Dosen Pembimbing
Ir. Tri Achmadi, Ph.D.
Eka Wahyu Ardhi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Ir. TRI ACHMADI, Ph.D
EKA WAHYU ARDHI, S.T.,M.T.
SUPERVISOR
Ir. TRI ACHMADI, Ph.D.
EKA WAHYU ARDHI, S.T., M.T.
3
i
ii
DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH IKAN UNTUK
MENDUKUNG MORATORIUM TRANSHIPMENT IKAN DI LAUT :
STUDI KASUS WPP 712
ABSTRAK
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
No.57/Permen-KP/2014terkait denganpenghentian sementara (moratorium) pola operasi
alih muatan di laut dari kapal penangkap ke kapal pengumpul (transhipment) yang
berpengaruh terhadap jumlah tangkapan ikan dan biaya operasional nelayan.Tujuan dari
Tugas Akhir ini adalah untuk mendesain sebuah kapal pengolah ikan yang digunakan
untuk perairan di WPP 712 serta yang mampu memberi nilai tambah terhadap tangkapan
ikan dan dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan nelayan.Kapal pengolah ikan
ini akan mengolah hasil tangkapan yang diperoleh dari para nelayandi atas kapal dengan
hasil produk olahan berupa ikan dalam kemasan kaleng (kaleng tipe 202, 20.228
kaleng/produksi dan kaleng tipe 300, 14.449 kaleng/produksi), fillet ikan (14.240
kg/produksi) dan tepung ikan (30.237 kg/produksi). Penentuan kapasitas muatan kapal
pengolah ikan ditentukan dari hasil tangkapan ikan per tahun. Kemudian dilakukan
perhitungan teknis yang memenuhi standar regulasi dalam mendesain kapal. Ukuran
utama yang didapatkan adalah Lpp =103.8 m, B = 22 m, T = 7 m, H = 10 m, Cb = 0.741,
dan Vs = 13 knot dengan rute operasi dari PPN Brondong-perairan utara Lamongan-
perairan Bawean-perairan Masalembo-perairan Matasiri-perairan Kangean-perairan utara
Madura-PPN Brondong. Dari ukuran utama tersebut kemudian dibuat gambar Rencana
Garis, gambar Rencana Umum dan analisis ekonomis.
Kata Kunci: Kapal Pengolah Ikan, WPP 712, Rute Operasi, Ukuran Utama, Analisis Ekonomis
iii
CONCEPTUAL DESIGN OF FISH PROCESSING VESSEL TO
SUPPORT THE FISH TRANSHIPMENT MORATORIUM AT THE
SEA : A CASE STUDY OF WPP 712
ABSTRACT
Based Based on the Regulation of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries of the
Republic of Indonesia No.57 / Permen-KP / 2014 relating to the temporary cessation
(moratorium) the pattern of sea cargo operation from the catching vessel to the collecting
vessel affecting the number of fish catch and the operational cost of the fishermen. The
purpose of this Final Project is to design a fish processing vessel used for waters in WPP
712 and that can add value to the catch of fish and can reduce the cost to be spent by
fishermen. This fish processing vessel will process the catch obtained from the fishermen
on board with the result of processed products in the cans (cans type 202, 20.228 cans /
production and cans type 300, 14.449 cans / production), fish fillet (14.240 kg /
production) and fish meal (30.237 kg / production). Determination of cargo capacity of
fish processing vessels is determined from the catch of fish per year. Then a technical
calculation that according to the standard regulation for ship design. The main dimensions
obtained are Lpp = 103.8 m, B = 22 m, T = 7 m, H = 10 m, Cb = 0.741, and Vs = 13
knots with the operation route from PPN Brondong - North of Lamongan - Bawean
waters area - Masalembo waters area-Matasiri waters area-Kangean waters area-north
waters area of Madura-PPN Brondong. From the main dimensions, Lines Plan, General
Arrangement and economic analysis are made.
Keywords: Fish Processing Vessel, WPP 712, Operation Route, Main Dimensions,
Economic Analysis
iv
Dipersembahkan untuk kedua orang tua, adik – adik, keluarga dan sahabat
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan bimbingan dan jalannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul : “Desain Konseptual Kapal Pengolah Ikan untuk
Mendukung Moratorium Transhipment Ikan di Laut : Studi Kasus WPP
712”.Penelitian ini dapat penulis selesaikan dengan baik berkat dukungan serta bantuan
baik langsung maupun tidak langsung dari semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak I Putu Soemantrie Merryawan, Ibu Ni Putu Sri
Wahyuni dan adik-adik saya I Kadek Duta Dananjaya, I Komang Duta Kesawa
dan I Ketut Bima Riski Aditya yang saya sayangi yang terus memberi semangat
dan do’a untuk penulis.
2. Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph.D. selaku ketua jurusan Trasnportasi Laut, dosen wali
penulis, dosen pembimbing Tugas Perencanaan Transportasi Laut dan dosen
pembimbing 1 Tugas Akhir yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, ilmu
dan arahan selama masa perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Eka Wahyu Ardhi, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing 2 Tugas Akhir
yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, ilmu dan arahan selama masa
perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai Departemen Teknik Transportasi Laut yang
telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan Tugas Akhir
ini.
5. Kedua bibi saya yang sangat hebat, Md. Sushanti Herryani dan Km. Kristiana
Dewi, yang sangat saya sayangi nenek Ni Luh Supamiri dan paman Komang
Johny Suradilaga yang selalu memberi motivasi dan mendoakan penulis.
6. Bapak Gede Putra Adnyana dan Bli Ketut Hendra Harianto yang selalu
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga bisa merasakan perkuliahan di
ITS serta mengerjakan Tugas Akhir dengan baik.
7. Keluarga CMJ (Jhon Anok, Gangga Bracoex, Tu Dio) dan keluarga Ketan Injin
(Teguh M.J., Yoga, Bhayu S.H., Dewa Aditya, Ercana S., Abdi, Suteja W.) yang
vi
bisa dihandalkan, selalu memberikan hiburan dan semangat untuk penulis agar
segera menyelesaiakan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman TSTXX16 dan MANTAV12, teman-teman ECSTASEA T11,
teman-teman TPKH-ITS dan teman-teman BEM FTK yang memberi pengalaman
dan masukan kepada penulis.
9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data untuk
menyelesaikan penelitian ini.
10. Semua pihak yang belum disebutkan diatas yang membantu penulis dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.Serta tidak lupa penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam laporan ini.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................................ iv
2.6 Regulasi............................................................................................................ 17
viii
3.1 Asumsi-asumsi Dasar....................................................................................... 37
BAB 6 KESIMPULAN...................................................................................................... 98
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Dalam Kaleng .................................... 6
Gambar 2-2 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet ...................................... 7
Gambar 2-3 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet ...................................... 8
Gambar 2-4 Pengoperasian Kapal Pukat Hela ................................................................... 11
Gambar 2-5 Kapal Pukat Cincin ........................................................................................ 11
Gambar 2-6 Kapal Fish Dreger .......................................................................................... 12
Gambar 2-7 Kapal Penjaring Angkat ................................................................................. 12
Gambar 2-8 Kapal Pancing (Pole and Line Huhate) ......................................................... 13
Gambar 2-9 Kapal Induk ................................................................................................... 14
Gambar 2-10. M.V. Skryplev ............................................................................................ 14
Gambar 2-11 Kapal Riset Perikanan.................................................................................. 15
Gambar 2-12 Spiral Design ............................................................................................... 15
Gambar 2-13 Spiral Design ............................................................................................... 16
Gambar 2-14 Lokasi Daya yang Bekerja pada Sistem Propulsi ........................................ 20
Gambar 2-15 Momen Penegak atau Momen Pengembali ................................................. 28
Gambar 2-16 Kondisi Stabilitas Positif ............................................................................. 29
Gambar 2-17 Kondisi Stabilitas Netral .............................................................................. 29
Gambar 2-18 Kondisi Stabilitas Negatif ............................................................................ 30
Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 40
Gambar 4-1 Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia................ 41
Gambar 4-2Grafik Produksi Ikan Tangkapan Dominan di PPN Brondong ...................... 44
Gambar 4-3Grafik Jumlah Kunjungan Kapal di PPN Brondong...................................... 45
Gambar 4-4 Kapal Ijon-ijon ............................................................................................... 46
Gambar 4-5 Kapal Ethek/Bokongan .................................................................................. 46
Gambar 4-6 Kapal Bowman Construction (BC) ................................................................ 47
Gambar 5-1 Ruang Muat Ikan di Kapal dengan Sistem Pendingin Air Laut .................... 52
Gambar 5-2 Rute Operasi Kapal Pengolah Ikan ................................................................ 63
Gambar 5-3 Waktu Operasi Kapal Pengolah Ikan ............................................................. 63
Gambar 5-4 Posisi Kapal Penangkap dan Pengolah Ikan Saat Proses Bongkar-muat ...... 64
Gambar 5-5 Proses Kapal Ikan Merapat ke Kapal Pengolah Ikan..................................... 65
Gambar 5-6 Produksi Ikan Rata-rata di PPN Brondong Tahun 2016 ................................ 65
x
Gambar 5-7 Proses Bongkar Muatan Ikan dari Kapal Penangkap ke Kapal Pengolah Ikan
............................................................................................................................................ 66
Gambar 5-8 Estimasi Waktu Muat Ikan di Masing-masing Titik Kumpul ....................... 66
Gambar 5-9 Estimasi Waktu Bongkar BBM untuk Kapal Penangkap Ikan ...................... 67
Gambar 5-10 Estimasi Waktu BongkarPelumas untuk Kapal Penangkap Ikan ................ 68
Gambar 5-11 Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan
............................................................................................................................................ 69
Gambar 5-12 Estimasi Waktu Bongkar Air Tawar dari Kapal Pengolah ke Kapal
Penangkap Ikan .................................................................................................................. 69
Gambar 5-13 Estimasi Waktu Bongkar Perbekalan Nelayan dari Kapal Pengolah ke
Kapal Penangkap Ikan ....................................................................................................... 70
Gambar 5-15 Perhitungan Hidrostatik pada Maxsurf ........................................................ 90
Gambar 5-16 Sheer Plan pada Maxsurf ............................................................................. 91
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 5-19 Kebutuhan Konsumsi Beras Nelayan .............................................................. 60
Tabel 5-20 Pasokan Beras Kapal Pengolah Ikan ............................................................... 60
Tabel 5-21 Neraca Produksi Kapal Pengolah Ikan ............................................................ 61
Tabel 5-22 Jarak Antar Titik Operasi Kapal Ikan .............................................................. 62
Tabel 5-23 Estimasi Waktu Tunggu di Masing-masing Titik Kumpul ............................. 70
Tabel 5-24 Koreksi Hari Operasional Kapal Pengolah Ikan ............................................. 71
Tabel 5-25 Dimensi Kaleng Ikan ....................................................................................... 71
Tabel 5-26 Koreksi Berat Ikan yang Diolah ...................................................................... 72
Tabel 5-27 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 202 ................................ 72
Tabel 5-28 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 300 ................................ 73
Tabel 5-29 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 202 (Direct
Production)......................................................................................................................... 74
Tabel 5-30 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 300 (Direct
Production)......................................................................................................................... 74
Tabel 5-31 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Direct Production) ............... 75
Tabel 5-32 Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Indirect Production)................................ 75
Tabel 5-33 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Swanggi ........................................... 76
Tabel 5-34 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Kurisi ............................................... 76
Tabel 5-35 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Swanggi (Direct
Production)......................................................................................................................... 77
Tabel 5-36 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Kurisi (Direct Production)
............................................................................................................................................ 77
Tabel 5-37 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan (Direct Production) ........ 77
Tabel 5-38 Jumlah dan Gaji Karyawan Proses Produksi Fillet (Indirect Production) ...... 78
Tabel 5-39 Jumlah Bahan Baku Tepung Ikan.................................................................... 78
Tabel 5-40 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Ikan Layang ................................ 79
Tabel 5-41 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Fillet Ikan .................................... 79
Tabel 5-42 Waktu Produksi Tepung Ikan Kuniran ............................................................ 79
Tabel 5-43 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Swanggi (Direct
Production)......................................................................................................................... 80
Tabel 5-44 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kurisi (Direct
Production)......................................................................................................................... 80
Tabel 5-45 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kuniran (Direct
Production)......................................................................................................................... 81
xiii
Tabel 5-46 Jumlah dan Gaji Karyawan (Direct Production) ............................................. 81
Tabel 5-47 Jumlah dan Gaji Karyawan (Indirect Produsction) ......................................... 81
Tabel 5-48 Koreksi Ukuran Utama Kapal ......................................................................... 82
Tabel 5-49 Mesin Induk yang Digunakan ......................................................................... 84
Tabel 5-50Genset yang Digunakan Kapal ......................................................................... 85
Tabel 5-51 Genset untuk Pabrik Pengolah Ikan Dalam Kaleng ........................................ 85
Tabel 5-52 Genset untuk Cold Storage .............................................................................. 86
Tabel 5-53 Komponen Berat Kapal ................................................................................... 86
Tabel 5-54 Hasil Perhitungan Tonnase Kapal ................................................................... 87
Tabel 5-55 Hasil Koreksi Freeboard .................................................................................. 87
Tabel 5-56 Koreksi Trim Kapal ......................................................................................... 88
Tabel 5-57 Koreksi Stabilitas Kapal .................................................................................. 89
Tabel 5-58 Persentase Penghematan Biaya Konsumsi Bahan Bakar Nelayan .................. 93
Tabel 5-59 Perbandingan Trip Eksisting dan Trip Baru .................................................... 94
Tabel 5-60 Capital Cost ..................................................................................................... 95
Tabel 5-61 Operating Cost ................................................................................................. 96
Tabel 5-62 Voyage Cost .................................................................................................... 96
Tabel 5-64 Analisis Kelayakan Ekonomi Skenario Optimis ............................................. 97
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kurangnya pasokan bahan baku pengolahan ikan, sedangkang jumlah pasokan ikan impor
juga dibatasi oleh pemerintah.
