Anda di halaman 1dari 144

TUGAS AKHIR– MS 141501

DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH IKAN


UNTUK MENDUKUNG MORATORIUM TRANSHIPMENT
IKAN DI LAUT : STUDI KASUS WPP 712

I GEDE DODDY PRYAWADI


NRP 0441 1340000007

Dosen Pembimbing
Ir. Tri Achmadi, Ph.D.
Eka Wahyu Ardhi, S.T.,M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
1
TUGAS AKHIR – MS 141501

DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH IKAN UNTUK


MENDUKUNG MORATORIUM TRANSHIPMENT IKAN DI
LAUT : STUDI KASUS WPP 712

I GEDE DODDY PRYAWADI


NRP 0441 13 40000007

DOSEN PEMBIMBING
Ir. TRI ACHMADI, Ph.D
EKA WAHYU ARDHI, S.T.,M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
FINAL PROJECT – MS 141501

CONCEPTUAL DESIGN OF FISH PROCESSING VESSEL


TO SUPPORT THE FISH TRANSHIPMENT MORATORIUM
AT THE SEA : A CASE STUDY OF WPP 712

I GEDE DODDY PRYAWADI


NRP 0441 13 40000007

SUPERVISOR
Ir. TRI ACHMADI, Ph.D.
EKA WAHYU ARDHI, S.T., M.T.

DEPARTEMENT OF MARINE TRANSPORTATION ENGINEERING


FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

3
i
ii
DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH IKAN UNTUK
MENDUKUNG MORATORIUM TRANSHIPMENT IKAN DI LAUT :
STUDI KASUS WPP 712

Nama Penulis : I Gede Doddy Pryawadi


NRP : 0441 13 40000007
Departemen : Teknik Transportasi Laut, Fakultas Teknologi
Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Tri Achmadi, Ph.D
2. Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T

ABSTRAK
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
No.57/Permen-KP/2014terkait denganpenghentian sementara (moratorium) pola operasi
alih muatan di laut dari kapal penangkap ke kapal pengumpul (transhipment) yang
berpengaruh terhadap jumlah tangkapan ikan dan biaya operasional nelayan.Tujuan dari
Tugas Akhir ini adalah untuk mendesain sebuah kapal pengolah ikan yang digunakan
untuk perairan di WPP 712 serta yang mampu memberi nilai tambah terhadap tangkapan
ikan dan dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan nelayan.Kapal pengolah ikan
ini akan mengolah hasil tangkapan yang diperoleh dari para nelayandi atas kapal dengan
hasil produk olahan berupa ikan dalam kemasan kaleng (kaleng tipe 202, 20.228
kaleng/produksi dan kaleng tipe 300, 14.449 kaleng/produksi), fillet ikan (14.240
kg/produksi) dan tepung ikan (30.237 kg/produksi). Penentuan kapasitas muatan kapal
pengolah ikan ditentukan dari hasil tangkapan ikan per tahun. Kemudian dilakukan
perhitungan teknis yang memenuhi standar regulasi dalam mendesain kapal. Ukuran
utama yang didapatkan adalah Lpp =103.8 m, B = 22 m, T = 7 m, H = 10 m, Cb = 0.741,
dan Vs = 13 knot dengan rute operasi dari PPN Brondong-perairan utara Lamongan-
perairan Bawean-perairan Masalembo-perairan Matasiri-perairan Kangean-perairan utara
Madura-PPN Brondong. Dari ukuran utama tersebut kemudian dibuat gambar Rencana
Garis, gambar Rencana Umum dan analisis ekonomis.
Kata Kunci: Kapal Pengolah Ikan, WPP 712, Rute Operasi, Ukuran Utama, Analisis Ekonomis

iii
CONCEPTUAL DESIGN OF FISH PROCESSING VESSEL TO
SUPPORT THE FISH TRANSHIPMENT MORATORIUM AT THE
SEA : A CASE STUDY OF WPP 712

Name : I Gede Doddy Pryawadi


Student No. : 0441 13 40000007
Department : Marine Transportation Engineering,
Faculty of Marine Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Supervisor : 1. Ir.Tri Achmadi, Ph.D
2. Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T.

ABSTRACT
Based Based on the Regulation of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries of the
Republic of Indonesia No.57 / Permen-KP / 2014 relating to the temporary cessation
(moratorium) the pattern of sea cargo operation from the catching vessel to the collecting
vessel affecting the number of fish catch and the operational cost of the fishermen. The
purpose of this Final Project is to design a fish processing vessel used for waters in WPP
712 and that can add value to the catch of fish and can reduce the cost to be spent by
fishermen. This fish processing vessel will process the catch obtained from the fishermen
on board with the result of processed products in the cans (cans type 202, 20.228 cans /
production and cans type 300, 14.449 cans / production), fish fillet (14.240 kg /
production) and fish meal (30.237 kg / production). Determination of cargo capacity of
fish processing vessels is determined from the catch of fish per year. Then a technical
calculation that according to the standard regulation for ship design. The main dimensions
obtained are Lpp = 103.8 m, B = 22 m, T = 7 m, H = 10 m, Cb = 0.741, and Vs = 13
knots with the operation route from PPN Brondong - North of Lamongan - Bawean
waters area - Masalembo waters area-Matasiri waters area-Kangean waters area-north
waters area of Madura-PPN Brondong. From the main dimensions, Lines Plan, General
Arrangement and economic analysis are made.
Keywords: Fish Processing Vessel, WPP 712, Operation Route, Main Dimensions,
Economic Analysis

iv
Dipersembahkan untuk kedua orang tua, adik – adik, keluarga dan sahabat

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan bimbingan dan jalannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul : “Desain Konseptual Kapal Pengolah Ikan untuk
Mendukung Moratorium Transhipment Ikan di Laut : Studi Kasus WPP
712”.Penelitian ini dapat penulis selesaikan dengan baik berkat dukungan serta bantuan
baik langsung maupun tidak langsung dari semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak I Putu Soemantrie Merryawan, Ibu Ni Putu Sri
Wahyuni dan adik-adik saya I Kadek Duta Dananjaya, I Komang Duta Kesawa
dan I Ketut Bima Riski Aditya yang saya sayangi yang terus memberi semangat
dan do’a untuk penulis.
2. Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph.D. selaku ketua jurusan Trasnportasi Laut, dosen wali
penulis, dosen pembimbing Tugas Perencanaan Transportasi Laut dan dosen
pembimbing 1 Tugas Akhir yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, ilmu
dan arahan selama masa perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Eka Wahyu Ardhi, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing 2 Tugas Akhir
yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, ilmu dan arahan selama masa
perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai Departemen Teknik Transportasi Laut yang
telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan Tugas Akhir
ini.
5. Kedua bibi saya yang sangat hebat, Md. Sushanti Herryani dan Km. Kristiana
Dewi, yang sangat saya sayangi nenek Ni Luh Supamiri dan paman Komang
Johny Suradilaga yang selalu memberi motivasi dan mendoakan penulis.
6. Bapak Gede Putra Adnyana dan Bli Ketut Hendra Harianto yang selalu
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga bisa merasakan perkuliahan di
ITS serta mengerjakan Tugas Akhir dengan baik.
7. Keluarga CMJ (Jhon Anok, Gangga Bracoex, Tu Dio) dan keluarga Ketan Injin
(Teguh M.J., Yoga, Bhayu S.H., Dewa Aditya, Ercana S., Abdi, Suteja W.) yang

vi
bisa dihandalkan, selalu memberikan hiburan dan semangat untuk penulis agar
segera menyelesaiakan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman TSTXX16 dan MANTAV12, teman-teman ECSTASEA T11,
teman-teman TPKH-ITS dan teman-teman BEM FTK yang memberi pengalaman
dan masukan kepada penulis.
9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data untuk
menyelesaikan penelitian ini.
10. Semua pihak yang belum disebutkan diatas yang membantu penulis dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.Serta tidak lupa penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam laporan ini.

Surabaya, Januari 2018


(Penulis)

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................................... iii

ABSTRACT ........................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ..............................................................................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

1.4 Batasan Masalah ................................................................................................ 3

1.5 Manfaat .............................................................................................................. 3

1.6 Hipotesis Awal ................................................................................................... 3

1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5

2.1 Pengolahan Ikan Dalam Kaleng......................................................................... 5

2.2 Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet ............................................................... 7

2.3 Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Tepung Ikan ................................................... 8

2.4 Kapal Ikan .......................................................................................................... 9

2.5 Tahap Desain Kapal ......................................................................................... 15

2.6 Regulasi............................................................................................................ 17

2.7 Moratorium Transhipment ............................................................................... 17

2.8 Dasar Teori....................................................................................................... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 37

viii
3.1 Asumsi-asumsi Dasar....................................................................................... 37

3.2 Tahapan Pengerjaan Tugas Akhir .................................................................... 37

3.3 Diagram Alir Penelitian ................................................................................... 40

BAB 4 GAMBARAN UMUM .......................................................................................... 41

4.1 Wilayah Pengelolaan Perikanan ...................................................................... 41

4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong ...................................................... 42

4.3 Unit Pengolahan Ikan disekitar PPN Brondong............................................... 43

4.4 Potensi Perikanan di PPN Brondong .............................................................. 44

4.5 Armada Kapal Ikan di PPN Brondong............................................................. 45

4.6 Pola Operasi Kapal Penangkap Ikan ................................................................ 47

4.7 Perbekalan Nelayan ......................................................................................... 48

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 51

5.1 Penentuan Kapasitas Angkut dan Pengolahan Ikan ......................................... 51

5.2 Neraca Produksi ............................................................................................... 60

5.3 Pola Operasi ..................................................................................................... 62

5.4 Desain Kapal Pengolah Ikan ............................................................................ 81

5.5 Penghematan Nelayan ...................................................................................... 92

5.6 Analisis Kelayakan Ekonomi ........................................................................... 94

BAB 6 KESIMPULAN...................................................................................................... 98

6.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 98

6.2 Saran ................................................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 100

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 102

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Dalam Kaleng .................................... 6
Gambar 2-2 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet ...................................... 7
Gambar 2-3 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet ...................................... 8
Gambar 2-4 Pengoperasian Kapal Pukat Hela ................................................................... 11
Gambar 2-5 Kapal Pukat Cincin ........................................................................................ 11
Gambar 2-6 Kapal Fish Dreger .......................................................................................... 12
Gambar 2-7 Kapal Penjaring Angkat ................................................................................. 12
Gambar 2-8 Kapal Pancing (Pole and Line Huhate) ......................................................... 13
Gambar 2-9 Kapal Induk ................................................................................................... 14
Gambar 2-10. M.V. Skryplev ............................................................................................ 14
Gambar 2-11 Kapal Riset Perikanan.................................................................................. 15
Gambar 2-12 Spiral Design ............................................................................................... 15
Gambar 2-13 Spiral Design ............................................................................................... 16
Gambar 2-14 Lokasi Daya yang Bekerja pada Sistem Propulsi ........................................ 20
Gambar 2-15 Momen Penegak atau Momen Pengembali ................................................. 28
Gambar 2-16 Kondisi Stabilitas Positif ............................................................................. 29
Gambar 2-17 Kondisi Stabilitas Netral .............................................................................. 29
Gambar 2-18 Kondisi Stabilitas Negatif ............................................................................ 30
Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 40
Gambar 4-1 Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia................ 41
Gambar 4-2Grafik Produksi Ikan Tangkapan Dominan di PPN Brondong ...................... 44
Gambar 4-3Grafik Jumlah Kunjungan Kapal di PPN Brondong...................................... 45
Gambar 4-4 Kapal Ijon-ijon ............................................................................................... 46
Gambar 4-5 Kapal Ethek/Bokongan .................................................................................. 46
Gambar 4-6 Kapal Bowman Construction (BC) ................................................................ 47
Gambar 5-1 Ruang Muat Ikan di Kapal dengan Sistem Pendingin Air Laut .................... 52
Gambar 5-2 Rute Operasi Kapal Pengolah Ikan ................................................................ 63
Gambar 5-3 Waktu Operasi Kapal Pengolah Ikan ............................................................. 63
Gambar 5-4 Posisi Kapal Penangkap dan Pengolah Ikan Saat Proses Bongkar-muat ...... 64
Gambar 5-5 Proses Kapal Ikan Merapat ke Kapal Pengolah Ikan..................................... 65
Gambar 5-6 Produksi Ikan Rata-rata di PPN Brondong Tahun 2016 ................................ 65

x
Gambar 5-7 Proses Bongkar Muatan Ikan dari Kapal Penangkap ke Kapal Pengolah Ikan
............................................................................................................................................ 66
Gambar 5-8 Estimasi Waktu Muat Ikan di Masing-masing Titik Kumpul ....................... 66
Gambar 5-9 Estimasi Waktu Bongkar BBM untuk Kapal Penangkap Ikan ...................... 67
Gambar 5-10 Estimasi Waktu BongkarPelumas untuk Kapal Penangkap Ikan ................ 68
Gambar 5-11 Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan
............................................................................................................................................ 69
Gambar 5-12 Estimasi Waktu Bongkar Air Tawar dari Kapal Pengolah ke Kapal
Penangkap Ikan .................................................................................................................. 69
Gambar 5-13 Estimasi Waktu Bongkar Perbekalan Nelayan dari Kapal Pengolah ke
Kapal Penangkap Ikan ....................................................................................................... 70
Gambar 5-15 Perhitungan Hidrostatik pada Maxsurf ........................................................ 90
Gambar 5-16 Sheer Plan pada Maxsurf ............................................................................. 91

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Tinggi Standard Bangunan Atas ........................................................................ 24


Tabel 2-2 Pengurangan Freeboard ..................................................................................... 25
Tabel 2-3 Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe A .................................................... 25
Tabel 2-4 Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe B .................................................... 26
Tabel 4-1 Jumlah Unit Pengolahan Ikan di Sekitar Pelabuhan .......................................... 43
Tabel 4-2 Trip dan Lokasi Tangkapan Berdasarkan Jenis Kapal ...................................... 48
Tabel 4-3 Kebutuhan Perbekalan Bahan Bakar untuk Melaut........................................... 49
Tabel 4-4 Kebutuhan Perbekalan Air Bersih untuk Melaut............................................... 49
Tabel 4-5 Kebutuhan Perbekalan Es Balok untuk Melaut ................................................. 49
Tabel 4-6 Perbekalan Minyak Pelumas untuk Melaut ....................................................... 50
Tabel 4-7 Perbekalan Beras Nelayan untuk Melaut .......................................................... 50
Tabel 4-8 Perbekalan Lain Nelayan Selama Melaut.......................................................... 50
Tabel 5-1 Produksi Ikan Rata-rata di PPN Brondong ........................................................ 51
Tabel 5-2 Nilai Muatan Ikan Berdasarkan Jenis Penanganan ........................................... 52
Tabel 5-3 Produksi Ikan Layang di PPN Brondong Tahun 2016 ...................................... 53
Tabel 5-4 Jumlah Mesin Pengolahan Ikan Dalam Kaleng................................................. 54
Tabel 5-5 Produksi Ikan Swanggi di PPN Brondong Tahun 2016 .................................... 55
Tabel 5-6 Produksi Ikan Kurisi di PPN Brondong Tahun 2016 ........................................ 55
Tabel 5-7 Jumlah Mesin Pengolhan fillet Ikan .................................................................. 56
Tabel 5-8 Produksi Ikan Kuniran di PPN Brondong tahun 2016 ...................................... 56
Tabel 5-9 Bahan Baku Pengolahan Tepung Ikan .............................................................. 57
Tabel 5-10 Jumlah Mesin Pengolah Tepung Ikan ............................................................. 57
Tabel 5-11 Kebutuhan Solar Kapal Penangkap Ikan ......................................................... 57
Tabel 5-12 Pasokan Bahan Bakar Kapal Pengolah Ikan ................................................... 58
Tabel 5-13 Pasokan Air Bersih Kapal Pengolah Ikan ....................................................... 58
Tabel 5-14 Kebutuhan Air Bersih Kapal Penangkap Ikan ................................................. 58
Tabel 5-15 Pasokan Es Kapal Pengolah Ikan .................................................................... 59
Tabel 5-16 Kebutuhan Es Balok Kapal Penangkap Ikan ................................................... 59
Tabel 5-17 Kebutuhan Oli Kapal Penangkap Ikan ............................................................ 59
Tabel 5-18 Pasokan Oli Kapal Pengolah Ikan ................................................................... 60

