Anda di halaman 1dari 49

Terapi teori keluarga

Dasar pemikiranTeori dan terapi adalah sama. Pola-pola keluarga tampaknya diulang.
Adalah penting untuk membedakan diri seseorang dari keluarganya. Kecemasan yang
tak terkontrol menghasilkan ketidakmampuan berfungsi keluarga.
Peran Konselor
Aktivitas konselor sebagai pelatih dan guru dan berkonsentrasi pada isu-isu keteriktan
dan diferensiasi.
Unit Treatment : individu atau pasangan
Tujuan Konseling
Untuk mencegah triangulasi dan membantu pasangan dan individu berhubungan pada
level cognitive, untuk menghentikan pengulangan pola-pola intergenerasi dalam
hubungan keluarga.
Teknik :
Genograms, kembali kerumah, detriangulasi, hubungan orang perorangan, perbedaan
self
Aspek unik :
Mengukur hubungan-hubungan intergenerasi dan pola-pola yang di ulang, systematic,
dalam teori yang mendalam.
Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana
setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada
salah satu subsistemya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa
sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri mempunyai 8
konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya :

1. Pemisahan Diri (differentiation of self)


Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri sebagai bagian yang
terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, tetapi dengan
catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih dalam menghadapi
konflik, kritik, serta menolak pemikiran yang tidak jelas serta emosional.
Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari kekuatan ego keluarga
yang telah banyak diterima pada anggota keluarga yang berusia 2 sampai 5 tahun serta
diulang pada usia antara 13 dan 15 tahun.
Stuck-togetherness (kebersamaan yang melekat/menancap) menggambarkan keluarga
dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang mempunyai
perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri
2. Triangles (Segitiga)
Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang anggota
keluarga yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga.
Triangles adalah penghalang dasar pembentukkan sistem emosional.
Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah
orang ketiga, yang membiarkan perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut.
Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan segitiga akan bertaut satu
sama lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh keluarga untuk
menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang daripada menyelesaikan
konflik/ketegangan.
Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn
melibatkan orang di luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian
dari keluarga besar
3. Proses Emosional Sistem Keluarga Inti
Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi.
Umumnya hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran, kebanyakan individu memilih
pasangan dengan tingkat perbedaan yang sama.
Jika tingkat perbedaan yang muncul rendah pada masa penjajakan dalam hal ini adalah
masa pacaran maka kemungkinan besar akan muncul masalah di masa mendatang.
4. Proses Proyeksi Keluarga
Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat sebagai orang tua maka
akan menciptakan kecemasan kepada anak-anaknya.
Peristiwa tsb dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga ayah-ibu-anak.
Segitiga ini ini umumnya berada pada berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada
hubungan antara orang tua dengan anak.
Anak biasanya menjadi target sasaran yang dipilih dengan berbagai alasan:
o Anak akan mengingatkan pada salah satu figur orang tua terhadap isu pengalaman masa
kanak-kanak yang tidak terselesaikan
o Anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam keluarga
o Anak yang lahir cacat
o Orang tua yang memiliki pandangan negatif saat kehamilan
Perilaku menjadikan anak sebagai sasaran tersebut disebut pengkambinghitaman
(scapegoating) dan hal tersebut sangat membahayakan stabilitas emosional serta kemampuan
anak.
5. Emotional Cutoff (pemutusan secara emosional)
Persepsi anak untuk memisahkan diri secara emosional.
Setiap anak dalam keluarga mempunyai derajat keterikatan secara emosi yang kuat dan
abadi dengan orang tuanya.
Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan jika antara anak
dengan orang tua tinggal dalam tempat yang jaraknya berdekatan sementara dengan anak
yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi sangat sulit untuk dilakukan.
Pemutusan hubungan secara emosional merupakan disfungsional yang terjadi diantara
keluarga asli akibat keterikatan yang terjadi dengan pembentukkan keluarga baru
Memelihara hubungan secara emosional dengan keluarga asal dapat mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga walaupun adanya perbedaan.

6. Proses Transmisi Multigenerasional


Suatu cara pola interaksional yang ditransfer dari satu generasi ke generasi lain.
Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yg natural/alami dari seluruh
generasi
Sikap, nilai, kepercayaan (beliefs), perilaku dan pola interaksi didapatkan dari orang tua
kepada anak melalui seluruh kehidupan
Penting untuk dikaji pada keluarga, terutama perilaku keluarga dalam suatu generasi yang
turun menurun (multiple)
7. Sibling Position
Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan mempengaruhi perkembangan keluarga
yang dapat diprediksi dari karakteristik profil
Anak ke berapa serta kepribadian anggota keluarga tsb akan menentukan posisi seseorang
dalam keluarga.
Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu menggambarkan tingkat perbedaan
kedudukan diantara keluarga serta kemungkinan terjadinya proses proyeksi keluarga secara
langsung.
8. Societal regression
a. Teori Bowen meluaskan pandangannya thdp masyarakat (society) sebagai system social
seperti layaknya keluarga.
b. Konsep societal regression membandingkan antara respon masyarakat dengan respon
individu dan keluarga terhadap:
i.Tekanan akibat krisis emosional
ii.Tekanan yang menimbulkan ketidaknyamanan & kecemasan;
iii.Penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa, bertambahnya masalah, serta siklus yang
sama yg berulang secara terus menerus.

Tujuan terapi Bowenian Model:


Menurunkan kecemasan & memperbaiki gejala-gejala yang timbul
Meningkatkan setiap partisipasi partisipan disesuaikan dengan tingkat pemisahan dirinya
dalam rangka meningkatkan adaptasi keluarga sebagai sistem. Metoda standarnya adalah 2
orang dewasa ditambah terapis. Peran terapeutik adalah:
Sebagai pelatih atau supervisor,
Meminimalkan keterlibatan secara emosional dengan keluarga.
Teknik terapis meliputi:
Mdefinisikan & mklarifikasi hub antar anggota keluarga
Mbantu anggota keluarga mengembangkan hub satu-satu & meminimalkan hub segitiga
(triangles) dalam system.
Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi system emosional
Meningkatkan perbedaan dgn mendorong kedudukan sebagai saya (individu) selama
mengikuti terapi