Dengan pemaparan diatas, diperlukan desain konseptual kapal pengolah ikan dan
penyedia perbekalan kapal penangkap ikan di laut agar dapat mengembangkan dan
memberikan nilai tambah produk ikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat khususnya nelayan di pesisir Lamongan dan nelayan di pesisir pantai utara
Jawa pada umumnya.Atas latar belakang diatas, peneliti mengambil judul penelitian
“Desain Konseptual Kapal Pengolah Ikan untuk Mendukung Moratorium Transhipment
Ikan di Laut”.
2
1.4 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang
termasuk kedalam Wilayah Pengelolaan Perikanan 712 (WPP 712/Laut Jawa).
2. Jenis produk olahan berupa ikan dalam kemasan kaleng, fillet ikan, dan tepung
ikan.
3. Titik pengumpulan ikan antara kapal pengolah dan penangkap diasumsikan selalu
tetap.
4. Desain konseptual pada penelitian ini tidak dibahas sampai detail kekuatan dan
konstruksi kapal.
5. Desain kapal pengolah ikan hanya sebatas concept design.
1.5 Manfaat
1. Bagi kalangan akademis, diharapkan penulisan Tugas kahir ini dapat memberikan
pengetahuan tentang desain kapal pengolah ikan untuk mendukung Moratorium
Transhipment ikan di Laut.
2. Bagi kalangan umum, diharapkan hasil dari Tugas Akhir ini dapat berguna
sebagai referensi pengadaan dan desain kapal pengolah ikan yang berguna untuk
menampung hasil tangkapan ikanyang dilengkapi dengan fasilitas pengolah ikan
di daerah WPP 712.
Desain kapal pengolah ikan ini dapat diimplementasikan untuk menampung hasil
tangkapan ikan dari para nelayan sekaligus mengolah ikan tersebut menjadi ikan
kalengan, fillet ikan dan tepung ikan serta penyedia logistik kapal penanngkap ikan.
3
untuk mempermudah pembaca dalam memahami konsep yang digunakan dalam
penelitian.Teori-teori yang digunakan pada penelitian tugas akhir bersumber dari berbagai
literatur, penelitian sebelumnya, jurnal, dan artikel. Selain itu, dipaparkan pula tentang
metode atau pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain konsep desain
kapal, dan konsep pengolahan ikan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini menjelaskan teori dasar dalam menunjang penelitian beserta konsep-
konsep yang mendukung penelitian dalam Tugas Akhir, termasuk gambaran dari sisi
regulasi, kebijakan dan penelitian terdahulu.
5
Sumber : Food and Agriculture Organization, 2017
Gambar 2-1 Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Dalam Kaleng
6
2.2 Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet
Fillet ikan adalah suatu irisan daging ikan tanpa tulang. Fillet dapat dibedakan
menurut bahan bakunya yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti salmon,
kakap merah, kerapu dan fillet dari jenis ikan nonn ekonomis ; kurisi, swangi, biji
nangka/kuniran , pisang-pisang, peperek dan gerot-gerot. Salah satu bentuk usaha dalam
mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan mengembangkan fillet dan produk
lanjutannya (gel-based products)(Wahyuni, 2002). Fillet ikan non ekonomis digunakan
sebagai bahan baku produk makanan olahan lanjut antara lain seperti baso, sossis, burger,
otak-otak, siomay, nugget, empek-empek, krupuk ikan dan produk lainnya.
Limbah hasil produksi fillet berupa kepala ikan, jeroan dan tulang ikan dapat diolah
menjadi tepung ikan, makanan unggas, pupuk atau produk lainnya. Pengolahan fillet bisa
dikembangkan lebih luas di Indonesia untuk pemanfaatan produksi perikanan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
7
Sedangkan proses pengolahan fillet ikan menurut FAO adalah sebagai berikut :
Dari uraian dan evaluasi di atas terdapat beberapa langkah dalam proses pengolahan
tepung ikan secara umum sebagai berikut :
1) Bakan baku ikan rucah atau sisa olahan dicuci/dibersihkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada ikan, termasuk mengeluarkan isi dan
perut ikan.
8
2) Ikan yang sudah dibersihkan, dikupas kulitnya, dicincang atau dilembutkan dan
dipotong kepala serta ujung ekornya untuk mendapatkan ikan yang lebih bersih
sehingga hasilnya (tepung) menjadi lebih putih.
3) Bahan baku ikan yang sudah berupa daging yang halus, kemudian direbus sehingga
matang. Perebusan bertujuan untuk menggumpalkan otot-otot ikan, sehingga daya
ikat airnya berkurang. Lama perebusan sangat mempengaruhi proses selanjutnya,
karena jika kurang matang, proses pengepresan sulit dilakukan.
4) Setelah perebusan, daging ikan atau sisa olahan didinginkan dan kemudian dipres.
Pada pengepresan ini, tepung ikan padatan yang dihasilkan memiliki kandungan air
±45%. Setelah ditiriskan airnya, kemudian diproses menjadi pellet dengan
menggunakan mesin pembuat pellet (meat micer) untuk dijemur.
5) Setelah melalui proses pembuatan pellet, kemudian dikeringkan (dapat
menggunakan mesin pengering atau dengan dijemur dengan menggunakan alat
tertentu sehingga keringnya lebih merata dengan jangka waktu relatif pendek),
kandungan air yang ada pada tepung ikan padatan dapat meresap atau menguap
karena pengeringan.
Jika kandungan air tepung ikan sudah mencair ±10%, tepung ikan yang berupa
padatan tersebut dapat digiling lembut dan dikemas dalam kantong plastik.Tepung ikan
dapat dimanfaatkan untuk pangan karena memiliki kadar gizi yang tinggi sehingga dapatt
meningkatkan asupan gizi masyarakat yang mengkonsumsinya. Pemanfaatan ini
mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan pada masyarakat
dengan membuat suatu produk pangan dengan fortifikasi sumber gizi dan ikan dan juga
bertujuan untuk membiasakan rasa ikan sejak usia dini (Kurnia, Pramudya and Purwarni
2008).
Tepung ikan umumnya digunakan sebagai bahan campuran makanan ikan atau
binatang ternak lainnya (Schipp 2008).Kandungan protein yang tinggi dan komposisi
asam aminonya yang cukup seimbang, menjadikan tepung ikan sebagai bagian penting
terutama untuk makanan unggas, babi, maupun ikan (Liviawaty 2000).
9
Indonesia bermacam-macam jenisnya dan beroperasi sesuai dengan daerah
tangkapannya. Berikut ini adalah jenis-jenis kapal ikan yang ada di Indonesia (Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian
2010):
1. Kapal perikanan
Kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan
penelitian/eksplorasi perikanan.
2. Kapal penangkap ikan
Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk
menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
3. Perahu penangkap ikan
Sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak utama dan bangunan
atas/rumah geladak dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara
khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan
mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
4. Rakit penangkap ikan
Sarana apung penangkapan yang terdiri dari susunan batang bambu, kayu, pipa
atau bahan lainnya yang berdaya apung secara khusus dipergunakan untuk
menangkap ikan, termasuk manampung dan mengangkut, menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan.
5. Kapal Pukat Hela
Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan pukat hela yang dilengkapi dengan
salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi pukat,
penggantung, tempat peluncur dan batang rentang atau Pukat hela merupakan alat
penangkapan ikan berkantong yang dioperasikan dengan menggunakan alat
pembuka mulut jaring yang dihela di belakang kapal yang sedang berjalan,
sehingga ikan target tertangkap dengan cara tersapu di pertengahan atau dasar
perairan dan masuk ke dalam kantong (cod end).
10
Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-4 Pengoperasian Kapal Pukat Hela
Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-5 Kapal Pukat Cincin
11
Sumber :Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-6 Kapal Fish Dreger
Sumber :Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-7 Kapal Penjaring Angkat
12
10. Kapal Pemasang Perangkap
Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap perangkap yang
dilengkapi dengan perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi penarik tali
perangkap.
Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-8 Kapal Pancing (Pole and Line Huhate)
13
kapal penangkap yang berukuran kecil untuk mendukung operasi penangkapan
ikan.
Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-9 Kapal Induk
Sumber : http://soviet-trawler.narod.ru
Gambar 2-10. M.V. Skryplev
Kapal ini merupakan kapal yang berfungsi untuk menampung tangakapan ikan
dari kapal penangkap ikan, memproduksi ikan beku, minyak ikan, tepun ikan dan
14
menyediakan bahan bakar, air bersih dan perbekalan dari kapal penangkap ikan. M.V.
Skryplev memiliki Loa =102 meter, Lpp = 91 meter, lebar = 16, tinggi =11,10 meter,
sarat = 5.56 meter dengan DWT = 2580 ton dan kecepatan kapal adalah 14 Knot. Untuk
detail kapal terlampir.
15
persyaratan dalam desain kapal harus dapat diterjemahkan oleh perancang sesuai dengan
prosedur yang ada. Proses perancangan kapal biasanya terdiri dari 4 tahap yaitu:
Tahapan yang kedua dalam proses desain ini merupakan usaha teknis lebih lanjut
yang akan memberikan lebih banyak detail pada konsep desain. Detail yang
dimaksud seperti perhitungan kekuatan memanjang ataupun pengembangan bagian
midship kapal.
3. Contract Design
Pada tahapan ini pengembangan perencanaan kapal yang telah ada ke dalam bentuk
yang lebih detail sehingga pembangun kapal dapat memahami dan dapat
mengestimasi secara akurat berapa biaya pembuatan kapal yang dibutuhkan.
4. Detail Design
Merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain kapal. Pada tahap ini hasil dari
tahapan sebelumnya dikembangkan menjadi gambar kerja yang detail (Evans, 1959).
Tahapan ini mencakup semua rencana dan perhitungan yang diperlukan untuk proses
konstruksi dan operasional kapal. Hasil dari tahapan ini berisi petunjuk atau instruksi
16
mengenai instalasi dan detail konstruksi pada fitters, welders, outfitters, metal
workers, machinery vendors, pipe fitters, dan lain-lainnya.
2.6 Regulasi
Dalam perancangan kapal terdapat regulasi-regulasi internasional yang harus
dipenuhi. Demikian halnya dengan Tugas Akhir ini, regulasi-regulasi diperlukan sebagai
acuan baik dalam proses perhitungan maupun desain dari lines plan serta general
arrangement. Regulasi-regulasi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini antara lain :
17
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/PERMEN-KP/2014 khususnya
yang mengatur tentang moratorium transhipment adalah pasal 37 ayat 5, 6, dan ayat 9
sebagai berikut :
Ayat 5 berbunyi “Setiap kapal pengangkut ikan buatan luar negeri
diberikan 2 (dua) pelabuhan pangkalan dan untuk kapal pengangkut ikan
buatan luar negeri untuk tujuan ekspor diberikan 1 (satu) pelabuhan
pangkalan”.
Ayat 6 berbunyi “Setiap kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan
wajib mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan pangkalan
sebagaimana tercantum dalam SIPI atau SIKPI”.
Ayat 9 berbunyi “Setiap kapal yang tidak mendaratkan ikan hasil
tangkapan di pelabuhan pangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diberikan sanksi pencabutan SIPI
atau SIKPI”.
Detail Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/PERMEN-KP/2014
terlampir. Secara sederhana transhipment adalah proses pemindahan muatan dari satu
kapal ke kapal lainnya yang dilakukan di tengah laut. Dalam hal operasi penangkapan
ikan, transhipment berarti proses pemindahan muatan ikan dari kapal-kapal penangkap
ikan ke kapal pengumpul (collecting ship). Kapal collecting ini selanjutnya akan
membawa seluruh ikan yang dikumpulkannya ke darat untuk diproses lebih lanjut.
18
1. Lpp (Length between perpendicular) yaitu panjang yang diukur antara dua
garis tegak yaitu, jarak horizontal antara garis tegak buritan (After
Perpendicular/ AP) dan garis tegak haluan (Fore Perpendicular/ FP).
2. Loa (Length Overall) yaitupanjang seluruhnya, yaitu jarak horizontal yang di
ukur dari titik terluar depan sampai titik terluar belakang kapal.
3. Bm(Breadth Moulded) yaitu lebar terbesar diukur pada bidang tengah kapal
diantara dua sisi dalam kulit kapal untuk kapal-kapal baja atau kapal yang
terbuat dari logam lainnya. Untuk kulit kapal yang terbuat dari kayu atau bahan
bukan logam lainnya, diukur jarak antara dua sisi terluar kulit kapal.
4. H (Height) yaitu jarak tegak yang diukur pada bidang tengah kapal, dari atas
lunas sampai sisi atas balok geladak disisi kapal.
5. T (Draught) yaitu jarak tegak yang diukur dari sisi atas lunas sampai ke
permukaan air.
2.8.2 Perhitungan Hambatan
Hambatan (resistance) kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang
bekerja kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Tahanan
tersebut sama dengan gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal.
Sedangkan suatu tahanan kapal ini adalah sama dengan suatu gaya dan karena
dihasilkan oleh air, maka ini disebut gaya hidrodinamika. Gaya hidrodinamika ini
semata-mata disebabkan oleh gerakan relatif kapal terhadap air.Pada dasarnya tahanan
kapal dibagi menjadi dua yaitu tahanan yang berada di atas permukaan air dan tahanan
yang berasal dari bawah permukaan air.Tahanan yang di atas permukaan air adalah
yang bekerja pada bagian badan kapal yang kelihatan di atas permukaan air, disini
pengaruh adanya udara yang mengakibatkan timbulnya hambatan.
Salah satu metode menghitung hambatan adalah metode Holtrop & Mennen.
Adapun rumus yang akan digunakan untuk menghitung besar hambatan kapal :
19
CA = Faktor korelasi antara model dengan kapal
k = Faktor bentuk yang mengacu pada efek dari bentuk tiga
dimensi kapal terhadapa hambatan gesek
Pada Gambar II.17 menunjukkan lokasi dari daya-daya yang bekerja pada system propulsi.