xii
Tabel 5-19 Kebutuhan Konsumsi Beras Nelayan .............................................................. 60
Tabel 5-20 Pasokan Beras Kapal Pengolah Ikan ............................................................... 60
Tabel 5-21 Neraca Produksi Kapal Pengolah Ikan ............................................................ 61
Tabel 5-22 Jarak Antar Titik Operasi Kapal Ikan .............................................................. 62
Tabel 5-23 Estimasi Waktu Tunggu di Masing-masing Titik Kumpul ............................. 70
Tabel 5-24 Koreksi Hari Operasional Kapal Pengolah Ikan ............................................. 71
Tabel 5-25 Dimensi Kaleng Ikan ....................................................................................... 71
Tabel 5-26 Koreksi Berat Ikan yang Diolah ...................................................................... 72
Tabel 5-27 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 202 ................................ 72
Tabel 5-28 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 300 ................................ 73
Tabel 5-29 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 202 (Direct
Production)......................................................................................................................... 74
Tabel 5-30 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 300 (Direct
Production)......................................................................................................................... 74
Tabel 5-31 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Direct Production) ............... 75
Tabel 5-32 Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Indirect Production)................................ 75
Tabel 5-33 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Swanggi ........................................... 76
Tabel 5-34 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Kurisi ............................................... 76
Tabel 5-35 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Swanggi (Direct
Production)......................................................................................................................... 77
Tabel 5-36 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Kurisi (Direct Production)
............................................................................................................................................ 77
Tabel 5-37 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan (Direct Production) ........ 77
Tabel 5-38 Jumlah dan Gaji Karyawan Proses Produksi Fillet (Indirect Production) ...... 78
Tabel 5-39 Jumlah Bahan Baku Tepung Ikan.................................................................... 78
Tabel 5-40 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Ikan Layang ................................ 79
Tabel 5-41 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Fillet Ikan .................................... 79
Tabel 5-42 Waktu Produksi Tepung Ikan Kuniran ............................................................ 79
Tabel 5-43 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Swanggi (Direct
Production)......................................................................................................................... 80
Tabel 5-44 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kurisi (Direct
Production)......................................................................................................................... 80
Tabel 5-45 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kuniran (Direct
Production)......................................................................................................................... 81
xiii
Tabel 5-46 Jumlah dan Gaji Karyawan (Direct Production) ............................................. 81
Tabel 5-47 Jumlah dan Gaji Karyawan (Indirect Produsction) ......................................... 81
Tabel 5-48 Koreksi Ukuran Utama Kapal ......................................................................... 82
Tabel 5-49 Mesin Induk yang Digunakan ......................................................................... 84
Tabel 5-50Genset yang Digunakan Kapal ......................................................................... 85
Tabel 5-51 Genset untuk Pabrik Pengolah Ikan Dalam Kaleng ........................................ 85
Tabel 5-52 Genset untuk Cold Storage .............................................................................. 86
Tabel 5-53 Komponen Berat Kapal ................................................................................... 86
Tabel 5-54 Hasil Perhitungan Tonnase Kapal ................................................................... 87
Tabel 5-55 Hasil Koreksi Freeboard .................................................................................. 87
Tabel 5-56 Koreksi Trim Kapal ......................................................................................... 88
Tabel 5-57 Koreksi Stabilitas Kapal .................................................................................. 89
Tabel 5-58 Persentase Penghematan Biaya Konsumsi Bahan Bakar Nelayan .................. 93
Tabel 5-59 Perbandingan Trip Eksisting dan Trip Baru .................................................... 94
Tabel 5-60 Capital Cost ..................................................................................................... 95
Tabel 5-61 Operating Cost ................................................................................................. 96
Tabel 5-62 Voyage Cost .................................................................................................... 96
Tabel 5-64 Analisis Kelayakan Ekonomi Skenario Optimis ............................................. 97

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 712 yang
mencakup perairan sebelah utara pulau Jawa (Laut Jawa) merupakan salah satu wilayah
di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan tangkap cukup besar.Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Lamongan merupakan salah satu pelabuhan
perikanan terbesar di WPP-NRI 712 dengan tangkapan per tahun mencapai 66,2 ton. Jenis
tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Brondong yaitu ikan layang, ikan swanggi
sebesar 21,34%, ikan kurisi sebesar 15,65%, ikan kuniran sebesar 6,36% dan ikan layang
sebesar 3,44%. Ikan yang berasal dari PPN Brondong ini dipasarkan ke berbagai daerah
baik di Lamongan sendiri, kota disekitar Jawa Timur dan Bali dan untuk bebera jenis ikan
dikirim ke pelabuhan perikanan yang ada di Jawa Barat untuk keperluan ekspor.
Untuk meningkatkan nilai ekonomis ikan tangkap selain dijual dalam bentuk ikan
segar, pemasaran juga dilakukan dalam bentuk ikan yang sudah diolah seperti ikan yang
dikalengkan, ikan fillet, ikan asin, ikan pindang dan ikan panggang sehingga ikan dapat
disimpan dalam waktu yang relatif lama. Tentunya hal ini sangat mmbantu dalam usaha
peningkatan nilai ekonomis ikan apalagi beberapa tahun kebelakang (2011-2015)
konsumsi ikan nasional Indonesia cendrung mengalami peningkatan sampai mencapai
angka 43,88 Kg/Kapita/Tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perikanan dan Kelautan mengeluarkan
kebijakan strategis untuk menjaga ketersediaan stok ikan dan mengurangi kasus
pencurian ikan oleh kapal asing. Salah satu kebijakan strategis tersebut adalah
penghentian sementara (moratorium) pola operasi alih muatan dari kapal penangkap ke
kapal pengumpul hasil tangkapan yang dilakukan di tengah laut (transhipment) untuk
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) yang tertulis dalam
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia No.57/Permen-KP/2014.
Kebijakan ini berpengaruh terhadap produksi tangkapan ikan dari nelayan yang semakin
berkurang dan biaya operasional nelayan yang semakin meningkat dengan harus
kembalinya kapal nelayan ke pelabuhan perikanan terdekat untuk bongkar hasil
tangkapan dan mengisi kembali logistik untuk melaut. Disamping itu kebijakan ini juga
mempengaruhi pabrik pengolah ikan yang jumlah produksi semakin menurun karena

1
kurangnya pasokan bahan baku pengolahan ikan, sedangkang jumlah pasokan ikan impor
juga dibatasi oleh pemerintah.
Dengan pemaparan diatas, diperlukan desain konseptual kapal pengolah ikan dan
penyedia perbekalan kapal penangkap ikan di laut agar dapat mengembangkan dan
memberikan nilai tambah produk ikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat khususnya nelayan di pesisir Lamongan dan nelayan di pesisir pantai utara
Jawa pada umumnya.Atas latar belakang diatas, peneliti mengambil judul penelitian
“Desain Konseptual Kapal Pengolah Ikan untuk Mendukung Moratorium Transhipment
Ikan di Laut”.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ukuran utama kapal pengolah ikan yang sesuai dengan kondisi
pelayaran?
2. Bagaimana pola operasi kapal untuk mendukung pengolahan ikan di laut ?
3. Bagaimana proses pengolahan ikan pada kapal pengolah ikan ?
4. Bagaimana membuat desain rencana garis (lines plan) kapal pengolah ikan ?
5. Bagaimana membuat desain rencana umum (general arrangement) Kapal
pengolah ikan ?
6. Bagaimana analisis ekonomis yang meliputi biaya pembangunan kapal pengolah
ikan yang sesuai dengan daerah pelayarannya ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh ukuran utama kapal pengolah ikan yang sesuai dengan kondisi
pelayaran.
2. Untuk mengetahui pola operasi kapal untuk mendukung pengolahan ikan di laut.
3. Untuk mengetahui proses pengolahan ikan pada kapal pengolah ikan.
4. Untuk membuat desain rencana garis (lines plan) kapal pengolah ikan.
5. Untuk membuat desain rencana umum (general arrangement) Kapal pengolah
ikan.
6. UntukMemperoleh hasil analisis ekonomis yang meliputi biaya pembangunan
kapal pengolah ikan yang sesuai dengan daerah pelayarannya.

2
1.4 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang
termasuk kedalam Wilayah Pengelolaan Perikanan 712 (WPP 712/Laut Jawa).
2. Jenis produk olahan berupa ikan dalam kemasan kaleng, fillet ikan, dan tepung
ikan.
3. Titik pengumpulan ikan antara kapal pengolah dan penangkap diasumsikan selalu
tetap.
4. Desain konseptual pada penelitian ini tidak dibahas sampai detail kekuatan dan
konstruksi kapal.
5. Desain kapal pengolah ikan hanya sebatas concept design.
1.5 Manfaat
1. Bagi kalangan akademis, diharapkan penulisan Tugas kahir ini dapat memberikan
pengetahuan tentang desain kapal pengolah ikan untuk mendukung Moratorium
Transhipment ikan di Laut.

2. Bagi kalangan umum, diharapkan hasil dari Tugas Akhir ini dapat berguna
sebagai referensi pengadaan dan desain kapal pengolah ikan yang berguna untuk
menampung hasil tangkapan ikanyang dilengkapi dengan fasilitas pengolah ikan
di daerah WPP 712.

1.6 Hipotesis Awal

Desain kapal pengolah ikan ini dapat diimplementasikan untuk menampung hasil
tangkapan ikan dari para nelayan sekaligus mengolah ikan tersebut menjadi ikan
kalengan, fillet ikan dan tepung ikan serta penyedia logistik kapal penanngkap ikan.

1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir


BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang konsep penyusunan tugas akhir yang meliputi latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, hipotesa, dan
sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar yang kuat dalam
melakukan penelitian ini.Selain itu, pembahasan teori tersebut bertujuan sebagai sarana

3
untuk mempermudah pembaca dalam memahami konsep yang digunakan dalam
penelitian.Teori-teori yang digunakan pada penelitian tugas akhir bersumber dari berbagai
literatur, penelitian sebelumnya, jurnal, dan artikel. Selain itu, dipaparkan pula tentang
metode atau pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain konsep desain
kapal, dan konsep pengolahan ikan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian tugas
akhir.Metodologi menggambarkan alur kegiatan dan kerangka berpikir yang digunakan
oleh peneliti selama melakukan penelitian.

BAB 4 GAMBARAN UMUM


Bab ini memuat tentang gambaran umum objek penelitian secara keseluruhan, kondisi
pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Brondong, pengumpulan data jumlah dan ukuran
kapal penangkap ikan yang dioperasikan; jarak dan rute penangkapan ikan; dan data
kebutuhan (demand) perbekalan nelayan yang digunakan selama melaut.

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini dilakukan analisis secara mendalam pada hasil penelitian dan
perhitungan dengan memperhatikan metode penelitian, kajian pustaka maupun teori
pendekatanyang digunakan serta analisis hal-halyang berkaitan dengan materi di dalam
tugas akhir ini.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini dirangkum hasil analisis yang didapat dan saran untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini menjelaskan teori dasar dalam menunjang penelitian beserta konsep-
konsep yang mendukung penelitian dalam Tugas Akhir, termasuk gambaran dari sisi
regulasi, kebijakan dan penelitian terdahulu.

2.1 Pengolahan Ikan Dalam Kaleng


Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan bahan pangan dengan cara dikemas
secara hermetis dan kemudian disterilkan. Pengemasan secara hermetis yaitu mengemas
bahan pangan dalam suatu wadah baik kaleng, alumunium, atau gelas yang penutupannya
sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus udara air, kerusakan akibat oksidasi, maupun
perubahan cita rasa (Adawyah, 2007).Produk-produk ikan kalengan biasanya dikemas
dalam kemasan primer berupa kaleng dengan jenis round can dan club can. Terdapat 2
ukuran kaleng round can yang sering ditemui di pasaran yaitu ukuran 202 untuk produk
dengan berat bersih 155 gram dan kaleng ukuran 300 untuk produk dengan berat bersih
425 gram.

Berikut ini diagram alir pengolahan ikan kalengan menurut FAO :

5
Sumber : Food and Agriculture Organization, 2017
Gambar 2-1 Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Dalam Kaleng

6
2.2 Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet
Fillet ikan adalah suatu irisan daging ikan tanpa tulang. Fillet dapat dibedakan
menurut bahan bakunya yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti salmon,
kakap merah, kerapu dan fillet dari jenis ikan nonn ekonomis ; kurisi, swangi, biji
nangka/kuniran , pisang-pisang, peperek dan gerot-gerot. Salah satu bentuk usaha dalam
mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan mengembangkan fillet dan produk
lanjutannya (gel-based products)(Wahyuni, 2002). Fillet ikan non ekonomis digunakan
sebagai bahan baku produk makanan olahan lanjut antara lain seperti baso, sossis, burger,
otak-otak, siomay, nugget, empek-empek, krupuk ikan dan produk lainnya.

Limbah hasil produksi fillet berupa kepala ikan, jeroan dan tulang ikan dapat diolah
menjadi tepung ikan, makanan unggas, pupuk atau produk lainnya. Pengolahan fillet bisa
dikembangkan lebih luas di Indonesia untuk pemanfaatan produksi perikanan dengan
pertimbangan sebagai berikut :

a. Hasil tangkapan ikan di Indonesia sangat beranekaragam.


b. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat sebagai bahan baku fillet
c. Fillet kondisi beku dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk
makanan olahan.
d. Fillet mempunyai volume lebih kecil dari ikan utuh
e. Fillet dan produk lanjutannya dapat memberikan nilai tambah untuk nelayan serta
perbaikan gizi masyarakat.
Dari uraian di atas terdapat beberapa langkah dalam proses pengolahan fillet ikan
secara umum adalah sebagai berikut :

Sumber : Bank Indonesia, 2016


Gambar 2-2 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet

7
Sedangkan proses pengolahan fillet ikan menurut FAO adalah sebagai berikut :

Sumber : Food and Agriculture Organization, 2016


Gambar 2-3 Diagram Alir Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet

2.3 Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Tepung Ikan


Pengolahan tepung ikan dengan menggunakan bahan baku berlemak tinggi,harus
didahului dengan perebusan. Perebusan yang tidak sempurna akanmenyebabkan protein
menggumpal.Oleh karena itu, perebusan harus dilakukan secarasempurna atau dihentikan
setelah mendidih selama kurang lebih 5 menit.Jika perebusansempurna, kandungan air
hasil pengepresan dapat mencapai 50% - 55%. Selamaperebusan, sel yang mengandung
lemak akan pecah, sehingga diperoleh hasilsampling berupa minyak ikan (setelah
dipisahkan dari airnya). Setelah pengepresan, cairan akan terbuang ± 20% bagian dari
padatan ikan. Ikut terbuangnya bagianpadatan tersebut akan menyebabkan kualitas tepung
ikan yang dihasilkan menjadirendah (Murtidjo 2001).

Dari uraian dan evaluasi di atas terdapat beberapa langkah dalam proses pengolahan
tepung ikan secara umum sebagai berikut :

1) Bakan baku ikan rucah atau sisa olahan dicuci/dibersihkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada ikan, termasuk mengeluarkan isi dan
perut ikan.