Proses Terapinya :
Presession Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub saling percaya serta
kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan masalah yang didapatkan
Session Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep Bowen dengan memberikan
beberapa intervensi terhadap keluarga
Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya Atau Mengakhiri Terapi
(2)Normal Family Development
Pembangunan keluarga yang optimal adalah pemikiran bahwa ketika anggota
keluarga yang berbeda, kecemasan rendah, adalah anggota berjalan dalam kontak emosional
yang baik dengan keluarga mereka. Kebanyakan orang meninggalkan rumah di tengah
perubahan hubungan dengan orang tua mereka dari remaja ke dewasa awal. Dengan demikian
transformasi biasanya tidak lengkap, dan kebanyakan dari kita, bahkan sebagai orang dewasa,
remaja terus bereaksi dengan kepekaan terhadap orang tua kita atau siapa saja yang menekan
tombol yang sama.
Biasanya, tapi tidak optimal, orang mengurangi kontak dengan orang tua mereka dan
saudara untuk menghindari kecemasan berurusan dengan mereka. Begitu keluar dari rumah
dan mereka sendiri, orang cenderung menganggap mereka memiliki masalah lama di
belakang mereka. Namun, kita semua punya urusan yang belum selesai dalam bentuk
sensitivitas yang belum terselesaikan yang berubah dalam hubungan intens kemanapun kita
pergi. Setelah belajar untuk mengabaikan peran mereka dalam perselisihan keluarga,
kebanyakan orang tidak dapat menghindari pengulangan dalam hubungan baru.
Lain warisan dari masa lalu adalah bahwa ikatan emosional antara pasangan intim
datang untuk menyerupai apa yang ada dalam keluarga asal mereka. orang dibeda-bedakan
ketika mereka membentuk keluarga baru. Oleh karena itu, Bowen percaya bahwa perbedaan
kepribadian otonom, yang dilakukan terutama dalam keluarga asal. Itu adalah deskripsi
perkembangan normal dan resep untuk meningkatkan theraupetic.
Carter dan McGoldrick (1999) menggambarkan siklus kehidupan keluarga sebagai
proses ekspansi, kontraksi dan reorganisasi hubungan untuk mendukung masuk, keluar dan
perkembangan anggota keluarga. Pada tahap awal yaitu tahap leaving home , tugas utama
pemuda adalah terpisah dari keluarga mereka tanpa memotong atau melarikan diri ke
pengganti emosional. Ini adalah waktu untuk mengembangkan diri otonom sebelum pasangan
untuk membentuk sebuah serikat baru. Pada tahap Joining of families through marriage tugas
utamanya adalah komitmen untuk pasangan baru. Tapi ini bukan hanya sekedar gabungan
antar dua individu, yang merupakan transformasi dari dua sistem. Sedangkan masalah pada
tahap ini mungkin muncul terutama antara mitra juga mungkin mencerminkan kesalahan
untuk keluarga yang terpisah dari asal atau kerugian yang terlalu banyak tekanan pada
pasangan.
Families with young children harus menyesuaikan dalam hal memberikan ruang
tambahan baru untuk bekerja sama dalam membesarkan atau mengasuh anak-anak, menjaga
pernikahan dari tenggelamnya dalam pengasuhan dan meluruskan kembali hubungan dengan
keluarga besar. Ibu dan ayah muda ditantang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka
untuk tumbuh dan kontrol dan bekerja sama sebagai sebuah tim. Ini adalah langkah yang
sangat menegangkan, terutama bagi ibu baru, dan ini merupakan fase siklus hidup dengan
tingkat perceraian tertinggi.
Penghargaan untuk orang tua yang mampu bertahan pada tahap sebelumnya adalah
memiliki anak-anak yang berubah menjadi remaja. Adolescence adalah saat ketika anak-anak
tidak ingin menjadi seperti ibu dan ayah, mereka ingin menjadi diri sendiri. Mereka berusaha
untuk menjadi individu yang otonom dan untuk membuka perbatasan di dalam keluarga -
mereka berjuang keras. Orang tua merasa puas dengan kehidupan untuk menyambut mereka
sendiri (atau paling tidak mentolerir) yang (pun intended) udara segar yang tertiup melalui
rumah hari ini. Mereka yang bersikeras mengontrol anak remaja mereka, seperti mereka
melalui saat masih anak kecil, menyebabkan rasa sakit eskalasi pemberontakan dan hal
tersebut adalah normal untuk saat ini.
Dalam launching of children and moving on stage, orang tua harus membiarkan anak-
anak mereka pergi dan beralih dari kehidupan mereka. Hal ini dapat menjadi waktu untuk
terbebas dari kepatuhan, tetapi juga bisa menjadi saat krisis paruh baya, Nicholas (1986).
Orang tua tidak hanya harus berhadapan dengan perubahan pada anak-anak mereka dan orang
tua dari kehidupan mereka sendiri tetapi juga untuk perubahan dalam hubungannya dengan
penuaan yaitu kebutuhan untuk meningkatkan dukungan, atau setidaknya bersedia untuk
bertindak sebagai orang tua sekarang.
Families in later life harus beradaptasi dengan masa pensiun, yang berarti tidak hanya
tiba-tiba kehilangan pekerjaan, tetapi juga peningkatan dengan pasangan. Dengan munculnya
kedua pasangan sepanjang hari, rumah tiba-tiba tampak jauh lebih kecil. Kemudian
menghadapi kehidupan kesehatan keluarga menurun, penyakit dan kemudian kematian,
equalizer besar.
Variasi dalam siklus hidup, yang tidak dapat dianggap penyimpangan, adalah
perceraian. Dengan tingkat perceraian sebesar 50 persen dan tingkat redivorce 61 persen
(Glick, 1984), perceraian kini menyerang sebagian besar keluarga american. Tugas utama
menceraikan pasangan adalah untuk mengakhiri pernikahan tetapi menjaga kerjasama
sebagai orang tua. Beberapa keluarga pada pasca-perceraian menjadi orangtua utama yaitu
ibu dan anak-anak dan dalam kasus yang paling mengejutkan di bawah berat beban keuangan
dalam bentuk keluarga. Alternatifnya adalah pernikahan kembali dan langkah pembentukan
keluarga, di mana, sering, kesepian untuk bertukar konflik.
Development of Behavior Disorders (Pengembangan Gangguan Perilaku)
Gejala-gejala gangguan perilaku berkembang karena seseorang mengalami stress
yang melebihi kemampuan seseorang tersebut untuk menanganinya. Dan juga gejala-gejala
gangguan perilaku berkembang ketika tingkat kecemasan seseorang melebihi kemampuan
sistem individu untuk mengatasinya. Kebanyakan individu yang ada di dunia ini sangat
rentan untuk memungkinkan gejala-gejala gangguan perilaku. Kemampuan seseorang untuk
menangani stress berbeda pada setiap individu.
Kemampuan untuk mengatasi stres dipengaruhi oleh tingkat diferensiasi seseorang.
Diferensiasi disini akan direduksi menjadi sebuah kematangan. Menurut Bowenian,
perbedaan yang terjadi tidak hanya didasari oleh kualitas individu tetapi juga hubungan
(relationship) setiap individu. Kualitas relationship yang dibangun seseorang mempengaruhi
seseorang dalam melakukan diferensiasi. Gejala-gejala juga berkembang ketika tingkatan
kecemasan seseorang melebihi kemampuan sistem untuk mengatasinya.
Menurut Bowen, faktor yang paling penting di dalam masalah-masalah psikologis
yang dihadapi oleh keluarga adalah gangguan perilaku hasil dari fusi emosional yang
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Landasan teori Bowen adalah konsep perbedaan diri, yaitu tingkat perbedaan
intelektual dan emosional anggota keluarga. Menurut Bowen, tingkat perbedaan diri
ditentukan oleh kemampuan individu dalam membedakan fungsi intelektual dan emosi.
Mereka yang perpaduan emosi dan intelektualnya kurang baik, akan cenderung mudah emosi
dan menjadi merasa tidak berguna meskipun stress yang dialami pada level yang rendah.
Bowen mengenalkan konsep tidak adanya perbedaan ego keluarga, yang diambil dari
teori psikoanalisis. Konsep ini menyatakan bahwa ada saling ketergantungan dan kedekatan
emosi antar anggota keluarga, dimana mereka saling tahu perasaan, khayalan dan impian satu
sama lain. Kedekatan ini menurut Bowen, dapat mengakibatkan ketidaknyamanan yang pada
akhirnya mencapai fase saling menolak di antara anggota keluarga. Atas desakan kematangan
dan aktualisasi diri, individu dituntut untuk memutuskan kelekatan emosi dengan keluarga
asal mereka. Kemudian muncullah perbedaan diri. Bowen menjelaskan level perbedaan diri
dengan membuat skala sebagai berikut:
1. Skala 0 25 Orang yang emosinya sangat dipengaruhi oleh emosi keluarga dan orang lain,
perasaannya lebih dominan dibanding pikirannya.
2. Skala 25 50 Reaksi emosi masih terbimbng oleh orang lain. Dalam menyelesaikan
masalah masih butuh orang lain.
3. 50 75 daya pikimya sudah cukup berkembang dan tidak lagi didominasi perasaan ketika
menghadapi stress.
4. Skala 75 100 Sudah dapat memisahkan antara pikiran dan perasaan. Keputusan-keputusan
yang diambil sudah bebas dari pengaruh kedekatan keluarga.
Menurut Murray Bowen, anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak
berfungsi (disfunctioning family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat
membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga
bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang
mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem
keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan
(gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus
memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan
berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya. Pendekatan utama Bowen's therapy adalah
menenangkan orang tua dan melatih mereka untuk menangani suatu masalah keluarga secara
lebih efektif.
TUJUAN TERAPI
Terapi Bowenian adalah proses investigasi aktif. Dimana terapis, dipandu oleh teori yang
paling komprehensif terapi keluarga, membantu anggota keluarga mengkritisi dan mencari
kesalahan, untuk menghadapi dan menjelajahi peran mereka dalam masalah keluarga.
Pelacakan pola masalah keluarga berarti memperhatikan dua hal: proses dan struktur. Proses
ini mengacu pada pola reaktivitas emosional, struktur, ke jaringan segitiga masing-masing.
Dalam rangka untuk mengubah sistem, perubahan harus berlangsung dalam segitiga yang
paling penting dalam satu keluarga yang melibatkan pasangan perkawinan. Untuk mencapai
hal ini terapis membuat segitiga baru, suatu fungsi terapeutik. Jika terapis tetap berhubungan
dengan mitra, sambil tetap netral secara emosional, mereka bisa memulai proses
detriangulation dan diferensiasi yang akan sangat dan secara permanen mengubah sistem
seluruh keluarga.
Metodologi klinis yang terkait dengan perumusan ini ditujukan untuk:
1. meningkatkan kemampuan orang tua untuk mengelola kecemasan mereka sendiri dan
menjadi lebih mampu mengontrol perilaku
2. Memperkuat tingkat pasangan berfungsi emosional dengan meningkatkan kemampuan
mereka untuk beroperasi dengan kecemasan yang kurang dalam keluarga asal mereka
Dalam modifikasi target ini diambil oleh Guerin dan Fogarty, penekanannya pada
membangun hubungan dengan anak dan bekerja dengan kontrol proses gejala disfungsional
dan emosional reaktif dalam segitiga dari keluarga inti. Kerja keluarga besar ditolak kecuali
secara langsung dan secara eksplisit terkait dengan pembentukan dan pemeliharaan gejala.
Gangguan Perilaku pada orang dewasa seperti kehilangan pekerjaan berulang, kemarahan
yang tidak terkendali, dan zat dorongan, jenis kelamin atau akuisisi terlihat dalam konteks
baik pasangan atau anak-anak dewasa segitiga disfungsional dan intervensi klinis
direncanakan sesuai.
Tujuan dari terapi perkawinan adalah untuk meningkatkan lokus diri, mengurangi
reaktivitas emosional, dan mengubah pola. Apabila hal ini bisa tercapai, pasangan bisa
menjadi mitra yang lebih baik, kekasih, dan teman-teman. Sebagai bagian dari proses ini,
mereka akan belajar untuk mengenali apa yang mereka percaya, bukan hanya apa yang
mereka menentang, menghargai hak-hak istimewa mereka dan mitra mereka, dan menjadi
lebih mampu menerima aset mereka sendiri dan keterbatasan serta mitra mereka.

Secara spesifik, tujuan dari terapi ini antara lain :


# Menetralisir masalah yang diajukan sebagai masalah multigenerasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor di luar individu
# mengurangi kecemasan dan "gejolak emosional" terhadap permasalahan dalam keluarga
sehingga mereka dapat merefleksikan dan bertindak untuk meningkatkan diferensiasi lebih
tenang, terutama dari pasangan dewasa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk mengelola kecemasan mereka sendiri, transisi lebih efektif untuk orang tua, dan dengan
demikian memperkuat unit kesejahteraan emosional seluruh keluarga
# menggunakan terapis sebagai bagian dari "segitiga suara" di mana terapis mengajarkan
pasangan untuk mengelola kecemasan jarak mereka sendiri, dan kedekatan dengan cara yang
sehat
# membentuk hubungan dengan anggota keluarga dengan "masalah" untuk membantu mereka
terpisah dari keluarga dan menolak triangulasi tidak sehat dan fusi emosional
# membuka hubungan yang tertutup dengan anggota keluarga
# berfokus pada lebih dari "masalah" dan mencakup keseluruhan kesehatan dan kebahagiaan
keluarga
# Mengevaluasi kemajuan keluarga dalam hal seberapa jauh mereka dapat berfungsi
sekarang, dan bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan datang
# menangani perbedaan-perbedaan kekuatan dalam pasangan heteroseksual berdasarkan
perbedaan, misalnya, dalam kekuatan ekonomi dan sosialisasi peran gender ( ini adalah
kontribusi dari mereka yang telah mempertimbangkan teori Bowen melalui lensa feminis).
Secara umum, terapis mengatasi hal ini dengan memberikan perhatian lebih terhadap
masalah spesifik yang mereka kemukakan, dan lebih memperhatikan pola emosi dan
hubungan keluarga, dan struktur keluarga ibu-anak dan segitiga. Lebih khusus, terapis
# Mencoba untuk mengurangi kecemasan (yang melahirkan fusi emosional) untuk
mempromosikan pemahaman, yang merupakan faktor penentu dalam perubahan, konflik
terbuka adalah dilarang karena menimbulkan kecemasan anggota keluarga selama sesi ke
depan
# Tetap netral dan detriangulated dan dalam model efek untuk orang tua apa yang harus
mereka lakukan untuk keluarga
# mempromosikan diferensiasi anggota, seperti yang sering hanya satu anggota dapat
merangsang perubahan dalam keluarga terbesar; menggunakan "Aku "Laporan adalah salah
satu cara untuk membantu anggota keluarga untuk memisahkan emosi mereka sendiri dan
pikiran dari sisa keluarga
# Mengembangkan hubungan pribadi dengan setiap anggota keluarga dan mendorong
anggota keluarga untuk membentuk hubungan yang lebih kuat juga
# mendorong anggota untuk kembali ke keluarga
# dapat menggunakan label deskriptif seperti "pengejar-distancer," dan membantu anggota
melihat dinamika yang terjadi; berikut distancers hanya menyebabkan mereka untuk
menjalankan lebih lanjut, saat bekerja dengan pengejar untuk membuat tempat yang aman
dalam hubungan distancer diundang kembali.
# melatih dan berkonsultasi dengan keluarga, menyela argumen, dan model keterampilan.
Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku menurut Bowen
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan
oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Dibawah ini diuraikan bentuk-bentuk
perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan
menjadi 3, yakni :
a. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi perubahan lingkungan fisik atau sosial
budaya dan ekonomi maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami
perubahan.
Misalnya Bu Ani apabila sakit kepala (pusing) membuat ramuan daun-daunan yang ada di
kebunnya lalu meminumnya. Tetapi karena intensifikasi kebunnya maka daun-daunan untuk
obat tersebut terbabat habis diganti dengan tanam-tanaman untuk bahan makann. Maka
dengan tidak berpikir panjang lebar lagi Bu Ani berganti minum jamu cap jago yang dapat
dibeli di warung.
b. Perubahan Rencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya
Pak Anwar adalah perokok berat. Tetapi karena pada suatu saat ia terserang batuk-batuk yang
sangat mengganggu maka ia memutuskan untuk mengurangi merokok sedikit demi sedikit
dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat maka
yang sering terjadi adalah sebagai orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubah (readiness of change) yang berbeda-beda.
Setiap orang didalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-
beda meskipun kondisinya sama.
Didalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut menurut WHO dikelompokkan
menjadi 3, yakni :
a. Menggunakan Kekuatan / Kekuasaan atau Dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia
mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya
dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota
masyarakat.
Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat akan tetapi perubahan tersebut
belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum
berdasarkan kesadaran sendiri.
b. Pemberian Informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, cara-cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan
itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan waktu yang lama tetapi
perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka
sendiri (bukan karena paksaan).
c. Diskusi dan Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua tersebut di atas. Dimana dalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi tetapi juga harus
aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.
Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka
diperoleh secara mantap dan lebih mendalam dan akhirnya perilaku mereka peroleh akan
lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain.
Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua
tersebut dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama. Diskusi partisipasi adalah salah satu
cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.
Contohnya:
PERUBAHAN PERILAKU PADA IBU HAMIL
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini
semua di perngaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri
harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi nanti pada si ibu baik
perubahan fisik dan perilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai
perubahan ini membuat pasangan jadi tidak harmonis.
CENDERUNG MALAS
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja,
melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jadi tidak ada
salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk beberapa waktu. Misalnya dengan
menggantikannya membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.
LEBIH SENSITIF
Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-sedikit
tersinggung lalu marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang
menyenangngkan, hadapi saja dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini
nantinya bakal hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan,
bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
MINTA PERHATIAN LEBIH
Perilaku lain yang kerap mengganggu adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalu
ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih, usahakan untuk
menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan suami, walau sedikit, bisa
memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika
istri merasakan pegal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk
mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan
bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran
untuk menghadapinya.
GAMPANG CEMBURU
Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat
sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin, selain perubahan
hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila
suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan
dengan bijaksana bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting
dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu, ceritakan dengan terperinci aktivitas.
AKIBAT HORMON PROGESTERON
Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar karena produksi
hormon progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk
psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis
dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid,
perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu
hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini, disebabkan
kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis dipengaruhi
oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk belajar menyesuaikan
diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat
mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan. Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari ibu yang tidak
siap, umpamanya karena kehamilannya tidak diinginkan, umumnya merasakan hal-hal yang
lebih berat. Begitu pula dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan
merasa terganggu dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Seringkali ibu
sangat gusar dengan perutnya yang semakin gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar,
rambut menjadi kusam, dan sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu
menjadi tidak stabil. Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan.
Kala itu pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon yang
terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua dan ketiga karena ibu sudah bisa
menyesuaikan dirinya.

