Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LIMBAH

PENGELOLAHAN AIR LIMBAH METODE ADSORBSI

Oleh :

Nama :

Arya Nugra B (1641420003)


Dela Adelia (16414200)
Irvan Aditya (1641420086)
Jeanny Jovitha C. Y. P (1641420041)
Tsamara amalia (1641420002)
Yugata Gama W (6414200)

3A D4- Teknologi Kimia Dasar

POLITEKNIK NEGERI MALANG

KOTA MALANG

2017
Judul : Pengelolaan Air Limbah Metode Adsrobsi

Tujuan Percobaan :

Praktikan mampu menerapkan proses adsorbsi dengan menggunakan adsorbat arang aktif dan
batu apunng

Dasar Teori

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk keperluan


air minum, industri, pertanian, perikanan dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut tentunya penggunaan air memerlukan persyaratan-persyaratantertentu sehingga perlu
pengolahan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Salahsatu cara yang biasa dilakukan untuk
pengolahan air limbah tersebut adalah proses adsorpsi. Padatan yang digunakan untuk penyerap
disebut Adsorben.

Adsorpsi merupakan suatu proses pemisahan dimana molekul-molekul gasa t a u c a i r


d i s e r a p o l e h s u a t u p a d a t a n . p e n g i k a t a n m o l e k u l o l e h p a d a t a n t e r j a d i secara
reversibel. pada proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbatsebagai $at
yang diserap dan adsorben sebagai zat yang menyera p (Anggriani danKurniaty, 2007).

Adsorben yang paling potensial adalah karbon aktif sebab memiliki luas permukaan yang
tinggi sehingga kemampuan adsorpsinya besar. Karbon aktif merupakan adsorben terbaik dalam
sistem adsorpsi, karena karbon aktif memiliki luas permukaan yang besar dan daya adsorpsi yang
tinggi sehingga pemanfaatannya dapat optimal [4]. Pada umumnya karbon aktif dapat dibuat
dengan menggunakan batubara dan material yang mengandung lignoselulosa sebagai bahan
baku. Sumber selulosa yang dapat digunakan diantaranya adalah sisa-sisa produk pertanian dan
hasil hutan, kertas bekas, dan limbah industri.
Bahan dasar utama yang digunakan sebagai karbon aktif adalah material organik dengan
kandungan karbon yang tinggi. Telah banyak penelitian mengenai bahan karbon aktif dengan
bahan murah dan tersedia banyak seperti tempurung kelapa, tempurung kemiri dan serat kayu
[5]. Pada umumnya karbon aktif dapat dibuat dengan menggunakan batubara dan material yang
mengandung lignoselulosa sebagai bahan baku. Salah satu material yang mengandung banyak
lignoselulosa adalah kertas koran
Alat dan bahan

Alat : Bahan :

Pipet ukur 10 ml Karbon aktif

Buret Batu apung

Erlemeyer kecil (30) Limbah

Corong EDTA

Statif indikator EBT

Turbidimeter Larutan Buffer

Larutan Agcl2/mgcl2

Skema Kerja

Timbang berat karbon aktif dan


batu apung masing masing 100
gr . kemudian encer kan limbah
sebanyak 15x

Masukan batu apung ke dalam


tabung. Lalu ukur laju alir dalam
1 menit
Ambil sampel pada t0 kemudian di ukur turbidi
nya dan ph. setelah itu di campur dengan
buffer(5ml) dan Agcl2/mgcl2 (10ml), lalu
tambah kan dengan indikator EBT kemudian di
titrasi menggunakan larutan EDTA

Lalu ambil sampel setiap 10


menit dalam waktu 1 jam.
Setelah itu Lakukan hal yang
sama

Setelah 1 jam kemudian ganti


absorben dengan karbon aktif.

Kemudian lakukan hal yang sama


seperti sebelumnya.
Data Pengamatan

Batu Apung

Flowrate : 30 ml/menit

Waktu Turbidity Titrasi

To 27,3 15,5

t1 39,6 6

t2 26,6 3,6

t3 27,5 5,1

t4 27,6 4

t5 30,8 5,8

t6 23,1 3,1

t7 23,5 4,5

t8 23,1 3,2

t9 36,1 4

t 10 26 4
Karbon Aktif

Flowrate : 38 ml/menit

Waktu Turbidity Titrasi

t0 53,5 5,6

t1 61,2 4

t2 35,5 2,8

t3 30,8 3,1

t4 23,8 2,8

t5 34,3 3,5

t6 24,2 3

t7 27,2 3,1

t8 32,5 3,2

t9 26,2 3,1

t 10 25,4 3,2

Perhitungan

Batu apung 1 kg = Rp 20000

Karbon Aktif 5 kg = Rp 180000

150 gram = 0.15 kg

Batu apung = 0.15 x 20000 = 3000

Karbon aktif = 0.15x 36000 = 5400


Pembahasan

(Arya Nugra B)

