Dasar pemikiranTeori dan terapi adalah sama. Pola-pola keluarga tampaknya diulang.
Adalah penting untuk membedakan diri seseorang dari keluarganya. Kecemasan yang
tak terkontrol menghasilkan ketidakmampuan berfungsi keluarga.
Peran Konselor
Aktivitas konselor sebagai pelatih dan guru dan berkonsentrasi pada isu-isu keteriktan
dan diferensiasi.
Unit Treatment : individu atau pasangan
Tujuan Konseling
Untuk mencegah triangulasi dan membantu pasangan dan individu berhubungan pada
level cognitive, untuk menghentikan pengulangan pola-pola intergenerasi dalam
hubungan keluarga.
Teknik :
Genograms, kembali kerumah, detriangulasi, hubungan orang perorangan, perbedaan
self
Aspek unik :
Mengukur hubungan-hubungan intergenerasi dan pola-pola yang di ulang, systematic,
dalam teori yang mendalam.
Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana
setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada
salah satu subsistemya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa
sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri mempunyai 8
konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya :
Proses Terapinya :
Presession Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub saling percaya serta
kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan masalah yang didapatkan
Session Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep Bowen dengan memberikan
beberapa intervensi terhadap keluarga
Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya Atau Mengakhiri Terapi
(2)Normal Family Development
Pembangunan keluarga yang optimal adalah pemikiran bahwa ketika anggota
keluarga yang berbeda, kecemasan rendah, adalah anggota berjalan dalam kontak emosional
yang baik dengan keluarga mereka. Kebanyakan orang meninggalkan rumah di tengah
perubahan hubungan dengan orang tua mereka dari remaja ke dewasa awal. Dengan demikian
transformasi biasanya tidak lengkap, dan kebanyakan dari kita, bahkan sebagai orang dewasa,
remaja terus bereaksi dengan kepekaan terhadap orang tua kita atau siapa saja yang menekan
tombol yang sama.
Biasanya, tapi tidak optimal, orang mengurangi kontak dengan orang tua mereka dan
saudara untuk menghindari kecemasan berurusan dengan mereka. Begitu keluar dari rumah
dan mereka sendiri, orang cenderung menganggap mereka memiliki masalah lama di
belakang mereka. Namun, kita semua punya urusan yang belum selesai dalam bentuk
sensitivitas yang belum terselesaikan yang berubah dalam hubungan intens kemanapun kita
pergi. Setelah belajar untuk mengabaikan peran mereka dalam perselisihan keluarga,
kebanyakan orang tidak dapat menghindari pengulangan dalam hubungan baru.
Lain warisan dari masa lalu adalah bahwa ikatan emosional antara pasangan intim
datang untuk menyerupai apa yang ada dalam keluarga asal mereka. orang dibeda-bedakan
ketika mereka membentuk keluarga baru. Oleh karena itu, Bowen percaya bahwa perbedaan
kepribadian otonom, yang dilakukan terutama dalam keluarga asal. Itu adalah deskripsi
perkembangan normal dan resep untuk meningkatkan theraupetic.
Carter dan McGoldrick (1999) menggambarkan siklus kehidupan keluarga sebagai
proses ekspansi, kontraksi dan reorganisasi hubungan untuk mendukung masuk, keluar dan
perkembangan anggota keluarga. Pada tahap awal yaitu tahap leaving home , tugas utama
pemuda adalah terpisah dari keluarga mereka tanpa memotong atau melarikan diri ke
pengganti emosional. Ini adalah waktu untuk mengembangkan diri otonom sebelum pasangan
untuk membentuk sebuah serikat baru. Pada tahap Joining of families through marriage tugas
utamanya adalah komitmen untuk pasangan baru. Tapi ini bukan hanya sekedar gabungan
antar dua individu, yang merupakan transformasi dari dua sistem. Sedangkan masalah pada
tahap ini mungkin muncul terutama antara mitra juga mungkin mencerminkan kesalahan
untuk keluarga yang terpisah dari asal atau kerugian yang terlalu banyak tekanan pada
pasangan.
Families with young children harus menyesuaikan dalam hal memberikan ruang
tambahan baru untuk bekerja sama dalam membesarkan atau mengasuh anak-anak, menjaga
pernikahan dari tenggelamnya dalam pengasuhan dan meluruskan kembali hubungan dengan
keluarga besar. Ibu dan ayah muda ditantang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka
untuk tumbuh dan kontrol dan bekerja sama sebagai sebuah tim. Ini adalah langkah yang
sangat menegangkan, terutama bagi ibu baru, dan ini merupakan fase siklus hidup dengan
tingkat perceraian tertinggi.