WASPADAI PERUBAHAN BERLEBIHAN


Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan
mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti
diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah keterlaluan. Kriteria keterlaluan memang
terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih
atau stres sehingga perilakunya bisa membahayakan janin. Misalnya, kemalasan ibu
sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah
sering berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada
aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati yang kelam dan emosi yang
meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam lambung. Di samping itu, dapat pula
memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak
ini akhirnya akan merugikan pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan
dan menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar dirinya. Apalagi masa
trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentukan organ tubuh janin.
Oleh karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul di
masa hamil, Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara positif,
baik ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negative.
a. Menyimak Informasi Seputar kehamilan
Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau
situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa
lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada
dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu
kondisi psikis.
b. Kontrol Teratur
Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa
menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu penanganan
lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater
yang dapat membantu kestabilan emosi.
c. Perhatian Suami
Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu
bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa
lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.

d. Jalin Komunikasi
Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu
kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi
dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat
berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang
dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu
jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas
Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak
perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya,
ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan
lebih baik.
6. Perhatikan Kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan
psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi.
Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang
mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi
kehamilan.
7. Relaksasi
Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam
yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
Terapi
Teknik utama dalam terapi Bowenian termasuk diantaranya genograms, proses bertanya,
hubungan experimental, detriangling, pembinaan, mengambil Posisi Aku dan perpindahan
cerita. Karena mereka melihat peran mereka sendiri dalam masalahkeluarga, dan masalah
yang tertanam dalam sejarah keluarga besar sangat penting dalam terapi Bowenian, dalam
pendekatan ini asesmen lebih kritis dari pada yang lainnya.
Asesmen
Sistem asesmen sebuah keluarga besar diawali dengan deskripsi dan sejarah masalah yang
diajukan. Tanggal-tanggal yang tepat dicatat dan kemudian ditandai dengan hubungannya
dengan peristiwa dalam siklus hidup keluarga besar. Selanjutnya muncul riwayat keluarga
inti, termasuk informasi tentang kapan orang tua mereka bertemu, pacaran , pernikahan dan
pengasuhan anak. Perhatian khusus diberikan kepada dimana keluarga tinggal dan ketika
mereka pindah, terutama dalam kaitannya dengan lokasi untuk keluarga besar. Bagian
selanjutnya dari evaluasi dikhususkan untuk sejarah lahirnya 'kedua pasangan, posisi saudara,
fakta-fakta penting tentang masa kecil mereka, dan tentang masa lalu dan fungsi dari orang
tua mereka. Semua informasi ini dicatat dalam sebuah genogram, yang mencakup setidaknya
tiga generasi.
Genograms adalah diagram skematik dari daftar anggota keluarga dan hubungan mereka
antara satu sama lain. Termasuk umur, tanggal perkawinan, kematian, dan lokasi geografis.
Pria digambarkan oleh kotak dan perempuan oleh lingkaran, dengan usia masing-masing di
dalam gambar. Garis horizontal menunjukkan perkawinan, dengan tanggal pernikahan ditulis
pada garis; garis vertikal menghubungkan orang tua dan anak-anak. Apa yang membuat
Genogram lebih dari potret statistik sejarah keluarga adalah dimasukkannya konflik
hubungan, ambang dan segitiga.
Tanggal peristiwa penting, seperti kematian, perkawinan, dan perceraian, sebuah penelitian
yang memerlukan sikap hati-hati. Peristiwa-peristiwa tersebut menimbulkan gelombang
emotional yang mengejutkan bagi seluruh keluarga, yang mungkin dapat membuka
komunikasi dan membantu perkembangan hubungan, atau masalah ini menjadi terpendam
dan anggota keluarga menjadi terputus.
Jika tiga garis yang berhubungan digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sangat
dekat, garis berbelok-belok (zigzag) untuk menunjukkan konflik, garis titik-titik adalah untuk
menunjukkan jarak emotional, dan garis terputus adalah untuk menunjukkan perpisahan, pola
segitiga menunjukkan ketiga generasi seringkali menjadi sangat jelas.
Evaluasi keluarga Bowenian dimulai, seperti halnya sebagian besar pendekatan, dengan
memaparkan keluhan. Terapis membiarkan keluarga menceritakan kisahnya dan
mendengarkan dengan seksama untuk setiap persepsi anggota keluarga pada masalah
tersebut.
Sejarah memfokuskan diri pada pengembangan dari gejala-gejala orang tersebut kepada
jaringan hubungan yang mana orang tersebut merupakan bagiannya. Sejarah dari keluarga
inti dimulai dengan pertemuan dan hubungan antara kedua orangtua. Jika terapis gagal
mengambil sejarah hati-hati, asosiasi yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh
sudut pandang dari masalah mereka mungkin dapat terabaikan.
Yang menarik bahwa sebuah keluarga dapat bertahan dan bagaimana mereka telah
beradaptasi. Informasi ini membantu menentukan kecemasan dalam sebuah keluarga dan
apakah hal tersebut berhubungan dengan peristiwa hidup yang sulit yang terlalu berlebihan
atau derajat adaptasi yang rendah dalam keluarga. Keputusan untuk memperpanjang
penilaian di luar keluarga inti tergantung pada sejauh mana krisis dan tingkat kegelisahan
dalam keluarga tersebut.
Dalam mengumpulkan informasi tentang keluarga besar, terapis harus memastikan anggota
keluarga mana yang paling terlibat dengan keluarga yang sedang dievaluasi, karena sifat
hubungan yang sedang berlangsung dalam keluarga besar yang memiliki dampak yang besar
pada kedua orang tua dan peran mereka dalam keluarga inti . Sama pentingnya,
bagaimanapun, adalah untuk mengetahui yang tidak terlibat, karena orang dengan hubungan
yang telah terputus yang dapat menjadi sumber kecemasan yang lebih besar daripada orang-
orang yang masih berhubungan.
Teknik Terepeutik
Terapis Bowenian percaya bahwa memahami bagaimana system dalam keluarga
beroperasi lebih penting daripada teknik itu sendiri. Bowen sendiri mengatakan teknik
dengan penghinaan, dan ia sedih melihat orang-orang mengandalkan rumus intervensi.
Jika ada peluru ajaib dalam terapi Bowenian, hal tersebut bisa saja proses
bertanya. Proses bertanya didesain untuk menurunkan secara perlahan, mengurangi
kecemasan yang reaktif dan membiarkan mereka untuk mulai berpikir bukan hanya tentang
bagaimana orang lain merepotkan mereka, tetapi tentang bagaimana mereka berperan dalam
masalah interpersonal.
Mereka yang mengikuti Bowen juga mengajukan pertanyaan, tapi kadang kala
bergerak untuk menghadapi tantangan, berdebat dan menjelaskan. Betty Carter, misalnya,
bertanya sebuah rancangan untuk membantu pasangan memahami situasi mereka, tetapi ia
kemudian mencoba untuk memperbaiki proses dan mempercepatnya dengan menjelaskan apa
yang berhasil atau tidak berhasil, dan dengan memberikan test menghitung untuk membawa
orang keluar dari segitiga. Dia mungkin, misalnya, mendorong istrinya untuk mengunjungi
ibu mertuanya, atau suami memulai dengan menelepon ibunya di telepon. Cara kesukaan
Carter yang lain adalah mendorong orang untuk menulis surat, mengatasi hal-hal yang belum
diselesaikan dalam keluarga.
Apakah pengobatan melibatkan keluarga inti, pasangan, individu, atau kelompok dari
beberapa keluarga, upaya diarahkan pada memodifikasi sistem seluruh keluarga.