8
2) Ikan yang sudah dibersihkan, dikupas kulitnya, dicincang atau dilembutkan dan
dipotong kepala serta ujung ekornya untuk mendapatkan ikan yang lebih bersih
sehingga hasilnya (tepung) menjadi lebih putih.
3) Bahan baku ikan yang sudah berupa daging yang halus, kemudian direbus sehingga
matang. Perebusan bertujuan untuk menggumpalkan otot-otot ikan, sehingga daya
ikat airnya berkurang. Lama perebusan sangat mempengaruhi proses selanjutnya,
karena jika kurang matang, proses pengepresan sulit dilakukan.
4) Setelah perebusan, daging ikan atau sisa olahan didinginkan dan kemudian dipres.
Pada pengepresan ini, tepung ikan padatan yang dihasilkan memiliki kandungan air
±45%. Setelah ditiriskan airnya, kemudian diproses menjadi pellet dengan
menggunakan mesin pembuat pellet (meat micer) untuk dijemur.
5) Setelah melalui proses pembuatan pellet, kemudian dikeringkan (dapat
menggunakan mesin pengering atau dengan dijemur dengan menggunakan alat
tertentu sehingga keringnya lebih merata dengan jangka waktu relatif pendek),
kandungan air yang ada pada tepung ikan padatan dapat meresap atau menguap
karena pengeringan.
Jika kandungan air tepung ikan sudah mencair ±10%, tepung ikan yang berupa
padatan tersebut dapat digiling lembut dan dikemas dalam kantong plastik.Tepung ikan
dapat dimanfaatkan untuk pangan karena memiliki kadar gizi yang tinggi sehingga dapatt
meningkatkan asupan gizi masyarakat yang mengkonsumsinya. Pemanfaatan ini
mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan pada masyarakat
dengan membuat suatu produk pangan dengan fortifikasi sumber gizi dan ikan dan juga
bertujuan untuk membiasakan rasa ikan sejak usia dini (Kurnia, Pramudya and Purwarni
2008).
Tepung ikan umumnya digunakan sebagai bahan campuran makanan ikan atau
binatang ternak lainnya (Schipp 2008).Kandungan protein yang tinggi dan komposisi
asam aminonya yang cukup seimbang, menjadikan tepung ikan sebagai bagian penting
terutama untuk makanan unggas, babi, maupun ikan (Liviawaty 2000).

2.4 Kapal Ikan


Sesuai namanya, kapal ikan merupakan kapal yang digunakan baik untuk
menangkap,memindahkan, mengangkut hingga mengolah segala jenis sumber daya
alam yang berasal dari air, khususnya ikan. Jenis - jenis kapal ikan ada beragam
dimana sesuai dengan kebutuhan operasi dan jenis ikan yang ditangkap. Kapal ikan di

9
Indonesia bermacam-macam jenisnya dan beroperasi sesuai dengan daerah
tangkapannya. Berikut ini adalah jenis-jenis kapal ikan yang ada di Indonesia (Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian
2010):
1. Kapal perikanan
Kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan
penelitian/eksplorasi perikanan.
2. Kapal penangkap ikan
Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk
menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
3. Perahu penangkap ikan
Sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak utama dan bangunan
atas/rumah geladak dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara
khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan
mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
4. Rakit penangkap ikan
Sarana apung penangkapan yang terdiri dari susunan batang bambu, kayu, pipa
atau bahan lainnya yang berdaya apung secara khusus dipergunakan untuk
menangkap ikan, termasuk manampung dan mengangkut, menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan.
5. Kapal Pukat Hela
Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan pukat hela yang dilengkapi dengan
salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi pukat,
penggantung, tempat peluncur dan batang rentang atau Pukat hela merupakan alat
penangkapan ikan berkantong yang dioperasikan dengan menggunakan alat
pembuka mulut jaring yang dihela di belakang kapal yang sedang berjalan,
sehingga ikan target tertangkap dengan cara tersapu di pertengahan atau dasar
perairan dan masuk ke dalam kantong (cod end).

10
Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-4 Pengoperasian Kapal Pukat Hela

6. Kapal Pukat Cincin (Purse Seine)


Kapal pukat cincin disebut dengan “purse seine” merupakan kapal penangkap
ikan pelagis yang bergerombol seperti: kembung, lemuru, laying, tongkol,
cakalang, dsb. Pukat cincin (purse seine) adalah suatu alat penangkapan ikan yang
digolongkan dalam kelompok jaring Iingkar (surrounding nets).Disebut pukat
cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin dimana tali cincin (purse
line) atau tali kerut untuk menarik jaring saat operasi penangkapan didalamnya.

Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-5 Kapal Pukat Cincin

7. Kapal Pengeruk (Dredgers)


Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap penggaruk yang
dilengkapi dengan salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan
berupa pangsi dan batang rentang.

11
Sumber :Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-6 Kapal Fish Dreger

8. Kapal Jaring Angkat (Lift Nets)


Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap jaring angkat yang
dilengkapi dengan salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan
berupa pangsi jaring angkat, batang rentang depan dan belakang serta lampu
pengumpul ikan. Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara
pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara
vertikal.

Sumber :Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-7 Kapal Penjaring Angkat

9. Kapal Jaring Insang (Gill Nets)


Kapal penangkap ikan yang mengopeasikan alat tangkap jaring insang yang
dilengkapi dengan perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi penggulung
jaring.Jaring insangadalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring
berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat
pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang gerombolan
ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size.

12
10. Kapal Pemasang Perangkap
Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap perangkap yang
dilengkapi dengan perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi penarik tali
perangkap.

11. Kapal Pancing (Pole and Line Huhate)


Kapal penangkap ikan yang dipergunakan untuk mengoperasikan pancing yang
dilengkapi dengan salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan
berupa penarik/penggulung tali (line hauler), pengatur tali, pelempar tali, bangku
umpan, ban berjalan, bak umpan hidup atau mati dan alat penyemprot air. Pancing
adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu :
tali (line) dan mata pancing (hook).

Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-8 Kapal Pancing (Pole and Line Huhate)

12. Kapal dengan Pompa


Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan pompa penyedot untuk menangkap
ikan.
13. Kapal Serba Guna (Multi Purpose)
Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan lebih dari 1 (satu) alat penangkapan
ikan yang dilengkapi dengan salah satu atau beberapa perlengkapan penangkapan
ikan yang sesuai dengan jenis alat penangkapan ikan yang digunakan.
14. Kapal Induk Perikanan
Kapal khusus yang memiliki fasilitas untuk pengolahan ikan hasil tangkapan dan
siap dipasarkan atau memiliki fasilitas untuk mengangkut atau menarik kapal-

13
kapal penangkap yang berukuran kecil untuk mendukung operasi penangkapan
ikan.

Sumber : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, 2010
Gambar 2-9 Kapal Induk

Berdasarkan Klasifikasi Standar International Kapal Perikanan-FAO. Kapal induk ini


terbagi kedalam beberapa jenis, diantaranya :
1. Salted fish motherships
2. Factory motherships
3. Tuna motherships
Factory ship juga dikenal sebagai kapal yang pengolah ikan.Kapal pengolah ikan ini
pada umumnya memiliki fasilitas on board untuk pengolahan dan penanganan ikan dari
hasil tangkapan. Kapal pengolah ikan ini dikenal juga sebagai kapal induk karena ukuran
yang besar dan fungsinya yang dapat menyimpan serta mengolah ikan. Salah satu kapal
tipe Factory Shipyaitu M.V. Skryplev.

Sumber : http://soviet-trawler.narod.ru
Gambar 2-10. M.V. Skryplev

Kapal ini merupakan kapal yang berfungsi untuk menampung tangakapan ikan
dari kapal penangkap ikan, memproduksi ikan beku, minyak ikan, tepun ikan dan

14
menyediakan bahan bakar, air bersih dan perbekalan dari kapal penangkap ikan. M.V.
Skryplev memiliki Loa =102 meter, Lpp = 91 meter, lebar = 16, tinggi =11,10 meter,
sarat = 5.56 meter dengan DWT = 2580 ton dan kecepatan kapal adalah 14 Knot. Untuk
detail kapal terlampir.

15. Kapal Pengangkut Perikanan


Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk
memuat, menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan kapal
pengawas perikanan dan perlindungan kapal yang secara khusus memiliki fasilitas
pengawasan dan perlindungan untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan
perlindungan terhadap kegiatan perikanan.
16. Kapal Riset Perikanan
Kapal yang secara khusus memiliki fasilitas laboratorium untuk melakukan riset
dan penelitian perikanan.

Sumber : Food and Agriculture Organization, n.d.


Gambar 2-11 Kapal Riset Perikanan

17. Kapal Latih Perikanan


Kapal yang secara khusus memiliki fasilitas pendidikan untuk mendukung
pelatihan penangkapan ikan.

2.5 Tahap Desain Kapal

Pada umumnya proses desain dalam pembangunan kapal menggunakan metode


spiral desain atau inovasi terhadap sebuah desain kapal yang sudah ada sebelumnya dan
dikembangkan lagi untuk mendapatkan desain kapal yang lebih optimal. Seluruh

15
persyaratan dalam desain kapal harus dapat diterjemahkan oleh perancang sesuai dengan
prosedur yang ada. Proses perancangan kapal biasanya terdiri dari 4 tahap yaitu:

Gambar 2-13 Spiral Design


1. Conceptual Design
Yaitu merupakan tahap lanjutan setelah adanya owner requirement. Pada tahap ini
desain yang dibuat menggunakan rumus pendekatan, kurva ataupun pengalaman
untuk membuat perkiraan-perkiraan awal untuk mendapatkan ukuran utama,
kecepatan kapal, konsep tentang permesinan dan penggerak kapal
2. Preliminary Design

Tahapan yang kedua dalam proses desain ini merupakan usaha teknis lebih lanjut
yang akan memberikan lebih banyak detail pada konsep desain. Detail yang
dimaksud seperti perhitungan kekuatan memanjang ataupun pengembangan bagian
midship kapal.

3. Contract Design
Pada tahapan ini pengembangan perencanaan kapal yang telah ada ke dalam bentuk
yang lebih detail sehingga pembangun kapal dapat memahami dan dapat
mengestimasi secara akurat berapa biaya pembuatan kapal yang dibutuhkan.
4. Detail Design

Merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain kapal. Pada tahap ini hasil dari
tahapan sebelumnya dikembangkan menjadi gambar kerja yang detail (Evans, 1959).
Tahapan ini mencakup semua rencana dan perhitungan yang diperlukan untuk proses
konstruksi dan operasional kapal. Hasil dari tahapan ini berisi petunjuk atau instruksi

16
mengenai instalasi dan detail konstruksi pada fitters, welders, outfitters, metal
workers, machinery vendors, pipe fitters, dan lain-lainnya.

2.6 Regulasi
Dalam perancangan kapal terdapat regulasi-regulasi internasional yang harus
dipenuhi. Demikian halnya dengan Tugas Akhir ini, regulasi-regulasi diperlukan sebagai
acuan baik dalam proses perhitungan maupun desain dari lines plan serta general
arrangement. Regulasi-regulasi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini antara lain :

a. BKI Rules 2006, Vol.II, Rules for Hull.


b. SOLAS (International Convention for Safety of Life at Sea 74/78).
c. MARPOL 73/78 (International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships 73/78).
d. International Convention on Load Lines 1966 and Protocol of 1988 as amended
in 2003, Consolidated Edition 2005.
e. Maritime Labour Convention and Recomendations, ILO 1994 :
 C.92 Crew Accomodation on Board Ship (Revised 1994).
 C.113 Crew Accomodation on Board Ship (SuplementaryProvisions).
f. International Convention on Tonnage Measurements of Ships 1969.
g. Code on Intact Stability Criteria for All Types of Ships Covered by IMO
Instruments.

2.7 Moratorium Transhipment


Menteri Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan aturan pelarangan sementara
(moratorium) bongkar muat ikan di tengah laut atau transhipment diatur dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/PERMEN-KP/2014 sejak 12 November 2014.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/2014 tentang moratorium transhipment
tujuannya untuk mencegah kapal bisa mengirim langsung ikan keluar negeri. Larangan ini
mendorong agar kapal-kapal harus bersandar dahulu di pelabuhan Indonesia sebelum
melakukan ekspor, di pelabuhan para kapal harus membayar berbagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) hingga retribusi dan lainnya.

17
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/PERMEN-KP/2014 khususnya
yang mengatur tentang moratorium transhipment adalah pasal 37 ayat 5, 6, dan ayat 9
sebagai berikut :
 Ayat 5 berbunyi “Setiap kapal pengangkut ikan buatan luar negeri
diberikan 2 (dua) pelabuhan pangkalan dan untuk kapal pengangkut ikan
buatan luar negeri untuk tujuan ekspor diberikan 1 (satu) pelabuhan
pangkalan”.
 Ayat 6 berbunyi “Setiap kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan
wajib mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan pangkalan
sebagaimana tercantum dalam SIPI atau SIKPI”.
 Ayat 9 berbunyi “Setiap kapal yang tidak mendaratkan ikan hasil
tangkapan di pelabuhan pangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diberikan sanksi pencabutan SIPI
atau SIKPI”.
Detail Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57/PERMEN-KP/2014
terlampir. Secara sederhana transhipment adalah proses pemindahan muatan dari satu
kapal ke kapal lainnya yang dilakukan di tengah laut. Dalam hal operasi penangkapan
ikan, transhipment berarti proses pemindahan muatan ikan dari kapal-kapal penangkap
ikan ke kapal pengumpul (collecting ship). Kapal collecting ini selanjutnya akan
membawa seluruh ikan yang dikumpulkannya ke darat untuk diproses lebih lanjut.

2.8 Dasar Teori


Dasar teori berisiuraian singkat tentang landasan teori terkait pengerjaan yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam Tugas Akhir ini.Dalam hal ini
seorang Ship desainer harus dapat merancang konsep desain kapal dengan
menerjemahkan permintaan pemilik (owner requirement) ke dalam bentuk gambar,
spesifik, dan data lainnya. Berikut merupakan tahapan untuk mendesain sebuah kapal :

2.8.1 Menentukan Ukuran Utama Awal


Dalam proses mencari ukuran utama kapal yang sesuai dengan owner
requirement, maka salah satu cara yang dapat digunakan adalah menentukan jenis dan
jumlah muatan yang akan diangkut atau fungsi dari kapal itu sendiri. Sehingga bisa
diperoleh komponen ukuran utama awal seperti berikut :

18
1. Lpp (Length between perpendicular) yaitu panjang yang diukur antara dua
garis tegak yaitu, jarak horizontal antara garis tegak buritan (After
Perpendicular/ AP) dan garis tegak haluan (Fore Perpendicular/ FP).
2. Loa (Length Overall) yaitupanjang seluruhnya, yaitu jarak horizontal yang di
ukur dari titik terluar depan sampai titik terluar belakang kapal.
3. Bm(Breadth Moulded) yaitu lebar terbesar diukur pada bidang tengah kapal
diantara dua sisi dalam kulit kapal untuk kapal-kapal baja atau kapal yang
terbuat dari logam lainnya. Untuk kulit kapal yang terbuat dari kayu atau bahan
bukan logam lainnya, diukur jarak antara dua sisi terluar kulit kapal.
4. H (Height) yaitu jarak tegak yang diukur pada bidang tengah kapal, dari atas
lunas sampai sisi atas balok geladak disisi kapal.
5. T (Draught) yaitu jarak tegak yang diukur dari sisi atas lunas sampai ke
permukaan air.
2.8.2 Perhitungan Hambatan
Hambatan (resistance) kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang
bekerja kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Tahanan
tersebut sama dengan gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal.
Sedangkan suatu tahanan kapal ini adalah sama dengan suatu gaya dan karena
dihasilkan oleh air, maka ini disebut gaya hidrodinamika. Gaya hidrodinamika ini
semata-mata disebabkan oleh gerakan relatif kapal terhadap air.Pada dasarnya tahanan
kapal dibagi menjadi dua yaitu tahanan yang berada di atas permukaan air dan tahanan
yang berasal dari bawah permukaan air.Tahanan yang di atas permukaan air adalah
yang bekerja pada bagian badan kapal yang kelihatan di atas permukaan air, disini
pengaruh adanya udara yang mengakibatkan timbulnya hambatan.