Penghargaan untuk orang tua yang mampu bertahan pada tahap sebelumnya adalah
memiliki anak-anak yang berubah menjadi remaja. Adolescence adalah saat ketika anak-anak
tidak ingin menjadi seperti ibu dan ayah, mereka ingin menjadi diri sendiri. Mereka berusaha
untuk menjadi individu yang otonom dan untuk membuka perbatasan di dalam keluarga -
mereka berjuang keras. Orang tua merasa puas dengan kehidupan untuk menyambut mereka
sendiri (atau paling tidak mentolerir) yang (pun intended) udara segar yang tertiup melalui
rumah hari ini. Mereka yang bersikeras mengontrol anak remaja mereka, seperti mereka
melalui saat masih anak kecil, menyebabkan rasa sakit eskalasi pemberontakan dan hal
tersebut adalah normal untuk saat ini.
Dalam launching of children and moving on stage, orang tua harus membiarkan anak-
anak mereka pergi dan beralih dari kehidupan mereka. Hal ini dapat menjadi waktu untuk
terbebas dari kepatuhan, tetapi juga bisa menjadi saat krisis paruh baya, Nicholas (1986).
Orang tua tidak hanya harus berhadapan dengan perubahan pada anak-anak mereka dan orang
tua dari kehidupan mereka sendiri tetapi juga untuk perubahan dalam hubungannya dengan
penuaan yaitu kebutuhan untuk meningkatkan dukungan, atau setidaknya bersedia untuk
bertindak sebagai orang tua sekarang.
Families in later life harus beradaptasi dengan masa pensiun, yang berarti tidak hanya
tiba-tiba kehilangan pekerjaan, tetapi juga peningkatan dengan pasangan. Dengan munculnya
kedua pasangan sepanjang hari, rumah tiba-tiba tampak jauh lebih kecil. Kemudian
menghadapi kehidupan kesehatan keluarga menurun, penyakit dan kemudian kematian,
equalizer besar.
Variasi dalam siklus hidup, yang tidak dapat dianggap penyimpangan, adalah
perceraian. Dengan tingkat perceraian sebesar 50 persen dan tingkat redivorce 61 persen
(Glick, 1984), perceraian kini menyerang sebagian besar keluarga american. Tugas utama
menceraikan pasangan adalah untuk mengakhiri pernikahan tetapi menjaga kerjasama
sebagai orang tua. Beberapa keluarga pada pasca-perceraian menjadi orangtua utama yaitu
ibu dan anak-anak dan dalam kasus yang paling mengejutkan di bawah berat beban keuangan
dalam bentuk keluarga. Alternatifnya adalah pernikahan kembali dan langkah pembentukan
keluarga, di mana, sering, kesepian untuk bertukar konflik.
Development of Behavior Disorders (Pengembangan Gangguan Perilaku)
Gejala-gejala gangguan perilaku berkembang karena seseorang mengalami stress
yang melebihi kemampuan seseorang tersebut untuk menanganinya. Dan juga gejala-gejala
gangguan perilaku berkembang ketika tingkat kecemasan seseorang melebihi kemampuan
sistem individu untuk mengatasinya. Kebanyakan individu yang ada di dunia ini sangat
rentan untuk memungkinkan gejala-gejala gangguan perilaku. Kemampuan seseorang untuk
menangani stress berbeda pada setiap individu.
Kemampuan untuk mengatasi stres dipengaruhi oleh tingkat diferensiasi seseorang.
Diferensiasi disini akan direduksi menjadi sebuah kematangan. Menurut Bowenian,
perbedaan yang terjadi tidak hanya didasari oleh kualitas individu tetapi juga hubungan
(relationship) setiap individu. Kualitas relationship yang dibangun seseorang mempengaruhi
seseorang dalam melakukan diferensiasi. Gejala-gejala juga berkembang ketika tingkatan
kecemasan seseorang melebihi kemampuan sistem untuk mengatasinya.
Menurut Bowen, faktor yang paling penting di dalam masalah-masalah psikologis
yang dihadapi oleh keluarga adalah gangguan perilaku hasil dari fusi emosional yang
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Landasan teori Bowen adalah konsep perbedaan diri, yaitu tingkat perbedaan
intelektual dan emosional anggota keluarga. Menurut Bowen, tingkat perbedaan diri
ditentukan oleh kemampuan individu dalam membedakan fungsi intelektual dan emosi.
Mereka yang perpaduan emosi dan intelektualnya kurang baik, akan cenderung mudah emosi
dan menjadi merasa tidak berguna meskipun stress yang dialami pada level yang rendah.