Terapi Bowenian Dengan Pasangan


Bowenians juga suka bekerja dengan orang tua atau pasangan suami-istri. Ketika
terapis bergabung dengan pasangan, terapi segitiga terbentuk. Pengungkapan emosional klien
harus muncul/tampak cukup bermakna dalam sesi terapi tetapi cukup dingin/terkontrol untuk
bersikap objektif. Hal ini dicapai dengan cara memancing klien dengan pertanyaan dan isu-
isu yang lebih sensitif dan dengan mengatur jumlah interaksi diantara pasangan yang menjadi
klien. Lebih mudah untuk mendengar ketika Anda sedang sibuk merencanakan respons Anda
sendiri. Jika hal tersebut gagal untuk mendinginkan suasana panas diantara klien, Fogarty
merekomendasikan terapis untuk berbicara pada pasangan tersebut dalam sesi yang terpisah.
Biasanya pasangan tidak dapat memecahkan masalah hanya dengan berbicara
mengenai masalah mereka. Biasanya ketika konflik itu muncul, mereka cenderung untuk
berpendapat tidak produktif, saling menuntut satu sama lain, dan lebih banyak mengeluh
daripada bernegosiasi. Untuk membuat perubahan dalam kondisi tersebut pasangan yang
berkonflik (klien) perlu salingberbicara dan mendengarkan satu sama lain. Teknik khusus
diperlukan untuk membantu anggota keluarga ini melihat proses interaksi mereka, bukan
hanya konten, untuk melihat peran mereka dalam proses tersebut, bukan hanya menyalahkan
orang lain, dan akhirnya berubah.
Guerin merekomendasikan displacement story sebagai cara untuk membantu
anggota keluarga mencapai jarak yang cukup untuk melihat peran mereka dalam sistem
keluarga. Displacement story ini dilakukan dengan mendengar kisah/cerita mengenai
keluarga lain dengan masalah serupa.
Guerin juga menggunakan film sebagai bahan displacement story. Dia
menggunakannya untuk mengajarkan mengenai dinamika keluarga pada keluarga yang
menjadi klien dalam terapi. Berbekal pengetahuan tentang teraputic segitiga, terapis mencoba
untuk tetap netral dan obyektif. Hal ini membutuhkan tingkat optimal jarak emosional, yang
merupakan titik di mana terapis dapat melihat aspek-aspek tragis dan komik dari interaksi
dari pasangan, kata Bowen.
Sebagai mitra untuk bicara dan mengungkapka perasaan, terapis berfokus pada proses
interaksi mereka. Konsentrasi pada isi dari pembahasan ini adalah tanda bahwa terapis secara
/emosional masuk dalam masalah pasangan. Pekerjaan Terapis bukanlah untuk
menyelesaikan konflik, tetapi membantu pasangan untuk melakukannya. Tujuannya adalah
agar klien dapat mengekspresikan ide-ide, pikiran, dan pendapat kepada para terapis di depan
pasangan mereka. Jika pasangan mulai berdebat, terapis menjadi lebih aktif dengan
pertanyaan yang tenang, kemudian yang lain, dengan fokus pada pikiran mereka.
Metafora yang saling melengkapi berguna untuk menyoroti proses yang mendasari isi
dari interaksi keluarga. Fogarty, misalnya, menggambarkan dinamis "pengejar-penjaga jarak"
antara pasangan. Menurut Fogarty, triknya adalah, "Jangan memburu penjaga jarak."
Sebaliknya, membantu pengejar mengeksplorasi kekosongan batinnya sendiri. Hal ini juga
penting bagi terapis untuk tidak mengikuti distancers. Jika tidak ada yang mengejar, penjaga
jarak dengan sendirinya akan lebih cenderung bergerak ke arah keluarga.
Untuk menekankan perlunya objektivitas, Bowen berbicara tentang terapis sebagai
"pelatih" atau "konsultan." Tekankan netralitas yang diperlukan untuk menghindari
triangulasi. Secara tradisional, ini dikenal sebagai manajemen transferensi dan
kontratransferensi. Jadi, Bowen menganggap membedakan diri dalam keluarga mereka
sendiri cara terbaik untuk menghindari emosional triangled oleh pasangan. Guerin
menyarankan bahwa cara terbaik untuk mengembangkan pemahaman yang benar dari konsep
keluarga adalah mencoba keluarga Anda sendiri.
Untuk membantu klien menentukan posisi sebagai diri-dibedakan, terapis dapat
menggunakan cara I-position (Guerin, 1971). Terapis lebih merupakan posisi
otonom/posisi independen dari keluarga, sehingga lebih mudah bagi anggota keluarga untuk
mendefinisikan diri mereka satu sama lain. Secara bertahap, anggota keluarga belajar untuk
tenang mengekspresikan kepercayaan dan keyakinan mereka sendiri dan untuk bertindak atas
mereka tanpa menyerang orang lain atau terlalu kecewa dengan respon mereka.
Ketika satu pasangan mulai membedakan, pihak lain dapat kehilangan keseimbangan
dan dibuat tertekan untuk kembali ke status quo. Jika cuaca counterreaction emosional
tenang, tanpa bermusuhan, kedua pasangan bisa bergerak menuju tingkat yang lebih tinggi
diferensiasi. Akhirnya, ketika semua orang telah mencapai diri cukup saling berhubungan,
mereka dapat datang bersama-sama dalam mendukung dan saling menghormati, daripada
terus berusaha membentuk satu sama lain dalam citra mereka sendiri dan kemiripan yang
mereka inginkan.
Setelah harmoni telah dimenangkan oleh kemajuan self-diferensiasi, Bowen
mengajarkan pasangan bagaimana sistem emosi bekerja dan mendorong mereka untuk
mengeksplorasi jaringan hubungan dalam keluarga mereka (Bowen, 1971). Ia
mempersiapkan mereka untuk ini dengan terlebih dahulu membuat referensi reguler/berkala
untuk keluarga masing-masing. Setelah pasangan mengakui relevansi pengalaman keluarga
mereka sebelum masalah mereka saat ini, transisi untuk fokus pada keluarga asal akan lancar.
Kerr (1971) menunjukkan bahwa ketika membahas masalah hubungan di dalam
keluarga, terapis kadang harus bertanya tentang pola yang sama dalam keluarga asal.
Pengetahuan tentang teori sistem keluarga membantu orang melacak pola yang memiliki
pegangan pada mereka sehingga mereka dapat membuka sendiri. Informasi ini berguna bila
ketegangan menurun, tetapi tetap berusaha menanakan bahwa cara itu dapat berisiko selama
periode konflik dan kecemasan.
Ketika mereka belajar teori sistem, kedua klien dikirim pulang untuk kunjungan untuk
melanjutkan proses diferensiasi dalam keluarga besar mereka. Selama fase terapi ini-
pembinaan-Bowen percaya bahwa pertemuan langka tidak hanya mungkin, tetapi diinginkan
(1976). Setelah sesi berkurang maka akan sering memaksa orang/pasangan untuk lebih
kreatif.
Terapi Bowen dengan Pribadi (Satu Orang)
Kesuksesan Bowen dalam membedakan keluarganya meyakinkannya bahwa satu
orang yang sangat termotivasi bisa menjadi tumpuan untuk perubahan dan sistem seluruh
keluarga. Dia kemudian keluarga terapi dengan seseorang bagian penting dari praktek
mereka. Menggunakan metode ini dengan pasangan ketika yang lain menolak untuk
berpartisipasi, atau orang dewasa lajang yang tinggal jauh dari orang tua atau yang orang
tuanya tidak datang untuk perawatan. Selain kasus-kasus di mana Bowen membuat kebajikan
kebutuhan, menggunakan pendekatan-nya sebagian besar dengan profesional kesehatan
mental. Extended anggota keluarga juga bekerja dengan pusat pengobatan dari pasangan
setelah kecemasan presentasi dan gejala menghilang.
Tujuan dari terapi dengan individu adalah sama seperti ketika bekerja dengan unit
besar atau dalam keluarga: diferensiasi atau perubahan dan perbedaan. Dengan individu
fokusnya adalah pada penyelesaian masalah neurotis di dalam keluarga besar. Ini berarti
mengembangkan hubungan dengan orang lain, melihat anggota keluarga sebagai individu
daripada gambar emosional, belajar untuk mengamati s sebuah diri dalam segitiga dan
akhirnya detriangling sendiri.
Besarnya ikatan emosional yang belum terselesaikan untuk orang tua didefinisikan
dalam istilah diferensiasi.
Terapi Bowen dirancang hubungan yang luas dan akrab dengan keluarga besar.
Bahkan, Bowen menemukan pekerjaan keluarga besar keunggulan untuk bekerja secara
langsung pada keluarga inti.
Dua prasyarat untuk membedakan diri dalam sebuah keluarga besar adalah beberapa
pengetahuan tentang bagaimana keluarga memiliki fungsi sebagai pemberi motivasi yang
kuat untuk berubah. ulit untuk mempertahankan upaya untuk bekerja pada hubungan keluarga
tanpa adanya masalah, dan banyak orang bekerja hanya dalam menyembur dari satu krisis ke
yang lain.
Mengumpulkan informasi tentang keluarga juga merupakan alat yang sangat baik
untuk langkah kedua menuju diferensiasi, membangun hubungan orang lain dengan anggota
keluarga bila memungkinkan.
Ada manfaat yang mendalam dari hubungan berkembang dari orang ke orang dengan
anggota keluarga besar, tetapi harus dialami untuk menghargai. Dalam proses pembukaan
dan pendalaman hubungan pribadi, belajar kekuatan emosional dalam keluarga.
Banyak dari respon emosional kita kepada keluarga menghambat kemampuan kita
untuk memahami dan menerima yang lain, lebih buruk lagi, membuat tidak mungkin untuk
memahami dan mengatur. Ini adalah alam untuk mendapatkan marah dan menyalahkan orang
bila ada sesuatu yang salah. Orang berbeda, bagaimanapun, mampu melangkah mundur,
mengendalikan kapasitas respons emosional dan mempertimbangkan cara-cara untuk
memperbaiki keadaan. Bowen telah memanggil ini "melampaui kemarahan dan
menyalahkan" dan mengatakan bahwa setelah mereka pelajari dalam keluarga, kemampuan
ini berguna untuk menangani tawa emosional sepanjang hidup.
Pada akhirnya, perbedaan itu sendiri membutuhkan identifikasi segitiga interpersonal
di mana Anda berpartisipasi dengan mereka. Tujuannya adalah untuk merujuk kepada orang
tanpa bergosip atau mengambil sebagian atau musuh kita tidak membela diri. Bowen
menyarankan bahwa waktu terbaik untuk melakukan selama krisis keluarga, tetapi dapat
dimulai setiap saat.
Sebuah segitiga umum dimulai dengan seorang ayah dan anak. Misalkan bahwa setiap
kali Anda mengunjungi orang-orang biasanya ibunya membawa anaknya dan mulai
mengeluh tentang ayahnya.
Akhirnya, sedangkan segitiga bisa memberikan ilusi yang dekat dengan ibunya,
adalah pengganti untuk keintiman atau ayahnya adalah membela solusi. Hanya ibu dan ayah
untuk pelebaran kesenjangan antara mereka. Sementara melanjutkan hubungan triangulasi,
pribadi dan terbuka tidak dapat mengembangkannya. Setelah segitiga diakui untuk apa itu,
Anda dapat membuat sebuah rencana aksi untuk menghentikan berpartisipasi di dalamnya.
Ide dasarnya adalah untuk melakukan sesuatu, apa saja, untuk mendapatkan dua untuk
bekerja pada hubungan itu sendiri. Pendekatan paling sederhana adalah lebih langsung dan
menyarankan yang mereka lakukan.
Kegagalan segitiga tidak dapat mudah, tapi penghargaan yang besar. Bowen percaya
membedakan mobil membutuhkan pembukaan hubungan dalam keluarga besar dan berhenti
berpartisipasi dalam segitiga independen. Beberapa derajat penolakan diharapkan ketika
seseorang embarks pada arah untuk diri sendiri yang tidak disetujui oleh, orang tua pemegang
saham, rekan, atau lainnya. Penolakan, yang mengaktifkan ancaman terhadap keseimbangan
hubungan, dirancang untuk mengembalikan keseimbangan.
Beberapa pedoman yang berguna untuk melawan upaya keluarga untuk mendapatkan
Anda untuk mengubah kembali ke pola produktif tapi akrab telah disebutkan oleh Carter dan
Orfanidis. Masuk kembali ke dalam rumah keluarga anda perlu membuka sistem tertutup.
Kadang-kadang yang dibutuhkan adalah kunjungan.
Pada awalnya,disarankan untuk memulai dengan pembukaan hubungan tertutup
sebelum mencoba untuk memodifikasi konflik. Jangan mulai mencoba untuk menyelesaikan
perang antara Anda dan ibumu. Mulailah dengan mencari seorang saudara atau sepupu
dengan siapa Anda telah berkomunikasi. Mengobati masalah pribadi, tetapi untuk
menghindari konflik dalam tabel. Jika kontak Anda dengan beberapa bagian keluarga yang
rutin dan dapat diprediksi, membuat mereka lebih kreatif. Mereka yang terus bekerja dalam
hubungan keluarga mereka di luar resolusi krisis, atau di luar antusiasme flush pertama untuk
kepentingan akademik baru, bisa membuat perubahan besar dalam diri mereka, keluarga
mereka sistem dan kerja sendiri dokter.