20
2.8.4 Perhitungan Freeboard
Freeboard adalah selisih antara tinggi kapal dengan sarat kapal, dimana untuk
tinggi kapal mencakup tebal kulit dan lapisan kayu (jika ada) sedangkan sarat T diukur
pada sarat musim panas.
Panjang freeboard adalah panjang yang diukur sebesar 96% panjang garis air
(LWL) pada 85% tinggi kapal moulded (Hm). Untuk pemakaian panjang freeboard dalam
perhitungan, dipilih yang terpanjang antara Lpp dan 96% LWL pada 85% Hm.
Lebar freeboard adalah lebar moulded kapal pada midship (Bm). Tinggi freeboard
adalah tinggi yang diukur pada midship dari bagian atas keel sampai pada bagian atas
freeboard deck beam yang ada di sisi kapal ditambah dengan pelat stringer (senta) bila
geladak tanpa penutup kayu.
Berikut adalah input awal yang diperlukan untuk menghitung freeboard (berdasarkan
Load Lines) :
L = length
B = lebar maksimum pada kapal, diukur di midship pada garis moulded frame
untuk kapal dengan kulit logam.
D = depth for freeboard
= moulded depth amidship plus :
21
1. Tebal pelat stringer freeboard deck jika dipasang.
T L S
2. jika exposed freeboard deck dibuka
L
dimana :
T = tebal dari the exposed sheating clear of the deck yang sedang terbuka
S = panjang total bangunan atas
Cb = block coefficient
=
L.B.d 1
d1 = 85%D
S = panjang superstructure terbentang dalam L
S = lP + lFC
dimana:
lP = panjang poop
lFC = panjang forecastle
Setelah data input awal lengkap, maka perhitungan dilakukan sebagai berikut
A. Tipe Kapal
Untuk menentukan tipe kapal yang dirancang dapat dilihat dari beberapa
ketentuan yang ada untuk tipe-tipe tersebut.
1) Tipe A :
a. Kapal yang didisain memuat muatan cair dalam bulk.
b. Kapal yang mempunyai integritas tinggi pada geladak terbuka dengan
akses bukaan ke kompartemen yang kecil, ditutup sekat penutup baja yang
kedap atau material yang equivalent.
c. Mempunyai permeabilitas yang rendah pada ruang muat yang terisi
penuh.Contoh Kapal tipe A: Kapal Tanker, LNG Carrier, dll.
2) Tipe B :
Kapal Tipe B adalah: kapal yang tidak memenuhi persyaratan pada kapal
tipe A. Contoh kapal tipe B : Grain carrier, ore carrier, general cargo,
passenger ships, Ro-Ro, dll.
22
Karena jenis muatan kapal pengolah ikan berupa muatan umumyang
menggunakan kapal general cargo, maka masuk ke dalam golongan tipe kapal B.
B. Freeboard Standard
Setelah tipe kapal ditentukan maka freeboard awal dapat dicari dengan melihat
pada tabel freeboard standardpada ”Load Lines” sesuai dengan tipe kapal.
C. Koreksi Freeboard
E1
Fb1 = Fb + 7.5.( 100 – L )( 0.35 – )[mm]
L
Cb 0.68
Fb2 = Fb
1.36
Fb = Freeboard Standard atau Fb1 (jika ada koreksi untuk kapal tipe B
dengan panjang < 100m)
23
R = 285.4 untuk L > 120 m
Fb3 = Fb – (D – L/15).R
Jika tinggi bangunan atas atau trunk kurang dari tinggi standard, maka
pengurangan harus sebanding dengan tinggi sebenarnya dibagi tinggi
standard menurut Regulasi 33 (Tinggi Standar dari Bangunan Atas).
75 1.20 1.80
h
Bila h < hs, maka ls = *l
hs
24
Bila h > hs, maka ls = l
24 350
85 860
122 1070
Pengurangan untuk panjang kapal di antara harga tabel didapat dengan interpolasi
linier.Jika jumlah panjang efektif bangunan atas dan trunk kurang dari 1.0 L, besar
persentase pengurangan didapat dari salah satu Tabel berikut ini:
Prosentase
0 7 14 21 31 41 52 63 75.3 87.7 100
Pengurangan
25
Tabel 2-4 Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe B
Kapal dengan
forecastle tanpa I 0 5 10 15 23.5 32 46 63 75.3 87.7 100
bridge
Kapal dengan
II 0 6.3 12.7 19 27.5 36 46 63 75.3 87.7 100
forecaslte dan bridge
Persentase untuk panjang bangunan atas dan trunk di antara harga tabel didapat dengan
interpolasi linier.
5) Koreksi Sheer
Bila kapal menggunakan sheer standart maka tidak ada koreksi sheer.
Cb = koefisien blok
Cb ≥ 0.68
26
dimana :
Actual Freeboard adalah tinggi freeboard yang sebenarnya
Freeboard Minimum adalah freeboard hasil perhitungan menurut
International Load Lines Convention 1966 &protocol 1988 beserta
koreksinya.
a. Faktor internal yaitu tata letak barang/cargo, bentuk ukuran kapal, kebocoran
karena kandas atau tubrukan
b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus dan badai
27
tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal dibagi
dengan jumlah bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu.
e. GM (Tinggi Metasentris)
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) meruapakan jarak tegak antara
titik G dan titik M.
GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
f. Momen Penegak (Righting Moment) dan Lengan Penegak (Righting Arms)
Momen penegak atau lengan penegak Pada waktu kapal miring, maka titik B
pindak ke B1, sehingga garis gaya berat bekerja ke bawah melalui G dan gaya
keatas melalui B1. Titik M merupakan busur dari gaya-gaya tersebut.Seperti
pada Gambar 2-15 merupakan sketsa momen penegak atau pengembali.
a. Berat benaman (isi kotor) atau displasemen adalah jumlah ton air yang
dipindahkan oleh bagian kapal yang tenggelam dalam air.
b. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat kapal kosong termasuk
mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.
c. Operating load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk
mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat berlayar
Pada prinsipnya keadaan stabilitas ada tiga yaitu :
28
Suatu kedaan dimana titik G-nya berada di bawah titik M, sehingga sebuah
kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu menyenget mesti memiliki
kemampuan untuk menegak kembali.
29
Pada Gambar 2-17 menggambarkan stabiliatas netral dimana titik metacenter
sama kedudukannya dengan titik gravitasi.
Sumer : Kharismarsono,2017
1. e0.30o 0.055 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 30o 0.055 meter rad.
2. e0.40o 0.09 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 40o 0.09 meter rad.
3. e30,40o 0.03 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 30o ~ 40o 0.03 meter
30
4. h30o 0.2 m, lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30o
atau lebih.
5. hmax pada max 25o, lengan penegak maksimum harus terletak pada sudut
oleng lebih dari 25o
6. GM0 0.15 m, tinggi metasenter awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter
a. Body Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan melintang badan kapal
yang cukup digambar separuh, dimana pada bagian kiri merupakan bagian
belakang dan kanan merupakan bagian depan. Body plan merupakan bagian
terpenting dalam menggambar rencana garis, karenagambar-gambar yang lain
merupakan hasil dari proyeksi dari gambar ini.
b. Sheer Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan memanjang badan kapal
pada bottom line.
c. Half Breadth Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan horizontal badan kapal
pada garis air tertentu. Garis tersebut membentuk setengah lebar kapal
terhadap centerline.
d. Garis Air (Water Lines)
Garis-garis yang memotong horizontal tiap suatu ketinggian garis air tertentu
yang digambarkan bentuk badan kapal secara memanjang, dilihat dari
pandangan atas.
31
e. Garis Dasar (Base Lines)
Garis air yang paling bawah, dalam hal ini adalah garis air 0 m.
32
2.8.9 Komponen Biaya (Cost)
Teori biaya transportasi laut digunakan untuk menghitung besarnya biaya-biaya
yang timbul akibat pengoperasian kapal desalinasi air laut.Pengoperasian kapal serta
bangunan apung laut lainnya membutuhkan biaya yang biasa disebut dengan biaya
berlayar kapal (shipping cost) (Stopford, 1997) (Wijnolst & Wergeland, 1997).Secara
umum biaya tersebut meliputi biaya modal, biaya operasional, biaya pelayaran dan biaya
bongkar muat.Biaya-biaya ini perlu diklasifikasikan dan dihitung agar dapat
memperkirakan tingkat kebutuhan pembiayaan kapal desalinasi air laut untuk kurun
waktu tertentu (umur ekonomis kapal tersebut).
33
I = insurance cost
AD = administration cost
1. Manning cost
Manning cost (crew cost) adalah biaya-biaya langsung maupun
tidak langsung untuk anak buah kapal termasuk di dalamnya adalah gaji pokok
dan tunjangan, asuransi sosial, dan uang pensiun. Besarnya crew cost
ditentukan oleh jumlah dan struktur pembagian kerja yang tergantung pada
ukuran teknis kapal. Struktur kerja pada sebuah biasanya dibagi menjadi 3
departemen, yaitu deck departemen, engine departemen, dan catering
departemen.
2. Store, supplies and lubricating oils
Jenis biaya ini dikategorikan menjadi 3 macam yaitu marine stores
(cat, tali, besi), engine room stores (spare part, lubricating oils), dan
steward’s stores (bahan makanan).
3. Maintenance and repair cost
Maintenance and repair cost merupakan biaya perawatan dan
perbaikan yang mencakup semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi
kapal agar sesuai dengan standart kebijakan perusahaan maupun persyaratan
badan klasifikasi. Nilai maintenance and repair cost ditentukan sebesar 16%
dari biaya operasional (Stopford, 1997). Biaya ini dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu:
a) Survey klasifikasi
Kapal harus menjalani survey regular dry docking tiap dua tahun dan
special survey tiap empat tahun untuk mempertahankan kelas untuk tujuan
asuransi.
b) Perawatan rutin
Perawatan rutin meliputi perawatan mesin induk dan mesin bantu, cat,
bangunan atas dan pengedokan untuk memelihara lambung dari
pertumbuhan biota laut yang bisa mengurangi efisiensi operasi kapal.
Biaya perawatan ini cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya
umur kapal.
c) Perbaikan
Biaya perbaikan muncul karena adanya kerusakan kapal secara tiba-tiba
dan harus segera diperbaiki.
34
4. Insurance cost
Insurance cost merupakan biaya asuransi, yaitu komponen
pembiayaan yang dikeluarkan sehubungan dengan resiko pelayaran yang
dilimpahkan kepada perusahaan asuransi. Komponen pembiayaan ini
berbentuk pembayaran premi asuransi kapal yang besarnya tergantung
pertanggungan dan umur kapal.Hal ini menyangkut sampai sejauh mana resiko
yang dibebankan melalui klaim pada perusahaan asuransi.Semakin tinggi
resiko yang dibebankan, semakin tinggi pula premi asuransinya. Umur kapal
juga memperngaruhi biaya premi asuransi, yaitu biaya premi asuransi akan
dikenakan pada kapal yang umurnya lebih tua. Terdapat dua jenis asuransi
yang dipakai perusahaan pelayaran terhadap kapalnya, yaitu hull and
machinery insurance dan protection and indemnity insurance.Nilai asuransi
kapal ditentukan sebesar 30% dari total biaya operasional kapal (Stopford,
1997).
5. Administrasi
Biaya administrasi diantaranya adalah biaya pengurusan surat-surat
kapal, biaya sertifikat dan pengurusannya, biaya pengurusan ijin kepelabuhan
maupun fungsi administratif lainnya.Biaya ini juga disebut biaya overhead
yang besarnya tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan jumlah armada
yang dimiliki.
35
fasilitas pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, dan infrastruktur
lainnya yang besarnya tergantung volume dan berat muatan, GRT dan NRT
kapal.Service charge meliputi jasa yang dipakai kapal selama dipelabuhan, yaitu jasa
pandu dan tunda, jasa labuh, dan jasa tambat.
2. Fuel cost
Konsumsi bahan bakar kapal tergantung dari beberapa variabel seperti
ukuran, bentuk dan kondisi lambung, pelayaran bermuatan atau ballast, kecepatan,
cuaca, jenis dan kapasitas mesin induk dan motor bantu, jenis dan kualitas bahan
bakar. Biaya bahan bakar tergantung pada konsumsi harian bahan bakar selama
berlayar di laut dan di pelabuhan dan harga bahan bakar.Terdapat tiga jenis bahan
bakar yang dipakai, yaitu HSD, MDO, dan MFO. Konsumsi bahan bakar dihitung
dengan menggunakan rumus pendekatan yang diberikan oleh Parson (2003), yaitu:
36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Setelah melakukan studi literatur terkait konsep desain kapal dan pengolahan ikan,
maka dalam Bab 3 (tiga) ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang metodologi Tugas Akhir
dan data relevan yang digunakan.
37
3.2.2 Tahap Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan materi-materi dan data yang diperlukan
dalam proses pengerjaan tugas akhir, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan metode pengumpulan data secara
tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data
terkait dengan permasalahan dalam tugas akhir ini ke PPN Brondong, Lamongan, Jawa
Timur. Data primer mencakup gambaran umum PPN Brondong seperti fasilitas, jenis
ikan, kuantitas tangkapan serta produk olahan ikan tangkap yang dihasilkan, data terkait
proses bisnis perikanan, data terkait kondisi nelayan, kondisi armada sebagai kapal
pembanding dalam rancangan desain kapal pengolah ikan, radius pelayaran dan pola
operasi. Data sekunder mencakup teknologi pengolahan ikan yang akan diaplikasikan
pada kapal dan materi-materi terkait teori dalam desain kapal pengolah ikan.
38
autocad sehingga dihasilkan desain kapal pengolah ikan di laut dalam bentuk rencana
garis (lines plan) dan rencana umum (general arrangement).
3.2.6 Tahap Perencanaan Operasional
Pada tahap ini dibuat perencanaan jumlah armada dan operasional yang
dibutuhkan untuk melayani proses penangkapan dan pengolahan ikan di PPN Brondong.
3.2.7 Tahap Analisis Biaya
Pada tahap ini dilakukan proses perhitungan untuk biaya produksi armada kapal
dan biaya operasional kapal yang akan dioperasikan untuk melayani proses penangkapan
dan pengolahan ikan di PPN Brondong.
