dengan air, bertujuan mengurangi pengotor seperti debu dan pasir yang masih melekat.
Tempurung kenari yang telah dibersihkan dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga hari
untuk membebaskan sebagian kandungan air. Pembuatan arang tempurung kenari sebagai
adsorben dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap pengarangan dan tahap pengaktifan
menggunakan aktivator asam klorida (HCl) 1,5 M. Tempurung kenari yang telah kering dibakar
dalam drum tertutup agar tidak terjadi oksidasi karbon oleh udara sehingga diperoleh karbon
dalam jumlah yang maksimum. Untuk menghilangkan zat-zat organik yang tidak mudah
dihilangkan dalam proses pembakaran maka arang yang diperoleh, dikarbonasi dalam tanur pada
suhu 500 0C selama 2 jam. Arang yang dihasilkan, digerus untuk memperkecil ukuran partikel
agar luas permukaan menjadi semakin besar. Setelah digerus, dilanjutkan dengan pengayakan
menggunakan ayakan berukuran 60 mesh dan bertujuan untuk menghomogenkan ukuran serbuk
arang. Arang tempurung kenari yang lolos pada ayakan 60 mesh digunakan sebagai adsorben
dalam penelitian selanjutnya. Aktivasi Arang Serbuk arang diaktivasi dengan larutan HCl 1,5 M
dengan perbandingan 5:50 (m/v) selama ± 24 jam. Pemilihan asam sebagai aktivator bertujuan
terbuka, dengan demikian daya serapannya menjadi lebih besar (Prabarini dan Okayadnya,2013).
Pemisahan antara arang dan larutan HCl dilakukan setelah perendaman 24 jam, bertujuan
memisahkan arang dan larutan HCl. Proses pemisahan dilakukan dengan cara dekantasi.
Selanjutnya dilakukan pencucian dengan menggunakan aquades sampai bebas klorida yang diuji
dengan menggunakan kertas pH. Untuk mengetahui bahwa arang telah bebas klorida,maka diuji
dengan menggunakan uji anion yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan berwarna putih
pada filtrate ketika ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M. Reaksi yang terjadi dalam
(endapan putih)
dkk,2005).