Mengevaluasi Teori Terapi dan hasilnya


Yang membuat teori Bowen sangat bermanfaat adalah teori tersebut menggambarkan
dan menjelaskan tekanan emosi di dalamnya yang meregulasi bagaimana kita
menghubungkannya pada orang lain. Satu-satunya rintangan terbesar dalam memahami satu
sama lainnya adalah tendensi/kecenderungan kita untuk menjadi reaktif secara emosi dan
merespon secara defensif bukannya malah saling mendengar dan menyimaknya. Seperti
halnya relasi/hubungan, emosianal semacam ini merupakan two-way street atau jalan dua
arah: dimana beberapa pembicara mengekspresikan dirinya sendiri dengan tekanan emosi
tertentu dimana para pendengarnya bereaksi terhadap tekanan tersebut secara tidak
terelakkan, dari pada mendengarkan apa yang coba dikatakan oleh yang sedang berbicara.
Teori Bowenian menggambarkan reaktifitas tersebut, yang terletak pada asalnya dari
kurangnya pembedaan diri, dan menjelaskan bagaimana cara mengurangi emosionalisme dan
beranjak maju kepada kontrol diri yang matang dengan mengolah hubungan-hubungan
secara luas di dalam keluarga dan belajar mendengarkan tanpa membela diri atau berbohong
terhadap kepercayaan yang dimiliki seseorang.
Dalam teori Bowenian, kecemasan merupakan all-purpose-explanation atau
penjelasan umum (untuk pertanyaan mengapa seseorang menjadi dependen atau juga
penghindar dan mengapa mereka menjadi reaktif secara emosional). Teringat pada teori
konflik Freudian (yang menjelaskan semua simptom sebagai hasil dari kecemasan yang
terbendung dari konflik-konflik mengenai sex dan agresi). Konsep umum yang kedua dalam
sistem teori Bowenian adalah perbedaan. Karena diferensiasi ini identik dengan kedewasaan,
murid-murid boleh bertanya, terhadap sejauh mana proporsi bahwa lebih banyak orang
dibedakan berfungsi lebih baik dalam argumen melingkar? Dalam penghormatan pada tradisi
Bowenian bahwa lebih baik bertanya daripada memperluas opini, kita biarkan ini sebagai
pertanyaan pembuka untuk pertimbangamu.
Pokok kekurangan dari pendekatan Bowenian adalah bahwa dalam berkonsentrasi
pada para individu dan hubungan keluarga besar mereka, mengabaikan kekuatan bekerja
secara tepat dengan keluarga inti. Dalam banyak kasus, cara paling paling tepat dalam
mengatasi masalah-masalah keluarga adalah memberikan setiap orang bersama-sama dalam
rumah tangga yang sama dan memberanikan mereka untuk berhadapan satu sama lain dan
membicarakan tentang konflik/ permasalahan mereka. Diskusi ini bisa menjadi ricuh dan
tidak produktif, tapi terapis yang handal dapat membantu anggota keluarga untuk menyadari
apa yang sedang mereka lakukan dan memandu mereka dalam memahaminya. Ada waktu
saat sebuah pasangan atau keluarga bermusuhan dan defensif dimana dialog-dialog mereka
harus diinterupsi untuk membantu masing-masing individu mendapatkan yang lebih dari pada
pembelaan diri yang dibawahi oleh rasa sakit hati. Dalam waktu seperti itu hal tersebut
bermanfaat, mungkin impertif / dalam bentukperintah, untuk menghalangi anggota keluarga
bertengkar satu sama lain. Tapi sebuah pendekatan, seperti milik Bowen, yang memberanikan
para terapis untuk berbicara pada masing-masing individu anggota keluarga yang sekali
waktu menyalahgunakan kekuatan bkereja secara tepat dengan tindakan terhadap keluarga
intinya.
Status sistem terapi keluarga besar dan teorinya tidak bersandar pada riset-riset
berpengalaman tetapi pada keanggunan teori Murray Bowen, laporan-laporan klinis dari
perawatan yang sukses dan keuntungan personal yang dialami oleh mereka yang bekerja
dalam membedakan sebuah self dalam keluarga asal mereka. Riset asli Bowen dengan
keluarga yang schizophrenia lebih bersifat observasi klinis dari pada eksperimen terkontrol.
Faktanya, Bowen jelas-jelas tenang terhadap riset-riset empiris (Bowen, 1976), yang lebih
memilih untuk menyaring dan mengintegrasi antara teori dengan praktiknya. Sedikit
pekerjaaan lapangan empiris yang dilaporkan pada simposium keluarga Georgetown tahunan.
Disana, evaluasi dari berbagai program dan laporan penelitian berkala telah dipresentasikan.
Satu diantaranya, sebuah studi dari Winer, cukup menarik untuk dipublikasikan dalam
Family Process (Winer,1971). Winer melaporkan dalam observasinya terhadap empat
keluarga dalam multiple family therapy (terapi keluarga jamak) yang diketuai oleh Murray
Bowen. Pada rangkaian perlakuan, pelaku eksperimen mencatat ratio referensi diri ke
referensi lain. Pernyataan dianggap sebagai pembedaan referensi diri termasuk berbicara
tentang diri sendiri tanpa menyalahkan, menghadapi perubahan atau perubahan yang
diinginkan terhadap diri daripada pada terhadap orang lain, membedakan pikiran dengan
perasaan, dan menunjukkan kesadaran dan tujuan terarah. Terdapat dua penemuan signifikan,
yang keduanya didukung oleh posisi Bowen.
Pertama, di awal sesi terdapat pernyataan diri yang lebih sedikit; angka terbesar diwakili
oleh kami dan kita, yang mengindikasikan bahwa pasangan tersebut tidak membedakan
posisi yang terpisah.
Kedua, terdapat evaluasi terhadap saya yang dibedakan pada rangkaian perlakuan. Pada
awalnya hal ini muncul kurang dari separuh waktunya, tetapi setelah beberapa sesi
pernytataan pembedaan mendominsai.

Meskipun itu mendukung keefektifan dari Terapi Bowen dalam peningkatan


diferensiasi, studi Winner tidak menguji dasar pemikiran yang membedakan self yang
sinonim dengan outcome dari positive therapeutic. Faktanya, itu merupakan sebuah artikel
yang meyakini Bowen, dan poinnya adalah gejala-gejala mengindikasikan peleburan emosi,
sedangkan peleburan tersebut menunjukkan adanya gejala-gejala (Bowen, 1966)
Bowen berulang-ulang menekankan pada pentingnya teori dalam praktik klinis
(Bowen, 1976). Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa meskipun teorinya amat teliti, konsisten
dan bermanfaat, secara keseluruhan setiap seri dari konsep tersebut tetap berdasarkan pada
observasi klinis. Dasar dari prinsip bukan berasal dari riset empiris dan kemungkinan tidak
menerima konfirmasi maupun diskonfirmasi dalam eksperimen kontrol. Teori Bowen seperti
psikoanalisis, kemungkinan penilaian terbaik bukan berdasarkan benar atau salah, tapi
bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Bukti keefektifan family system therapy terdapat pada pengalaman pribadi maupun
laporan klinis. Terapis Bowenian rupanya melakukan sesuai standard yakni one-third pasien
semakin buruk atau tidak lebih baik, one-third pasien agak lebih baik, dan one-third sangat
baik.
Orang-orang yang mengembangkan sistem terapi dipengaruhi oleh pribadi mereka
dan pengalaman emosional. Bowen lebih sadar dan terus terang akan hal tersebut (Anonim,
1972). Keluarganya dari kelas menengah, tidak ada gejala, dan terlibat secara relatif: teknik
Bowen terlihat paling relevan untuk keluarga semacam ini. Seperti Bowen, banyak terapis
lain yang mempertimbangkan bab ini dalam menangani pasien yang juga berasal dari
keluarga kelas menengah.
Phil Guerin dan Tom Forgarty telah memberikan kontribusi, tidak hanya dengan
tetap mengajarkan teori Bowenian tetapi juga dalam memperhalus teknik-teknik dalam terapi.
Keduanya merupakan master terapis. Betty Carter dan Monica McGoldrick memberikan
kontribusi dalam studi bagaimana keluarga bekerja: siklus kehidupan keluarga normal,
perbedaan etnis, dan penerapan ketidakadilan peran gender. Oleh karena mereka adalah
murid dari terapis keluarga, beberapa dari intervensi mereka diputuskan menurut teori terapi
keluarga tersebut. Penerapan dalam keluarga tiri, sebagai contoh, Betty Carter mengambil
sudut pandang seorang ahli dan mengajarkan bahwa orangtua tiri tidak mencoba untuk
berasumsi posisi mereka sama dengan orangtua biologis. Orangtua tiri harus memperoleh
otoritas, sementara itu tetap menjalankan peran sebagaimana orangtua biologis. Sebagaimana
pendekatan Bowen dipengaruhi dari pengalaman pribadinya, Carter dan McGoldrick
memasukan pekerjaan mereka sebagai terapis keluarga dengan pengalaman-pengalaman
sebagai wanita karier dan keyakinan meraka tentang harga dari ketidakadilan.
Semua terapis adalah orang-orang klinis yang hebat, mereka dan murid mereka
memiliki keuntungan dari bekerja dengan teori-teori yang cukup spesifik menyediakan
strategi yang jelas untuk treatment. Terutama sekali pada masa sekarang, ketika terapi
keluarga menjadi fashionable, banyak orang memandang keluarga dengan konsep maupun
teknik yang campur aduk bahkan tidak berhubungan. Mereka tidak memiliki teori yang
masuk akal atau strategi yang konsisten.
Generasi kedua dari terapis keluarga seperti Guerin dan Fogarty, sangat
berpengalaman dalam sistem teori yang agak berbeda dari sebelumnya dan menambahkan
beberapa hal tanpa kehilangan fokus utama. Kemudian generasi ketiga terapis keluarga
seringkali meninggalkan dasar-dasar teori yang tidak jelas dan menyulitkan.

Posted by Yanuarty Paresma Wahyuningsih at 9:20 PM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Labels: Psychology
Location: Indonesia Malang, Indonesia
undefinedundefined
undefinedundefined undefinedundefined

TEORI-TEORI ILMU SOSIAL KELUARGA

PENDAHULUAN
Saat ini tdk satu pun teori dr kep. Terapi klg,/ ilmu2 sosial klg yg mengurikan scr mdlm
hub.& dinamika kehidupan klg diantara bbgai mcm klg yg ditangani.
Ada bbrp teori yg mpunyai ruang lingkup yg luas sprti teori Roger/stm umum yg dterapkan
pd klg. Teori yg mpunyai rentang sedang yi: teori stress klg(Hill 1949),teori peran klg (
Rose,1962) & teori komunikasi klg (Watzlawick,et al,1967)
Lanjutan..
Teoritis ilmu sosial dpkai u/ mpelajari klg,jls bhwa hanya ada konsensus kcl menyangkut
teori2 apa yg mbentuk kerangka utama. Misal: Nye & Berardo (1966) menguraikan pdktan2
teoritis konseptual diantarax: pdktan antropologis,struktural, fungsional,
situasional,psikoanalitik,ekonomi,institusional,interaksional,sosial-psikologis, pkmbangan
Kristen Barat& pdktan hukum.
Teori - Teori
TEORI SISTEM
Dlm teori sistem umum, klg dipandang sbg suatu sistem tbuka dgn batas2x, mekanisme
paturan sndri, sistem2 interaksi & superordinat,& subkomponen.
Bagi Bronfenbrenner (1979): klg dgmbarkan sbg bagian dari struktur sprti sarang,dgn
anggota klg scr individual bsarang dlm ling.paling dekat yg termasuk klg.