Bowen mengenalkan konsep tidak adanya perbedaan ego keluarga, yang diambil dari
teori psikoanalisis. Konsep ini menyatakan bahwa ada saling ketergantungan dan kedekatan
emosi antar anggota keluarga, dimana mereka saling tahu perasaan, khayalan dan impian satu
sama lain. Kedekatan ini menurut Bowen, dapat mengakibatkan ketidaknyamanan yang pada
akhirnya mencapai fase saling menolak di antara anggota keluarga. Atas desakan kematangan
dan aktualisasi diri, individu dituntut untuk memutuskan kelekatan emosi dengan keluarga
asal mereka. Kemudian muncullah perbedaan diri. Bowen menjelaskan level perbedaan diri
dengan membuat skala sebagai berikut:
1. Skala 0 25 Orang yang emosinya sangat dipengaruhi oleh emosi keluarga dan orang lain,
perasaannya lebih dominan dibanding pikirannya.
2. Skala 25 50 Reaksi emosi masih terbimbng oleh orang lain. Dalam menyelesaikan
masalah masih butuh orang lain.
3. 50 75 daya pikimya sudah cukup berkembang dan tidak lagi didominasi perasaan ketika
menghadapi stress.
4. Skala 75 100 Sudah dapat memisahkan antara pikiran dan perasaan. Keputusan-keputusan
yang diambil sudah bebas dari pengaruh kedekatan keluarga.
Menurut Murray Bowen, anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak
berfungsi (disfunctioning family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat
membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga
bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang
mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem
keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan
(gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus
memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan
berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya. Pendekatan utama Bowen's therapy adalah
menenangkan orang tua dan melatih mereka untuk menangani suatu masalah keluarga secara
lebih efektif.
TUJUAN TERAPI
Terapi Bowenian adalah proses investigasi aktif. Dimana terapis, dipandu oleh teori yang
paling komprehensif terapi keluarga, membantu anggota keluarga mengkritisi dan mencari
kesalahan, untuk menghadapi dan menjelajahi peran mereka dalam masalah keluarga.
Pelacakan pola masalah keluarga berarti memperhatikan dua hal: proses dan struktur. Proses
ini mengacu pada pola reaktivitas emosional, struktur, ke jaringan segitiga masing-masing.
Dalam rangka untuk mengubah sistem, perubahan harus berlangsung dalam segitiga yang
paling penting dalam satu keluarga yang melibatkan pasangan perkawinan. Untuk mencapai
hal ini terapis membuat segitiga baru, suatu fungsi terapeutik. Jika terapis tetap berhubungan
dengan mitra, sambil tetap netral secara emosional, mereka bisa memulai proses
detriangulation dan diferensiasi yang akan sangat dan secara permanen mengubah sistem
seluruh keluarga.
Metodologi klinis yang terkait dengan perumusan ini ditujukan untuk:
1. meningkatkan kemampuan orang tua untuk mengelola kecemasan mereka sendiri dan
menjadi lebih mampu mengontrol perilaku
2. Memperkuat tingkat pasangan berfungsi emosional dengan meningkatkan kemampuan
mereka untuk beroperasi dengan kecemasan yang kurang dalam keluarga asal mereka
Dalam modifikasi target ini diambil oleh Guerin dan Fogarty, penekanannya pada
membangun hubungan dengan anak dan bekerja dengan kontrol proses gejala disfungsional
dan emosional reaktif dalam segitiga dari keluarga inti. Kerja keluarga besar ditolak kecuali
secara langsung dan secara eksplisit terkait dengan pembentukan dan pemeliharaan gejala.
Gangguan Perilaku pada orang dewasa seperti kehilangan pekerjaan berulang, kemarahan
yang tidak terkendali, dan zat dorongan, jenis kelamin atau akuisisi terlihat dalam konteks
baik pasangan atau anak-anak dewasa segitiga disfungsional dan intervensi klinis
direncanakan sesuai.
Tujuan dari terapi perkawinan adalah untuk meningkatkan lokus diri, mengurangi
reaktivitas emosional, dan mengubah pola. Apabila hal ini bisa tercapai, pasangan bisa
menjadi mitra yang lebih baik, kekasih, dan teman-teman. Sebagai bagian dari proses ini,
mereka akan belajar untuk mengenali apa yang mereka percaya, bukan hanya apa yang
mereka menentang, menghargai hak-hak istimewa mereka dan mitra mereka, dan menjadi
lebih mampu menerima aset mereka sendiri dan keterbatasan serta mitra mereka.
d. Jalin Komunikasi
Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu
kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi
dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat
berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang
dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu
jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas
Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak
perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya,
ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan
lebih baik.
6. Perhatikan Kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan
psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi.
Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang
mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi
kehamilan.