Salah satu metode menghitung hambatan adalah metode Holtrop & Mennen.
Adapun rumus yang akan digunakan untuk menghitung besar hambatan kapal :

𝑅𝑇 = 1/2 × 𝜌 × 𝑉2× 𝑆𝑡𝑜𝑡 × ((1 + 𝑘) + 𝐶𝐴) + (𝑅𝑤/W ) × CF (Persamaan 1)

Dimana Stot = Luas keseluruhan permukaan basah (wetted surface area)


V = Kecepatan kapal
CF = Koefisien gesek mengacu pada formulasi ITTC 1957

19
CA = Faktor korelasi antara model dengan kapal
k = Faktor bentuk yang mengacu pada efek dari bentuk tiga
dimensi kapal terhadapa hambatan gesek

RW/W = Koefisien tahanan gelombang

2.8.3 Perhitungan Kebutuhan Daya Penggerak


Perhitungan daya bergerak bertujuan untuk mendapatkan daya mesin yang
akan digunakan sesuai dengan daerah pelayaran. Perhitungan daya mesin sebagai
berikut :

Effective Horse Power (EHP)


𝐸𝐻𝑃 = 𝑅𝑇 × 𝑉𝑠 (Persamaan 2)
- RT = Hambatan total kapal (N)
- Vs = Kecepatan dinas kapal (m/s)
Delivery Horse Power (DHP)
𝐷𝐻𝑃 = 𝐸𝐻𝑃 𝜂𝐷 𝜂𝐷 = 𝜂𝐻 × 𝜂𝑜 × 𝜂𝑅𝑅 (Persamaan 3)
- ηH = Efisiensi badan kapal
- ηo = Efisiensi baling-baling yang terpasang pada bagian belakang kapal
- ηRR = Efisiensi relatif rotatif
Break Horse Power (BHP)
𝐵𝐻𝑃 = 𝐷𝐻𝑃 + ( 𝑥 % × 𝐷𝐻𝑃) (Persamaan 4)
X = Faktor tambahan (koreksi letak kamar mesin dan koreksi daerah pelayaran)

Pada Gambar II.17 menunjukkan lokasi dari daya-daya yang bekerja pada system propulsi.

Sumber : Parson, 2001

Gambar 2-14 Lokasi Daya yang Bekerja pada Sistem Propulsi

20
2.8.4 Perhitungan Freeboard
Freeboard adalah selisih antara tinggi kapal dengan sarat kapal, dimana untuk
tinggi kapal mencakup tebal kulit dan lapisan kayu (jika ada) sedangkan sarat T diukur
pada sarat musim panas.

Panjang freeboard adalah panjang yang diukur sebesar 96% panjang garis air
(LWL) pada 85% tinggi kapal moulded (Hm). Untuk pemakaian panjang freeboard dalam
perhitungan, dipilih yang terpanjang antara Lpp dan 96% LWL pada 85% Hm.

Lebar freeboard adalah lebar moulded kapal pada midship (Bm). Tinggi freeboard
adalah tinggi yang diukur pada midship dari bagian atas keel sampai pada bagian atas
freeboard deck beam yang ada di sisi kapal ditambah dengan pelat stringer (senta) bila
geladak tanpa penutup kayu.

Tujuan dari aturan freeboard adalah untuk menjaga keselamatan penumpang,


crew, muatan, dan kapal itu sendiri. Bila kapal memiliki freeboard tinggi maka daya
apung cadangan akan besar sehingga kapal memiliki sisa pengapungan apabila
mengalami kerusakan.

Untuk perhitungan freeboard, semua rumus yang diberikan mengacu pada


”International Convention on Load Lines 1966, Protocol of 1988, Consolidated Edition
2005”. Hasil yang didapatkan adalah minimum tinggi minimum freeboard yang diijinkan
sehingga kapal bisa berlayar dengan rute Pelayaran Internasional.

Berikut adalah input awal yang diperlukan untuk menghitung freeboard (berdasarkan
Load Lines) :

L = length

 96% Lwl pada 0.85D 


 diambil yang terbesar
 Lpp pada 0.85D 

B = lebar maksimum pada kapal, diukur di midship pada garis moulded frame
untuk kapal dengan kulit logam.
D = depth for freeboard
= moulded depth amidship plus :

21
1. Tebal pelat stringer freeboard deck jika dipasang.
T L  S
2. jika exposed freeboard deck dibuka
L
dimana :
T = tebal dari the exposed sheating clear of the deck yang sedang terbuka
S = panjang total bangunan atas
Cb = block coefficient

=
L.B.d 1
d1 = 85%D
S = panjang superstructure terbentang dalam L
S = lP + lFC
dimana:
lP = panjang poop
lFC = panjang forecastle

Setelah data input awal lengkap, maka perhitungan dilakukan sebagai berikut

A. Tipe Kapal

Untuk menentukan tipe kapal yang dirancang dapat dilihat dari beberapa
ketentuan yang ada untuk tipe-tipe tersebut.
1) Tipe A :
a. Kapal yang didisain memuat muatan cair dalam bulk.
b. Kapal yang mempunyai integritas tinggi pada geladak terbuka dengan
akses bukaan ke kompartemen yang kecil, ditutup sekat penutup baja yang
kedap atau material yang equivalent.
c. Mempunyai permeabilitas yang rendah pada ruang muat yang terisi
penuh.Contoh Kapal tipe A: Kapal Tanker, LNG Carrier, dll.

2) Tipe B :
Kapal Tipe B adalah: kapal yang tidak memenuhi persyaratan pada kapal
tipe A. Contoh kapal tipe B : Grain carrier, ore carrier, general cargo,
passenger ships, Ro-Ro, dll.

22
Karena jenis muatan kapal pengolah ikan berupa muatan umumyang
menggunakan kapal general cargo, maka masuk ke dalam golongan tipe kapal B.

B. Freeboard Standard

Setelah tipe kapal ditentukan maka freeboard awal dapat dicari dengan melihat
pada tabel freeboard standardpada ”Load Lines” sesuai dengan tipe kapal.

C. Koreksi Freeboard

Setelah harga freeboard standard didapatkan, langkah selanjutnya adalah


menghitung koreksi-koreksi. Koreksi-koreksi tersebut antara lain :
1) Koreksi untuk kapal dengan panjang < 100m
Untuk kapal tipe B dengan panjang 24<L< 100m dan mempunyai
superstructure tertutup dengan panjang efektif mencapai 35% maka
dikoreksi sebagai berikut :

E1
Fb1 = Fb + 7.5.( 100 – L )( 0.35 – )[mm]
L

L = panjang kapal [m]

E = total panjang efektif superstructure[m]

2) Koreksi Cb (Koefisien Blok)


Untuk kapal dengan harga Cb > 0.68 maka dikoreksi sebagai berikut :

 Cb  0.68 
Fb2 = Fb   
 1.36 

Fb = Freeboard Standard atau Fb1 (jika ada koreksi untuk kapal tipe B
dengan panjang < 100m)

3) Koreksi Depth (D)


Untuk kapal dengan harga D > L/15 maka dikoreksi sebagai berikut :

Fb3 = (D – L/15).R [mm]

R = L / 0.48 untuk L < 120 m

23
R = 285.4 untuk L > 120 m

Jika D < L/15, tidak ada koreksi kecuali jika :

 Mempunyai bangunan atas terlindung yang paling sedikit mencakup


0.6L di tengah kapal atau
 Mempunyai trunk penuh
 Gabungan bangunan atas terlindung dengan trunk dengan jumlah sama
dengan L
Maka koreksi freeboardadalah sebagai berikut :

Fb3 = Fb – (D – L/15).R

Jika tinggi bangunan atas atau trunk kurang dari tinggi standard, maka
pengurangan harus sebanding dengan tinggi sebenarnya dibagi tinggi
standard menurut Regulasi 33 (Tinggi Standar dari Bangunan Atas).

Adapun tinggi standar bangunan atas dalam Regulasi 33 diberikan sebagai


berikut :

Tabel 2-1 Tinggi Standard Bangunan Atas

Tinggi standard [m]

L [m] Geladak Semua


penggal bangunan
atas lain

30 atau kurang 0.90 1.80

75 1.20 1.80

125 atau lebih 1.80 2.30

Tinggi standard untuk panjang di antara harga Tabel dihitung dengan


interpolasi liniear.

h
Bila h < hs, maka ls = *l
hs

24
Bila h > hs, maka ls = l

hs = tinggi standart bangunan atas

l = panjang bangunan atas

ls = panjang superstructure efektif

4) Koreksi bangunan atas (superstructure) :


Jika Panjang efektif bangunan atas (E) = 1.0 L maka pengurangan harga
freeboarddiberikan sebagai berikut :

Tabel 2-2 Pengurangan Freeboard

Panjang Kapal (m) Pengurangan Freeboard

24 350

85 860

122 1070

Pengurangan untuk panjang kapal di antara harga tabel didapat dengan interpolasi
linier.Jika jumlah panjang efektif bangunan atas dan trunk kurang dari 1.0 L, besar
persentase pengurangan didapat dari salah satu Tabel berikut ini:

Tabel 2-3 Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe A

Total effective length of superstructures and trunks


0 0.1L 0.2L 0.3L 0.4L 0.5L 0.6L 0.7L 0.8L 0.9L 1.0L

Prosentase
0 7 14 21 31 41 52 63 75.3 87.7 100
Pengurangan

25
Tabel 2-4 Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe B

Total effective length of superstructures and trunks


Line 0 0.1L 0.2L 0.3L 0.4L 0.5L 0.6L 0.7L 0.8L 0.9L 1.0L

Kapal dengan
forecastle tanpa I 0 5 10 15 23.5 32 46 63 75.3 87.7 100
bridge

Kapal dengan
II 0 6.3 12.7 19 27.5 36 46 63 75.3 87.7 100
forecaslte dan bridge

Persentase untuk panjang bangunan atas dan trunk di antara harga tabel didapat dengan
interpolasi linier.

5) Koreksi Sheer
Bila kapal menggunakan sheer standart maka tidak ada koreksi sheer.

6) Koreksi Minimum Bow Height (Bwm)


 Untuk kapal L < 250 m :
 L  1.36 
Bwm = 56L1   
 500  Cb  0.68 

 Untuk kapal L > 250 m :


 1.36 
Bwm = 7000. 
 Cb  0.68 

L = panjang kapal [m]

Cb = koefisien blok

Cb ≥ 0.68

7) Batasan untuk freeboard


Setelah semua perhitungan freeboard beserta koreksinya, maka di cek
dengan kondisi freeboard sebenarnya pada kapal yang dirancang. Adapun
pembatasannya adalah sebagai berikut:

Actual freeboard  freeboard minimum

26
dimana :
 Actual Freeboard adalah tinggi freeboard yang sebenarnya
 Freeboard Minimum adalah freeboard hasil perhitungan menurut
International Load Lines Convention 1966 &protocol 1988 beserta
koreksinya.

2.8.5 Perhitungan Stabilitas


Stabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan kapal untuk kembali ke keadaan
semula setelah dikenai oleh gaya luar. Kemampuan tersebut dipengaruh oleh lengan
dinamis (GZ) yang membentuk momen kopel yang menyeimbangkan gaya tekan ke
atas dengan gaya berat. Komponen stabilitas terdiri dari GZ, KG dan GM. Dalam
perhitungan stabilitas, yang paling penting adalah mencari harga lengan dinamis (GZ).

Secara umum hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat


dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu:

a. Faktor internal yaitu tata letak barang/cargo, bentuk ukuran kapal, kebocoran
karena kandas atau tubrukan
b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus dan badai

Titik-titik penting stabilitas kapal antara lain adalah:

a. KM (Tinggi titik metasentris di atas lunas)


KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari
lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM), sehingga
KM dapat dicari dengan rumus KM = KB + BM.

b. KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)


c. BM (Jarak Titik Apung ke Metasentris)
d. KG (Tinggi Titik Berat dari Lunas)
Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas (inclining
experiment), selanjutnya KG dapat dihitung dengan menggunakan dalil
momen. Nilai KG dengan dalil momen ini digunakan bila terjadi pemuatan
atau pembongkaran di atas kapal dengan mengetahui letak titik berat suatu
bobot di atas lunas yang disebut dengan vertical centre of gravity (VCG) lalu
dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen bobot

27
tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal dibagi
dengan jumlah bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu.

e. GM (Tinggi Metasentris)
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) meruapakan jarak tegak antara
titik G dan titik M.
GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
f. Momen Penegak (Righting Moment) dan Lengan Penegak (Righting Arms)
Momen penegak atau lengan penegak Pada waktu kapal miring, maka titik B
pindak ke B1, sehingga garis gaya berat bekerja ke bawah melalui G dan gaya
keatas melalui B1. Titik M merupakan busur dari gaya-gaya tersebut.Seperti
pada Gambar 2-15 merupakan sketsa momen penegak atau pengembali.

Sumber : Kharismarsono, 2017


Gambar 2-15 Momen Penegak atau Momen Pengembali

Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum melakukan perhitungan stabilitas


kapal antara lain adalah

a. Berat benaman (isi kotor) atau displasemen adalah jumlah ton air yang
dipindahkan oleh bagian kapal yang tenggelam dalam air.
b. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat kapal kosong termasuk
mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.
c. Operating load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk
mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat berlayar
Pada prinsipnya keadaan stabilitas ada tiga yaitu :

a. Stabilitas Positif (Stable Equlibrium)

28
Suatu kedaan dimana titik G-nya berada di bawah titik M, sehingga sebuah
kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu menyenget mesti memiliki
kemampuan untuk menegak kembali.

Pada Gambar 2-16 mengambarkan stabiliatas positif dimana titik metacenter


lebih besar kedudukannya daripada titik gravitasi

Sumber : Kharismarsono, 2017

Gambar 2-16 Kondisi Stabilitas Positif

b. Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)


Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berhimpit dengan titik M. Maka
momen penegak kapal yang memiliki stabilitas netral sama dengan nol, atau
bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali sewaktu
menyenget. Dengan kata lain bila kapal senget tidak ada MP maupun momen
penerus sehingga kapal tetap miring pada sudut senget yang sama,
penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan berimpit dengan titik M karena
terlalu banyak muatan di bagian atas kapal.

Sumber : Kharismarsono, 2017


Gambar 2-17 Kondisi Stabilitas Netral

29
Pada Gambar 2-17 menggambarkan stabiliatas netral dimana titik metacenter
sama kedudukannya dengan titik gravitasi.

c. Stabilitas Negatif (Unstable Equilibrium)


Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga
sebuah kapal yang memiliki stabilitas negatif sewaktu menyenget tidak
memiliki kemampuan untuk menegak kembali, bahkan sudut sengetnya akan
bertambah besar, yang menyebabkan kapal akan bertambah miring lagi
bahkan bisa menjadi terbalik. Atau suatu kondisi bila kapal miring karena
gaya dari luar , maka timbullah sebuah momen yang dinamakan momen
penerus atau healing moment sehingga kapal akan bertambah miring.

Sumer : Kharismarsono,2017

Gambar 2-18 Kondisi Stabilitas Negatif

Pada Gambar 2-18 menggambarkan kondisi stabilitas negatif yang harus


dihindari.

Pengecekan perhitungan stabilitas menggunakan kriteria berdasarkan


Intact Stability (IS) Code Reg. III/3.1, yang isinya adalah sebagai berikut:

1. e0.30o 0.055 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 30o 0.055 meter rad.
2. e0.40o 0.09 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 40o 0.09 meter rad.
3. e30,40o 0.03 m.rad, luas Gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ
pada sudut 30o ~ 40o 0.03 meter

30
4. h30o 0.2 m, lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30o
atau lebih.
5. hmax pada max 25o, lengan penegak maksimum harus terletak pada sudut
oleng lebih dari 25o
6. GM0 0.15 m, tinggi metasenter awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter

2.8.6 Perhitungan Berat


Perhitungan berat kapal biasanya terbagi menjadi dua komponen yaitu LWT
(Light Weight Tonnage) dan DWT (Dead Weight Tonnage).LWT terdiri dari berat
permesisan, berat peralatan dan perlengkapan, dan berat konstruksi.Sedangkan untuk
DWT terdiri dari berat berat bahan bakar, berat minyak pelumas, berat air tawar, berat
provision, berat orang, dan berat barang bawaan.

