menekankan pada relasi keluarga yaitu terapi keluarga
1
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/download/Hasyim%20Hasanah/pdf
hal. 88, diakses pada 09 Juli 2021, Pukul 17:01 WIB.
keluarga asalnya.2 Kelekatan pada keluarga asal harus diputuskan sebagai upaya
diferensiasi diri karena dapat membebaskan kelekatan emosional yang justru akan
keluarga pada saat keluarga menunjukkan reaksi terhadap suatu masalah, dan
menerapkan solusi yang tepat atas masalah. Orientasi terapi yang dilakukan
konsep ini berperan sebagai konsultan ahli yang berfungsi memandu para
Layanan yang ada dalam terapi strategis mencakup pemberian nasihat, saran,
yang jujur, akal yang kreatif, bersemangat, penuh cinta, dan bersifat produktif.
Keluarga yang sehat dalam pandangan teori ini adalah keluarga yang memberikan
2
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/download/Hasyim%20Hasanah/pdf
hal. 89, diakses pada 09 Juli 2021, Pukul 17:25 WIB.
perasaan, dan cukup memberikan kebebasan menjadi diri sendiri. Aspek
terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap sebagai sesuatu
proses emosional yang terjadi dalam keluarga ini dan keluarga yang diperluas.
Landasan dasar teori Bowen adalah konsep diferensial diri. Konsep ini
tidak stabil, para pasangan mencari cara untuk mengurangi ketegangan dan
memelihara
keseimbangan. Posisi saudara kandung orang tua dalam keluarga asal mereka
memberikan tanda terhadap anak yang dipilihnya dalam proses projeksi keluarga.
mereka atas anggapan yang keliru bahwa mereka dapat mengisolasi diri mereka
dari kesatuan. Posisi saudara kandung dari setiap pasangan perkawinan akan
hubungan keluarga kurang lebih tiga generasi. Secara sederhana, Bowen bekerja
setiap orang di dalam sistem keluarga inti dan dari keluarga asalnya.
PEMBAHASAN
Pada proses konseling pastoral terhadap pasangan yang menikah beda agama
dapat dikaitkan dengan 5 fungsi dasar pastoral yang sepanjang waktu sekarang
1. Menyembuhkan4
yang dialami orang dengan cara memperbaiki orang tersebut menuju keutuhan
dan membimbing orang ini mencapai keadaan yang lebih maju dari keadaan yang
sebelumnya. Pasangan beda agama bisa mengalami sakit hati atau luka batin kalau
orang tua mereka tidak menyetujui atau bahkan menolak mereka karena mereka
melakukan perkawinan beda agama. Sakit hati atau luka batin ini harus
2. Menopang5
Fungsi ini diwujudkan dengan menolong orang yang sakit atau terluka agar ia
Bagi pasangan beda agama, penopangan perlu dilakukan ketika hati mereka
terluka. Hati yang terluka bisa disebabkan karena penolakan dari orang tua,
mertua, atau anggota gereja lainnya. Hati yang terluka bisa juga terjadi ketika
3
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/pelayanan-pastoral-terhadap-anggota-keluarga-
kristen-dalam-perkawinan-beda-agama/ diakses pada 09 Juli 2021, Pukul 21:45 WIB.
4
Ibid,
5
Ibid,
dilakukan. Konseling pastoral atau support group dapat dipakai untuk membantu
mereka.
3. Membimbing6
mereka hadapi, dan sebagainya. Pada masa-masa yang sulit seperti ini, seseorang
memang membutuhkan pendamping. Dalam hal ini, pelayan pastoral tidak boleh
4. Fungsi mendamaikan7
rusak antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan Allah. Dasar
6
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/pelayanan-pastoral-terhadap-anggota-keluarga-
kristen-dalam-perkawinan-beda-agama/
7
Ibid,
Kristuslah yang telah mendamaikan manusia dengan Allah, manusia dengan
konflik dengan orang tua atau keluarga yang tidak merestui pernikahan mereka
seiman mereka terganggu, atau kalau hubungan mereka dengan Tuhan terganggu
karena pernikahan mereka itu, mereka juga perlu dibantu untuk berdamai kembali
dengan mereka.