2. TEORI STRUKTURAL - FUNGSIONAL


Dgn mgunakan kerangka ini, klg ini dipandang sbg sistem sosial, tetapi lebih berorientasi pd
hasil drpd proses, y/ > mrpkan karakteristik teori sistem.
3.Teori pkembangan keluarga
Teori pkembanganmjelaskan bgmn & perubhn apa y/ tjd pd organisme umat manusia atw
kel manusia dr waktu ke waktu.
Teori pkembangan kel mrpkn perumusan ulang dr teori2 awal pkembangan individu.
4.Teori interaksi keluarga
Pdekatan interaksi kel basal dr interaksi simbolik dlm kel.
Dlm pdekatan interaksi kel, fokus umumx adlh pd cr2 dmn anggota kel saling bhub satu
sama lain.
Dg demikian, kel dipandang sbg suatu kumpulan kepribadian y/ binteraksi, dinamika kel y/
internal serta hub diantara kel individu
5.Teori peran & teori stress keluarga
Teori peran & teori stress klg adlh : 2 teori tk sdng y/ ddasarkan antar interaksionisme
simbolik atw kerangka interaksi.
3 faktor y/ diidentifikasi, binteraksi bsama, mbuat pbedaan apakah klg menuju krisis apa
tdk.
3 faktor pjelas tsbt adlh:
Stresor tu sendr.
Sumber2 dr klg y/ ada
Persepsi klg thdp stresor
6.Teori konflik
7an utama dr teori konflik sosial adlh u/ muraikan & mjelaskan pubahan sosial, konflik, &
ketdk leluasaan.
2 asumsi dasar dr teori konflik adlh : bahwa klg senantiasa dlm perub y/ konstan ( perub &
konflik tdk bs dihndari ).Dan dlm konflik sbg bentuk interaksi sosial, memiliki efek2 positiv
& penyatu ( simmel,95 )
7.Teori ptukaran sosial
Teori pkembangan sos y/ bkembang diluar sosiologi, ekonomi klasik, & psikologi perilaku
adlh teori lainx y/ txta bmanfaat u/ mjelaskan interaksi klg.
Nye menyatakan bhw umat manusia mhindari perilaku y/ merugikan & mcari status2
thormat, hub, interaksi & keadaan perasaan y/ ada akhirx akan memax keuntungan mereka.
8.Teori pbelajaran sosial
Teori pembelajaran sos y/ diterapkan pd klg sngt bguna dlm menilai bgmn anggota klg
bsosialisasi, bgmn mereka bkomunikasi & bfungsi dlm peran klg, serta bgmn mereka
badaptasi baik scr individu atw anggota klg
Diposkan oleh Blogger Pemula di 06:33
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter

MAKALAH TERAPI KELUARGA


BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Kamus Webster keluarga adalah A social unit consisting of parent and the
children they rear(sebuah unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh)
atau A group of people related by ancestry or marriage(sekelompok orang yang dihubungkan
oleh keturunan atau perkawinan).

Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Berdasarkan 3 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit
terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik
yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.

Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam


memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar
tersebut terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi
keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan
kepribadian orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila
fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang
berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.

Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu
terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit
keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada
pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai,
struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk
mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga
tersebut.Sehingga dalam hal ini di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan
individu dalam kehidupannya baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat
sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah salah satu bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub
bab pada psikologi klinis. Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat
masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina
komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat.

B.Konsep dan Prinsip Dasar

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof,
1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan
peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada
keluarganya.

Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3
prinsip :

Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung
bukan ditentukan dalam sebab satu arahefek perhubungan.

Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku
salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.

Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu
masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.

Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga
atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga
mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga
adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada
pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :

1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga

2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan

3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

C.Sejarah :

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.

Pada pertengahan 1970-an, masyarakat prefesional mulai menganggap serius


perspektif dan terapi keluarga. Sejalan dengan itu, buku-buku dan artikel-artikle
bermunculan, begitu juga program pelatihan terapi keluarga (Gale dan Long, 1996)

Munculnya buku-buku semipopuler sejak tahun 1968 hingga 1992 memberikan


pandangan dan proses yang melekat pada kehidupan perkawinan dan pasangan yang
senantiasa berubah

D.Indikasi Pemberian Terapi

Terapi keluarga akan sangat bermanfaat jika digunakan pada kasus yang tepat.
Indikasi terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah : Gejala yang timbul merupakan
ekspresi disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa
perubahan dalam hubungan anggota keluargannya dan dapat merupakan masalah secara
individual..

E.Manfaat Terapi Keluarga


Manfaat untuk pasien yaitu mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika
kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota
keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
Jika dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan.

Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran
masing masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya
terhadap pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat
menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi potensinya masih ada. Keluarga
dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.

F.Efektifitas Terapi Keluarga :

Walau efektifitas dari terapi keluarga merupakan komponen penting dalam proses
pemulihan klien, integrasi terapi keluarga memiliki tantangan sebagai berikut :

Pertama, terapi keluarga lebih kompleks daripada pendekatan non-keluarga karena lebih
banyak orang yang terlibat.

Kedua, perlu keterampilan dan pelatihan khusus untuk terapi keluarga yang berbeda dari
lainnya.

Ketiga, terapi keluarga selama ini sudah terbukti keberhasilannya.

G.Pemberian Terapi Keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa

Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal


dengan lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem sehingga gangguan yang
terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi sistem, disfungsi dalam keluarga dapat
sebagai penyebab gangguan.Berbagai pelayanan keperawatan jiwa bukan tempat klien
seumur hidup.Salah satu faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga tidak tahu cara
merawat klien dirumah. Kenyataannya banyak klien di RSJ yang jarang dikunjungi keluarga,
keluarga tdk mengikuti proses perawatan klien. Tim kesehatan jiwa di RS merasa bertanggug
jawab terhadap upaya penyembuhan klien & jarang melibatkan keluarga. Setelah sembuh, RS
memulangkan klien, beberapa hari, minggu, bulan klien kembali dirawat dengan alasan
perilaku klien tidak bisa diterima oleh keluarga & lingkungan. Hal tersebut terjadi karena
selama dirumah klien tidak boleh keluar & gerak-gerik klien selalu diawasi dan curigai.
Keluarga mempunyai tangung jawab dalam Proskep di RS, persiapan pulang & perawatan
dirumah,Adaptasi klien dengan lingkungan berjalan baik.Terapi keluarga ADALAH Suatu
cara utk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sundeen, 1991)

Adapu tujuan dari perawatan tersebut adalah :

1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga

2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga.

3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.

4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai

5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga.

6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota


keluarga.

Manfaat Terapi Keluarga

Klien :

1. Mempercepat proses penyembuhan

2. Memperbaiki hubungan interpersonal

3. Menurunkan angka kekambuhan

Keluarga :

1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga

2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima,
toleran & menghargai klien sebagai manusia.

3. Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi
PERAN PERAWAT

1. mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga

2. memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai
tujuan dan usaha untuk berubah

3. mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan

4. memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll

Aktifitas :
Komponen dikdaktik : memberikan informasi & pendkes tentang gangguan jiwa, sistem
keswa & yankep.

Komponen ketrampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan konflik, mengatasi


perilaku & stress

Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan & bertukar


pengalaman

Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa terhadap keluarga.

Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan formal/informal untuk


klien & keluarga

Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu
serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga
dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah :

1. keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan


lingkungan

2. keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu
yang terganggu yang lain ikut terganggu

3. keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa
menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien
kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan
mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah

Peran keluarga dalam terapi itu sendiri adalah :


1. membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien
dan aktivitasnya

2. tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka

3. membantu anggota bagaimana memandang orang lain

4. tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien

5. membangun self esteem

6. nenurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi

7. menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis

8. pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

Ciri-ciri Fungsional Keluarga

Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dalam hidup

Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu

Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga

Hubungan antar keluarga yang erat & hindari menjauhi masalah

Perbedaan antar anggota keluarga mendorong untuk meningkatkan pertumbuhan &


kreativitas individu.

Orang tua & anak hubungan terbuka.

Disfungsi Keluarga

1. Tdk memiliki satu atau lebih fungsi keluarga.

2. Ibu yg terlalu melindungi atau ayah yang tidak dirumah.

3. Ayah & ibu yang super, sibuk, pasif dll.

4. Pasangan yang tidak harmonis


HARAPAN:

1. Memberikan stimuli dalam perkembangan individual

2. Menumbuhkan hubungan interpersonal

3. Mengerti tentang kesehatan jiwa & gangguan kesehatan jiwa

4. Mengetahui penyebab gangguan jiwa

5. Mengetahui ciri-ciri gangguan jiwa

6. Mengetahui fungsi & tugas keluarga

7. Upaya pencegahan gangguan jiwa oleh keluarga

8. Upaya perawatan klien gangguan jiwa di RSU dan Puskesmas.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Salah satu bentuk intervensi Psikologi Keluarga adalah terapi keluarga. Terapi keluarga
merupakan salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga. Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik
diperlukan pendidikan dan latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu psikoterapi
kelompok, konsep keluarga struktur dan fingsi keluarga,dinamika keluarga, terapi perilaku
dan teori komunikasi.

Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga.
Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi pasien juga
dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiaptiap anggota keluarga
dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan interpersonalnya.

B.Saran

Dalam makalah ini sekiranya masih ada kekurangan pada cakupan isi mau pun
sumber yang tidak komprehensif. Karenanya perlu diadakan telaah lebih mendalam dalam
pemilihan materi yang sejatinya terdapat dalam buku-buku terbaru yang lebih populer dan
revolusioner.Diharapkan juga makalah ini dapat menjadi acuan sumber pembelajaran
mahasiswa keperawatan agar nantinya dapat diterapkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, JP. 1968. Dictionary of Psychology (Kamus Lengkap Psikologi). M: 355.


Terjemahan oleh Dr. Kartini Kartono. 1981. Jakarta : Raja Grafindo

Sundberg, D, Winebarger, A, Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wiramihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : Refika
Aditama

Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian, Diagnosa, dan
Intervensi. Toronto: Appleton&Lange.

Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. 1996. Community Counseling,
Contemporer Theory and Practice.

Massachusetts, A Simon & Scuster Company. Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching


Trainee To Think In Triad. Journal of Marital and Family Therapy, Vol.11, No.1,61-66.

Kendall, Philip C. & Norton-Ford, Julian. Professional Dimension Scientific and Professional
Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.
Perez, Joseph F. 1979. Family Counseling : Theory and Practice. New York, Van Nostrand,
Co.
Yosef, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Pendahuluan
Manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini berarti bahwa untuk mempertahankan keberadaan
harusdisokong oleh usaha manusia lain sekitarnya. Hal ini juga berarti bahw untuk
mempertahankankeberadaannya maka manusia harus hidup dalam kelompok

kelompok yang terkecil dalam masyarakatadalah keluarga


keluarga merupakan faktor yang menentukan nasib dari pada anggotanya,
dengandemikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa juga ikut ditentukan oleh keluarga.
Bila menghadapimasalah, maka lembaga
lembaga akan berusaha meyelesaikan dengan upaya dan sarana yangteresedia di keluarga
tersebut, tetapi bila kemampuannya tidak memadai maka akan mencari bantuandari seorang
ahli.