2.8.7 Rencana Garis(Lines Plan)


Rencana garis adalah gambar potongan melintang, memanjang dan diagonal
kapal yang dilihat dari samping, depan, atas dan digambarkan dalam bentuk garis.
Beberapa gambar yang ada dalam rencana garis adalah:

a. Body Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan melintang badan kapal
yang cukup digambar separuh, dimana pada bagian kiri merupakan bagian
belakang dan kanan merupakan bagian depan. Body plan merupakan bagian
terpenting dalam menggambar rencana garis, karenagambar-gambar yang lain
merupakan hasil dari proyeksi dari gambar ini.
b. Sheer Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan memanjang badan kapal
pada bottom line.
c. Half Breadth Plan
Garis-garis yang menggambarkan bentuk potongan horizontal badan kapal
pada garis air tertentu. Garis tersebut membentuk setengah lebar kapal
terhadap centerline.
d. Garis Air (Water Lines)
Garis-garis yang memotong horizontal tiap suatu ketinggian garis air tertentu
yang digambarkan bentuk badan kapal secara memanjang, dilihat dari
pandangan atas.

31
e. Garis Dasar (Base Lines)
Garis air yang paling bawah, dalam hal ini adalah garis air 0 m.

f. Garis Muat (Load Water Lines)


Garis air yang paling atas pada waktu kapal dengan muatan penuh. Dalam
keadaan operasional garis muat ini dapat dilihat dengan adanya tanda lambung
timbul (freeboard mark) disebelah kana kiri lambung kapal.
g. Garis Geladak
Terdiri dari dua bagian yaitu garis geladak tepidan garis geladak tengah.Untuk
kapal yang meiliki chamber, jarak antara garis geladak tengah dan garis
geladak tepi adalah 1/50 lebar setempat.

h. Garis Tegak Potongan Memanjang (Buttock Lines)


Garis tegak yang memotong kapal secara memanjang, tujuannya untuk
mengetahui keselarasan dan kebenaran dari bentuk station-station yang
direncanakan ke arah memanjang kapal.

i. Garis Sent (Sent Lines)


Garis yang ditarik pada salah satu atau beberapa titik pada garis (centerline)
dan membuat sudut dengan garis tengah tersebut.Tujuannya untuk mengetahui
keselarasan dan kebenaran dari bentuk station-station yang direncanakan ke
arah diagonal.
j. Pandangan Samping (side view)
Garis yang dibentuk tepat pada garis tengah kapal (center line) dari pandangan
samping.
2.8.8 Rencana Umum(General Arrangement)
Rencana umum didefinisikan sebagai perencanaan ruangan yang sesuai dengan
kebutuhan dengan fungsi dan perlengkapannya (R. Taggart 1980).Pembuatan rencana
umum kapal didasarkan pada peletakan kamar mesin, kebutuhan akomodasi, serta
peletakan tangki-tangki yang dibutuhkan.Selain itu, perlu dipertimbangkan dimensi
dan letak peralatan dan akomodasi diatas geladak. Aspek keselamatan dan efisiensi
juga turut diperhatikan dalam perencanaan tangki maupun perlengkapan lain sehingga
ikut berperan dalam menjaga stabilitas dan kondisi trim kapal.

32
2.8.9 Komponen Biaya (Cost)
Teori biaya transportasi laut digunakan untuk menghitung besarnya biaya-biaya
yang timbul akibat pengoperasian kapal desalinasi air laut.Pengoperasian kapal serta
bangunan apung laut lainnya membutuhkan biaya yang biasa disebut dengan biaya
berlayar kapal (shipping cost) (Stopford, 1997) (Wijnolst & Wergeland, 1997).Secara
umum biaya tersebut meliputi biaya modal, biaya operasional, biaya pelayaran dan biaya
bongkar muat.Biaya-biaya ini perlu diklasifikasikan dan dihitung agar dapat
memperkirakan tingkat kebutuhan pembiayaan kapal desalinasi air laut untuk kurun
waktu tertentu (umur ekonomis kapal tersebut).

Terdapat empat kategori biaya dalam pengoperasian kapal yang harus


direncanakan seminimal mungkin (Wijnolst & Wergeland, 1997) (Stopford, 1997),
yaitu:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya operasional (operational cost)
3. Biaya pelayaran (voyage cost)
4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)
A. Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal adalah harga kapal ketika dibeli atau dibangun.Biaya modal disertakan
dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian
modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut.Pengembalian nilai capital ini
direfleksikan sebagai pembayaran tahunan.Nilai biaya modal secara kasar dapat dihitung
dari pembagian biaya investasi dengan perkiraan umur ekonomis kapal.
B. Biaya Operasional (Operational Cost)
Biaya operasional adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek
operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap
berlayar.Yang termasuk dalam biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan
perbaikan kapal, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. Rumus
untuk biaya operasional adalah sebagai berikut:
OC = M + ST + MN + I + AD (2.28)
Keterangan:
OC = operation cost
M = manning cost
ST = store cost

33
I = insurance cost
AD = administration cost
1. Manning cost
Manning cost (crew cost) adalah biaya-biaya langsung maupun
tidak langsung untuk anak buah kapal termasuk di dalamnya adalah gaji pokok
dan tunjangan, asuransi sosial, dan uang pensiun. Besarnya crew cost
ditentukan oleh jumlah dan struktur pembagian kerja yang tergantung pada
ukuran teknis kapal. Struktur kerja pada sebuah biasanya dibagi menjadi 3
departemen, yaitu deck departemen, engine departemen, dan catering
departemen.
2. Store, supplies and lubricating oils
Jenis biaya ini dikategorikan menjadi 3 macam yaitu marine stores
(cat, tali, besi), engine room stores (spare part, lubricating oils), dan
steward’s stores (bahan makanan).
3. Maintenance and repair cost
Maintenance and repair cost merupakan biaya perawatan dan
perbaikan yang mencakup semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi
kapal agar sesuai dengan standart kebijakan perusahaan maupun persyaratan
badan klasifikasi. Nilai maintenance and repair cost ditentukan sebesar 16%
dari biaya operasional (Stopford, 1997). Biaya ini dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu:
a) Survey klasifikasi
Kapal harus menjalani survey regular dry docking tiap dua tahun dan
special survey tiap empat tahun untuk mempertahankan kelas untuk tujuan
asuransi.
b) Perawatan rutin
Perawatan rutin meliputi perawatan mesin induk dan mesin bantu, cat,
bangunan atas dan pengedokan untuk memelihara lambung dari
pertumbuhan biota laut yang bisa mengurangi efisiensi operasi kapal.
Biaya perawatan ini cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya
umur kapal.
c) Perbaikan
Biaya perbaikan muncul karena adanya kerusakan kapal secara tiba-tiba
dan harus segera diperbaiki.
34
4. Insurance cost
Insurance cost merupakan biaya asuransi, yaitu komponen
pembiayaan yang dikeluarkan sehubungan dengan resiko pelayaran yang
dilimpahkan kepada perusahaan asuransi. Komponen pembiayaan ini
berbentuk pembayaran premi asuransi kapal yang besarnya tergantung
pertanggungan dan umur kapal.Hal ini menyangkut sampai sejauh mana resiko
yang dibebankan melalui klaim pada perusahaan asuransi.Semakin tinggi
resiko yang dibebankan, semakin tinggi pula premi asuransinya. Umur kapal
juga memperngaruhi biaya premi asuransi, yaitu biaya premi asuransi akan
dikenakan pada kapal yang umurnya lebih tua. Terdapat dua jenis asuransi
yang dipakai perusahaan pelayaran terhadap kapalnya, yaitu hull and
machinery insurance dan protection and indemnity insurance.Nilai asuransi
kapal ditentukan sebesar 30% dari total biaya operasional kapal (Stopford,
1997).
5. Administrasi
Biaya administrasi diantaranya adalah biaya pengurusan surat-surat
kapal, biaya sertifikat dan pengurusannya, biaya pengurusan ijin kepelabuhan
maupun fungsi administratif lainnya.Biaya ini juga disebut biaya overhead
yang besarnya tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan jumlah armada
yang dimiliki.

C. Biaya Pelayaran (Voyage Cost)


Biaya pelayaran adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk
kebutuhan selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin
induk dan mesin bantu, biaya pelabuhan, biaya pandu dan tunda. Rumus untuk biaya
pelayaran adalah:
VC = FC + PC (2.29)
Keterangan:
VC = voyage cost
PC = port cost
FC = fuel cost
1. Port cost
Pada saat kapal dipelabuhan, biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi port
dues dan service charges.Port dues adalah biaya yang dikenakan atas penggunaan

35
fasilitas pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, dan infrastruktur
lainnya yang besarnya tergantung volume dan berat muatan, GRT dan NRT
kapal.Service charge meliputi jasa yang dipakai kapal selama dipelabuhan, yaitu jasa
pandu dan tunda, jasa labuh, dan jasa tambat.
2. Fuel cost
Konsumsi bahan bakar kapal tergantung dari beberapa variabel seperti
ukuran, bentuk dan kondisi lambung, pelayaran bermuatan atau ballast, kecepatan,
cuaca, jenis dan kapasitas mesin induk dan motor bantu, jenis dan kualitas bahan
bakar. Biaya bahan bakar tergantung pada konsumsi harian bahan bakar selama
berlayar di laut dan di pelabuhan dan harga bahan bakar.Terdapat tiga jenis bahan
bakar yang dipakai, yaitu HSD, MDO, dan MFO. Konsumsi bahan bakar dihitung
dengan menggunakan rumus pendekatan yang diberikan oleh Parson (2003), yaitu:

WFO = SFR*MCR*range/speed*margin (2.30)


Keterangan:
WFO = konsumsi bahan bakar/jam
SFR = Specific Fuel Rate (t/kWhr)
MCR = Maximum Continuous Rating of main engine (s) (kW)
D. Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost)
Tujuan dari kapal pengolah ikan ini adalah memindahkan tangkapan ikan segar di laut
yang selanjutnya diperoses menjadi ikan segar dan produk olahan yang akan dikirim ke
Pelabuhan Perikanan Brondong. Selain itu kapal pengolah ikan ini juga berfungsi sebagai
pemasuk kebutuhan perbekalan kapal penangkap ikan selama melaut.Untuk mewujudkan
hal tersebut, muatan harus dipindahkan dari kapal penangkap ke kapal pengolah ikan dan
dari kapal pengolah ke pelabuhan.Begitu juga sebaliknya dengan pasokan perbekalan
kapal penangkap ikan.Biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkan itulah yang
dikategorikan sebagai biaya bongkar muat.Biaya bongkar muat ditentukan oleh beberapa
faktor, seperti jenis komoditi (minyak, bahan kimia, batubara, gandum, hasil hutan, peti
kemas), jumlah muatan, jenis kapal, dan karakteristik dari terminal dan pelabuhan. Proses
bongkar muat kapal di pelabuhan dilakukan oleh penerima muatan atau oleh nelayan itu
sendiri.

36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Setelah melakukan studi literatur terkait konsep desain kapal dan pengolahan ikan,
maka dalam Bab 3 (tiga) ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang metodologi Tugas Akhir
dan data relevan yang digunakan.

3.1 Asumsi-asumsi Dasar


Model perhitungan pada Tugas Akhir ini didasarkan pada beberapa asumsi yang
berdampak pada komponen total biaya transportasi laut. Adapun asumsi yang digunakan
sebagai berikut:

a. Kapal pengolah ikan dapat bersandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara


Brondong.
b. Terdapat alat komunikasi yang memadaiyang bisa menghubungkan antara kapal
pengolah ikan dan kapal penangkap ikan. Alat komunikasi ini dapat membantu
untuk memudahkan penentuan posisi dari masing-masing kapal penangkap ikan
dan kapal pengolah ikan.

3.2 Tahapan Pengerjaan Tugas Akhir


Secara umum prosedur pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan dengan bebrapa langkah
sesuai dengan diagram alir penelitian yaitu sebagai berikut:

3.2.1 Tahap Identifikasi Permasalahan


Pada tahap ini dilakukan identifikasi mengenai permasalahan yang diangkat dalam
tugas akhir ini.Permasalahan yang diangkat adalah mengenai moratorium transhipment
ikan di laut dengan solusi desain konseptual kapal pengolah ikan di laut. Dengan adanya
moratorium transhipment ikan di laut, alternatif desain konseptual kapal pengolah ikan di
laut ini minimal dapat membantu pelaku bisnis perikanan pada sektor biaya operasional
yang sama murahnya dan produktivitas ikan olahan yang sama atau bahkan bisa lebih
baik dibandingkan dengan teknologi ikan olahan yang ada saat ini tanpa khawatir dengan
adanya moratorium dan akibat yang ditimbulkan dengan adanya peraturan sementara
tersebut. Disisi lain solusi desain konseptual kapal pengolah ikan ini juga masih bisa
dioperasikan ketika moratorium transhipment dicabut.

37
3.2.2 Tahap Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan materi-materi dan data yang diperlukan
dalam proses pengerjaan tugas akhir, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan metode pengumpulan data secara
tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data
terkait dengan permasalahan dalam tugas akhir ini ke PPN Brondong, Lamongan, Jawa
Timur. Data primer mencakup gambaran umum PPN Brondong seperti fasilitas, jenis
ikan, kuantitas tangkapan serta produk olahan ikan tangkap yang dihasilkan, data terkait
proses bisnis perikanan, data terkait kondisi nelayan, kondisi armada sebagai kapal
pembanding dalam rancangan desain kapal pengolah ikan, radius pelayaran dan pola
operasi. Data sekunder mencakup teknologi pengolahan ikan yang akan diaplikasikan
pada kapal dan materi-materi terkait teori dalam desain kapal pengolah ikan.

3.2.3 Tahap Pengolahan Data


Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dari hasil studi lapangan dan juga hasil
data sekunder yang diolah lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai perhitungan
untuk pengerjaan tugas akhir. Pengolahan data akan dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek dari sisi nelayan, ikan dan armada kapal ikan itu sendiri seperti jumlah
SDM (nelayan), SDA (ikan), jumlah armada berdasarkan jenis, ukuran dan produktivitas
kapal, pola operasi kapal serta perhitungan dari biaya operasional dan penanganan hasil
tangkapan yang ada saat ini. Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut diolah sehingga
diperoleh data terkait kapasitas prodduksi dan ukuran utama kapal pengolah ikan yang
sesuai untuk perairan di PPN Brondong.

3.2.4 Tahap Analisis dan Pembahasan


Pada tahap ini data yang telah diolah akan dianalisis serta dibahas, mulai dari pola
operasi kapal, syarat-syarat dalam proses desain kapal, kapasitas produksi dan biaya
operasional yang ditanggung oleh pelaku bisnis perikanan, dalam hal ini perusahaan atau
perorangan.

3.2.5 Tahap Perancangan Kapal


Pada tahap ini ukuran utama yang diperoleh dari hasil perhitungan dan analisis akan
digunakan untuk perancangan desain dengan menggunakan perangkat lunak maxsurf dan

38
autocad sehingga dihasilkan desain kapal pengolah ikan di laut dalam bentuk rencana
garis (lines plan) dan rencana umum (general arrangement).
3.2.6 Tahap Perencanaan Operasional
Pada tahap ini dibuat perencanaan jumlah armada dan operasional yang
dibutuhkan untuk melayani proses penangkapan dan pengolahan ikan di PPN Brondong.
3.2.7 Tahap Analisis Biaya
Pada tahap ini dilakukan proses perhitungan untuk biaya produksi armada kapal
dan biaya operasional kapal yang akan dioperasikan untuk melayani proses penangkapan
dan pengolahan ikan di PPN Brondong.
3.2.8 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan sebuah penarikan kesimpulan yang akan menjawab
semua permasalahan pada penelitian ini dan juga penulisan saran terhadap pihak-pihak
terkait sebagai sesuatu yang harus dipertimbangkan untuk dikembangkan lebih lanjut atau
diterapkan oleh pihak terkait.