7. Relaksasi
Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam
yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
Terapi
Teknik utama dalam terapi Bowenian termasuk diantaranya genograms, proses bertanya,
hubungan experimental, detriangling, pembinaan, mengambil Posisi Aku dan perpindahan
cerita. Karena mereka melihat peran mereka sendiri dalam masalahkeluarga, dan masalah
yang tertanam dalam sejarah keluarga besar sangat penting dalam terapi Bowenian, dalam
pendekatan ini asesmen lebih kritis dari pada yang lainnya.
Asesmen
Sistem asesmen sebuah keluarga besar diawali dengan deskripsi dan sejarah masalah yang
diajukan. Tanggal-tanggal yang tepat dicatat dan kemudian ditandai dengan hubungannya
dengan peristiwa dalam siklus hidup keluarga besar. Selanjutnya muncul riwayat keluarga
inti, termasuk informasi tentang kapan orang tua mereka bertemu, pacaran , pernikahan dan
pengasuhan anak. Perhatian khusus diberikan kepada dimana keluarga tinggal dan ketika
mereka pindah, terutama dalam kaitannya dengan lokasi untuk keluarga besar. Bagian
selanjutnya dari evaluasi dikhususkan untuk sejarah lahirnya 'kedua pasangan, posisi saudara,
fakta-fakta penting tentang masa kecil mereka, dan tentang masa lalu dan fungsi dari orang
tua mereka. Semua informasi ini dicatat dalam sebuah genogram, yang mencakup setidaknya
tiga generasi.
Genograms adalah diagram skematik dari daftar anggota keluarga dan hubungan mereka
antara satu sama lain. Termasuk umur, tanggal perkawinan, kematian, dan lokasi geografis.
Pria digambarkan oleh kotak dan perempuan oleh lingkaran, dengan usia masing-masing di
dalam gambar. Garis horizontal menunjukkan perkawinan, dengan tanggal pernikahan ditulis
pada garis; garis vertikal menghubungkan orang tua dan anak-anak. Apa yang membuat
Genogram lebih dari potret statistik sejarah keluarga adalah dimasukkannya konflik
hubungan, ambang dan segitiga.
Tanggal peristiwa penting, seperti kematian, perkawinan, dan perceraian, sebuah penelitian
yang memerlukan sikap hati-hati. Peristiwa-peristiwa tersebut menimbulkan gelombang
emotional yang mengejutkan bagi seluruh keluarga, yang mungkin dapat membuka
komunikasi dan membantu perkembangan hubungan, atau masalah ini menjadi terpendam
dan anggota keluarga menjadi terputus.
Jika tiga garis yang berhubungan digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sangat
dekat, garis berbelok-belok (zigzag) untuk menunjukkan konflik, garis titik-titik adalah untuk
menunjukkan jarak emotional, dan garis terputus adalah untuk menunjukkan perpisahan, pola
segitiga menunjukkan ketiga generasi seringkali menjadi sangat jelas.
Evaluasi keluarga Bowenian dimulai, seperti halnya sebagian besar pendekatan, dengan
memaparkan keluhan. Terapis membiarkan keluarga menceritakan kisahnya dan
mendengarkan dengan seksama untuk setiap persepsi anggota keluarga pada masalah
tersebut.
Sejarah memfokuskan diri pada pengembangan dari gejala-gejala orang tersebut kepada
jaringan hubungan yang mana orang tersebut merupakan bagiannya. Sejarah dari keluarga
inti dimulai dengan pertemuan dan hubungan antara kedua orangtua. Jika terapis gagal
mengambil sejarah hati-hati, asosiasi yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh
sudut pandang dari masalah mereka mungkin dapat terabaikan.
Yang menarik bahwa sebuah keluarga dapat bertahan dan bagaimana mereka telah
beradaptasi. Informasi ini membantu menentukan kecemasan dalam sebuah keluarga dan
apakah hal tersebut berhubungan dengan peristiwa hidup yang sulit yang terlalu berlebihan
atau derajat adaptasi yang rendah dalam keluarga. Keputusan untuk memperpanjang
penilaian di luar keluarga inti tergantung pada sejauh mana krisis dan tingkat kegelisahan
dalam keluarga tersebut.
Dalam mengumpulkan informasi tentang keluarga besar, terapis harus memastikan anggota
keluarga mana yang paling terlibat dengan keluarga yang sedang dievaluasi, karena sifat
hubungan yang sedang berlangsung dalam keluarga besar yang memiliki dampak yang besar
pada kedua orang tua dan peran mereka dalam keluarga inti . Sama pentingnya,
bagaimanapun, adalah untuk mengetahui yang tidak terlibat, karena orang dengan hubungan
yang telah terputus yang dapat menjadi sumber kecemasan yang lebih besar daripada orang-
orang yang masih berhubungan.
Teknik Terepeutik
Terapis Bowenian percaya bahwa memahami bagaimana system dalam keluarga
beroperasi lebih penting daripada teknik itu sendiri. Bowen sendiri mengatakan teknik
dengan penghinaan, dan ia sedih melihat orang-orang mengandalkan rumus intervensi.