Tetapi keluarga merupakan intervensi psiko terapeutik yang berfokus pada sistem
keluarga sebagaisuatu unit. Tetapi keluarga cenderung untuk melihat masalah individu dalam
konteks lingkungankhususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Teori
terapi keluarga berdasarkankenyataan bahwa manusia bukan mahluk yang terisolir, dia
adalah anggota dari kelompok sosial yangterlibat aksi dan reaksi. Masalah yang terjadi pada
individu berkaitan dengan interaksi yang terjadiantara individu dan keluaraganya. Pada
prinsipnya terapi keluarga akan mengekslpoitasi interaksi pasiendalam konteks kehidupannya
yang bermakna yaitu dengan mengamati hubungan pasien dengankeluarganya.

Pengertian Terapi Keluarga


Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungankhususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal.Tetapi
keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka
danteraksi keluarga secara sehat.Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi
kelompok yang berdasarkan pada kenyataanbahwa manusia adalah mahluk sosial dan bukan
suatu mahluk yang terisolir.

Ruang Lingkup Terapi Keluarga


Terapi keluarga adalah suatu tindakan berupa modifikasi keadaan sekarang bukan sekedar
eksplorasidan interaksi masa lampau. Adapun sasarannya adalah sistem keluarga. Tetapi
bergabung dengansistem tersebut dan menggunakan dirinya untuk mengubah sistem tadi
dengan mengubah posisianggota keluarga, terapi mengubah pengalaman dan
subyektif.Perubahan di dalam struktur akan memberi paling sedikit satu kemungkinan untuk
berubah berikutnya.Sistem keluarga diorganisir sekitar dukungan, aturan, asuhan dan
sosialisasi anggota keluarga tadi.Dalam hal ini terapist bergabung dengan keluarga bukan
untuk mendidik dan membuatnya sosial tetapi

memperbaiki dan memodifikasi fungsi keluarga itu sendiri sehingga dapat menjalankan
fungsi denganbaik.
Sistem keluarga mempunyai sifat
sifat pertahanan diri karena itu sekali perubahan terjadi keluarga iniakan mempertahankan
dan mengubah umpan balik atau memberi nilai pengalaman pada anggotakeluarganya.

PERKEMBANGAN DARI TERAPI KELUARGA


Perkembangan dari fokus pada individu, psikodinamik berdasarkan psikoterapi ke fokus pada
keluargasebagai unit dari terapi, dikemukakan of Jones sebagai " Sceentific Revoketion ".
penggunaan terapikeluarga ini yaitu untuk mengerti perilaku manusia, khususnya disfungsi
manusia.

Berikut ini adalah asumsi yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan pendekatan
pendekatan dalam praktek perawatan kesehatan.
Keluarga merupakan unti sosial dasar dalam fungsimanusia.
Keluarga adalah fenomena sosial yang multikultural dan multidimensi.
Keluargamempengaruhi seluruhnya sistem sosial baik pada perkembangan maupun
kelangsungan perilakuseseorang.
Sebagai satu sistem sosial dasar keluarga mempunyai fungsi utama untuk mentransfer
nilaibudaya dan tradisi melalui generasinya.

Perkembangan dan peningkatan sistem keluarga melalui organisasi yang kompleks


berlangsung melaluitahap
tahap perkembangan.Individu juga berkembang melalui tahap
tahap perkembangan danperjalanan ini umumnya terjadi dalam konteks keluarga.Keluarga
mengalami transisi dalam periste\iwaperkembangan seperti : melahirkan, meninggal, dan
menikah. Kejadian ini menimbulkan perubahanpada anggota dan komposisi dari sistem
keluarga. Keluarga memproses dan mengembangkan kekuatandan sumber internal. Diantara
sumber
sumber tersebut adalah kemampuan untuk beradaptasi danberubah dalam respon terhadap
kebutuhan internal dan eksternal. Perubahan dalam struktur danproses keluarga menunjukkan
perubahan dalam seluruh anggota keluarganya.Perubahan dalam perilaku dan fungsi individu
sebagai anggota keluarga berpengaruh terhadap sistemkeluarga dan seluruh anggota keluarga
lainnya. Keluarga sebagai sistem adalah lebih dari sejumlahfungsi dari tiap
tiap individu dari anggotanya. Perubahan dalam struktur dan fungsi keluarga
dapatdifasilitasi melalui terapi keluarga.

KERANGKA TEORITIS TERAPI KELUARGA


Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga adalah :
1.Psychodynamik Family Therapy.Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara
psikopatologi individual dengan dinamika keluarga.Contoh :seseorang yang mempunyai
harga diri rendah akan menampilkan suatu " False Self " yang

ditampilkan pada saat yang sama diajuga takut kecewa dan sulit mempercayai orang lain
termasukpasangan hidupnya. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius dalam
perkawinannya.

Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong
anggota keluargamencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama
lain di dalam keluarga.Disini anggota keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan
membiarkan pikiran mereka berjalanbebas tanpa sensor alam sadar dan memverbalisasilan
pikirannya. Terapist hendaknya dab tudaksecara aktif melakukan intervensi juga hindari
memberi saran dan memanipulasi keluarga.
2.Behavioural Family TherapyTerapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari
pola perilaku keluarganya untukmenentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku
itu. Berdasarkan analisis ini, terapistmembuat rencana untuk merubah keadaan tersebut
dengan cara intervensi langsung dalamkeluarga.Tujuan utamanya adalah meningkatkan
perilaku yang positif yang diinginkan dan menghilangkanperilaku negatif. Hal ini dilakukan
dengan mengatur keluarga sehingga perilaku yang diinginkandiperkuat dengan memberi "
Reward ".3.

Group Therapy ApproachesTerapi kelompok dapat diterapkan didalam keluarga.Tujuannya


adalah menolong anggota keluarga mendapatkan insight melalui proses interaksi
didalamkelompok. Peranan terapist adalah sebagai fasilitator dan kadang kadang
menginter pretasi apayang terjadi pada anggota kelompok.Terapi keluarga menggunakan
teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi didalam keluarga dapatdijelaskan sebagai
berikut :1.

Komunikasi Dan KognisiTerapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong
keluarga dan menjelaskan artikomunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yangdimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu.Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi yang
terjadi pada keluarga dengantujuan memperjelas kesalah pengertian, juga diperhatikan bahwa
non verbal yang digunakan.2.

Komunikasi dan kekuatanHaley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan


pesan pada orang lain berati diasedang membuat siasat untuk menentukan hubungan.Contoh :
orang tua bertanggung jawab terhadap anak anak dan dia punya hak untuk
membatasiperilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk mengambil
keputusan. Cara inisering ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, terapi untuk
merubah posisi daribatasan diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.3.

Komunikasi dan Perasaan.Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan
komunikasi dari perasaan. Dikatakanbahwa pasangan perkawinan yang mempunyai
kebutuhan emosional diharapkan ditentukan dalamperkawinan jika kita menemukan
kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaanini sangat penting artinya :
Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
TERAPI KELUARGA ( FAMILY INTERVENTION)
Askep jiwa profesional :

a. Orientasi asuhan pada individu dalam konteks keluarga


b. Kerjasama klien perawat keluarga menyelesaikan masalah kesehatan mental

Pentingnya peran keluarga :

1. Keluarga sebagai tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

Clement & Buchanan, 1982 :

Keluarga institusi pendidikan utama bagi individu; belajar, mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap, dan perilaku.
2. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem.

Gangguan pada salah satu anggota keluarga

Disfungsi keluarga gangguan pada anggota

3. Tempat pelayanan kesehatan jiwa, bukan tempat klien seumur hidup

4. Penelitian menunjukkan salah satu faktor kambuhnya gangguan jiwa, adalah keluarga tidak tahu
cara menangani perilaku klien.

TERAPI KELUARGA

Keadaan individu dalam keluarga berkaitan dengan fungsi keluarga ;

Ciri ciri fungsional keluarga :

1. Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif

2. Emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu

3. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi dan diantara anggota keluarga

4. Perbedaan antar anggota keluarga untuk mendorong mempertahankan, dan meninngkatkan


kreativitas individu

5. Orang tua dan anak hubungan terbuka dan bersahabat

Suasana emosi yang sehat dalam keluarga :

1. Saling percaya ( trust )

2. Hangat ( warmth )

3. Perhatian ( concern )

4. Menerima ( acceptance )

5. Mengharapkan kesepakatan tanpa mengabaikan keunikan individu

6. Memandang konflik sebagai proses transisi.

Disfungsi keluarga;

Emosi

Fisik

Sosial
Konsep sistem keluarga tidak berfungsi;

1. Perbedaan diri

Hubungan keluarga yang tertutup

2. Triangles

Konflik emosi orang tua ditransfer pada anak

3. Hubungan emosi yang terputus

4. Proses trasmisi beberapa generasi

5. Proses proyeksi keluarga

6. Posisi sibling

Keluarga bermasalah disfungsi keluarga;

Ketrampilan berhubungan tidak adekuat

Kesulitan berhubungan

Individu

Masalah kesehatan mental

Gangguan perilaku

Masalah psikiatrik

Reaksi keluarga pencarian pertolongan;

Mengidentifikasi masalah yang dimiliki

Mempunyai perhatian yang besar rahasia

Mengidentifikasi penerimaan sosisl

Menerima tanggung jawab terlibat

Tidak mau terlibat


Reaksi keluarga berbeda beda; KONFLIK

( Reinhard, 1994 )

1. Keadaan klien tergantung Vs mandiri

2. Efek samping dari pengobatan

3. Tingkah laku yang aneh & komunikasi

4. Intoleransi aktivitas & pemenuhan ADL

5. Sikap eksploitasi & provokative

6. Isolasi sosial

7. Ide bunuh diri yang muncul

8. Sulit bekerja sama

9. Banyak perilaku / sikap yang dihindari

10. Perubahan mood yang cepat , dst.

Efek gangguan mental pada keluarga;

Ingkar, marah, cemas

Kehilangan pengharapan, integritas, & optimis

Gangguan interaksi keluarga

Perpanjangan proses parenting & fungsi perawatan

Tambahan beaya untuk tindakan & medikasi

Keterbatasan income keluarga

Keterbatasan aktivitas sosial & sosial support

Berhubungan dengan RS & pusat rehabilitasi

TERAPI KELUARGA

Tujan umum :
Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan klien

Mempertahankan dan memelihara status kesehatan klien seoptimal mungkin mencegah kambuh
kembali

5 TUGAS KELUARGA

Struktur terapi keluarga ;

1. Identifikasi keluarga;

Transisi keluarga

Tahap perkembangan

Struktur keluarga

2. Penetapan tujuan interview

Proses penyatuan keluarga

Perawat berperan sebagai bagian dari sistem keluarga

Stategi terapi keluarga;

Penerapan teori komunikasi ( semua perilaku )

Verbal

Non verbal

Aplikasi terapi keluarga

Pengkajian dst ( pendekatan proses keperawatan keluarga )


Pola komunikasi dalam keluarga

Hubungan interpersonal antar anggota keluarga

Sistem pendukung yang tersedia

Harapan keluarga

Koping keluarga

Persepsi keluarga terhadap masalah.

Terapi Keluarga Pendidikan Kesehatan Keluarga

Permulaan hubungan perawat keluarga

Ketrampilan merawat klien

Penerapan cara merawat klien

Peran serta merawat klien di rumah dan masyarakat.