Adsorbsi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk memisahkan zat pengotor pada limbah
dengan adsorben berupa karbon aktif dengan batu apung. Alas an penggunaan 2 bahan tersebut
karena kedua bahan tersebut memiliki pori-pori yang dapat mengikat zat pengotor

Dari data pengamatan tersebut dapat disimpukan bahwa karbon aktif memiliki efisiensi
penyerapan yang tinggi dengan biaya agak mahal,sedangkan pada batu apung memiliki efisiensi
penyerapan agak tinggi dengan biaya yang relatif lebih murah.
Nama: Irvan Aditya prabowo

Pembahasan

Pada pecobaan adsorpsi isoterm terdapat tujuan yaitu menentukan adsorpsi isoterm
menurut Freundlinch bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Dimana yang dimaksud
dengan adsorpsi merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang melibatkan
interaksi fisik, kimia dan gaya elektrostatik antara adsorben dengan adsorbat pada permukaan
adsorben. Yang dimaksud adsorben itu adalah suatu zat yang memiliki ukuran partikel yang
seragam kepolarannya akan sama dengan zat yang akan di serap dan mempunyai berat molekul
besar sedangkan adsorbat adalah suatu zat yang teradsorpsi zat lain. Pada percobaan ini adsorben
yang digunakan adalah karbon aktif bukan arang, karena apabila menggunakan arang, sebelum
digunakan arang tersebut harus di aktifkan terlebih dahulu dengan cara di panaskan, agar pori-
pori arang semakin besar sehingga dapat mempermudah penyerapan. Karena semakin luas
permukaan adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi. Dimana penggerusan pada
arang adalah cara memperluas permukaan adsorbennya. Tetapi berbeda pada karbon aktif (norit),
tidak perlu dipanaskan lagi, karena untuk memperluas permukaan adsorbennya sudah di aktifasi.
Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah teradsorpsi. Fungsi
dilakukannya titrasi yaitu untuk mengetahui jumlah zat yang teradsorpsi. Penggunaan indikator
fenolfthalein bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang
dilakukan menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa, sehingga
digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-10,0. Dari hasil percobaan
dapat kita lihat pengaruh konsentrasi asam klorida, dimana semakin besar konsentrasi asam
klorida, maka semakin besar pula diperlukan volume titran untuk mentitrasi volume asam klorida
yang telah diadsorpsi. Ini sesuai dengan teori dimana nilai absorbansi seharusnya semakin
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Selain itu, adsorben yang
digunakan yakni karbon aktif yang merupakan suatu adsorben yang sangat baik dan bentuknya
yang berupa serbuk dapat menyebabkan besarnya adsorpsi yang terjadi karena memiliki
permukaan yang luas. Serta faktor pengadukan dimana semakin lama waktu adsorpsi
(pengadukan serta didiamkannya larutan tersebut), maka volume titran yang diperlukan semakin
sedikit.

Pengaruh keasaman suatu larutan kapasitas adsorpsi yaitu semakin asam suatu larutan
maka kapasitas adsorpsi yang dibutuhkan semakin besar juga. Hasil grafik yang diperoleh yaitu
sama dengan grafik Freundlich yaitu grafik yang dihasilkan persamaan linear garis lurus.
Nama : Jeanny Jovitha Cynthia Y.P

NIM : 1641420041

Pembahasan : adsorpsi

Telah dilakukan praktikum pengolahan limbah dengan metode adsorpsi dengan media
adsorbent berupa batu apung, karbon aktif. Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang
terjadi ketika fluida, cairan maupun gas, terikat pada suatu padatan, atau cairan (zat penyerap,
adsorbent),dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada
permukaannya. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble)
yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerpnya. Adsorpsi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu

 adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas
untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbent). Apabila gaya tarik
menarik antara zat terlarut dengan adsorbent lebih besar dari gaya tarik menarik antara zat
terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan
adsorbent. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada
temperatur rendah. Pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan
solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya
van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi
cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan
molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. Adsorbsi dapat memurnikan
suatu larutan dari zat-zat pengotornya.
 Adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorbent, banyaknya zat
yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan
dan suhu). Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi.
Adsorpsi ini bersifat
praktikum kali ini adsorben yang digunakan adalah karbon aktif dan batu apung, masing
masing menggunakan 100 gram, lalu di letakkan pada tabung. Limbah di encerkan terlebih dahulu
sebanyak 15x. setelah kolom adsorbs siap untuk digunakan, sampel air limbah di alirkan dengan
bukaan valve yang diatur laju alirnya agar adsorpsi berlangsung tanpa terbawanya karbon yang
terdapat dikolom. Percobaan di lakukan selama 1 jam setiap 10 menit sekali, setiap sampel di ukur
turbidity dan di titrasi dengan menggunakan EDTA dengan campuran buffer(5ml) dan
Agcl2/mgcl2 (10ml), lalu tambah kan dengan indikator EBT. Pada percobaan pertama
menggunakan absorben batu apung Semakin kecil variasi ukuran partikel batu apung maka semakin besar
daya hantar listrik suatu cairan yang digunakan, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh ukuran
pori-pori batu apung dalam menyerap kandungan logam dalam cairan limbah. flowrate 30 ml/menit.
Pada percobaan kedua menggunakan absorben karbon aktif, seharusnya sebelum menggunakan
karbon aktif kita uji dulu ke aktifanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaanya, sehingga
pori pori nya terbuka dan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat zat lainya. Pada
praktikum kali ini kelompok kami mengalami hambatan karena keluaran limbah sangat sedikit.
Nama : Tsamara Amalia Audia

NIM : 1641420002

Pembahasan Adsorbsi

Pada praktikum kali ini adsorben yang digunakan adalah karbon aktif dan batu apung, masing
masing menggunakan 100 gram, lalu di letakkan pada tabung. Limbah di encerkan terlebih
dahulu sebanyak 15x. setelah kolom adsorbs siap untuk digunakan, sampel air limbah di alirkan
dengan bukaan valve yang diatur laju alirnya agar adsorpsi berlangsung tanpa terbawanya karbon
yang terdapat dikolom. Percobaan di lakukan selama 1 jam setiap 10 menit sekali, setiap sampel
di ukur turbidity dan di titrasi dengan menggunakan EDTA dengan campuran buffer(5ml) dan
Agcl2/mgcl2 (10ml), lalu tambah kan dengan indikator EBT. Pada percobaan pertama
menggunakan absorben batu apung Semakin kecil variasi ukuran partikel batu apung maka semakin
besar daya hantar listrik suatu cairan yang digunakan, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh
ukuran pori-pori batu apung dalam menyerap kandungan logam dalam cairan limbah. flowrate 30
ml/menit. Pada percobaan kedua menggunakan absorben karbon aktif, seharusnya sebelum
menggunakan karbon aktif kita uji dulu ke aktifanya bertujuan untuk memperbesar luas
permukaanya, sehingga pori pori nya terbuka dan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat zat lainya. Pada praktikum kali ini mengalami hambatan yaitu keluaran limbah yang
sedikit diakibatkan oleh selangnya.
Lampiran

Timbang batu apung dan karbon aktif 100 gr. Masukkan secara bergantian. Yang pertama
menggunakan batu apung terlebih dahulu setelah itu baru menggunakan karbon aktif

Isi bak dengan limbah yang diencerkan sebanyak 15x. kemudian sambungkan dengan tabung
tersebut, lalu ukur laju alirnya. Setelah itu ambil sampel setiap 10 menit sampai 1 jam.

Setelah sampel diambil setiap 10 menitnya lalu di ukur turbidity dan ph nya
Kemudian sampel di beri campuran buffer (5ml) dan Agcl2/mgcl2 (10ml) lalu di beri indikator EBT.
Setelah itu di titrasi menggunakan EDTA.

Kemudian setelah di titrasi mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru.
Kesimpulan

- Adsorbsi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengurangi intensitas warna pada
limbah
- Karbon aktif dan batu apung merupakan adsorben yang sering digunakan pada industri
untuk menghilangkan warna dan mempunyai efektivitas tinggi untuk menyerap berbagai
tipe zat warna diantaranya zat warna reaktif, asam, mordant dan disperse.
- Dari kedua adsorben yang digunakan batu apung seharga Rp 3000 dan karbon aktif Rp
5400 dapat disimpulkan jika menggunakan batu apung lebih murah dibandingkan karbon
aktif, dan juga batung apung lebih muda untuk di dapatkan.

Anda mungkin juga menyukai