Jika ada peluru ajaib dalam terapi Bowenian, hal tersebut bisa saja proses
bertanya. Proses bertanya didesain untuk menurunkan secara perlahan, mengurangi
kecemasan yang reaktif dan membiarkan mereka untuk mulai berpikir bukan hanya tentang
bagaimana orang lain merepotkan mereka, tetapi tentang bagaimana mereka berperan dalam
masalah interpersonal.
Mereka yang mengikuti Bowen juga mengajukan pertanyaan, tapi kadang kala
bergerak untuk menghadapi tantangan, berdebat dan menjelaskan. Betty Carter, misalnya,
bertanya sebuah rancangan untuk membantu pasangan memahami situasi mereka, tetapi ia
kemudian mencoba untuk memperbaiki proses dan mempercepatnya dengan menjelaskan apa
yang berhasil atau tidak berhasil, dan dengan memberikan test menghitung untuk membawa
orang keluar dari segitiga. Dia mungkin, misalnya, mendorong istrinya untuk mengunjungi
ibu mertuanya, atau suami memulai dengan menelepon ibunya di telepon. Cara kesukaan
Carter yang lain adalah mendorong orang untuk menulis surat, mengatasi hal-hal yang belum
diselesaikan dalam keluarga.
Apakah pengobatan melibatkan keluarga inti, pasangan, individu, atau kelompok dari
beberapa keluarga, upaya diarahkan pada memodifikasi sistem seluruh keluarga.
PENDAHULUAN
Saat ini tdk satu pun teori dr kep. Terapi klg,/ ilmu2 sosial klg yg mengurikan scr mdlm
hub.& dinamika kehidupan klg diantara bbgai mcm klg yg ditangani.
Ada bbrp teori yg mpunyai ruang lingkup yg luas sprti teori Roger/stm umum yg dterapkan
pd klg. Teori yg mpunyai rentang sedang yi: teori stress klg(Hill 1949),teori peran klg (
Rose,1962) & teori komunikasi klg (Watzlawick,et al,1967)
Lanjutan..
Teoritis ilmu sosial dpkai u/ mpelajari klg,jls bhwa hanya ada konsensus kcl menyangkut
teori2 apa yg mbentuk kerangka utama. Misal: Nye & Berardo (1966) menguraikan pdktan2
teoritis konseptual diantarax: pdktan antropologis,struktural, fungsional,
situasional,psikoanalitik,ekonomi,institusional,interaksional,sosial-psikologis, pkmbangan
Kristen Barat& pdktan hukum.
Teori - Teori
TEORI SISTEM
Dlm teori sistem umum, klg dipandang sbg suatu sistem tbuka dgn batas2x, mekanisme
paturan sndri, sistem2 interaksi & superordinat,& subkomponen.
Bagi Bronfenbrenner (1979): klg dgmbarkan sbg bagian dari struktur sprti sarang,dgn
anggota klg scr individual bsarang dlm ling.paling dekat yg termasuk klg.
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Webster keluarga adalah A social unit consisting of parent and the
children they rear(sebuah unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh)
atau A group of people related by ancestry or marriage(sekelompok orang yang dihubungkan
oleh keturunan atau perkawinan).
Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Berdasarkan 3 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit
terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik
yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu
terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit
keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada
pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai,
struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk
mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga
tersebut.Sehingga dalam hal ini di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan
individu dalam kehidupannya baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat
sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub
bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat
masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina
komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat.
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof,
1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan
peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada
keluarganya.
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3
prinsip :
Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung
bukan ditentukan dalam sebab satu arahefek perhubungan.
Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku
salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu
masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga
atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga
mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga
adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada
pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
C.Sejarah :
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.
Terapi keluarga akan sangat bermanfaat jika digunakan pada kasus yang tepat.
Indikasi terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah : Gejala yang timbul merupakan
ekspresi disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa
perubahan dalam hubungan anggota keluargannya dan dapat merupakan masalah secara
individual..
Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran
masing masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya
terhadap pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat
menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi potensinya masih ada. Keluarga
dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.
Walau efektifitas dari terapi keluarga merupakan komponen penting dalam proses
pemulihan klien, integrasi terapi keluarga memiliki tantangan sebagai berikut :
Pertama, terapi keluarga lebih kompleks daripada pendekatan non-keluarga karena lebih
banyak orang yang terlibat.
Kedua, perlu keterampilan dan pelatihan khusus untuk terapi keluarga yang berbeda dari
lainnya.
5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga.
Klien :
Keluarga :
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima,
toleran & menghargai klien sebagai manusia.
3. Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi
PERAN PERAWAT
2. memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai
tujuan dan usaha untuk berubah
Aktifitas :
Komponen dikdaktik : memberikan informasi & pendkes tentang gangguan jiwa, sistem
keswa & yankep.
Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa terhadap keluarga.
Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu
serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga
dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah :
2. keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu
yang terganggu yang lain ikut terganggu
3. keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa
menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien
kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan
mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah
Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dalam hidup
Disfungsi Keluarga
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Salah satu bentuk intervensi Psikologi Keluarga adalah terapi keluarga. Terapi keluarga
merupakan salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga. Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik
diperlukan pendidikan dan latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu psikoterapi
kelompok, konsep keluarga struktur dan fingsi keluarga,dinamika keluarga, terapi perilaku
dan teori komunikasi.
Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga.
Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi pasien juga
dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiaptiap anggota keluarga
dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan interpersonalnya.
B.Saran
Dalam makalah ini sekiranya masih ada kekurangan pada cakupan isi mau pun
sumber yang tidak komprehensif. Karenanya perlu diadakan telaah lebih mendalam dalam
pemilihan materi yang sejatinya terdapat dalam buku-buku terbaru yang lebih populer dan
revolusioner.Diharapkan juga makalah ini dapat menjadi acuan sumber pembelajaran
mahasiswa keperawatan agar nantinya dapat diterapkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Wiramihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : Refika
Aditama
Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian, Diagnosa, dan
Intervensi. Toronto: Appleton&Lange.
Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. 1996. Community Counseling,
Contemporer Theory and Practice.
Kendall, Philip C. & Norton-Ford, Julian. Professional Dimension Scientific and Professional
Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.
Perez, Joseph F. 1979. Family Counseling : Theory and Practice. New York, Van Nostrand,
Co.
Yosef, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Pendahuluan
Manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini berarti bahwa untuk mempertahankan keberadaan
harusdisokong oleh usaha manusia lain sekitarnya. Hal ini juga berarti bahw untuk
mempertahankankeberadaannya maka manusia harus hidup dalam kelompok
Tetapi keluarga merupakan intervensi psiko terapeutik yang berfokus pada sistem
keluarga sebagaisuatu unit. Tetapi keluarga cenderung untuk melihat masalah individu dalam
konteks lingkungankhususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Teori
terapi keluarga berdasarkankenyataan bahwa manusia bukan mahluk yang terisolir, dia
adalah anggota dari kelompok sosial yangterlibat aksi dan reaksi. Masalah yang terjadi pada
individu berkaitan dengan interaksi yang terjadiantara individu dan keluaraganya. Pada
prinsipnya terapi keluarga akan mengekslpoitasi interaksi pasiendalam konteks kehidupannya
yang bermakna yaitu dengan mengamati hubungan pasien dengankeluarganya.
memperbaiki dan memodifikasi fungsi keluarga itu sendiri sehingga dapat menjalankan
fungsi denganbaik.
Sistem keluarga mempunyai sifat
sifat pertahanan diri karena itu sekali perubahan terjadi keluarga iniakan mempertahankan
dan mengubah umpan balik atau memberi nilai pengalaman pada anggotakeluarganya.
Berikut ini adalah asumsi yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan pendekatan
pendekatan dalam praktek perawatan kesehatan.
Keluarga merupakan unti sosial dasar dalam fungsimanusia.
Keluarga adalah fenomena sosial yang multikultural dan multidimensi.
Keluargamempengaruhi seluruhnya sistem sosial baik pada perkembangan maupun
kelangsungan perilakuseseorang.
Sebagai satu sistem sosial dasar keluarga mempunyai fungsi utama untuk mentransfer
nilaibudaya dan tradisi melalui generasinya.
ditampilkan pada saat yang sama diajuga takut kecewa dan sulit mempercayai orang lain
termasukpasangan hidupnya. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius dalam
perkawinannya.
Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong
anggota keluargamencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama
lain di dalam keluarga.Disini anggota keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan
membiarkan pikiran mereka berjalanbebas tanpa sensor alam sadar dan memverbalisasilan
pikirannya. Terapist hendaknya dab tudaksecara aktif melakukan intervensi juga hindari
memberi saran dan memanipulasi keluarga.
2.Behavioural Family TherapyTerapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari
pola perilaku keluarganya untukmenentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku
itu. Berdasarkan analisis ini, terapistmembuat rencana untuk merubah keadaan tersebut
dengan cara intervensi langsung dalamkeluarga.Tujuan utamanya adalah meningkatkan
perilaku yang positif yang diinginkan dan menghilangkanperilaku negatif. Hal ini dilakukan
dengan mengatur keluarga sehingga perilaku yang diinginkandiperkuat dengan memberi "
Reward ".3.