3.2.8 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan sebuah penarikan kesimpulan yang akan menjawab
semua permasalahan pada penelitian ini dan juga penulisan saran terhadap pihak-pihak
terkait sebagai sesuatu yang harus dipertimbangkan untuk dikembangkan lebih lanjut atau
diterapkan oleh pihak terkait.
39
3.3 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3-1 sebagai
berikut:
40
BAB 4
GAMBARAN UMUM
Sumber :djpt.kkp.go.id,2017
Gambar 4-1 Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
41
8) WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut
Seram dan Teluk Berau;
9) WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera;
10) WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik;
11) WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian
Timur.
Adapun dasar dari penomoran WPP-RI di Indonesia adalah mengacu kepada
pengaturan “Fisheries Area” dari FAO.Di Indonesia sendiri, masuk kedalam Fishing
Area 57(Indian Ocean, Eastern) dan 71 (Pacific, Western Central) dari 19 Fishing Areas
yang ada di dunia.Untuk Major Fishing Area 57.
42
4.2.2 Fasilitas Pelabuhan
Fasilitas yang ada di PPN Brondong terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu fasilitas
pokok yang merupakan fasilitas utama yang harus ada di Pelabuhan Perikanan, fasilitas
fungsional untuk memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan
untuk kegiatan operasional, dan fasilitas penunjang yang merupakan fasilitas tambahan
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan. Rincian fasilitas pokok, fasilitas fungsional
dan fasilitas penunjang terlampir.
Pemeliharaan rutin dilakukan untuk memastikan berfungsinya sarana prasarana
serta optimalisasi kondisi lingkungan yaitu :
1. Dilakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana Pelabuhan
Perikanan
2. Dilakukan pengujian kualitas air bersih secara berkala
3. Dilakukan pengujian kualitas air kolam pelabuhan, udara, biota laut
43
Sumber : Profil PPN Brondong, 2017
Selain Unit Pengolah Ikan skala besar tersebut banyak juga pengolah ikan skala kecil
(UMKM) yaitu berupa pemindang, pengering, tepung ikan yang ada di sekitar Pelabuhan
dengan jumlah : 252 unit pengolah.
Bahan baku produk pindang (Layang, Tongkol, Salem) sebagian besar masih
didatangkan dari luar Brondong (dari Komira, Juwana, Rembang, Prigi, Madura, lewat
kapal pengumpul, serta import), sedangkan sisanya (15%) merupakan produk nelayan
Brondong. Hal ini disebabkan jenis alat tangkap yang digunakan nelayan Brondong
adalah sebagian besar menggunakan Dogol dan Rawai yang hasil tangkapannya adalah
ikan-ikan demersal dan ikan-ikan karang.
Komira sebagai operator program SLIN, bahan baku ikannya sementara sebagian
besar didatangkan dari luar (dari Bitung, Kendari, Juwana). Komira sementara ini
menyuplai bahan baku untuk pemindang sekitar 25 ton per hari (dari kebutuhan bahan
baku produk pindang 125 ton hari).
15
10
5
-
Ikan lainnya…
Tahun 2015
Pari
Cumi
Kuwe
Layang
Gulama
Kuningan
Kuniran
Ayam-ayam
Manyung
Peperek
Swanggi
Kerapu
Kurisi
Kapas-kapas
Beloso
Kakap merah
Alu – Alu
Tahun 2016
Nama Ikan
44
Jumlah produksi ikan di PPN Brondong sangat bervariasi setiap tahunnya
tergantung dari jenis ikan itu sendiri. Misalnya untuk jenis ikan layang puncak
produksinya sekitar bulan Agustus-Oktober sedangkan ikan kurisi puncak produksinya
sekitar bulan September-Desember. Namun ada beberapa ikan yang produksinya
terbilang stabil setiap bulanya seperti ikan swanggi dan ikan kuniran.
6 Dogol Mingguan
5
Dogol Harian
4
3 Mini Purse Seine
2 Rawai
1
Payang
0
2012 2013 2014 2015 2016 Gillnet
Collecting
Tahun
Jenis tangkapan kapal dogol harian adalah berupa ikan demersal seperti ikan kurisi,
beloso, swanggi, kuniran dan jenis ikan lainnya.Sama dengan kapal dogol harian, kapal
dogol mingguan menghasilkan ikan jenis demersal dengan jenis ikan yang ditangkap
didominasi oleh ikan swanggi, kuniran, kurisi, kapas-kapas dan jenis ikan lainnya.Untuk
kapal dogol mingguan menggunakan jenis kapal ijon-ijon seperti gambar 4-4.
45
Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-4 Kapal Ijon-ijon
Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-5 Kapal Ethek/Bokongan
Ikan layang juga merupakan hasil tangkapan dominan untuk alat tangkap payang
selain juga dapat menghasilkan ikan pelagis jenis lainnya yang berenang di dekat
permukaan air dengan bergerombol seperti ikan tongkol, ikan sardines, ikan petek dan
ikan teri. Alat tangkap payang banyak menggunakan kapal jenis bowman
46
construction(BC) seperti gambar, dengan ukuran 10-30 GT dan dimensi L = 7 m, B = 4
m, T = 1,5 m dan H = 2 m serta ABK berjumlah sekitar 12 orang.
Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-6 Kapal Bowman Construction (BC)
Selain ketiga kapal di atas, terdapat satu jenis kapal lagi yang sering bersandar di
PPN Brondong yaitu kapal collecting.Sebenarnya kapal collecting bukan merupakan
kapal penangkap melainkan hanya kapal pengumpul hasil tangkapan di tengah laut yang
selanjutnya hasil pengumpulan dibawa ke PPN Brondong. Kapal collecting sendiri
menggunakan kapal dengan jenis bowman constuction (BC) seperti alat tangkap payang
dengan ukuran 10-30 GT dan rata-rata dimensi kapal yang sama yaitu L = 7 m, B =4 m, T
= 1,5 m dan H = 2 m serta jumlah ABK yang hanya sekitar 7 orang.
47
Tabel 4-2 Trip dan Lokasi Tangkapan Berdasarkan Jenis Kapal
Dalam proses penangkapan ikan di laut nelayan akan menuju kefishing ground yang
paling jauh terlebih dahulu dan terus berlanjut ke fishing ground selanjutnya yang searah
dengan arah kembali ke pelabuhan. Untuk menentukan daerah penangkapan ikan, nelayan
berbekal lokasi yang sudah dianjurkan oleh pihak pelabuhan berupa peta lokasi yang
berisi koordinat dari fishing ground tersebut kemudian nelayan memanfaatkan GPS
sebagai penujuk arah sehingga bisa menentukan lokasi penangkapan ikan yang tepat.
Selain menggunakan GPS dalam penentuan lokasi ikan, nelayan juga menggunakan cara
konvensional dengan memperhatikan tanda-tanda keberadaan ikan secara alami. Cara-
cara konvensional biasanya digunakan ketika nelayan memperoleh tangkapan yang
sedikit di lokasi yang sudah dianjurkan sebelumnya.Lokasi penangkapan cenderung tetap
untuk setiap tahunnya.
48
Tabel 4-3 Kebutuhan Perbekalan Bahan Bakar untuk Melaut
Waktu
Jenis Alat Kebutuhan Solar Kebutuhan Solar
Melaut
Tangkap (Liter/Round Trip) (Liter/Hari)
(Hari/RT)
Purse Seine 10-15 4500 300
Payang 7-10 3400 340
Pengankut 10-12 3100 259
Dogol Besar 7-10 3200 320
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Perbekalan air tawar pada saat melaut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
nelayan dan juga untuk penanganan ikan di atas kapal dengan rincian kebutuhan air
bersih seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini,
Lama
Kebutuhan Kebutuhan
Jenis Alat Kebutuhan FW Trip
FW FW
Tangkap (Liter/Orang/Hari) Maks.
(Liter/Hari) (Liter/Trip)
(Hari)
Purse Seine 40 800 15 12000
Payang 20 240 10 2400
Pengangkut 30 210 12 2520
Dogol Besar 30 300 10 3000
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Perbekalan es balok sendiri digunakan untuk penangan muatan di atas kapal
sehingga kualitas ikan tetap terjaga selama nelayan melakukan proses penangkapan ikan
di tengah laut. Sebagian besar kapal yang bersandar di PPN Brondong masih
menggunakan es balok untuk penanganan muatan di atas kapal meskipun sudah ada
teknologi penanngan baru selain menggunakan es balok. Kebutuhan perbekalan es balok
untuk masing-masing jenis kapal ditunjukkan pada tabel di bawah ini,
49
Perbekalan minyak pelumas digunakan untuk permesinan di kapal baik mesin utama
kapal maupun genset dan mesin gardan yang digunakan dalam proses penarikan jaring
ikan. Kebutuhan minyak pelumas ditampilkan pada tabel berikut ini,
50
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Adapun komponen analisis pada bab ini terdiri dari analisis desain kapal, biaya
pengadaan kapal dan biaya operasional kapal.
Hasil
Hasil Tangkapan Hasil Tangkapan Tangkapan
Jenis Alat Tangkap
Maksimum (Ton/Tahun ) Rata-rata (Ton/Hari) Rata-rata
(Ton/Trip)
Dogol 60,110 164.68 1,152.79
Payang 177 0.48 3.39
Collecting 3633 9.95 69.67
Purse Seine 133 0.36 2.55
Total 64,053 175.49 1,228.41
Sumber : PPN Brondong, 2016 (diolah kembali)
Dari tabel di atas dapat diperoleh jumlah muatan rata-rata ikan segar yang ditangkap
per trip yaitu sebesar 1.228,41 ton. Untuk merencanakan volume ruang muat yang harus
didesain dapat digunakan persamaan
𝑊𝐿𝑜𝑎𝑑
V= (m3)
𝜌
dimana,
Massa jenis ikan berbeda-beda tergantung jenis penanganannya seperti pada Tabel 5-
2 di bawah ini,
51
Tabel 5-2 Nilai Muatan Ikan Berdasarkan Jenis Penanganan
Pada penelitian ini untuk penangan ikan segar menggunakan pendingin air laut
dengan massa jenis ikan sebesar 700 kg/m3 seperti Gambar 5-1 di bawah ini.
Sumber : www.teknotherm.no
Gambar 5-1 Ruang Muat Ikan di Kapal dengan Sistem Pendingin Air Laut
Mengingat bentuk ruang muat serta penataan muatan, kapasitas ruang muat yang
sebenarnya akan menjadi lebih kecil 10-20% dari nilai muatan seperti pada tabel di atas.
Untuk mendapatkan volume ruang muat yang akan di desain digunakan persamaan
seperti di bawah ini,
Dimana,
52
Margin Desain R. Muat (10% ~ 20%)
ρ ikan : Massa Jenis Ikan (Kg/m3), (nilai sesuai dengan tabel di atas)
Margin Muatan (10 %)
Hasil perhitungan menujukkan bahwa volume ruang muat yang direncanakan adalah
sebesar 2.418 m3 yang dibagi menjadi 5 lubang palka. Pembagian dilakukan berdasarkan
volume tangkapan ikan yang paling dominan, ini bertujuan untuk memudahkan proses
bongkar-muat ikan itu sendiri.
53
menjadi 2 jenis produk berdasarkan tipe kaleng, tipe kaleng yang digunakan adalah
kaleng silinder 202 dengan berat bersih 255 gram dan kaleng tipe 300 dengan berat bersih
525 gram. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil produk olahan untuk satu kali
produksi sebanyak 19.958 kaleng tipe 202 dan 14.256 kaleng tipe 300 atau setara dengan
2091 kardus tipe 202 dan 2988 kardus tipe 300. Adapun isi dari masing-masing kardus
adalah 48 kaleng 202/kardus dan 24 kaleng 300/kardus.
Kebutuhan unit mesin disajikan pada Tabel 5-4 di bawah ini,
54
Tabel 5-5 Produksi Ikan Swanggi di PPN Brondong Tahun 2016
55
Tabel 5-7 Jumlah Mesin Pengolhan fillet Ikan
56
Tabel 5-9 Bahan Baku Pengolahan Tepung Ikan
Bahan Baku
Sisa Pengalengan : 2,793 Kg/Hari
Sisa Fillet : 21,180 Kg/Hari
Total : 23,973 Kg/Hari
Ikan Kuniran : 13,605 Kg/Hari
Total : 37,578 Kg/Hari
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil produk olahan untuk satu kali produksi
sebanyak 139.690 kg/round trip. Kemasan yang digunakan adalah karung degan yang
berukuran 50 kg/karung.
Kebutuhan unit mesin disajikan pada Tabel 5-10 di bawah ini,
Dari tabel di atas diperoleh hasil perhitungan volume maksimal bahan bakar yang
harus di pasok oleh kapal pengolah ikan adalah seperti pada Tabel 5-12 berikut ini,
57
Tabel 5-12 Pasokan Bahan Bakar Kapal Pengolah Ikan
Jumlah pasokan di atas digunakan untuk melayani 19 unit kapal dengan alat tangkap
dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal dengan alat tangkap purse
seine dan 6 unit kapal pengumpul yang akan menangkap ikan selama 7 hari sesuai dengan
lama round trip kapal pengolah ikan.
Pada Tabel 5-13 ditampilkan hasil dari perhitungan pasokan air bersih yang
direncanakan pada kapal pengolah ikan untuk pasokan 19 unit kapal dengan alat tangkap
dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal dengan alat tangkap purse
seine dan 6 unit kapal pengumpul untuk perbekalan selama 7 hari melaut.