5. Memelihara8
sadari. Perbedaan agama mereka bisa menjadi salah satu sumber dialog yang
pasangan beda agama yang bisa hidup harmonis dan sejahtera berguna untuk
8
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/pelayanan-pastoral-terhadap-anggota-keluarga-
kristen-dalam-perkawinan-beda-agama/
Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus
keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial untuk
membentuk suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Sehingga dapat dipahami
secara mendalam bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam
dan kuat sebagai penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam
tentunya memerlukan suatu komitmen yang kuat di antara pasangan tersebut yaitu
ini terlihat jelas bukan hanya menjadi sekedar masalah pribadi dari mereka yang
sendiri- sendiri tentang pernikahan yang pada dasarnya bahwa pernikahan diatur
dan tunduk pada ketentuan-ketentuan dari ajaran agama yang dianut, terutama
masyarakat yang plural jika terjadi suatu pernikahan beda agama akan terdapat
agama kepada orang lain atau keluarga.9 Artinya jika dikaitkan pada pernikahan,
permasalahan yang timbul dari pernikahan beda agama belum diatur secara tegas
9
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hal 169.
dan pernikahan yang dilakukan dengan latar belakang yang sama juga tidak
jika pernikahan tersebut dilangsungkan oleh dua orang dari latar belakang yang
dalamnya. Pada awalnya pernikahan itu dilakukan karena kedua insan yang saling
Pernikahan yang dilakukan dengan latar belakang yang sama juga tidak menutup
pernikahan tersebut dilangsungkan oleh dua orang dari latar belakang yang
dalamnya.
bagi keluarga ternyata malah akan semakin meperkeruh suasana, karena suami-
isteri yang memiliki perbedaan keyakinan akan sulit, bahkan terkadang saling
mengikuti ayah atau Ibu. Tidak jarang pula pernikahan yang dilakukan dari kedua
belah pihak.
Perselisihan, pertentangan dan konflik dalam suatu rumah tangga
merupakan sesuatu yang terkadang tidak bisa dihindari, tetapi harus dihadapi. Hal
ini karena dalam suatu pernikahan terdapat penyatuan dua pribadi yang unik
budaya serta pengalaman yang berbeda-beda. Perbedaan yang ada tersebut perlu
disesuaikan satu sama lain untuk membentuk sistem keyakinan baru bagi keluarga
terkadang banyak di antara mereka yang membutuhkan bantuan orang lain. Oleh
interaksi antar individunya dan lain sebagainya. Salah satu hal yang menjadi
perhatian adalah masalah hubungan antar umat beragama. Salah satu persoalan
dalam hubungan antar umat beragama ini adalah masalah pernikahan beda agama.
berpandangan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau
keluarga
dalam pernikahan dimaksudkan untuk membantu klien-kliennya untuk mengambil
yang dihadapi, dan mencoba menyusun keputusan yang tepat bagi keduanya.
kehidupan yang lebih harmonis, dan menimbulkan rasa aman bagi keduanya.
pernikahan sudah tahu kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul
dalam rumah tangga mereka, sehingga belum tentu mereka dapat menganalisis
kemungkinan masalah tersebut. Oleh karena itu perlu mendapat bimbingan dalam
dalam menyikapi pernikahan beda agama ini konselor dihadapkan pada problem
untuk menikah dengan perbedaan agama atau memutuskan untuk tidak menikah
konselor dapat dilakukan oleh seseorang yang merupakan anggota keluarga inti
yang memiliki usia paling tua. Sehingga setiap permasalahan yang terjadi dalam
keluarga, konselor itu sendiri dapat membenahi pihak keluarga yang sedang
luar yang bukan bagian dari keluarga namun mempunyai skill yang dapat menjadi
penengah di tengah keluarga yang berkonflik. Seperti hasil penelitian diatas
yang dapat menimbulkan perpecahan satu sama lain pada keluarga mengingat
Bowen
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak kemajemukan atau dapat
macam suku, ras, dan juga agama. Hal ini sangat memberi pengaruh pada
kehidupan sehari-hari baik dalam menjalani relasi antar satu sama lain tanpa
pasangan hidup. Memilih pasangan hidup didasari karena adanya rasa kasih
sayang dan cinta yang tumbuh antara laki-laki dan perempuan. Terjadinya
pernikahan beda agama dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti; karena adanya
ikatan suka sama suka terhadap satu sama lain sekalipun berbeda keyakinan,
kurangnya pemahaman akan agama, keinginan pribadi tanpa dorongan dari pihak
berpegang pada agama mereka secara fanatik, tertutup, kaku, dan tidak bisa
toleran satu terhadap yang lain. Ketaatan orang terhadap agamanya memang harus
bisa kita pahami, karena peranan Tuhan begitu penting dalam kehidupan
juga tidak boleh dilupakan. Suami istri Kristen harus tetap hidup sebagai anak-
anak Tuhan yang taat kepada Tuhan di dalam kehidupan pernikahan mereka.