Komunikasi Dan KognisiTerapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong
keluarga dan menjelaskan artikomunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yangdimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu.Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi yang
terjadi pada keluarga dengantujuan memperjelas kesalah pengertian, juga diperhatikan bahwa
non verbal yang digunakan.2.
Komunikasi dan Perasaan.Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan
komunikasi dari perasaan. Dikatakanbahwa pasangan perkawinan yang mempunyai
kebutuhan emosional diharapkan ditentukan dalamperkawinan jika kita menemukan
kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaanini sangat penting artinya :
Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
TERAPI KELUARGA ( FAMILY INTERVENTION)
Askep jiwa profesional :
1. Keluarga sebagai tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.
Keluarga institusi pendidikan utama bagi individu; belajar, mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap, dan perilaku.
2. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem.
4. Penelitian menunjukkan salah satu faktor kambuhnya gangguan jiwa, adalah keluarga tidak tahu
cara menangani perilaku klien.
TERAPI KELUARGA
3. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi dan diantara anggota keluarga
2. Hangat ( warmth )
3. Perhatian ( concern )
4. Menerima ( acceptance )
Disfungsi keluarga;
Emosi
Fisik
Sosial
Konsep sistem keluarga tidak berfungsi;
1. Perbedaan diri
2. Triangles
6. Posisi sibling
Kesulitan berhubungan
Individu
Gangguan perilaku
Masalah psikiatrik
( Reinhard, 1994 )
6. Isolasi sosial
TERAPI KELUARGA
Tujan umum :
Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan klien
Mempertahankan dan memelihara status kesehatan klien seoptimal mungkin mencegah kambuh
kembali
5 TUGAS KELUARGA
1. Identifikasi keluarga;
Transisi keluarga
Tahap perkembangan
Struktur keluarga
Verbal
Non verbal
Harapan keluarga
Koping keluarga
TERAPI KELUARGA
Keluarga adalah suatu sistim, dimana orang tua merupakan poros dari sistim tersebut. Jika
ada anak yang bermasalah, maka orang tua juga merupakan sumber dari masalah si anak.
Yang mempengaruhi rusak tidaknya anak bukanlah sekedar lingkungan tapi keluarga sendiri.
Dalam keluarga yang tidak sehat, ayah dan ibu menuntut agar anaknya hidup untuk mereka.
Namun setelah anaknya besar, tuntutan ayah dan ibu tabrakan karena tidak seiring. Didalam
cara mendidik anak, kebutuhan tersebut seringkali ditunggangi oleh kebutuhan masing-
masing pasangan, sehingga memanipulasi anak agar berpihak pada dirinya dan akhirnya
hanya membuat anak stress dan merasa bersalah karena berkhianat kepada salah satu dari
orang tuanya. Anak yang dididik dalam situasi seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang
cemas dan tegang pada waktu dewasa, dan kemungkinan besar akan menjadi IP.
Yakni melalui proses komunikasi yang double meaning, yang artinya satu pesan dengan dua
arti. Waktu anak menerima berita itu anak malah menjadi bingung, lalu frustrasi, akhirnya
menjadi masa bodoh. Rasa rendah diri menghasilkan komunikasi yang tidak sehat. Namun
masalahnya walau menyadari kurang sehat, ia tidak mau orang lain tahu kalau ia tidak sehat,
sebab itu ia mencoba mengobati dirinya dengan mekanisme yang kurang sehat. Ketika ia
alami pergumulan hidup yang berat barulah penyakit sesungguhnya akan terlihat.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas diperlukan therapy untuk memperbaiki pola komunikasi
yang tidak sehat, dan membereskan metode pertahanan dengan cara yang lebih sehat. Dalam
hal ini diperlukan seorang terapis yang berperan sebagai nara sumber, pencermin, pengamat
adil dan memberi model bagaimana berkomunikasi dengan baik.
Mulailah dengan telepon, setelah telepon doronglah orang tersebut untuk dating konseling.
Kemudian terapis perlu menjelaskan apa artinya sistim dalam keluarga itu. Beritahu apa yang
akan kita lakukan dalam terapi. Terapis mulai menanyakan problem dari sudut pandang
keluarga. Dari sini kita tahu persepsi mereka tentang problem, dan berapa jauh mereka rela
menanggung masalah tersebut.
Setelah problemnya jelas kita perlu tahu sejarah keluarga. Melalui sejarah ini, terapis bisa
mengevaluasi seberapa tidak berfungsinya keluarga ini. Terapis yang baik akan selalu
berfokus pada orang tua dan bukan pada sang anak, sebab anak-anak bermasalah karena
masalah orang tua. Wawancara harus dilakukan sesantai mungkin. Pada tahap awal jangan
terlalu spesifik ketika cari informasi, supaya mereka tidak merasa disudutkan. Fukuskan pada
hubungan sebelum nikah atau sebelum masalah timbul, supaya mereka punya pandangan
yang positip tentang hubungan mereka.