Hasil dari tabel di atas diperoleh berdasarkan kebutuhan air bersih per hari dari
masing-masing kapal seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini,
Kebutuhan pasokan es balok yang didesain pada kapal pengolah ikan disajikan pada
Tabel 5-15 di bawah ini,
58
Tabel 5-15 Pasokan Es Kapal Pengolah Ikan
67 Ton/Trip
Total Pasokan Es :
2688 Balok/Trip
Hasil dari tabel di atas digunakan untuk pasokan melaut selama 7 hari untuk 19
unit kapal dengan alat tangkap dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit
kapal dengan alat tangkap purse seine dan 6 unit kapal pengumpul yang kemudian
diperoleh berdasarkan perhitungan dari kebutuhan es harian dari masing-masing kapal
yang beroperasi. Adapun data kebutuhan harian disajikkan pada Tabel 5-16 di bawah ini,
Kebutuhan Es Balok
No Jenis Alat Tangkap
Ton/Trip/Kapal Balok/Trip/Kapal Ton/Hari/Kapal
1 Dogol 2 80 0.20
2 Payang 2 80 0.20
3 Pengumpul 4 160 0.33
4 Purse Seine 5 200 0.33
Dalam proses menangkap ikan, nelayan juga membawa perbekalan oli untuk
pelumas mesin utama kapal dan juga pelumas alat bantu menarik jaring. Sehingga kapal
pengolah juga menyediakan pasokan oli sesuai kebutuhan dari masing-masing kapal
penangkap ikan di bawah ini,
Kebutuhan Oli
No Jenis Alat Tangkap Hari/Trip
Liter/Trip/Kapal Liter/Hari/Kapal
1 Dogol 10 64 6.40
2 Payang 10 68 6.80
3 Pengumpul 12 62 5.17
4 Purse Seine 15 90 6.00
Sehingga volume pasokan yang direncanakan pada kapal pengolah ikan yaitu seperti
pada Tabel 5-18 berikut ini,
59
Tabel 5-18 Pasokan Oli Kapal Pengolah Ikan
Dari tabel di atas kemudian diperoleh hasil pasokan yang direncanakan pada kapal
pengolah ikan yaitu seperti Tabel 5-20 di bawah ini,
1.344 Kg/Trip
Total Pasokan Beras:
1,4 Ton/Trip
60
Tabel 5-21 Neraca Produksi Kapal Pengolah Ikan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kapal pengolah ikan mendapat input dari
nelayan berupa pasokan ikan segar untuk olahan di dalam kapal. Output dari kapal
pengolah ikan ini ada berupa ikan segar, produk olahan ikan dan pasokan perbekalan
untuk nelayan. Output ikan segar ini merupakan pasokan ikan yang sudah dikurangi oleh
produk untuk pengolahan ikan di kapal dimana nantinya output berupa ikan segar ini
dibawa ke PPN Brondong . Ouput yang dihasikan oleh kapal pengolah ikan yaitu berupa
peroduk olahan ikan ddalam kemasan kaleng, fillet ikan dan pasokan logistik nelayan
selama melaut.
61
5.3 Pola Operasi
5.3.1 Pola Operasi Kapal Pengolah Ikan
Dalam penentuan pola operasi kapal pengolah ikan diperoleh dengan analisa pola
operasi kapal nelayan yang ada saat ini. Dimana akan dipilih rute operasi dengan jarak
terdekat untuk satu kali trip kapal pengolah ikan. Terdapat enam titik lokasi yang
digunakan untuk proses pemindahan ikan yaitu perairan utara Lamongan, perairan
Bawean, perairan Masalembo, perairan Matasiri, perairan Kangean dan perairan utara
Madura. Berikut ini adalah jarak antara masing-masing titik operasi,
Dari kombinasi rute-rute di atas diperoleh jarak operasi terpendek yang direncanakan
untuk kapal pengolah ikan adalah berangkat dari PPN Brondong kemudian menuju ke
perairan utara Lamongan dengan jarak pelayaran sejauh 26.7 nm setelah itu kapal
pengolah ikan berangkat ke titik selanjutnya yaitu di sekitar perairan Pulau Bawean yang
berjarak 30 mil laut dari lokasi sebelunya setelah dari titik kumpul di perairan Bawean
kapal pengolah ikan melanjutkan pelayaran ke titik kumpul selanjutnya. Lokasi titik
kumpul selanjutnya secara berturut-turut yaitu perairan Masalembo, perairan Matasiri,
perairan Kangean dan perairan utara Madura sebelum kembali ke PPN Brondong.
Adapun jarak pelayaran antar titik tersebut secara berturut-turut yaitu 84 mil laut, 80 mil
laut, 140 mil laut 129 mil laut dan 58.9 mil laut. Total jarak tempuh dalam 1 kali round
trip adalah 548.6 mil laut.
62
P. Bawean P. Masalembo
Dogol, Payang, Dogol, Payang,
Purse Seine, Purse Seine,
Pengumpul Pengumpul 80 nm
P. Matasiri
P. Utara Lamongan
Dogol, Payang,
Dogol, 84 nm Purse Seine,
Pengumpul Pengumpul
129 nm
PPN
Brondong P. Utara Madura Dogol, Purse Seine,
Pengumpul
Kapal pengolah ikan berangkat dari PPN Brondong menuju ke titik kumpul yang
pertama yaitu perairan utara Lamongan dengan waktu tempuh 2 jam 4 menit. Setelah
sampai di titik pengumpulan ikan, kapal pengolah ikan akan menunggu kapal penangkap
ikan dengan estimasi waktu yang berbeda di setiap titik kumpulnya.
P. Bawean P. Masalembo
13 Jam 13 Jam
6 Jam
43 Menit 43 Menit 9 Menit
P. Matasiri
P. Utara Lamongan
6 Jam 12 Jam
11 Jam 28 menit 28 Menit
19 Menit
2 Jam 10 Jam
18 menit 46 Menit
P. Kangean
2 Jam 13 Jam
4 Jam
3 menit 9 Jam 43 Menit
32 Menit
55 Menit
PPN Brondong
12 Jam
P. Utara Madura
28 Menit
63
Keterangan :
: Lokasi titik kumpul
: Muat (Ikan)
Gambar 5-4 Posisi Kapal Penangkap dan Pengolah Ikan Saat Proses Bongkar-muat
Sedangkan di bagian belakang kapal pengolah ikan pada port side dan starboard
side juga tersedia tempat merapat untuk kapal penangkap ikan untuk mengisi perbekalan
logistik es balok, beras, dan lauk. Proses merapatnya kapal pengolah ikan dan penangkap
ikan disajikan seperti pada Gambar 5-5 di bawah ini,
64
Kapal penangkap
ikan ukuran kecil
(L=11,7 m)
Kapal penangkap
ikan ukuran
10 Menit besar (L=24,8 m) 10 Menit
12 12
(Kg/Hari/Kapal)
10
Jumlah
Thousands
8
tangkapan
6
ikan
4 2.34
2
- 0.23 0.17
Dogol Mingguan Payang Pengangkut Purse seine
65
Dengan kapasitas alat bongkar muat di kapal berupa pompa penyedot (vacuum)
seperti Gambar di Bawah ini,
Gambar 5-7 Proses Bongkar Muatan Ikan dari Kapal Penangkap ke Kapal Pengolah Ikan
kapasitas pompa ikan yang mencapai 25 ton/jam/unit dan kapal pengolah ikan ini
menggunakan 4 unit pompa padaport side dan starboard side, sehingga diperoleh waktu
yang dibutuhkan untuk proses muat ikan dari masing-masing titik kumpul seperti pada
Gambar 5-8 di bawah ini.
Total
66
waktu tertinggi ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap jenis dogol selama 469 menit,
ini disebabkan karena kebutuhan bahan bakar dari kapal dogol yang paling banyak
sehingga memerlukan waktu bongkar yang lebih lama dibandingkan kapal lainnya.
Sedangkan untuk estimasi waktu total tertinggi ditunjukkan oleh 3 lokasi titik kumpul
yaitu Bawean, Masalembo dan Kangean selama 601 menit, ini disebabkan karena semua
jenis kapal bisa beroperasi di ketiga area tersebut, sedangkan untuk lokasi lainnya
terdapat kapal yang tidak beroperasi di area tersebut seperti misalnya kapal payang yang
tidak menangkap ikan di utara Lamongan, Matasiri dan utara Madura.
400 Dogol
300 Mingguan
Payang
200
100 Purse
Seine
-
Collecting
Total
Gambar 5-9 Estimasi Waktu Bongkar BBM untuk Kapal Penangkap Ikan
Hasil dari tabel di atas diperoleh berdasarkan data kebutuhan bahan bakar harian
dari kapal penangkap ikan yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya. Sama halnya
dengan estimasi waktu dalam muat ikan, estimasi tertinggi untuk bongkar bahan bakar
ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap dogol yaitu selama 218 menit dan estimasi
waktu total terlama terjadi di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 417 menit.
Dalam proses transfer bahan bakar dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap ikan
memanfaatkan pompa dengan nozzle yang memiliki prinsip kerja yang hampir sama
dengan pompa bahan bakar di SPBU, hanya saja pada kapal pengolah ikan dibutuhkan
67
alat bantu crane untuk memindahkan nozzle dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap
ikan.
300 Dogol
250 Mingguan
200 Payang
150
100 Purse Seine
50
- Pengangkut
Total
Tabel 5-10 di atas menunjukkan hasil perhitungan estimasi waktu untuk proses
transfer minyak pelumas dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap ikan. Hasil
perhitungan ini diperoleh dari data kebutuhan minyak pelumas per hari dari kapal
penangkap ikan yang beroperasi. Gambar menunjukkan estimasi waktu total terlama
adalah Bawean, Masalembo dan Kangean selama 350 menit dan estimasi waktu terlama
berdasarkan jenis alat tangkap ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap dogol dengan
estimasi selama 200 menit. Dari ketiga proses hasil perhitungan estimasi waktu terlama
yaitu dihasilkan oleh proses muat ikan dari kapal penangkap ke kapal pengolah ikan yaitu
selama 601 menit. Estimasi ini juga yang dijadikan rujukan untuk estimasi yang harus
disediakan pada masing-masing titik kumpul namun hasil ini harus dibandingkan terlebih
dahulu dengan proses bongkar-muat yang ada di bagian belakang kapal pengolah ikan.
Berikut ini hasil dari perhitungan estimasi waktu untuk proses bongkar-muat di
bagian belakang kapal yaitu estimasi waktu bongkar es dari kapal pengolah ke kapal
penangkap ikan.
68
Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke
Kapal Penangkap Ikan
450.0
400.0
Waktu (Menit)
350.0
300.0 Dogol
250.0 Mingguan
200.0 Payang
150.0
100.0
50.0 Purse Seine
-
Pengangkut
Total
Gambar 5-11 Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan
Dari hasil perhitungan estimasi waktu terlama untuk bongkar es ditunjukkan oleh
kapal pengumpul yaitu selama 230 menit, ini disebabkan karena kebutuhan es untuk
kapal pengumpul lebih banyak jika dibandingkan dengan kapal yang lainnya sehingga
membutuhkan waktu bongkar yang lebih lama. Estimasi waktu total terlama yaitu
ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 400 menit.
120.0
100.0
Dogol
80.0
Mingguan
60.0
40.0 Payang
20.0
- Purse Seine
Pengangkut
Gambar 5-12 Estimasi Waktu Bongkar Air Tawar dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan
Berdasarkan Gambar 5-12 estimasi waktu terlama untuk proses bongkar air tawar
ditunjukkan kapal pengumpul yaitu selama 70 menit dan estimasi waktu terlama
ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 136 menit.
69
Berikut ini hasil perhitungan dari estimasi waktu untuk bongkar perbekalan
nelayan dari kapal pengolah ke kapal penangkap ikan. Estimasi waktu terlama
ditunjukkan oleh kapal pengumpul yaitu selama 60 menit. Sedangkan estimasi waktu
terlama ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 170 menit.
120
100 Dogol
80 Mingguan
60 Payang
40
20 Purse Seine
-
Pengangkut
Gambar 5-13 Estimasi Waktu Bongkar Perbekalan Nelayan dari Kapal Pengolah ke Kapal
Penangkap Ikan
70
Kapal ini nantinya bekerja setiap hari kecuali pada saat-saat tertentu. Adapun
perhitungan koreksi hari operasi sebagai berikut,
71
Tabel 5-26 Koreksi Berat Ikan yang Diolah
Jenis Proses Berat awal (kg) Pengurangan (%) Berat akhir (kg)
Bahan Baku 14,400
Pemotongan (nobbing) 14,400 21% 11,376.00
Pengemasan (Packing) 11,376 5% 10,807.20
Pemasakan (pre-cooking) 10,807.20 25% 8,105.40
Sumber : www.fao.org (diolah kembali)
Dari perhitungan koreksi berat ikan dan kapasitas mesin yang digunakan
diperoleh waktu yang diperlukan untuk pengolahan ikan dalam kemasan kaleng
untuk 1 kali produksi yaitu seperti pada tabel di bawah ini,
Tabel 5-27 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 202
8 Penirisan Conveyor - - - -
Pengisian
media
9 (minyak) Oilling 503 - 8:23 08:00-17:23
Penutupan
10 kaleng Seaming 503 - 8:23 08:00-17:23
Pencucian Can washer
11 kaleng (after) 503 - 8:23 08:00-17:23
72
Tabel 5-28 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 300
8 Penirisan Conveyor - - - -
Pengisian
media
9 (minyak) Oilling 496 - 8:16 08:00-17:16
Penutupan
10 kaleng Seaming 496 - 8:16 08:00-17:16
Pencucian Can washer
11 kaleng (after) 496 - 8:16 08:00-17:16
73
pada jenis pengolahan dan jumlah mesin yang dioperasikan. Adapun jumlah
karyawan untuk pengolahan ikan dalam kemasan kaleng yaitu sebanyak 58 orang
yang terdiri dari 49 orang karyawan terkait langsung dengan produksi dan 9 orang
karyawan yang tidak terkait secara langsung dengan produksi.