39
3.3 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3-1 sebagai
berikut:

Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian

40
BAB 4
GAMBARAN UMUM

4.1 Wilayah Pengelolaan Perikanan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.01/MEN/2009 tentang
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia telah menetapkan pembagian WPP
menjadi 11 WPP yaitu seperti gambar di bawah ini,

Sumber :djpt.kkp.go.id,2017
Gambar 4-1 Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

1) WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman;


2) WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat
Sunda;
3) WPP-RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga
sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat;
4) WPP-RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China
Selatan;
5) WPP-RI 712 meliputi perairan Laut Jawa;
6) WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut
Bali;
7) WPP-RI 714 Meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda;

41
8) WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut
Seram dan Teluk Berau;
9) WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera;
10) WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik;
11) WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian
Timur.
Adapun dasar dari penomoran WPP-RI di Indonesia adalah mengacu kepada
pengaturan “Fisheries Area” dari FAO.Di Indonesia sendiri, masuk kedalam Fishing
Area 57(Indian Ocean, Eastern) dan 71 (Pacific, Western Central) dari 19 Fishing Areas
yang ada di dunia.Untuk Major Fishing Area 57.

4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong


4.2.1 Letak Geografis
Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong berdasarkan Rekomendasi
Bupati Lamongan Nomor : 523/1142/413.022/2007 tentang Penetapan Wilayah Kerja
dan Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten
Lamongan berada di atas tanah seluas 199.304 m2 (19,93 Ha) yang terletak di
Kelurahan Brondong Kecamatan Brondong.
Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: Sebelah Utara
perbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan
KabupatenTuban. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8
km2 atau ±3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai
sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas
902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.
Untuk batas-batas wilayah kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong
terletak pada kawasan seluas 433.304 m2 (43,30 Ha) yang terdiri dari wilayah kerja
daratan seluas 19,93 Ha dan wilayah kerja perairan seluas 23,40 Ha. Koordinat
geografis batas-batas wilayah kerja PPN Brondong terletak pada 060 52’ 11,64” LS
dan 1120 17’ 15,06” BT serta 060 52’ 09,29” LS dan 1120 17’ 56,17” BT. Sedangkan,
untuk koordinas geografis batas-batas wilayah operasional PPN Brondong terletak
pada 060 50’ 00” LS dan 1120 17’ 08” BT serta 060 52’ 00” LS dan 1120 19’ 30” BT.

42
4.2.2 Fasilitas Pelabuhan
Fasilitas yang ada di PPN Brondong terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu fasilitas
pokok yang merupakan fasilitas utama yang harus ada di Pelabuhan Perikanan, fasilitas
fungsional untuk memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan
untuk kegiatan operasional, dan fasilitas penunjang yang merupakan fasilitas tambahan
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan. Rincian fasilitas pokok, fasilitas fungsional
dan fasilitas penunjang terlampir.
Pemeliharaan rutin dilakukan untuk memastikan berfungsinya sarana prasarana
serta optimalisasi kondisi lingkungan yaitu :
1. Dilakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana Pelabuhan
Perikanan
2. Dilakukan pengujian kualitas air bersih secara berkala
3. Dilakukan pengujian kualitas air kolam pelabuhan, udara, biota laut

4.3 Unit Pengolahan Ikan disekitar PPN Brondong


Di sekitar wilayah Pelabuhan terdapat 8 Unit Pengolah Ikan, dan di dalam komplek
Pelabuhan terdapat 1 Unit Pengolah Ikan yang sebagian besar bahan baku ikan olahannya
didapatkan dari PPN Brondong, dan sudah berskala eksport ke Eropa maupun Asia.
Produk olahan UPI tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4-1 Jumlah Unit Pengolahan Ikan di Sekitar Pelabuhan

ABF CPF Cold Storage Produksi


No Nama Perusahaan
(Ton) (Ton) (Ton) Olahan
1 PT. HATNI 60 - 5000 Ikan Beku
Ikan
2 PT. STAR FOOD 10 9 350 Beku,Surimi,
Tepung
3 PT. 88/BARUNA 10 9 800 Ikan Beku
Ikan
4 PT. QL HASIL LAUT 10 - 4000 Beku,Surimi,
Tepung
5 KUD MINA TANI 7 - 120 Ikan Beku
6 UD. ANELA - - 400 Ikan Beku
7 PT. 689 4 - 300 Ikan Beku
8 CONTENGPAES 3 - 100 Ikan Beku
KOMIRA (di dalam
9 8 - 400
Pelabuhan) Ikan Beku
JUMLAH 112 18 11470

43
Sumber : Profil PPN Brondong, 2017

Selain Unit Pengolah Ikan skala besar tersebut banyak juga pengolah ikan skala kecil
(UMKM) yaitu berupa pemindang, pengering, tepung ikan yang ada di sekitar Pelabuhan
dengan jumlah : 252 unit pengolah.

Bahan baku produk pindang (Layang, Tongkol, Salem) sebagian besar masih
didatangkan dari luar Brondong (dari Komira, Juwana, Rembang, Prigi, Madura, lewat
kapal pengumpul, serta import), sedangkan sisanya (15%) merupakan produk nelayan
Brondong. Hal ini disebabkan jenis alat tangkap yang digunakan nelayan Brondong
adalah sebagian besar menggunakan Dogol dan Rawai yang hasil tangkapannya adalah
ikan-ikan demersal dan ikan-ikan karang.

Komira sebagai operator program SLIN, bahan baku ikannya sementara sebagian
besar didatangkan dari luar (dari Bitung, Kendari, Juwana). Komira sementara ini
menyuplai bahan baku untuk pemindang sekitar 25 ton per hari (dari kebutuhan bahan
baku produk pindang 125 ton hari).

4.4 Potensi Perikanan di PPN Brondong


Produksi ikan di PPN Brondong dalam 2 tahun terakhir didominasi oleh ikan
swanggi dengan jumlah tangkapan mencapai 16.334 ton untuk tahun 2015 dan 14.119
untuk tahun 2016. Untuk produksi ikan kurisi, kuniran dan ikan layang pada tahun 2015
secara berturut-turut adalah 12.125 ton, 3.237 ton, 2.347 ton dan pada tahun 2016 sebesar
10.357 ton, 421 ton, 2.279 ton. Untuk mengetahui jenis tangkapan yang diperoleh di PPN
Brondong bisa dilihat pada grafik yang disajikan di bawah ini,

Produksi Ikan per Jenis Tangkapan Dominan


20
Thousands
Volume Produksi (ton)

15
10
5
-
Ikan lainnya…

Tahun 2015
Pari
Cumi

Kuwe
Layang

Gulama
Kuningan

Kuniran

Ayam-ayam

Manyung
Peperek
Swanggi

Kerapu
Kurisi

Kapas-kapas

Beloso

Kakap merah
Alu – Alu

Tahun 2016

Nama Ikan

Sumber : PPN Brondong, 2017 (diolah kembali)


Gambar 4-2Grafik Produksi Ikan Tangkapan Dominan di PPN Brondong

44
Jumlah produksi ikan di PPN Brondong sangat bervariasi setiap tahunnya
tergantung dari jenis ikan itu sendiri. Misalnya untuk jenis ikan layang puncak
produksinya sekitar bulan Agustus-Oktober sedangkan ikan kurisi puncak produksinya
sekitar bulan September-Desember. Namun ada beberapa ikan yang produksinya
terbilang stabil setiap bulanya seperti ikan swanggi dan ikan kuniran.

4.5 Armada Kapal Ikan di PPN Brondong


Dari 2012-2016 kunjungan kapal di PPN Brondong didominasi oleh kapal dogol
mingguan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2016 mencapai 5639 unit. Dominasi
selanjutnya teradapat kapal dogol harian, rawai, pengumpul (collecting), mini purse seine
dan payang dengan jumlah kunjungan kapal pada tahun 2016 secara berturut-turut
sebanyak 4004 unit, 930 unit, 260 unit, 15 unit dan 64 unit. Sedangkan untuk kapal
dengan alat tangkap gillnet sudah tidak digunakan sejak tahun 2013. Untuk mengetahui
perbandingan jumlah kunjungan kapal dari tahun 2012-2015 secara lebih jelas disajikan
pada tabel di bawah ini,

Jumlah Kunjungan Kapal Berdasarkan Jenis Kapal Tahun


2012-2016 di PPN Brondong
7
Thousands
Jumlah Kapal (unit)

6 Dogol Mingguan
5
Dogol Harian
4
3 Mini Purse Seine
2 Rawai
1
Payang
0
2012 2013 2014 2015 2016 Gillnet
Collecting
Tahun

Sumber : PPN Brondong, 2017 (diolah kembali)


Gambar 4-3Grafik Jumlah Kunjungan Kapal di PPN Brondong

Jenis tangkapan kapal dogol harian adalah berupa ikan demersal seperti ikan kurisi,
beloso, swanggi, kuniran dan jenis ikan lainnya.Sama dengan kapal dogol harian, kapal
dogol mingguan menghasilkan ikan jenis demersal dengan jenis ikan yang ditangkap
didominasi oleh ikan swanggi, kuniran, kurisi, kapas-kapas dan jenis ikan lainnya.Untuk
kapal dogol mingguan menggunakan jenis kapal ijon-ijon seperti gambar 4-4.

45
Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-4 Kapal Ijon-ijon

Dimensi kapal ijon-ijon yaitu L = 12-18 m, B =4-8 m, T = 1-3,5 m, H =1,5-4 m,


dengan ukuran 20-30 GT dan jumlah ABK sekitar 10 orang. Selain alat tangkap dogol,
kapal yang bersandar di PPN Brondong juga menggunakan jenis alat tangkap purse seine.
Jenis tangkapan purse seine didominasi oleh ikan layang dan operasi alat tangkap ini
biasanya menggunakan kapal jenis ethek/bokongan dengan dimensi kapal yaitu L =18, B
= 4.5, T =3.5, H = 4, dengan ukuran 28 GT dan jumlah ABK sekitar 20 orang, bentuk
kapal ethek/bokongan adalah seperti gambar 4-5 di bawah ini.

Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-5 Kapal Ethek/Bokongan

Ikan layang juga merupakan hasil tangkapan dominan untuk alat tangkap payang
selain juga dapat menghasilkan ikan pelagis jenis lainnya yang berenang di dekat
permukaan air dengan bergerombol seperti ikan tongkol, ikan sardines, ikan petek dan
ikan teri. Alat tangkap payang banyak menggunakan kapal jenis bowman

46
construction(BC) seperti gambar, dengan ukuran 10-30 GT dan dimensi L = 7 m, B = 4
m, T = 1,5 m dan H = 2 m serta ABK berjumlah sekitar 12 orang.

Sumber : lamongankab.go.id,2017
Gambar 4-6 Kapal Bowman Construction (BC)

Selain ketiga kapal di atas, terdapat satu jenis kapal lagi yang sering bersandar di
PPN Brondong yaitu kapal collecting.Sebenarnya kapal collecting bukan merupakan
kapal penangkap melainkan hanya kapal pengumpul hasil tangkapan di tengah laut yang
selanjutnya hasil pengumpulan dibawa ke PPN Brondong. Kapal collecting sendiri
menggunakan kapal dengan jenis bowman constuction (BC) seperti alat tangkap payang
dengan ukuran 10-30 GT dan rata-rata dimensi kapal yang sama yaitu L = 7 m, B =4 m, T
= 1,5 m dan H = 2 m serta jumlah ABK yang hanya sekitar 7 orang.

4.6 Pola Operasi Kapal Penangkap Ikan


Kapal dogol harian merupakan kapal dengan trip yang hanya selama 1 hari memiliki
daerah operasi di sekitar perairan laut utara lamongan dengan radius 4-10 mil laut dari
garis pantai.Untuk daerah tangkapan dan lama trip dari kapal dogol mingguan, purse
seine, payang dan collecting dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

47
Tabel 4-2 Trip dan Lokasi Tangkapan Berdasarkan Jenis Kapal

Jenis Alat Tangkap Lokasi Operasi Lama Trip (Hari)


Perairan Bawean,
Masalembo, Matasiri,
Dogol Mingguan 10-15
Kangean, Utara
Madura
Perairan Bawean,
Purse Seine 7-10
Masalembo, Matasiri
Utara Lamongan,
Bawean, Masalembo,
Payang 10-12
Matasiri, Kangean,
Utara Madura
Utara Lamongan,
Bawean, Masalembo,
Pengumpul 7-10
Matasiri, Kangean,
Utara Madura
Sumber :PPN Brondong, 2017 (diolah kembali)

Dalam proses penangkapan ikan di laut nelayan akan menuju kefishing ground yang
paling jauh terlebih dahulu dan terus berlanjut ke fishing ground selanjutnya yang searah
dengan arah kembali ke pelabuhan. Untuk menentukan daerah penangkapan ikan, nelayan
berbekal lokasi yang sudah dianjurkan oleh pihak pelabuhan berupa peta lokasi yang
berisi koordinat dari fishing ground tersebut kemudian nelayan memanfaatkan GPS
sebagai penujuk arah sehingga bisa menentukan lokasi penangkapan ikan yang tepat.
Selain menggunakan GPS dalam penentuan lokasi ikan, nelayan juga menggunakan cara
konvensional dengan memperhatikan tanda-tanda keberadaan ikan secara alami. Cara-
cara konvensional biasanya digunakan ketika nelayan memperoleh tangkapan yang
sedikit di lokasi yang sudah dianjurkan sebelumnya.Lokasi penangkapan cenderung tetap
untuk setiap tahunnya.

4.7 Perbekalan Nelayan


Dalam melaut setiap nelayan membawa perbekalan sebagai penunjang operasional
kapal maupun untuk kebutuhan individu nelayan itu sendiri adapun beberapa perbekalan
tersebut antara lain bahan bakar kapal, pelumas untuk permesinan kapal, es balok, air
bersih, dan kebutuhan konsumsi sehari-hari nelayan seperti beras, lauk, kopi, gula dan
obat-obatan. Kebutuhan solar untuk masing-masing jenis kapal nelayan adalah seperti
tabel di bawah ini,

48
Tabel 4-3 Kebutuhan Perbekalan Bahan Bakar untuk Melaut

Waktu
Jenis Alat Kebutuhan Solar Kebutuhan Solar
Melaut
Tangkap (Liter/Round Trip) (Liter/Hari)
(Hari/RT)
Purse Seine 10-15 4500 300
Payang 7-10 3400 340
Pengankut 10-12 3100 259
Dogol Besar 7-10 3200 320
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Perbekalan air tawar pada saat melaut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
nelayan dan juga untuk penanganan ikan di atas kapal dengan rincian kebutuhan air
bersih seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini,

Tabel 4-4 Kebutuhan Perbekalan Air Bersih untuk Melaut

Lama
Kebutuhan Kebutuhan
Jenis Alat Kebutuhan FW Trip
FW FW
Tangkap (Liter/Orang/Hari) Maks.
(Liter/Hari) (Liter/Trip)
(Hari)
Purse Seine 40 800 15 12000
Payang 20 240 10 2400
Pengangkut 30 210 12 2520
Dogol Besar 30 300 10 3000
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Perbekalan es balok sendiri digunakan untuk penangan muatan di atas kapal
sehingga kualitas ikan tetap terjaga selama nelayan melakukan proses penangkapan ikan
di tengah laut. Sebagian besar kapal yang bersandar di PPN Brondong masih
menggunakan es balok untuk penanganan muatan di atas kapal meskipun sudah ada
teknologi penanngan baru selain menggunakan es balok. Kebutuhan perbekalan es balok
untuk masing-masing jenis kapal ditunjukkan pada tabel di bawah ini,

Tabel 4-5 Kebutuhan Perbekalan Es Balok untuk Melaut

Jenis Alat Kebutuhan Es


Tangkap Ton/Trip/Kapal Balok/Trip/Kapal Ton/Hari/Kapal Balok/Hari/Kapal
Dogol 2 80 0.20 8.00
Payang 2 80 0.20 8.00
Pengangkut 4 160 0.33 14.00
Purse Seine 5 200 0.33 14.00
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)

49
Perbekalan minyak pelumas digunakan untuk permesinan di kapal baik mesin utama
kapal maupun genset dan mesin gardan yang digunakan dalam proses penarikan jaring
ikan. Kebutuhan minyak pelumas ditampilkan pada tabel berikut ini,

Tabel 4-6 Perbekalan Minyak Pelumas untuk Melaut

Waktu Melaut Kebutuhan Oli


Jenis Alat Tangkap
(Hari/Trip) Liter/Trip/Kapal Liter/Hari/Kapal
Dogol 10 64 6.40
Payang 10 68 6.80
Collecting 12 62 5.17
Purse Seine 15 90 6.00
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Perbekalan berikut ini terkait dengan kebutuhan pokok sehari- hari nelayan untuk
dikonsumsi seperti perbekalan beras, lauk, kopi, gula, makanan ringan dan obatan-obatan.
Perbekalan beras biasanya dibawa dalam bentuk kemasan karung dengan rincian
kebutuhan seperti tabel di bawah ini,

Tabel 4-7 Perbekalan Beras Nelayan untuk Melaut

Jenis Alat Jumlah ABK Kebutuhan Beras


Tangkap (Orang) (Kg/Orang/Hari) (Kg/Kapal/Hari)
Dogol Mingguan 10 0.54 6
Payang 12 0.54 7
Collecting 7 0.54 4
Purse Seine 20 0.54 11
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)
Sedangkan untuk perbekalan lainnya yang berukuran kecil biasanya dijadikan
dalam satu kemasan seperti box atau kardus. Adapun rata-rata kebutuhan perbekalan yang
dibawa seperti pada tabel di bawah ini,

Tabel 4-8 Perbekalan Lain Nelayan Selama Melaut

Jenis Alat Kebutuhan Lauk Kebutuhan Lain


Tangkap (Box/Trip/Kapal) (Box/Trip/Kapal)
Dogol Mingguan 2 1
Payang 3 1
Collecting 3 2
Purse Seine 4 2
Sumber : PPN Brondong, 2107 (diolah kembali)

50
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Adapun komponen analisis pada bab ini terdiri dari analisis desain kapal, biaya
pengadaan kapal dan biaya operasional kapal.