A. Mirages of Marriage
Menurut konsep ini, keseluruhan lebih banyak atau lebih penting dari penjumlahan bagian-
bagiannya. Perubahan tingkah laku dalam pasangan selalu menimbulkan satu reaksi dalam
tingkah laku pasangannya. Banyak suami-isteri heran mengapa mereka dapat bersatu didepan
publik dari pada ketika dirumah. Kehadiran orang lain dapat menjadi stimulan untuk bersatu.
2. Communication on Marriage
Sayang sekali dalam hal komunikasi, banyak orang lebih memperhatikan apa yang diucapkan
daripada yang tidak diucapkan. Kita perlu peka terhadap komunikasi non verbal lainnya,
misalnya; menaikkan alis mata, memberikan bunga, memasak maskan favorit, satu ciuman,
dll. Komunikasi adalah sesuatu yang bisa dipelajari.
3. Trust in Marriage
Salah satu unsur penting bagi suksesnya suatu pernikahan adalah trust. Tryst juga berarti
memberi penghiburan dan kesukaan pada saat dibutuhkan. Secara alamiah trust biasanya
berkurang secara temporer saat mengalami ketegangan atau komunikasi yang saling
membingungkan, dan akan menguat apabila bisa melewati masa-masa sulit tadi.
4. Sex in Marriage
Seks pada dasarnya berharga, tetapi juga dapat berbahaya. Relasi yang saling memuaskan
hanya diperoleh dengan menjadi conjoint union, yaitu dengan cara memahami dengan jelas
satu dengan lainnya. Sebaiknya setiap pasngan membicarakan dengan jujur tentang
kehidupan seksnya dengan pasangannya sendiri, daripada kecenderung mencari masukkan
dari orang lain. Meskipun seks merupakan hal yang penting, tetapi bukanlah satu-satunya
kekuatan vital dalam pernikahan.
5. Spektrum Pernikahan
- Simetrikal; salah satu dari pasangan secara kontiniu ingin menjadi sama dengan
pasangannya
- Komplementer: salah satu ingin agar pasangannya dalam situasi yang charge dan lainnya
menaati
- Paralel; pasangan ini bergantian menggunakan relasi yang simetrikal dan komplementer,
untuk menghadapi situasi yang berubah-ubah.
Setiap keluarga perlu mempunyai persetujuan bersama atas sasaran dan maksud kehidupan
pernikahan mereka, misalnya; mendidik anak yang sehat, membangun reputasi yang baik di
masyarakat dan sebagainya. Tujuan-tujuan yang tidak jelas dapat menyebabkan terjadinya
konflik.
7. Reciprocal Behaviour
Sikap dari satu individu dapat menstimulasi reaksi-reaksi tertentu dari pasangannya, misalnya
sebuah senyuman atau dahi yang berkerut akan mengundang berbagai respons, meski tidak
sekuat pesan verbal. Masing-masing bisa jadi tidak menyadari aksi dan reaksi tersebut,
karena seringkali terjadi pada level unconcious. Salah satu cara untuk mengurangi pola quid
pro quo ini dapat merusak adalah dengan membawa hal ini dari level unconcious ke level
concious.
8. Otonomi vs Simbiosis
Pola pernikahan yang baik adalah; pasangan yang saling menghargai, saling toleransi satu
terhadap yang lain, ada usaha meminimalkan pertanggungjawaban, serta kesediaan
menghadapi perubahan yang terjadi.
9. Teknik 6: I Could Be The Best Husband ( Wife ) in The World, If I Only My Spouse
Would be Different.
Diringkas oleh;
Alex Mamesah
TEORI KELUARGA
April 5th, 2012
Kajian keluarga telah dimulai sejak tahun 1800-an, seiring dengan kebutuhan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan masalah-masalah sosial. Hal tersebut menunjukkan
pandangan bahwa keluarga berkaitan dengan banyak masalah sosial. Contohnya adalah
masalah sosial yang berkaitan dengan dampak peningkatan tingkat perceraian, dampak
kekerasan, gerakan atau tuntutan hak memilih wanita, dan dampak industrialisasi. Bahkan
para pembaharu sosial memandang bahwa keluarga sebagai dasar kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu perhatian beralih kepada kehidupan keluarga itu sendiri. Keluarga dipandang
sebagai institusi yang mudah pecah, sehingga perlu dilindungi. Perubahan sosial yang
berlangsung cepat, industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapat
menyebabkan disorganisasi keluarga (Thomas & Wilcox dalam Sussman & Steinmetz,
1987).