Dalam estimasi gaji digunakan standar UMR di Lamongan sebesar
Rp.1,851,083,- dan standar gaji karyawan pabrik pengolahan ikan dari beberapa
sumber. Berikut ini rincian gaji untuk masing-masing karyawan,
Tabel 5-29 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 202 (Direct Production)
Tabel 5-30 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 300 (Direct Production)
Pada Tabel 5-31 di atas karyawan digaji dengan periode per bulan,
karyawan ini merupakan karyawan tetap untuk per round trip kapal pengolah
ikan. Selain karyawan yang terkait langsung dengan produksi, terdapat beberpa
karyawan yang tidak terkait langsung dengan produksi pengolahan ikan seperti
yang disajikkan pada Tabel 5-32 di bawah ini,
Dari komponen biaya karyawan di atas diperoleh biaya total untuk gaji
karyawan sebesar $ 22,011.33/bulan untuk pengolahan dengan tipe kaleng 202
dan $ 19,900.59/bulan untuk pengolahan dengan tipe kaleng 300.
Dalam proses pengolahan fillet ikan terdapat 2 jenis ikan yang digunakan sebagai
bahan baku yaitu ikan swanggi dan ikan kurisi sehingga dalam desain dibuat 2 area
pengolahan fillet dalam 1 geladak kapal. Berikut ini disajikan hasil perhitungan waktu
yang dibutuhkan untuk kedua proses pengolah fillet ikan yang terdapat pada kapal
pengolah ikan,
75
Tabel 5-33 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Swanggi
Waktu Waktu
Waktu
Operasi Operasi
No Proses Pengolahan Alat Produksi Mulai-Selesai
Alat Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Jam:Menit)
Mesin timbang Sebelum
1 Penimbangan ikan digital 266 4:24 Pengolahan
2 Pencucian ikan Drum Rotary 592 9:47 08:00-18:47
Pemotongan kepala
3 dan ekor ikan Mesin Nobbing 670 11:05 08:00-20:05
4 Pemiletan ikan Mesin fiillet 670 11:05 08:00-20:05
Meja Stainless
steel
5 Inspeksi fillet (Conveyor) 670 11:05 08:00-20:05
6 Pengemasan ikan Mesin vacuum 710 11:44 08:00-20:49
Pengemasan ikan Meja Stainless
7 pada cool box steel (manual) 213 3:32 17:18-20:50
Waktu Waktu
Waktu
Operasi Operasi
No Proses Pengolahan Alat Produksi Mulai-Selesai
Alat Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Jam:Menit)
Mesin timbang Sebelum
1 Penimbangan ikan digital 90 1:29 Pengolahan
Waktu mulai produksi sampai selesai produksi sudah termasuk waktu istirahat
selama satu jam. Adapun pengelompokkan karyawan yang dibutuhkan utuk proses
pengolahan fillet ikan ini masih sama seperti pada pengolah ikan dalam kemasan kaleng.
Karyawan dikelompokkan menjadi karyawan yang terkait dengan proses produksi secara
langsung dan yang tidak. Berikut ini disajikan tabel terkait jumlah karyawan dari masing-
masing proses pengolahan yang terkait secara langsung dengan proses produksi,
76
Tabel 5-35 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Swanggi (Direct Production)
Tabel 5-36 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Kurisi (Direct Production)
Tabel 5-37 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan (Direct Production)
Tabel di atas juga menjelaskan nominal gaji untuk karyawan yang terakit
langsung dengan proses produksi ikan. Sedangkan rincian untuk jumlah dan gaji
karyawan yang tidak tekait produksi secara langsung yaitu seperti pada tabel di
bawah ini,
77
Tabel 5-38 Jumlah dan Gaji Karyawan Proses Produksi Fillet (Indirect Production)
Dari perhitungan jumlah dan gaji karyawan di atas diperoleh biaya gaji
total untuk karyawan yang produksi fillet ikan swanggi sebesar $ 28,056.29
/Bulan dan $ 18,455.56 /Bulan untuk Ikan Kurisi.
Dari jumlah bahan baku yang ada dan kapasitas dari masing- masing
mesin pengolahnya dapat diperoleh waktu yang dibutuhkan selama produksi
tepung ikan yaitu sebagai berikut,
78
Tabel 5-40 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Ikan Layang
Tabel 5-41 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Fillet Ikan
Tabel 5-40 dan Tabel 5-41 merupakan waktu produksi tepung yang berasal
dari sisa ikan proses pengolahan ikan kalengan dan fillet ikan sehingga waktu
produksi menyesuaikan dengan waktu produksi dari kedua pengolahan tersebut
dan merupakan satu rangkaian proses dengan pengolahan ikan dalam kemasan
kaleng dan fillet ikan.
Drum
1 Pencucian ikan Rotary 310 6:10 15:00-22:10
Mesin
2 Penyiangan ikan Nobbing 310 6:10 15:00-22:10
Fish
Powder
Pembuatan Production
3 tepung (Sisa) Machine A 330 6:30 15:00-22:30
Fish
Powder
Pembuatan Production
4 tepung (Fillet) Machine B 330 6:30 15:00-22:30
Tabel 5-42 menunjukkan waktu dari proses produksi tepung dengan bahan
baku ikan kuniran utuh sehingga membutuhkan 2 kali proses yang lebih lama
dibandingkan dengan produksi tepung ikan dari sisa ikan kemasan dalam kaleng
dan fillet ikan. Sebelum diolah menjadi tepung ikan harus melalui proses
penyiangan terlebih dahulu. Waktu mulai pengolahan tepung ikan kuniran harus
79
menunggu proses pengolahan fillet ikan kurisi selesai terlebih dahulu kerena
penyiangan ikan menggunakan beberapa mesin dari pengolahan fillet kurisi.
Waktu mulai produksi sampai selesai sudah termasuk waktu istirahat selam 1 jam.
Proses pengolahan ikan menjadi tepung hanya memerlukan sedikit proses
dan jumlah mesin yang digunakan juga sedikit sehingga tidak membutuhkan
karyawan sebanyak pengolahan ikan dalam kemasan kaleng dan fillet ikan,
dengan total karyawan sebanyak 26 orang. Berikut disajikan jumlah dan estimasi
gaji karyawan baik yang terkait langsung dengan produksi maupun yang tidak
terkait langsung dengan proses produksi.
Tabel 5-43 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Swanggi (Direct Production)
Tabel 5-44 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kurisi (Direct Production)
80
Tabel 5-45 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kuniran (Direct Production)
Hasil perhitungan gaji total yang dibutuhkan untuk proses pengolahan ikan
menjadi tepung sebesar $ 28,820.71/Bulan.
81
5.4.2 Perhitungan Koefisien Ukuran Utama Kapal
Sebelum perencanaan selanjutnya maka dilakukan pemeriksaan perbandingan
ukuran utama kapal berdasarkan persyaratan teknis pada kapal pengolah ikan,
sehingga diperoleh ukuran utama kapal penampung ikan yang baru. Perbandingan
ukuran utama kapal menentukan karakteristik sebuah rancangan kapal.Pada penelitian
ini digunakan batasan ukuran utama dari kapal general cargo. Secara terperinci rasio
ukuran utama dapat dilihat pada Tabel 5-29
Fn = Vs / g x Lwl
82
yaitu 0,15 ≤ Fn ≤ 0,32, sehingga hasil perhitungan masih dapat memenuhi
batasan yang diberikan.
Koefisien Blok
Persamaan untuk menghitung CB yaitu (Parson, 2001) :
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cm dari kapal pengolah ikan ini
sebesar 0,989.
1 𝑅𝑤
𝑅𝑇 = 𝜌 𝑉𝑠 2 𝑆𝑡𝑜𝑡 𝐶𝑓 1 + 𝑘 + 𝐶𝐴 𝑊
2 𝑊
Kecepatan kapal pengolah ikan adalah 13 knot dan massa jenis perairan laut
adalah 1025 kg/m3. Diperoleh hasil perhitungan hambatan kapal pengolah ikan sebesar
236, 48 kN
83
5.4.5 Perhitungan Daya dan Pemilihan Mesin Kapal
Dari hasil perhitungan hambatan total, kemudian dapat dilakukan perhitungan
propulsi dan daya mesin. Berikut ini merupakan langkah dan persamaanperhitungannya :
𝐸𝐻𝑃 = 𝑅𝑇 𝑥 𝑉𝑠
Pertama dihitung effective horse power, dimana hambatan sudah didapatkan pada
perhitungan subbab sebelumnya, dan Vs sebesar 13 knot atau setara dengan 6,7 m/s.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan delivered power power.
𝐷𝐻𝑃 = 𝐸𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝐷
𝑆𝐻𝑃 = 𝐷𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝑆
Brake horse power dihitung dari perkalian SHP dengan reduction gear efficiency.
Sementara itu penentuan kebutuhan power sebenarnya ditambahkan 10% dari BHP atau
biasa disebut dengan BHP mcr.
𝐵𝐻𝑃 = 𝑆𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝑅
Dari hasil perhitungan didapatkan kebutuhan daya mesin utama sebesar 2.472 kW,
sehingga dipilih mesin utama dengan spesifikasi mesin seperti Tabel 5-30 di bawah ini,
84
Spesifikasi mesin pada Tabel di atas diperoleh pada katalog mesin yang tersedia di
pasaran. Selain mesin induk (mesin penggerak kapal), kapal pengolah ikan juga
menggunakan mesin bantu(genset). Mesin bantu pada kapal pengolah ikan terdiri dari
mesin bantu yang terkait secara langsung dengan kapal itu sendiri seperti untuk
kebutuhan umum di kapal, kelistrikan kapal dan pengoperasian alat bongkar-muat. Mesin
bantu yang selanjutnya yaitu mesin bantu yang digunakan untuk menunjang pabrik
pengolahan ikan yang ada di dalam kapal.
Daya mesin bantu yang digunakan untuk mendukung keperluan yang terkait dengan
kapal secara langsung diperoleh dari 50% kebutuhan daya mesin induk yaitu sebesar
1.235,76 kW. Dari data tersebut dapat dipilih jenis mesin yang digunakan, adapun
spesifikasi mesin yang dipili seperti pada Tabel 5-31 di bawah ini,
Untuk mesin bantu pabrik pengolahan ikan diperoleh dari kebutuhan daya untuk 1
kali proes produksi. Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan daya untuk proses
pengalengan ikan sebesar 1,083 kW, sehingga spesifikasi mesin yang dipilih adalah
seperti Tabel berikut,
85
Pada pengolahan fillet dan tepung ikan membutuhkan daya sebesar 618 kW dengan
spesifikasi mesin yang sama dengan spesifikasi genset yang digunakan kapal dengan
jumlah mesin yang digunakan hanya 1 unit. Dalem pengolahan fillet menggunakan cold
storage dengan kebutuhan daya sebesar 894 kW, adapun spesifikasi mesin yang
digunakan yaitu seperti pada Tabel 5-33,
Berat
Mesin dan Genset 842.929 ton
Baja 6588.137 ton
E&O 2491.189 ton
Total LWT 9922.255 ton
Crew and Effect 1.920 ton
Fuel Oil 21.820 ton
Lubrication Oil 0.089 ton
Diesel Oil 42.506 ton
Fresh Water 35.526 ton
Provision and Store 1.934 ton
Payload 1899 ton
Total DWT 2002.912 ton
DWT + LWT 11925.167 ton
Displasemen 12631.294 ton
Margin (2-10)% 6% Diterima
86
5.4.7 Perhitungan Tonase Kapal
Tonase kapal dibagi menjadi dua yaitu Net Tonnage (NT) dan Gross Tonnage
(GT).NT digunakan dalam menentukan pajak pelabuhan untuk kapal-kapal berbagai
ukuran.Sedangkan GT digunakan untuk menentukan persyaratan-persyaratan regulasi,
misalnya biaya masuk kanal, biaya pemanduan kapal, persyaratan keselamatan, peralatan
teknis, jumlah crew, asuransi, dll.
5.4.8 PerhitunganFreeboard
Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan freeboard kapal pengolah ikan :
FREEBOARD
Freeboard Minimum 1.77 m
Diterima
Actual Freeboard 3.00 m
Minimum Bow 4.76 m
Diterima
Actual Bow 15.88 m
dimana :
Actual Freeboard adalah tinggi freeboard yang sebenarnya
87
Freeboard Minimum adalah freeboard hasil perhitungan menurut
International Load Lines Convention 1966 &protocol 1988 beserta
koreksinya.
Trim = TA – TF
GML = jarak antara titik berat dan titik metacenter secara memanjang
= BML + KB – KG
Adapun batasan untuk trim adalah didasarkan pada selisih harga mutlak antara
LCB dan LCG, dengan batasan ≤ 0.5%Lpp.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai selisih antara LCG dan LCB sebagai berikut
ini,
TRIM
batasan trim
Kondisi selisih Kondisi
0.5%Lpp
LCG & LCB
Trim Buritan 3.84 5.19 Diterima
88
2. e0.40o 0.09 m.rad
Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 40o 0.09
meter rad.
4. h30o 0.2 m
Lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30o atau lebih.
6. GM0 0.15 m
Tinggi Metasenter awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter
Kriteria IMO
1. e30° ≥ 0.055
e30° = 0.33252
= Diterima
2. e40° ≥ 0.09
e40° = 0.48708
= Diterima
3. e30-40° ≥ 0.03
e30-40° = 0.15456
= Diterima
4. h30° ≥ 0.2
h30° = 25.9246
= Diterima
5. h maks pada θmax ≥ 25
θmax = 38.058
= Diterima
6. GM0 ≥ 0.35
GM0 = 2.68943
= Diterima
89
5.4.11 Pembuatan Rencana Garis (Lines Plan)
Setelah didapat hasil perhitungan ukuran utama kapal beserta komponen lainnya,
maka dilanjutkan dengan pembuatan rencana garis (lines plan). Lines plan merupakan
gambar yang menyatakan bentuk potongan body kapal dibawah garis air yang memiliki
tiga sudut pandang yaitu, body plan (secara melintang), sheer plan (secara memanjang)
dan half breadth plan (dilihat dari atas).
Ada berbagaicara membuat lines plan. Dengan maxsurf sebagai awalnya dan dengan
Auto Cad sebagai penyempurna, maka kita tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu
untuk membuat lines plan.
Data inputan yang diperlukan adalah hasil perhitungan optimasi yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu data ukuran utama meliputi LPP,LWL,B,H,T dan Cb kapal.