5.1 Penentuan Kapasitas Angkut dan Pengolahan Ikan


5.1.1 Kapasitas Muatan Ikan Segar
Dalam menentukan kapasitas ruang muat ikan segar yang direncanakan digunakan
data jumlah total dari hasil tangkapan ikan rata-rata per trip. Hasil perhitungan kapasitas
ikan segar yang harus direncanakan adalah seperti Tabel 5-1 di bawah ini,

Tabel 5-1 Produksi Ikan Rata-rata di PPN Brondong

Hasil
Hasil Tangkapan Hasil Tangkapan Tangkapan
Jenis Alat Tangkap
Maksimum (Ton/Tahun ) Rata-rata (Ton/Hari) Rata-rata
(Ton/Trip)
Dogol 60,110 164.68 1,152.79
Payang 177 0.48 3.39
Collecting 3633 9.95 69.67
Purse Seine 133 0.36 2.55
Total 64,053 175.49 1,228.41
Sumber : PPN Brondong, 2016 (diolah kembali)

Dari tabel di atas dapat diperoleh jumlah muatan rata-rata ikan segar yang ditangkap
per trip yaitu sebesar 1.228,41 ton. Untuk merencanakan volume ruang muat yang harus
didesain dapat digunakan persamaan

𝑊𝐿𝑜𝑎𝑑
V= (m3)
𝜌

dimana,

V : Volume Muatan (m3)


Wload : Berat muatan (Kg)
ρ : Massa Jenis Ikan (Kg/m3)

Massa jenis ikan berbeda-beda tergantung jenis penanganannya seperti pada Tabel 5-
2 di bawah ini,

51
Tabel 5-2 Nilai Muatan Ikan Berdasarkan Jenis Penanganan

Bahan Bentuk perlakuan Nilai muatan kg/m3


Es Curai 550
Es Flake 420-480
Ikan kecil (mis.sardine) Tanpa es 800-900
Ikan kecil (mis.sardine) Dalam wadah dengan es 650
Ikan kecil (mis.sardine) Dalam pendingin air laut 700
Rata-rata ikan berukuran besar Dalam wadah dengan es 500
Rata-rata ikan berukuran besar Dalam Kotak dengan es 350
Rata-rata ikan berukuran besar Pembekuan 500
Rata-rata ikan berukuran besar Fillet segar atau beku 900-950
Udang dengan ekor Beku dalam kotak 700-800
Ikan tuna Beku dalam wadah 600
Sumber :www.fao.org

Pada penelitian ini untuk penangan ikan segar menggunakan pendingin air laut
dengan massa jenis ikan sebesar 700 kg/m3 seperti Gambar 5-1 di bawah ini.

Sumber : www.teknotherm.no
Gambar 5-1 Ruang Muat Ikan di Kapal dengan Sistem Pendingin Air Laut

Mengingat bentuk ruang muat serta penataan muatan, kapasitas ruang muat yang
sebenarnya akan menjadi lebih kecil 10-20% dari nilai muatan seperti pada tabel di atas.
Untuk mendapatkan volume ruang muat yang akan di desain digunakan persamaan
seperti di bawah ini,

Vrm = Vikan/((100% - Margin Desain R. Muat) x ρ ikan) x Margin muatan

Dimana,

Vrm : Volume ruang muat (m3)


Vikan : Volume rata-rata peroduksi ikan (m3)

52
Margin Desain R. Muat (10% ~ 20%)
ρ ikan : Massa Jenis Ikan (Kg/m3), (nilai sesuai dengan tabel di atas)
Margin Muatan (10 %)

Hasil perhitungan menujukkan bahwa volume ruang muat yang direncanakan adalah
sebesar 2.418 m3 yang dibagi menjadi 5 lubang palka. Pembagian dilakukan berdasarkan
volume tangkapan ikan yang paling dominan, ini bertujuan untuk memudahkan proses
bongkar-muat ikan itu sendiri.

5.1.2 Kapasitas Pengolahan Ikan


Kapasitas pengolahan diperoleh berdasarkan jenis dan jumlah ikan yang akan
diolah, dalam penelitian ini bahan baku untuk olahan ikan dalam dalam kaleng
menggunakan jenis ikan layang, olahan fillet ikan menggunakan jenis ikan swangi dan
kurisi dan olahan tepung menggunakan ikan kuniran. Pemilihan jenis ikan dilakukan
berdasarkan karakteristik ikan dan melihat dari jumlah tangkapkan dominan yang ada di
PPN Brondong dimana ikan-ikan di atas termasuk 10 jenis ikan tangkapan dominan.

A. Ikan Dalam Kaleng


Hasil produksi dan nilai ikan layang tahun 2016 disajikan pada Tabel 5-3 di bawah
ini,

Tabel 5-3 Produksi Ikan Layang di PPN Brondong Tahun 2016

Volume Produksi Nilai Produksi


Tahun Harga Rata-Rata (Rp/Kg)
(Kg) (Rp)
2011 452,000 5,081,334,250 11,390
2012 624,083 5,942,276,000 9,862
2013 426,250 5,235,932,833 12,207
2014 363,250 4,222,570,750 11,955
2015 195,583 2,287,119,083 12,356
2016 192,197 2,699,245,833 14,103
Rata-rata 375,561 4,244,746,458 11,302
Sumber : PPN Brondong, 2016
Kapasitas produksi dipilih berdasarkan volume produksi rata-rata ikan yaitu 375.561
kg dengan harga Rp 11.302 /kg. Dengan demikian kapasitas produksi yang direncanakan
adalah sebesar 375.561 kg/bulan atau 17.400 kg/hari.Melihat kebutuhan ikan layang di
darat yang cukup besar, sehingga produksi yang didesin hanya 50% dari produksi harian
yaitu sebesar 8.700 kg/hari. Untuk produk olahan ikan dalam kemasan kaleng dibagi

53
menjadi 2 jenis produk berdasarkan tipe kaleng, tipe kaleng yang digunakan adalah
kaleng silinder 202 dengan berat bersih 255 gram dan kaleng tipe 300 dengan berat bersih
525 gram. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil produk olahan untuk satu kali
produksi sebanyak 19.958 kaleng tipe 202 dan 14.256 kaleng tipe 300 atau setara dengan
2091 kardus tipe 202 dan 2988 kardus tipe 300. Adapun isi dari masing-masing kardus
adalah 48 kaleng 202/kardus dan 24 kaleng 300/kardus.
Kebutuhan unit mesin disajikan pada Tabel 5-4 di bawah ini,

Tabel 5-4 Jumlah Mesin Pengolahan Ikan Dalam Kaleng

No Nama Mesin Jumlah


1 Thawing
2
2 Grading
3 Nobbing 2
4 Drum rotary 2
5 Can washer (before) 2
6 Meja stainless steel 8
7 Exhaust box/fish cooker 2
8 Conveyor 2
9 Oilling 2
10 Seaming 2
11 Can washer (after) 2
12 Retort 2
14 Labeling 2
15 Packing 2
16 Sealer 2
Sumber : FAO, 2016 (diolah kembali)
Mesin-mesin di atas merupakan mesin masih bersifat semi-otomatis sehingga
masih membutuhkan kontrol dan tenaga tambahan dari manusia. Adapun jumlah
karyawan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan ikan tersebut yaitu 51 orang
karyawan yang terkait dengan produksi langsung dan 9 orang karyawan yang tidak terkait
secara langsung dengan produksi. Untuk detail karyawan terlampir.
B. Fillet Ikan
Tabel 5-5 di bawah ini menunjukkan produksi dan nilai produksi dari ikan swanggi
pada tahun 2016

54
Tabel 5-5 Produksi Ikan Swanggi di PPN Brondong Tahun 2016

Volume Produksi Harga Rata-Rata


Tahun Nilai Produksi (Rp)
(Kg) (Rp/Kg)
2011 855,417 8,754,566,158 10,216
2012 1,023,083 7,694,882,000 7,708
2013 1,178,000 8,424,798,083 7,208
2014 1,846,167 15,609,281,917 8,417
2015 1,361,167 14,284,338,083 10,500
2016 1,176,617 14,257,845,833 11,875
Rata-rata 1,240,075 11,504,285,346 9,277
Sumber : PPN Brondong,2016
Kapasitas produksi dipilih berdasarkan volume produksi rata-rata ikan yaitu
1.240.075 kg dengan harga Rp 9.277 /kg. Dengan demikian kapasitas produksi yang
direncanakan adalah sebesar 1.240.075 kg/bulan atau 57.455 kg/hari.Produksi yang
didesin hanya 30% dari produksi harian yaitu sebesar 17.237 kg/hari. Untuk produk
olahan fillet ikan digunakan dua jenis ikan swanggi dan ikan kurisi, Tabel 5-6 di bawah
ini merupakan produksi dan nilai produksi dari ikan kurisi pada tahun 2016,

Tabel 5-6 Produksi Ikan Kurisi di PPN Brondong Tahun 2016

Volume Produksi Rata-rata Nilai Produksi Harga Rata-Rata


Tahun
(Kg) (Rp) (Rp/Kg)
2011 7,417 241,658,000 32,304
2012 6,375 257,876,667 39,912
2013 14,333 525,006,333 38,138
2014 602,000 9,909,370,500 30,895
2015 1,010,417 13,595,135,667 13,541
2016 863,083 10,273,720,792 11,833
Rata-Rata 417,271 5,800,461,326 13,901
Sumber : PPN Brondong, 2016
Kapasitas produksi dipilih berdasarkan volume rata-rata ikan yaitu 417.721 kg
dengan harga Rp 13.901 /kg. Dengan demikian kapasitas produksi yang direncanakan
adalah sebesar 417.271 kg/bulan atau 19.333 kg/hari. Produksi yang didesin hanya 30 %
dari produksi harian yaitu sebesar 5.800 kg/hari. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil
produk olahan untuk satu kali produksi sebanyak 10.560 kemasan fillet ikan swanggi dan
3.560 kemasan fillet ikan kurisi. Adapun berat dari masing-masing kemasan adalah 1 kg.
Kebutuhan unit mesin disajikan pada Tabel 5-7 di bawah ini,

55
Tabel 5-7 Jumlah Mesin Pengolhan fillet Ikan

No Nama Item Jumlah


1 Mesin timbang digital 4
2 Drum Rotary 6
3 Mesin Nobbing
2
4 Mesin fillet
5 Meja Stainless steel (Conveyor) 4
6 Mesin vacum otomatis 6
7 Meja Stainless steel (manual) 4
8 Processing Line (Conveyor) 1
9 Mesin Pencuci Keranjang 2
Sumber : FAO, 2017 (diolah kembali)
Mesin-mesin di atas merupakan mesin masih bersifat semi-otomatis sehingga masih
membutuhkan kontrol dan tenaga tambahan dari manusia. Adapun jumlah karyawan yang
dibutuhkan untuk proses pengolahan ikan tersebut yaitu 51 orang karyawan yang terkait
dengan produksi langsung dan 9 orang karyawan yang tidak terkait secara langsung
dengan produksi. Untuk detail karyawan terlampir.
C. Tepung Ikan
Tabel 5-8 di bawah ini menunjukkan produksi dan nilai produksi dari ikan biji
nangka/kuniran pada tahun 2016,

Tabel 5-8 Produksi Ikan Kuniran di PPN Brondong tahun 2016

Volume Produksi Rata-rata Nilai Produksi Harga Rata-Rata


Tahun
(Kg) (Rp) (Rp/Kg)
2011 1,311,250 14,363,963,833 10,692
2012 1,449,083 16,455,627,583 11,467
2013 1,306,500 12,386,916,083 9,675
2014 934,667 9,320,999,250 9,750
2015 541,333 5,457,310,167 10,081
2016 329,954 3,674,678,750 11,459
RATA-RATA 978,798 10,276,582,611 10,499
Sumber : PPN Brondong,2106
Kapasitas produksi dipilih berdasarkan harga rata-rata minimum ikan yaitu 978.798
kg dengan harga Rp 10.499 /kg. Dengan demikian kapasitas produksi yang direncanakan
adalah sebesar 978.798 kg/bulan atau 45.350 kg/hari.Produksi yang didesin hanya 30%
dari produksi harian yaitu sebesar 13.605 kg/hari.Untuk produk olahan tepung ikan juga
menggunakan sisa dari hasil olahan kaleng dan fillet.Jumlah bahan baku pengolahan
tepung dari masing-masing jenis bahan baku ditampilkan pada Tabel 5-9 di bawah ini,

56
Tabel 5-9 Bahan Baku Pengolahan Tepung Ikan

Bahan Baku
Sisa Pengalengan : 2,793 Kg/Hari
Sisa Fillet : 21,180 Kg/Hari
Total : 23,973 Kg/Hari
Ikan Kuniran : 13,605 Kg/Hari
Total : 37,578 Kg/Hari

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil produk olahan untuk satu kali produksi
sebanyak 139.690 kg/round trip. Kemasan yang digunakan adalah karung degan yang
berukuran 50 kg/karung.
Kebutuhan unit mesin disajikan pada Tabel 5-10 di bawah ini,

Tabel 5-10 Jumlah Mesin Pengolah Tepung Ikan

No Nama Item Jumlah


1 Drum Rotary 3
2 Mesin Nobbing 1
3 Fish Powder Production Machine A 3
4 Fish Powder Production Machine B 2
5 Processing Line (Conveyor) 1

5.1.3 Pasokan Logistik Kapal Penangkap Ikan


Kapal pengolah ikan ini juga menyediakan pasokan logistik untuk operasional
kapal penangkap ikan di laut. Berikut ini disajikkan data kebutuhan bahan bakar kapal
penangkap ikan,

Tabel 5-11 Kebutuhan Solar Kapal Penangkap Ikan

Lama Trip Kebutuhan Solar Kebutuhan Solar


NO Jenis Kapal
Maksimal (Liter/Round Trip) (Liter/Hari)

1 Purse Seine 10-15 4500 300


2 Payang 7-10 3400 340
3 Pengumpul 10-12 3100 259
4 Dogol Besar 7-10 3200 320

Dari tabel di atas diperoleh hasil perhitungan volume maksimal bahan bakar yang
harus di pasok oleh kapal pengolah ikan adalah seperti pada Tabel 5-12 berikut ini,

57
Tabel 5-12 Pasokan Bahan Bakar Kapal Pengolah Ikan

Pasokan BBM Kapal Ikan Yang Direncanakan :


Jumlah Pasokan : 66,878 Liter/Trip
Masa Jenis Solar : 0.832 Kg/dm3
55,642 Kg/Trip
Berat Solar :
55.64 Ton/Trip

Jumlah pasokan di atas digunakan untuk melayani 19 unit kapal dengan alat tangkap
dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal dengan alat tangkap purse
seine dan 6 unit kapal pengumpul yang akan menangkap ikan selama 7 hari sesuai dengan
lama round trip kapal pengolah ikan.