Diposkan oleh Edies Shank di 18:53

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Blog / Terapi Keluarga


Rabu, 19 Agustus 2009 jam 20:13

TERAPI KELUARGA

Keluarga adalah suatu sistim, dimana orang tua merupakan poros dari sistim tersebut. Jika
ada anak yang bermasalah, maka orang tua juga merupakan sumber dari masalah si anak.

Cara melihat sistim yang ada

1. Lihatlah pola relasi tiap anggota

2. Identifikasi si IP ( Identified Patient )

Stress dalam keluarga modern

Kehadiran anak-anak ditengah keluarga yang seharusnya memberikan angin segar,


kenyataannya hanya menjadi beban bagi orang tua yang belum siap untuk menjadi orang tua.
Adanya baby sitter umumnya cenderung memberi dampak yang buruk terhadap anak. Banyak
orang tua yang berkata bahwa ia hidup untuk anak saja, karena memang ia sudah tidak dapat
hidup lagi bersama dengan pasangannya. Namun kenyataan sebenarnya adalah mereka
berharap anak hidup bagi mereka, baha anak akan membahagiakan mereka. Akhirnya orang
tua sangat menuntut anaknya demi kebahagiaan orang tuanya.

Kekecewaan Pernikahan dan konsekuensinya pada anak

Yang mempengaruhi rusak tidaknya anak bukanlah sekedar lingkungan tapi keluarga sendiri.
Dalam keluarga yang tidak sehat, ayah dan ibu menuntut agar anaknya hidup untuk mereka.
Namun setelah anaknya besar, tuntutan ayah dan ibu tabrakan karena tidak seiring. Didalam
cara mendidik anak, kebutuhan tersebut seringkali ditunggangi oleh kebutuhan masing-
masing pasangan, sehingga memanipulasi anak agar berpihak pada dirinya dan akhirnya
hanya membuat anak stress dan merasa bersalah karena berkhianat kepada salah satu dari
orang tuanya. Anak yang dididik dalam situasi seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang
cemas dan tegang pada waktu dewasa, dan kemungkinan besar akan menjadi IP.

Bagaimana proses pemunculan IP ?

Yakni melalui proses komunikasi yang double meaning, yang artinya satu pesan dengan dua
arti. Waktu anak menerima berita itu anak malah menjadi bingung, lalu frustrasi, akhirnya
menjadi masa bodoh. Rasa rendah diri menghasilkan komunikasi yang tidak sehat. Namun
masalahnya walau menyadari kurang sehat, ia tidak mau orang lain tahu kalau ia tidak sehat,
sebab itu ia mencoba mengobati dirinya dengan mekanisme yang kurang sehat. Ketika ia
alami pergumulan hidup yang berat barulah penyakit sesungguhnya akan terlihat.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas diperlukan therapy untuk memperbaiki pola komunikasi
yang tidak sehat, dan membereskan metode pertahanan dengan cara yang lebih sehat. Dalam
hal ini diperlukan seorang terapis yang berperan sebagai nara sumber, pencermin, pengamat
adil dan memberi model bagaimana berkomunikasi dengan baik.

Tahap-tahap dalam konseling

Mulailah dengan telepon, setelah telepon doronglah orang tersebut untuk dating konseling.
Kemudian terapis perlu menjelaskan apa artinya sistim dalam keluarga itu. Beritahu apa yang
akan kita lakukan dalam terapi. Terapis mulai menanyakan problem dari sudut pandang
keluarga. Dari sini kita tahu persepsi mereka tentang problem, dan berapa jauh mereka rela
menanggung masalah tersebut.

Menggunakan sejarah keluarga

Setelah problemnya jelas kita perlu tahu sejarah keluarga. Melalui sejarah ini, terapis bisa
mengevaluasi seberapa tidak berfungsinya keluarga ini. Terapis yang baik akan selalu
berfokus pada orang tua dan bukan pada sang anak, sebab anak-anak bermasalah karena
masalah orang tua. Wawancara harus dilakukan sesantai mungkin. Pada tahap awal jangan
terlalu spesifik ketika cari informasi, supaya mereka tidak merasa disudutkan. Fukuskan pada
hubungan sebelum nikah atau sebelum masalah timbul, supaya mereka punya pandangan
yang positip tentang hubungan mereka.

KHAYALAN DALAM PERNIKAHAN

A. Mirages of Marriage

1. The Origins of Marriage and the Family


Dahulu kala bila seorang pria bertemu dengan seorang wanita, dan keduanya memiliki
dorongan seksual, maka mereka langsung mengadakan hubungan seksual. Sesudah hidup
bersama dalam waktu singkat, si pria pergi kemana-mana untuk berburu dan berperang.
Berapa bulan kemudian si wanita baru sadar bahwa ia hamil. Namun selama perang dunia I
dan II, terjadi perubahan besar dalam hubungan pria-wanita. Wanita sadar bahwa mereka
dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria. Sekarang pria-wanita tidak saja
sama dalam hal sosial, bisnis, iptek, tapi juga dalam hal seks.

2. The Myths of Marriage

- That people marry because they love each other


- That most married people love each other
- That Love is Neccesary for a Satisfactory Marriage
- Adanya tingkah laku dan sikap yang berbeda antara pria dan wanita, itulah yang
menyebabkan banyak masalah dalam perkawinan
- That the advent of children automatically improves a potentially difficult or an unfullfilled
marriage.
- That loneliness will be cured by marriaged
- That if you tell your spous togo to hell you have a poor marriaged

B. The Anatomy of Marriage

1. The Systems Concept

Menurut konsep ini, keseluruhan lebih banyak atau lebih penting dari penjumlahan bagian-
bagiannya. Perubahan tingkah laku dalam pasangan selalu menimbulkan satu reaksi dalam
tingkah laku pasangannya. Banyak suami-isteri heran mengapa mereka dapat bersatu didepan
publik dari pada ketika dirumah. Kehadiran orang lain dapat menjadi stimulan untuk bersatu.

2. Communication on Marriage

Sayang sekali dalam hal komunikasi, banyak orang lebih memperhatikan apa yang diucapkan
daripada yang tidak diucapkan. Kita perlu peka terhadap komunikasi non verbal lainnya,
misalnya; menaikkan alis mata, memberikan bunga, memasak maskan favorit, satu ciuman,
dll. Komunikasi adalah sesuatu yang bisa dipelajari.

3. Trust in Marriage

Salah satu unsur penting bagi suksesnya suatu pernikahan adalah trust. Tryst juga berarti
memberi penghiburan dan kesukaan pada saat dibutuhkan. Secara alamiah trust biasanya
berkurang secara temporer saat mengalami ketegangan atau komunikasi yang saling
membingungkan, dan akan menguat apabila bisa melewati masa-masa sulit tadi.

4. Sex in Marriage

Seks pada dasarnya berharga, tetapi juga dapat berbahaya. Relasi yang saling memuaskan
hanya diperoleh dengan menjadi conjoint union, yaitu dengan cara memahami dengan jelas
satu dengan lainnya. Sebaiknya setiap pasngan membicarakan dengan jujur tentang
kehidupan seksnya dengan pasangannya sendiri, daripada kecenderung mencari masukkan
dari orang lain. Meskipun seks merupakan hal yang penting, tetapi bukanlah satu-satunya
kekuatan vital dalam pernikahan.

5. Spektrum Pernikahan

Setiap pasangan perlu mengidentifikasi perkawinannya, sehingga dapat mencari pemecahan


masalahnya.

Ada empat macam kategori perkawinan:

- The stable-satisfactory marriage


- The unstable-satisfactory marriage
- The unstable-unsatisfactory marriage
- The stable-unsatisfactory marriage

6. Model-model dasar dalam relasi pernikahan

Ada tiga mode dasar dalam relasi pernikahan, yakni;

- Simetrikal; salah satu dari pasangan secara kontiniu ingin menjadi sama dengan
pasangannya

- Komplementer: salah satu ingin agar pasangannya dalam situasi yang charge dan lainnya
menaati

- Paralel; pasangan ini bergantian menggunakan relasi yang simetrikal dan komplementer,
untuk menghadapi situasi yang berubah-ubah.

6. Time and Goals in Marriage

Setiap keluarga perlu mempunyai persetujuan bersama atas sasaran dan maksud kehidupan
pernikahan mereka, misalnya; mendidik anak yang sehat, membangun reputasi yang baik di
masyarakat dan sebagainya. Tujuan-tujuan yang tidak jelas dapat menyebabkan terjadinya
konflik.

7. Reciprocal Behaviour

Sikap dari satu individu dapat menstimulasi reaksi-reaksi tertentu dari pasangannya, misalnya
sebuah senyuman atau dahi yang berkerut akan mengundang berbagai respons, meski tidak
sekuat pesan verbal. Masing-masing bisa jadi tidak menyadari aksi dan reaksi tersebut,
karena seringkali terjadi pada level unconcious. Salah satu cara untuk mengurangi pola quid
pro quo ini dapat merusak adalah dengan membawa hal ini dari level unconcious ke level
concious.

8. Otonomi vs Simbiosis

Artinya;Saya suka sendiri vs kebersamaan


Pernikahan adalah suatu kesatuan yang kompleks yang terbuat dari sedikitnya tiga perbedaan
tetapi menjadi sistim-sistim yang interdependent; sistim dari pria, sistim dari wanita dan
sistim pernikahan itu sendiri. Gambaran pernikahan menjadi suram hanya jika suami dan
isteri gagal menghadapi fakta bahwa keduanya sedang berjuang menghadapi konsep keakuan
dan kekitaan dalam seluruh hidup mereka.

9. Elemen Utama untuk kepuasan dalam pernikahan

Pola pernikahan yang baik adalah; pasangan yang saling menghargai, saling toleransi satu
terhadap yang lain, ada usaha meminimalkan pertanggungjawaban, serta kesediaan
menghadapi perubahan yang terjadi.

C. Elemen-elemen yang dapat menghancurkan pernikahan

1. The Myth Of Normality

2. The Fallen Domino

3. How to Drive Your Spouse Crazy

4. Teknik 1: The Incomplete Transaction

5. Teknik 2: Thank You For Nothing, Darling

6. Teknik 3: Membaca Pikiran

7. Teknik 4: The Handy Heart and The Convinient Cancer

8. Teknik 5: The Pseudobenevolent Dictatorship

9. Teknik 6: I Could Be The Best Husband ( Wife ) in The World, If I Only My Spouse
Would be Different.

Diringkas oleh;

Alex Mamesah

TEORI KELUARGA
April 5th, 2012

Teori-Teori Keluarga [1]

Kajian keluarga telah dimulai sejak tahun 1800-an, seiring dengan kebutuhan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan masalah-masalah sosial. Hal tersebut menunjukkan
pandangan bahwa keluarga berkaitan dengan banyak masalah sosial. Contohnya adalah
masalah sosial yang berkaitan dengan dampak peningkatan tingkat perceraian, dampak
kekerasan, gerakan atau tuntutan hak memilih wanita, dan dampak industrialisasi. Bahkan
para pembaharu sosial memandang bahwa keluarga sebagai dasar kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu perhatian beralih kepada kehidupan keluarga itu sendiri. Keluarga dipandang
sebagai institusi yang mudah pecah, sehingga perlu dilindungi. Perubahan sosial yang
berlangsung cepat, industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapat
menyebabkan disorganisasi keluarga (Thomas & Wilcox dalam Sussman & Steinmetz,
1987).

Anda mungkin juga menyukai