Selanjutnya ukuran utama tersebut dijadikan acuan dalam penentuan lines plan
menggunkan maxsurf. Langkah pertama pembuatan lines plan menggunakan maxsurf
adalah input sampel kapal dan data ukuran utamakemudian penyesuaian hasil kalkulasi
hydrostatis kapal seperti yang terlihat digambar berikut.
90
Setelah data hidrostastik sesuai maka akan didapar hasil gambar potongan sesuai
gambar berikut :
Rencana umum dibuat berdasarkan lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Dengan lines plan secara garis besar bentuk badan kapal akan terlihat sehingga
memudahkan dalam merencanakan serta menentukan pembagian ruangan sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
a. Ruang Muat
b. Kamar mesin
c. Ruangan untuk crew dan penumpang
d. Tangki-tangki (bahan bakar, ballast, air tawar, dll)
e. Ruangan-ruangan lainnya
91
Pada saat yang bersamaan juga ditentukan kebutuhan lain yang harus diutamakan
seperti :
Penentuan volume ruang muat berdasarkan jenis dan jumlah muatan yang
dimuat.
Metode penyimpanan dan bongkar muat muatan.
Penentuan volume ruangan untuk kamar mesin berdasarkanjenisdan dimensi
mesin.
Penentuan volume ruangan akomodasi berdasarkan jumlah crew, penumpang
dan standar akomodasi.
Penentuan volume tangki-tangki terutama untuk bahan bakar dan ballast
berdasarkan jenis mesin, jenis bahan bakar, dan radius pelayaran.
Penentuan pembagian dan pembatasan jarak sekat melintang.
Penentuan dimensi kapal (L, B, H, dan T).
Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Setelah semua langkah tersebut dipenuhi dan desain kapal sudah jadi maka
diperlukan pengecekan kembali atas ukuran-ukuran utama apakah sudah sesuai
dengan yang ditentukan atau belum.
92
pengolah ikan ini. Adapun penghematan yang bisa dilakukan adalah seperti pada Tabel 5-
58 di bawah ini,
Keterangan Tabel :
: Kapal tidak menggunakan mesin dengan nilai power tersebut.
A1,…,An : Jenis Kapal
B1,…,Bn : Jenis Alat Tangkap
X1,…,Xn : Base Point
93
A1 : Ijon-Ijon B1 : Dogol X1 : Utara Lamongan
A2 : BC (Bowman Construction) B2 : Payang X2 : Bawean
A3 : Ethek/Bokongan B3 : Pengangkut X3 : Masalembo
B4 : Pukat Cincin X4 : Matasiri
X5 : Kangean
X6 : Utara Madura
Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh waktu melaut kapal pengolah
ikan adalah selama 7 hari dimana kapal penangkap ikan juga mengikuti periode trip dari
kapal pengolah ikan itu sendiri. Perbandingan lama trip eksisting dengan adanya kapal
pengolah ikan adalah seperti disajikan pada tabel di bawah ini,
NO Jenis Kapal Waktu Melaut Eksisting (Hari/RT) Waktu Mealaut Baru (Hari/RT)
Dari tabel di atas ada penghematan waktu melaut sebesar 3-8 hari untuk kapal purse
seine, 3 hari untuk kapal payang dan dogol besar dan 3-5 hari untuk kapal pengumpul.
94
Tabel 5-60 Capital Cost
CAPITAL COST
Perhitungan Harga Kapal
Input Data
WST = 6588.137 Ton
WE&O = 2491.189 Ton
WME = 842.929 Ton
Harga Baja = $ 1,200.00 /ton
Perhitungan Biaya
1. Structural Cost = $ 7,905,764.35
2. Outfit Cost = $ 3,223,770.95
3.Machinery Cost = $ 1,011,514.30
4. Non-weight Cost = $ 1,214,104.96
Tabel 5-60 merupakan rekapitulasi dari biaya pengadaan kapal. Biaya permesinan
pengolahan ikan dimasukkan ke dalam komponen biaya outfit cost. Dimana untuk
mencari capital cost didapat dari harga kapal dibagi dengan umur ekonomis 20 Tahun
dari hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar Rp. 10,498,139,773/Tahun.
95
Tabel 5-61 Operating Cost
96
5.6.4 Kalayakan Ekonomi
Pada penelitian ini biaya pelabuhan tidak termasuk kedalam komponen voyage cost
karena belum ada tarif pelabuhan untuk kapal jenis ini di PPN Brondong. Dari hasil
perhitungan capital cost, operating cost dan voyage cost diperoleh hasil perhitungan
analisis kelayakan ekonomi dengan skenario optimis dari pengadaan kapal seperti tabel di
bawah ini,
97
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian maka kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Pola operasi kapal pengolah ikan berdasarkan jarak terpendek yaitu dari
PPN Brondong - perairan utara Lamongan - parairan Bawean - perairan
Masalembo – perairan Matasiri – perairan Kangean – perairan utara Madura
dengan jarak total 548.6 mil laut dengan waktu operasi 7 hari/round trip dan
waktu tunggu di masing-masing titik kumpul yaitu,
Perairan utara Lamongan : 11,82 Jam
Perairan Bawean : 14,72 Jam
Perairan Masalembo : 14,72 Jam
Perairan Matasiri : 14,72 Jam
Perairan Kangean : 13,22 Jam
Perairan utara Madura : 13,22 Jam
2. Sistem pengolahan ikan yang digunakan terdiri dari,
Pengolahan ikan dalam kaleng dengan kapasitas produksi 20,228
kaleng/produksi untuk kaleng tipe 202 dan 14,449 kaleng/produksi
untuk kaleng tipe 300.
Pengolahan ikan dalam bentuk fillet dengan kapasitas 14,240
kg/produksi
Pengolahan ikan dalam bentuk tepung dengan kapasitas produksi
sebesar 30.237 kg/produksi
3. Berdasarkan Analisis Ekonomis yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Capital cost : Rp 209,962,796,000
Operating cost : Rp 9,062,718,181
Voyage cost : Rp 8.192.125.312
Payback Period : Tahun ke-4
Umur ekonomis kapal : 20 Tahun
98
4. Desain Lines Plan telah dibuat dan dilampirkan pada sub bab rencana garis.
5. Desain General Arrangement telah dibuat dan dilampirkan pada sub bab
rencana umum.
6.2 Saran
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini masih banyaknya perhitungan yang dilakukan
dengan formula estimasi/pendekatan, maka untuk menyempurnakan Tugas Akhir desain
kapal pengolah ikan ini terdapat beberapa saran, antara lain sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan perhitungan dan analisa lebih lanjut terkait proses bongkar-
muat di pelabuhan agar biaya operasional kapal lebih mendekati keadaan yang
sebenarnya.
2. Perlu dilakukan pengecekan dan survey secara menyeluruh untuk memastikan
biaya pembangunan kapal dan biaya operasional kapal yang lebih akurat.
3. Perlu adanya perhitungan konstruksi kapal yang terperinci agar hasil yang
didapatkan lebih akurat dan mendekati keadaan yang sebenarnya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia (2006). Rules for The Classification and Construction of
Seagoing Steel Ships, Volume II, Rules for Hull. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia.
Taggart, Robert.(1980). Ship Design and Construction. New York: The Society of Naval
Architects and Marine Engineers.
100
LAMPIRAN
101
LAMPIRAN
M.V. Skryplev
a) receiving of fish from fishing vessel
b) Production of frozen, fish meal, fish oil
Purpose of the vessel :
c) Supply of fishing ships with fuel, water
and provisions.
102
M.V. Skryplev
- Rated voltage (V) 400
Fish processing plant capacity :
- Frozen fish (tonnes/24hrs) 50
- Fish meal plant capacity (tonnes
raw-fish/24 hrs) 30
- Fish-liver oil (tonnes raw material
per 24 hrs) 8.5
Refrigerated cargo spaces number,
total cubic capacity (cub.m)
3 x 3270
fish meal hold (cub.m) 266
Fish oil tanks total cubic capacity
(cub.m) 186
o
Ref. temperatures ( C) -20
Refrigerants Ammonia
Cranes number, lifting capacity (ton) 4 x 3.0 ; 2 x 7.0
Diesel oil tanks (ton) 1030
Heavy fuel oil tanks (ton) 25
Fresh water tanks (ton) 430
Speed (knot) 14
Number of beds for crew 104
Number of units 4
Start of building 1962
finish of building 1963
"Burmeister & Wain", Copenhagen,
Built by
Denmark
103
Lampiran 1. Kunjungan Kapal di PPN Brondong Tahun 2016
104
DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 15 0 0 0 15
2 2 16 0 0 0 16
3 3 13 1 0 1 15
4 4 9 0 0 1 10
5 5 10 0 0 0 10
6 6 9 0 0 0 9
7 7 7 0 0 0 7
8 8 0 0 0 0 0
9 9 14 0 0 0 14
10 10 14 0 0 0 14
11 11 11 0 0 0 11
12 12 10 0 0 0 10
13 13 18 0 0 0 18
14 14 12 0 0 1 13
15 15 6 1 0 1 8
16 16 12 0 0 1 13
17 17 14 1 0 1 16
18 18 17 0 0 0 17
19 19 20 0 0 0 20
20 20 14 0 0 0 14
21 21 19 0 0 0 19
22 22 19 0 0 1 20
23 23 24 1 0 0 25
24 24 23 0 0 0 23
25 25 16 0 0 0 16
26 26 14 1 0 0 15
27 27 16 0 0 0 16
28 28 14 0 0 0 14
29 29 18 0 0 2 20
JML 404 5 0 9 418
MAX 24 1 0 2 25
MODUS 14 0 0 0
AVERAGE 14 0 0 0 14
105
KAPAL BONGKAR MARET 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 16 0 0 0 16
2 2 13 0 0 0 13
3 3 17 0 0 0 17
4 4 15 0 0 0 15
5 5 5 0 0 0 5
6 6 7 0 0 1 8
7 7 8 0 0 1 9
8 8 11 0 0 0 11
9 9 0 0 0 0 0
10 10 13 0 0 0 13
11 11 15 0 0 0 15
12 12 15 0 0 0 15
13 13 19 1 0 1 21
14 14 19 1 0 1 21
15 15 19 1 0 0 20
16 16 19 0 0 0 19
17 17 19 0 0 0 19
18 18 20 0 0 1 21
19 19 20 0 0 0 20
20 20 22 0 0 1 23
21 21 18 0 0 0 18
22 22 23 0 0 0 23
23 23 18 0 0 1 19
24 24 20 0 0 1 21
25 25 4 0 0 1 5
26 26 24 0 0 1 25
27 27 20 3 0 1 24
28 28 23 0 0 0 23
29 29 17 0 0 1 18
30 30 17 0 0 1 18
31 31 17 0 0 1 18
JML 493 6 0 14 513
MAX 24 3 0 1 25
MODUS 19 0 0 0
AVERAGE 16 0 0 0 17
106
KAPAL BONGKAR APRIL 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 18 0 0 0 18
2 2 18 0 0 0 18
3 3 14 1 0 2 17
4 4 15 0 0 1 16
5 5 13 0 0 1 14
6 6 14 0 0 0 14
7 7 23 0 0 0 23
8 8 7 0 0 0 7
9 9 10 0 0 1 11
10 10 17 2 0 0 19
11 11 21 1 0 0 22
12 12 25 0 0 0 25
13 13 20 0 0 1 21
14 14 17 0 0 1 18
15 15 13 0 0 1 14
16 16 12 0 0 0 12
17 17 14 0 0 0 14
18 18 17 0 0 1 18
19 19 14 0 0 0 14
20 20 16 0 0 0 16
21 21 23 0 0 0 23
22 22 19 0 0 0 19
23 23 12 0 0 0 12
24 24 15 0 0 0 15
25 25 12 0 0 0 12
26 26 18 0 0 0 18
27 27 15 0 0 0 15
28 28 15 0 0 0 15
29 29 11 0 0 1 12
30 30 10 0 0 0 10
JML 468 4 0 10 482
MAX 25 2 0 2 25
MODUS 14 0 0 0
AVERAGE 16 0 0 0 16
107
KAPAL BONGKAR MEI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 0 0 0 1 1
2 2 22 1 0 0 23
3 3 17 0 0 0 17
4 4 17 0 0 0 17
5 5 15 0 0 0 15
6 6 12 0 0 2 14
7 7 6 0 0 0 6
8 8 16 0 0 0 16
9 9 15 0 0 0 15
10 10 10 0 0 1 11
11 11 15 0 0 0 15
12 12 22 0 0 0 22
13 13 27 1 0 1 29
14 14 31 0 0 0 31
