Perbedaan ini dapat dilihat dari segi taraf hidup masyarakatnya yang mana
pada masyarakat di negara maju memiliki taraf hidup yang jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan negara berkembang. Indonesia sebagai negara
berkembang memiliki kualitas pendidikan yang masih rendah. Hal ini
karena pendidikan di Indonesia masih diselimuti oleh berbagai
permasalahan yang rumit dan tak pernah usai. Berikut akan dijelaskan lebih
lanjut terkait dengan isu-isu yang menyelimuti dunia pendidikan di
Indonesia:
Diskriminasi
Diskriminasi merupakan sebuah tindakan yang bertujuan memberi
perlakuan berbeda pada orang lain berdasarkan kepetingan, ciri, atau
karakter seseorang dan dilakukan secara sengaja. Kasus mengenai
diskriminasi dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah sering terdengar.
Selain itu, dampak dari jam pelajaran yang panjang juga mengakibatkan
stress pada para pelajar akibat materi pelajaran yang terlalu banyak. Hal
inilah yang kemudian membuat mengapa banyak para pelajar menjadi
malas hingga membenci belajar.
Softskill seperti ini nantinya akan sangat membantu siswa dalam kehidupan
sehari-hari dan juga sebagai bekal masa depan agar siap dalam
menghadapi segala perubahan yang terjadi. Disamping itu, seharusnya
sistem pendidikan di Indonesia dibarengi oleh pembelajaran teknologi
seperti komputer dan sebagainya. Hal ini penting agar pelajar nantinya
tidak tumbuh menjadi masyarakat yang ‘buta teknologi’. Sistem
pembelajaran dalam jaringan (e-learning) dengan memanfaatkan teknologi
video conference dan sebagainya pada masa pandemi Covid-19
menandakan bahwa saat ini para pelajar telah siap dalam menerima
pelajaran berbasis teknologi sebagai sebuah bentuk perubahan. Selain itu,
pembelajaran teknologi juga berguna untuk menunjang hardskill para siswa
kedepannya sebagai persiapan dalam mengadapi zaman yang semakin
modern.
Akses jalan yang buruk dan jarak rumah menuju ke sekolah yang cukup
jauh
Selain permasalahan jumlah sekolah yang terbatas, akses jalan untuk anak
pinggiran dalam menempuh pendidikan juga perlu untuk diperhatikan.
Sudah banyak kisah mengenai perjuangan anak pinggiran yang menempuh
perjalanan yang panjang dan terjal demi mendapatkan hak pendidikan
mereka.
Hal ini juga terjadi pada guru-guru yang mengajar di daerah pinggiran
yang mana mereka juga mengalami kesulitan dalam akses perjalanan
menuju sekolah. Contohnya kasusnya yaitu terdapat anak-anak dari desa
pinggiran yang rela menempuh bahaya dengan menyeberangi derasnya
aliran sungai untuk dapat pergi ke sekolah. Hal ini dikarenakan sungai yang
menjadi tempat mereka menyebrang merupakan satu-satunya
penguhubung untuk dapat melintasi daerah seberang akibat tidak adanya
jembatan atau jalan yang menghubungkan antar desa. Karena akses jalan
yang buruk ini kemudian membuat banyak anak-anak di desa pinggiran
seringkali terlambat masuk sekolah.
Tentunya hal ini dirasa cukup memberatkan bagi sebagian orang terutama
untuk orang-orang yang memiliki kondisi ekonomi menengah ke bawah.
Besarnya biaya pendidikan yang dikeluarkan kemudian membuat banyak
anak putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.
Hal ini kemudian perlu menjadi perhatian khusus pemerintah karena masih
banyak anak-anak diluar sana yang memiliki keinginan kuat untuk
menempuh pendidikan formal namun tidak memiliki kesempatan karena
keterbatasan ekonomi. Anak-anak seperti ini lah yang seharusnya menjadi
sasaran yang tepat untuk mendapatkan beasiswa untuk sekolah.