perlu dilakukan, antara lain melalui: doa, ibadah, dan pelayanan baik di dalam
keluarga. Pada tahap diferensiasi diri diperlukan dalam pemecahan masalah dalam
keluarga dengan memilah diri dari intelektual dan emosional sehingga berfokus
pada kemampuan alamiah seorang diri tanpa ada percikan dari orang lain. Dalam
hal ini penulis memakai teori Bowen tentang level dari diferensiasi diri
Pada usia 0-25 : seseorang berada pada usia ini dalam berkeluarga emosional
pada
10
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/pelayanan-pastoral-terhadap-anggota-
keluarga-kristen-dalam-perkawinan-beda-agama/
pernikahan yang pada dasarnya beda agama akan muncul sifat seperti ini karena
sudah melekatnya ajaran yang dipercayai sebelum menikah dan beralih pada
ajaran agama lain, memang pada dasarnya semua agama mengajarkan hal yang
baik tetapi selalu terdapat perbedaan antara agama yang satu dengan agama yang
lain.
Pada usia 25-50: seseorang yang berada pada usia ini emosionalnya masih
pada taraf dibimbing oleh orang lain terutama keluarganya yang memiliki waktu
dari orang lain atau topangan dari orang lain karena masih taraf pola pikir di usia
ini. Jika dikaitkan dengan pernikahan beda agama maka pada usia ini yang
menikah akan saling menopang antara suami dan istri karena sudah memiliki
pasangan hidup yang selalu mendampingi dan melengkapi satu sama lain
sehingga pernikahan pada skala usia ini menurut Bowen mengalami masa
Pada usia 50-75: seseorang pada usia ini tidak lagi dipenuhi oleh emosional
bersosial. Jika dikaitkan dengan pernikahan beda agama berada pada usia ini akan
mengurangi pertengkaran karena sudah mempunyai potensi yang lebih kuat untuk
Pada usia 75-100 : seseorang pada usia ini akan sangat teliti dalam
membedakan pikiran denga perasaan. Usia ini juga sangat berpotensi tinggi
kaitannya dengan pernikahan beda agama berdasarkan teori Bowen ini adalah
pasangan nya.
PENUTUP
begitu pada intinya terjadinya pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia, baik di dunia dan di akhirat. Kebahagian pernikahan itu terjadi karena
dengan pernikahan akan menyatukan dua hati yang berbeda menjadi satu untuk
sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan manusia yang lainnya dan ini
memang suatu kodrat kalau manusia adalah makhluk sosial yang selalu
terbentuknya suatu pernikahan yang terjadi antara pria dan wanita. Namun tidak
ada satu pernikahan di dunia ini yang sempurna. Setiap pernikahan pasti memiliki
problem, baik probelam pranikah maupun pasca menikah. Salah satu problematika
yang masih menjadi pro dan kontra saat ini adalah problematika menikah beda
agama. Sehingga layanan konseling sangat dibutuhkan pada pasangan beda agama
Problematika pernikahan beda agama yang masih menjadi pro dan kontra
yaitu berkaitan dengan masalah hukum baik hukum agama maupun perundang-
problem pernikahan belum dianggap selesai. Karena pasangan beda agama yang
konseling hadir untuk membantu dengan cara membimbing pasangan beda agama
permasalahan pernikahan beda agama bagi yang sudah menikah. Peran konselor
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/download/Hasyi
m%20Hasanah/pdf
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/pelayanan-pastoral-
terhadap-anggota-keluarga-kristen-dalam-perkawinan-beda-agama/