15 15 25 0 0 0 25
16 16 24 0 0 0 24
17 17 13 0 0 0 13
18 18 14 0 0 0 14
19 19 15 0 0 0 15
20 20 13 0 0 0 13
21 21 7 0 0 1 8
22 22 6 0 0 0 6
23 23 11 0 0 0 11
24 24 15 0 0 0 15
25 25 14 0 0 0 14
26 26 12 0 0 0 12
27 27 14 0 0 0 14
28 28 12 0 0 0 12
29 29 14 0 0 0 14
30 30 12 0 0 0 12
31 31 13 0 0 0 13
JML 459 2 0 6 467
MAX 31 1 0 2 31
MODUS 15 0 0 0
AVERAGE 15 0 0 0 15
108
KAPAL BONGKAR JUNI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 21 0 0 0 21
2 2 19 1 0 0 20
3 3 12 0 0 0 12
4 4 19 0 0 0 19
5 5 12 0 0 0 12
6 6 12 0 0 0 12
7 7 13 0 0 1 14
8 8 6 0 0 0 6
9 9 11 0 0 1 12
10 10 11 0 0 0 11
11 11 15 0 0 0 15
12 12 4 0 0 0 4
13 13 12 0 0 0 12
14 14 12 0 0 0 12
15 15 11 0 0 0 11
16 16 15 0 0 0 15
17 17 12 0 0 0 12
18 18 8 0 0 0 8
19 19 13 0 0 1 14
20 20 12 0 0 0 12
21 21 19 0 0 0 19
22 22 8 0 0 0 8
23 23 7 0 0 0 7
24 24 14 0 0 0 14
25 25 15 0 0 0 15
26 26 13 0 0 0 13
27 27 14 0 0 0 14
28 28 17 0 0 1 18
29 29 19 0 0 0 19
30 30 18 0 0 0 18
JML 394 1 0 4 399
MAX 21 1 0 1 21
MODUS 12 0 0 0
AVERAGE 13 0 0 0 13
109
KAPAL BONGKAR JULI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 17 0 0 0 17
2 2 0 0 0 0 0
3 3 0 0 0 0 0
4 4 0 0 0 0 0
5 5 0 0 0 0 0
6 6 0 0 0 0 0
7 7 0 0 0 0 0
8 8 0 0 0 0 0
9 9 0 0 0 0 0
10 10 0 0 0 0 0
11 11 0 0 0 0 0
12 12 0 0 0 0 0
13 13 0 0 0 0 0
14 14 2 0 0 0 2
15 15 1 0 0 0 1
16 16 2 0 0 0 2
17 17 0 0 0 0 0
18 18 2 0 0 1 3
19 19 2 1 0 0 3
20 20 6 0 0 0 6
21 21 6 0 0 0 6
22 22 20 0 0 0 20
23 23 17 0 0 2 19
24 24 23 0 0 0 23
25 25 20 0 0 1 21
26 26 24 0 0 1 25
27 27 20 0 0 2 22
28 28 20 0 0 1 21
29 29 22 0 0 2 24
30 30 21 0 0 0 21
31 31 17 0 0 2 19
JML 242 1 0 12 255
MAX 24 1 0 2 25
MODUS 0 0 0 0
AVERAGE 8 0 0 0 8
110
KAPAL BONGKAR AGUSTUS 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 18 0 0 0 18
2 2 14 0 1 1 16
3 3 13 1 0 1 15
4 4 14 0 0 5 19
5 5 20 0 3 0 23
6 6 20 0 0 2 22
7 7 12 0 0 0 12
8 8 14 0 0 1 15
9 9 8 0 1 2 11
10 10 20 0 0 2 22
11 11 19 1 0 2 22
12 12 22 1 0 4 27
13 13 17 0 0 2 19
14 14 12 0 0 1 13
15 15 20 0 0 1 21
16 16 23 0 0 1 24
17 17 2 0 0 1 3
18 18 20 0 0 0 20
19 19 20 0 0 0 20
20 20 15 0 0 2 17
21 21 19 0 0 1 20
22 22 19 0 0 2 21
23 23 10 0 0 1 11
24 24 17 0 0 0 17
25 25 17 0 0 2 19
26 26 18 0 0 0 18
27 27 16 0 0 0 16
28 28 18 0 0 2 20
29 29 12 0 0 3 15
30 30 15 0 0 3 18
31 31 15 0 0 2 17
JML 499 3 5 44 551
MAX 23 1 3 5 27
MODUS 20 0 0 2
AVERAGE 16 0 0 1 18
111
KAPAL BONGKAR SEPTEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 13 0 0 3 16
2 2 21 0 0 2 23
3 3 16 0 0 3 19
4 4 20 0 0 4 24
5 5 13 0 0 1 14
6 6 22 0 0 0 22
7 7 27 1 1 1 30
8 8 34 0 0 2 36
9 9 37 0 0 0 37
10 10 29 0 0 1 30
11 11 15 0 0 0 15
12 12 0 0 0 0 0
13 13 10 0 0 2 12
14 14 10 0 0 3 13
15 15 4 0 1 1 6
16 16 4 0 0 1 5
17 17 2 0 0 3 5
18 18 4 0 0 1 5
19 19 5 0 1 4 10
20 20 2 1 0 3 6
21 21 9 0 0 1 10
22 22 8 1 0 1 10
23 23 15 0 0 1 16
24 24 13 0 0 0 13
25 25 19 1 0 2 22
26 26 19 1 0 2 22
27 27 29 0 0 5 34
28 28 25 0 0 2 27
29 29 27 1 1 4 33
30 30 22 0 0 4 26
JML 474 6 4 57 541
MAX 37 1 1 5 37
MODUS 13 0 0 1
AVERAGE 16 0 0 2 18
112
KAPAL BONGKAR OKTOBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 22 0 0 2 24
2 2 17 0 0 2 19
3 3 25 1 1 3 30
4 4 21 0 0 3 24
5 5 19 0 0 1 20
6 6 20 1 0 3 24
7 7 18 0 0 1 19
8 8 19 0 0 1 20
9 9 26 0 0 1 27
10 10 25 0 0 0 25
11 11 19 0 0 1 20
12 12 19 1 0 0 20
13 13 15 0 0 1 16
14 14 17 1 0 2 20
15 15 18 0 0 1 19
16 16 14 0 0 1 15
17 17 18 0 0 2 20
18 18 19 0 0 1 20
19 19 19 0 1 1 21
20 20 22 2 0 0 24
21 21 21 0 0 1 22
22 22 19 0 0 0 19
23 23 20 0 0 0 20
24 24 18 0 0 1 19
25 25 32 2 0 0 34
26 26 24 2 0 1 27
27 27 26 1 0 1 28
28 28 20 0 0 0 20
29 29 22 0 0 1 23
30 30 14 0 0 3 17
31 31 14 1 0 4 19
JML 622 12 2 39 675
MAX 32 2 1 4 34
MODUS 19 0 0 1 20
AVERAGE 20 0 0 1 22
113
KAPAL BONGKAR NOVEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 21 0 0 1 22
2 2 23 0 0 1 24
3 3 23 0 0 1 24
4 4 16 1 0 0 17
5 5 21 0 0 1 22
6 6 20 0 0 6 26
7 7 28 1 0 4 33
8 8 23 0 0 1 24
9 9 22 0 0 1 23
10 10 16 0 0 1 17
11 11 17 1 0 1 19
12 12 16 0 0 1 17
13 13 13 0 1 1 15
14 14 12 0 0 1 13
15 15 16 0 0 2 18
16 16 21 1 0 1 23
17 17 25 0 0 1 26
18 18 23 1 0 2 26
19 19 18 0 0 1 19
20 20 14 0 0 0 14
21 21 19 0 0 1 20
22 22 22 0 0 0 22
23 23 21 1 0 0 22
24 24 21 0 0 1 22
25 25 22 1 0 1 24
26 26 18 1 0 2 21
27 27 19 0 0 3 22
28 28 20 0 0 3 23
29 29 19 1 0 2 22
30 30 12 0 0 1 13
JML 581 9 1 42 633
MAX 28 1 1 6 33
MODUS 21 0 0 1
AVERAGE 19 0 0 1 21
114
KAPAL BONGKAR DESEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 23 1 0 1 25
2 2 19 0 0 2 21
3 3 20 0 0 0 20
4 4 13 1 0 2 16
5 5 19 0 1 0 20
6 6 23 1 1 1 26
7 7 18 1 0 0 19
8 8 21 0 0 0 21
9 9 9 0 0 0 9
10 10 16 0 0 1 17
11 11 15 0 0 0 15
12 12 10 0 0 0 10
13 13 17 0 1 1 19
14 14 19 1 0 1 21
15 15 9 0 0 0 9
16 16 15 0 0 0 15
17 17 15 0 0 0 15
18 18 18 0 0 0 18
19 19 19 2 0 0 21
20 20 18 0 0 0 18
21 21 20 0 0 0 20
22 22 16 0 0 0 16
23 23 21 1 0 0 22
24 24 25 0 0 0 25
25 25 4 0 0 0 4
26 26 7 0 0 0 7
27 27 1 0 0 1 2
28 28 5 0 0 0 5
29 29 9 0 0 0 9
30 30 12 0 0 0 12
31 31 6 0 0 0 6
JML 462 8 3 10 483
MAX 25 2 1 2 26
MODUS 19 0 0 0
AVERAGE 15 0 0 0 16
115
Lampiran 2. Pasokan Solar untuk Kapal Penangkap Ikan
116
Lampiran 4. Pasokan Es untuk Kapal Penangkap Ikan
67 Ton/Trip
Total Pasokan Es :
2688 Balok/Trip
Penyimpanan Es
Kebutuhan Pasokan : 2688.00 Balok/Trip
Kebutuhan Ruang Penyimpanan : 2688.00 Balok/Trip
Jumlah Ruang Penyimpanan : 2 Unit
Volume Es : 0.0324 m3/Balok
Dimensi Ruang Penyimpanan :
l: 4.5 m
b: 6.0 m
t: 2 m
Kebutuhan Pasokan + Margin : 105 m3
Volume Ruang Penyimpanan : 108 m3
Berat Total Es : 83.33 Ton/Trip
Tangki Oli
Kebutuhan Pasokan : 1.34 m3
Kapasitas Tangki : 1.34 m3
Jumlah Tangki : 1 Unit
Dimensi Tangki :
l: 2 m
b: 1.0 m
t: 1 m
Kebutuhan Pasokan + Margin : 2 m3
2 m3
Kapasitas Tangki Penyimpanan :
1.60 Ton/Trip
117
Lampiran 6 Pasokan Kebutuhan Pokok (Beras) untuk Kapal Penangkap Ikan
1,344 Kg/Trip
Total Pasokan Beras:
1.4 Ton/Trip
Gudang Beras
Kebutuhan Pasokan : 1344.00 Kg/Trip
Kebutuhan Pasokan : 54.00 Karung (25)/Trip
Jumlah Ruang Penyimpanan : 1 Unit
Volume Beras : 0.0675 m3/Karung
Dimensi Ruang Peyimpanan :
l: 1.5 m
b: 2.0 m
t: 2 m
Kebutuhan Ruang Penyimpanan + Margin : 4 m3
Volume Ruang Penyimpanan : 6 m3
Berat Total Beras : 2.22 Ton/Trip
117 Box/Trip
Total Pasokan Lauk, dll : 2,340.0 Kg/Trip
2.34 Ton/Trip
118
Lampiran 8 Mesin Pengolah Ikan Dalam Kemasan Kaleng
2) Nobbing Machine
Specification Value or Name Units
Brand name : SEAC
Type : FPM-400
Power consumption : 1.25 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 2 l/Menit
Capacity : 250 Ikan/Menit
Dimensions : 4640X1500x1700 mm
Prize : 20000 US$
Net weight : 3000 Kg/batch
Product web : http://seac-ab.com/seac-fpm-400/
119
4) Can Washer Machine (Before)
Specification Value or Name Units
Brand name : Automatic can washer
Type : Can washer
Power consumption : 0.75 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 0.2 l/kaleng
Capacity : 1000-3000 Kaleng/Jam
Dimensions : 1900 x 600 x 900 mm
Prize : 2000 US$
Net weight : 500 Kg/batch
Product web : http://yf-machienry.imould.com
Operator : 1 Orang/Unit
6) Belt Conveyor
Specification Value or Name Units
Brand name : Yupack
Type : Customized
Capacity : Strong
Power Consumption : 2 kW
Operator : 2 Orang/Meja
Dimensions : 4876 mm
Prize : 2999 US$/Set
Net weight : 1000 Kg/Unit
Product web : https://www.alibaba.com
Total operator : - Orang
Voltage : 380 V
120
7) Automatic Sealer
Specification Value or Name Units
Brand name : XTIME
Type : Sealing Machine
Power consumption : 0.31 kWh
Voltage : 220 V
Steam consumption : Kg/batch
Capacity : 25 pcs/Menit
Dimensions : 3000x800x1500 mm
Prize : 1395 US$
Net weight : 200 Kg/Unit
Product web : https://www.alibaba.com
9) Oil Filling
Specification Value or Name Units
Brand name : Brightwin
Type : Filling Machine
Power consumption : 1.2 kWh
Capacity : 200-6000 Kaleng/Jam
Voltage : 380 V
Dimensions : 2500x1200x1800 mm
Prize : 2000 US$
Net weight : 800 Kg/Unit
121
10) Seaming Machine
12) Retorts
Specification Value or Name Units
Brand name : Autoclave Retort Machine
Type : 1000
Power consumption : 50 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 6 liter/Menit
Capacity : 800-1500 Kg/Unit
Food basket : 3 Set/Sets
Design temperature : 145 C
Test pressure : 0.44 Mpa
Design pressure : 0.35 Mpa
Dimensions : 3800x1200x1900 mm
Prize : 5000 US$
Net weight : 2920 Kg/batch
Product web : https://indonesian.alibaba.com
122
14) Packing
Specification Value or Name Units
Brand name : WORITA
Type : WD-ZX15
Power consumption : 2 kWh
Voltage : 380 V
Capacity : 65 Box/jam
Dimensions : 4500x800*2050 mm
Prize : 10000 US$
Net weight : 1000 Kg
Product web : https://www.alibaba.com
15) Sealing
Specification Value or Name Units
Brand name : SIERAC
Type : FX-02
Power consumption : 0.6 kWh
Voltage : 380 V
Automatic grade : Automatic
Capacity : 65 Box/Jam
Dimensions : 1170x850x1520 mm
Prize : 1100 US$
Net weight : 1000 Kg
Product web : https://www.alibaba.com
123
Lampiran 9 Kebutuhan Penunjang Produksi
2) Karung
Specification Value or Name Units
Brand name : Karung
Type : Palstik
Dimensions : 900x560x600 mm
Prize : 1700 Rupiah/karung
Net Wight : 50 Kg/Sack
https://www.tokopedia.com/multijaya88/pabrik-karung-
Product Web :
distributor-karung-50kg-baru-ukuran-56x90
3) Pallet
Spesifikasi Nilai/nam Satuan
Bahan : HDPE
Jenis entri : 4 arah
Nomor model : ENL-1210D
Ukuran : 1200*800*150 mm
Rak beban : 1.2 ton
Jenis : Euro pallet
Merek : ENL-palet plastik
Beban dinamis : 1 ton
Harga : 10 US$/unit
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/1200-x-
1000-mm-light-weight-plastic-euro-pallets-
Link : 60497354180.html
124
BIODATA PENULIS
125
126