Pada Tabel 5-13 ditampilkan hasil dari perhitungan pasokan air bersih yang
direncanakan pada kapal pengolah ikan untuk pasokan 19 unit kapal dengan alat tangkap
dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal dengan alat tangkap purse
seine dan 6 unit kapal pengumpul untuk perbekalan selama 7 hari melaut.

Tabel 5-13 Pasokan Air Bersih Kapal Pengolah Ikan

Pasokan Air Bersih Kapal Ikan Yang Direncanakan :


70,560 Liter/Trip
Jumlah Pasokan :
70.56 m3
Masa Air Tawar : 1 Kg/dm3
70,560 Kg
Berat Air Tawar :
70.56 Ton

Hasil dari tabel di atas diperoleh berdasarkan kebutuhan air bersih per hari dari
masing-masing kapal seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini,

Tabel 5-14 Kebutuhan Air Bersih Kapal Penangkap Ikan

NO Jenis Kapal Lama Trip (Hari) Kebutuhan FW (Liter/Hari)


1 Purse Seine 10-15 800
2 Payang 7-10 240
3 Collecting 10-12 210
4 Dogol Besar 7-10 300

Kebutuhan pasokan es balok yang didesain pada kapal pengolah ikan disajikan pada
Tabel 5-15 di bawah ini,

58
Tabel 5-15 Pasokan Es Kapal Pengolah Ikan

67 Ton/Trip
Total Pasokan Es :
2688 Balok/Trip

Hasil dari tabel di atas digunakan untuk pasokan melaut selama 7 hari untuk 19
unit kapal dengan alat tangkap dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit
kapal dengan alat tangkap purse seine dan 6 unit kapal pengumpul yang kemudian
diperoleh berdasarkan perhitungan dari kebutuhan es harian dari masing-masing kapal
yang beroperasi. Adapun data kebutuhan harian disajikkan pada Tabel 5-16 di bawah ini,

Tabel 5-16 Kebutuhan Es Balok Kapal Penangkap Ikan

Kebutuhan Es Balok
No Jenis Alat Tangkap
Ton/Trip/Kapal Balok/Trip/Kapal Ton/Hari/Kapal
1 Dogol 2 80 0.20
2 Payang 2 80 0.20
3 Pengumpul 4 160 0.33
4 Purse Seine 5 200 0.33

Dalam proses menangkap ikan, nelayan juga membawa perbekalan oli untuk
pelumas mesin utama kapal dan juga pelumas alat bantu menarik jaring. Sehingga kapal
pengolah juga menyediakan pasokan oli sesuai kebutuhan dari masing-masing kapal
penangkap ikan di bawah ini,

Tabel 5-17 Kebutuhan Oli Kapal Penangkap Ikan

Kebutuhan Oli
No Jenis Alat Tangkap Hari/Trip
Liter/Trip/Kapal Liter/Hari/Kapal
1 Dogol 10 64 6.40
2 Payang 10 68 6.80
3 Pengumpul 12 62 5.17
4 Purse Seine 15 90 6.00

Sehingga volume pasokan yang direncanakan pada kapal pengolah ikan yaitu seperti
pada Tabel 5-18 berikut ini,

59
Tabel 5-18 Pasokan Oli Kapal Pengolah Ikan

Pasokan Oli Kapal Ikan


1,337 Liter/Trip
Jumlah Pasokan :
1.34 m3/Trip
Masa Jenis Solar : 800 Kg/m3
Berat Solar : 1.07 Ton/Trip

Untuk kebutuhan perbekalan beras dihitung berdasarkan kebutuhan konsumsi


harian untuk setiap nelayannya yaitu sebagai berikut,

Tabel 5-19 Kebutuhan Konsumsi Beras Nelayan

Jumlah ABK Kebutuhan Beras


No Jenis Alat Tangkap
(Orang) (Kg/Orang/Hari) (Kg/Kapal/Hari)
1 Dogol Mingguan 10 0.54 6
2 Payang 12 0.54 7
3 Pengumpul 7 0.54 4
4 Purse Seine 20 0.54 11

Dari tabel di atas kemudian diperoleh hasil pasokan yang direncanakan pada kapal
pengolah ikan yaitu seperti Tabel 5-20 di bawah ini,

Tabel 5-20 Pasokan Beras Kapal Pengolah Ikan

1.344 Kg/Trip
Total Pasokan Beras:
1,4 Ton/Trip

Pasokan sebanyak 1.344 Kg digunakan untuk persediaan 19 unit kapal


dengan alat tangkap dogol, 3 unit kapal dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal
dengan alat tangkap purse seine dan 6 unit kapal pengumpul yang melaut selama 7
hari. Selain beras ada kebutuhan perpekalan lain yang dibawa oleh nelayan seperti
lauk, kopi, gula, dll yang ditempatkan pada suatu box dengan volume 0.6 m3/box.

5.2 Neraca Produksi


Neraca produksi digunakan untuk mengetahui perbandingan berapa produk yang
akan diproduksi (input) dan berapa produk yang akan dihasilkan (output). Neraca
produksi disajikan seperti pada Tabel 5-21 di bawah ini,

60
Tabel 5-21 Neraca Produksi Kapal Pengolah Ikan

No INPUT Satuan OUTPUT Satuan


Ikan Segar Ikan Segar (Sisa
1 Total 1,228 Ton/RT Pengolahan) 865.78 Ton/RT
Bahan Baku
Pengolahan
2 (Ikan)
A Pengalengan
Ikan kemasan
33,700 Kg/RT kaleng tipe 202 101,140 Kaleng/RT
i Ikan Layang
Ikan kemasan
33,700 Kg/RT kaleng tipe 203 72,243 Kaleng/RT
B Fillet

i Ikan Swanggi 159,600 Kg/RT Fillet ikan Swanggi 63,840 Kg/RT

ii Ikan Kurisi 54,000 Kg/RT Fillet ikan Kurisi 21,600 Kg/RT


C Tepung
Tepung Ikan
i Kuniran 81,629 Kg/RT Kuniran 65,304 Kg/RT
Limbah ikan Tepung Ikan
ii layang 16,884 Kg/RT Layang 11,323 Kg/RT
Tepung Ikan
i Limbah fillet 128,160 Kg/RT Swanggi & Kurisi 102,528 Kg/RT
Pasokan Bahan
3 Bakar 66,878 Liter/RT
Pasokan Air
4 Tawar 70,560 Liter/RT

5 Pasokan Pelumas 1,337 Liter/RT


6 Pasokan Es Balok 67 Ton/RT

7 Pasokan Beras 1.344 Ton/RT


Pasokan
8 Tambahan 2.340 Ton/RT

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kapal pengolah ikan mendapat input dari
nelayan berupa pasokan ikan segar untuk olahan di dalam kapal. Output dari kapal
pengolah ikan ini ada berupa ikan segar, produk olahan ikan dan pasokan perbekalan
untuk nelayan. Output ikan segar ini merupakan pasokan ikan yang sudah dikurangi oleh
produk untuk pengolahan ikan di kapal dimana nantinya output berupa ikan segar ini
dibawa ke PPN Brondong . Ouput yang dihasikan oleh kapal pengolah ikan yaitu berupa
peroduk olahan ikan ddalam kemasan kaleng, fillet ikan dan pasokan logistik nelayan
selama melaut.

61
5.3 Pola Operasi
5.3.1 Pola Operasi Kapal Pengolah Ikan
Dalam penentuan pola operasi kapal pengolah ikan diperoleh dengan analisa pola
operasi kapal nelayan yang ada saat ini. Dimana akan dipilih rute operasi dengan jarak
terdekat untuk satu kali trip kapal pengolah ikan. Terdapat enam titik lokasi yang
digunakan untuk proses pemindahan ikan yaitu perairan utara Lamongan, perairan
Bawean, perairan Masalembo, perairan Matasiri, perairan Kangean dan perairan utara
Madura. Berikut ini adalah jarak antara masing-masing titik operasi,

Tabel 5-22 Jarak Antar Titik Operasi Kapal Ikan

Jarak Antar Titik Operasi Kapal Ikan (Mil Laut/nm)


Kode A B C D E F G
PPN Utara Utara
Kode O/D Bawean Kangean Masalembo Matasiri
Brondong Lamongan Madura
PPN
A Brondong - 26.7 58.9 65.5 196 151 245
Utara
B Lamongan 26.7 - 74 30 206 144 240
Utara
C Madura 58.9 74 - 68 129 98.8 190
D Bawean 65.5 30 68 - 200 84 199
E Kangean 196 206 129 200 - 117 140
F Masalembo 151 144 98.8 84 117 - 80
G Matasiri 245 240 190 199 140 80 -
Sumber : google earth, 2016 (diolah kembali)

Dari kombinasi rute-rute di atas diperoleh jarak operasi terpendek yang direncanakan
untuk kapal pengolah ikan adalah berangkat dari PPN Brondong kemudian menuju ke
perairan utara Lamongan dengan jarak pelayaran sejauh 26.7 nm setelah itu kapal
pengolah ikan berangkat ke titik selanjutnya yaitu di sekitar perairan Pulau Bawean yang
berjarak 30 mil laut dari lokasi sebelunya setelah dari titik kumpul di perairan Bawean
kapal pengolah ikan melanjutkan pelayaran ke titik kumpul selanjutnya. Lokasi titik
kumpul selanjutnya secara berturut-turut yaitu perairan Masalembo, perairan Matasiri,
perairan Kangean dan perairan utara Madura sebelum kembali ke PPN Brondong.
Adapun jarak pelayaran antar titik tersebut secara berturut-turut yaitu 84 mil laut, 80 mil
laut, 140 mil laut 129 mil laut dan 58.9 mil laut. Total jarak tempuh dalam 1 kali round
trip adalah 548.6 mil laut.

62
P. Bawean P. Masalembo
Dogol, Payang, Dogol, Payang,
Purse Seine, Purse Seine,
Pengumpul Pengumpul 80 nm
P. Matasiri
P. Utara Lamongan
Dogol, Payang,
Dogol, 84 nm Purse Seine,
Pengumpul Pengumpul

Jarak Total Rute Kapal 140 nm


30 nm
Pengolah Ikan :
548,6 Nautical Mile P. Kangean
26,7 nm Dogol, Purse
Seine, Pengumpul
58,9 nm

129 nm
PPN
Brondong P. Utara Madura Dogol, Purse Seine,
Pengumpul

Sumber : google earth, 2016 (diolah kembali)


Gambar 5-2 Rute Operasi Kapal Pengolah Ikan

Kapal pengolah ikan berangkat dari PPN Brondong menuju ke titik kumpul yang
pertama yaitu perairan utara Lamongan dengan waktu tempuh 2 jam 4 menit. Setelah
sampai di titik pengumpulan ikan, kapal pengolah ikan akan menunggu kapal penangkap
ikan dengan estimasi waktu yang berbeda di setiap titik kumpulnya.

P. Bawean P. Masalembo

13 Jam 13 Jam
6 Jam
43 Menit 43 Menit 9 Menit
P. Matasiri
P. Utara Lamongan
6 Jam 12 Jam
11 Jam 28 menit 28 Menit
19 Menit

2 Jam 10 Jam
18 menit 46 Menit
P. Kangean
2 Jam 13 Jam
4 Jam
3 menit 9 Jam 43 Menit
32 Menit
55 Menit

PPN Brondong

12 Jam
P. Utara Madura
28 Menit

Gambar 5-3 Waktu Operasi Kapal Pengolah Ikan

63
Keterangan :
: Lokasi titik kumpul

: Waktu tunggu kapal pengolah ikan di titik kumpul

: Muat (Ikan)

: Bongkar (Solar, oli, air bersih, es balok, perbekalan nelayan)

: Waktu yang digunakan untuk proses pengolahan

Perbedaan estimasi waktu tunggu kapal pengolah ikan tersebut diperoleh


berdasarkaan perhitungan lama proses bongkar-muat yang dilakukan dari kapal pengolah
ikan ke kapal penangkap dan begitu pula sebaliknya. Proses bongkar yang dimaksud
antara lain pemindahan ikan dari kapal penangkap ikan ke kapal pengolah ikan dan
pemindahan pasokan logistik dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap ikan. Proses
bongkar ikan dari kapal penangkap ikan ke kapal pengolah ikan dilakukan di bagian
depan kapal pengolah ikan pada port side dan starboard side. Selain proses pemindahan
ikan dari kapal penangkap ikan ke kapal pengolah ikan, di bagian depan juga terdapat
proses pengisian bahan bakar dan minyak pelumas.

Pengisian air tawar & perbekalan nelayan Pengisian solar& Pelumas

Gambar 5-4 Posisi Kapal Penangkap dan Pengolah Ikan Saat Proses Bongkar-muat

Sedangkan di bagian belakang kapal pengolah ikan pada port side dan starboard
side juga tersedia tempat merapat untuk kapal penangkap ikan untuk mengisi perbekalan
logistik es balok, beras, dan lauk. Proses merapatnya kapal pengolah ikan dan penangkap
ikan disajikan seperti pada Gambar 5-5 di bawah ini,

64
Kapal penangkap
ikan ukuran kecil
(L=11,7 m)
Kapal penangkap
ikan ukuran
10 Menit besar (L=24,8 m) 10 Menit

Gambar 5-5 Proses Kapal Ikan Merapat ke Kapal Pengolah Ikan


Sebelum proses ini berlangsung diasumsikan sudah ada komunikasai antara kapal
pengolah ikan dengan kapal penangkap ikan yang beroperasi di sekitar lokasi titik
kumpulnya. Sehingga ketika kapal pengolah ikan sampai di titik kumpul, sudah ada kapal
penangkap ikan yang siap untuk merapat ke kapal pengolah ikan.Untuk menentukan lama
waktu tunggu kapal di masing- masing titik digunakan waktu terlama yang dibutuhkan
untuk seluruh proses bongkar-muat antara yang teradapat di bagian depan dengan yang di
bagian belakang kapal pengolah ikan. Dari perhitungan diperoleh data jumlah rata-rata
kapal yang beroperasi per hari yaitu 19 unit kapal jenis alat tangkap dogol, 3 unit kapal
dengan alat tangkap payang, 3 unit kapal pengangkut dan 6 unit kapal dengan alat
tangkap purse seine denganhasil tangkapan rata-rata per hari yaitu seperti pada Gambar 5-
6 di bawah ini.

Produksi Rata-rata Ikan di PPN Brondong Tahun 2016


14
Jumlah Tangkapan Ikan

12 12
(Kg/Hari/Kapal)

10
Jumlah
Thousands

8
tangkapan
6
ikan
4 2.34
2
- 0.23 0.17
Dogol Mingguan Payang Pengangkut Purse seine

Ijon-Ijon BC (Bowman Construction) Ethek/Bokongan

Gambar 5-6 Produksi Ikan Rata-rata di PPN Brondong Tahun 2016

65
Dengan kapasitas alat bongkar muat di kapal berupa pompa penyedot (vacuum)
seperti Gambar di Bawah ini,

Gambar 5-7 Proses Bongkar Muatan Ikan dari Kapal Penangkap ke Kapal Pengolah Ikan

kapasitas pompa ikan yang mencapai 25 ton/jam/unit dan kapal pengolah ikan ini
menggunakan 4 unit pompa padaport side dan starboard side, sehingga diperoleh waktu
yang dibutuhkan untuk proses muat ikan dari masing-masing titik kumpul seperti pada
Gambar 5-8 di bawah ini.

Estimasi Waktu Muat Ikan dari Kapal Penangkap ke


700
Kapal Pengolah Ikan
600
Waktu (Menit)

500 Dogol Mingguan


400
300 Payang
200
100 Purse Seine
-
Pengangkut

Total

Lokasi Titik Kumpul

Gambar 5-8 Estimasi Waktu Muat Ikan di Masing-masing Titik Kumpul

Hasil estimasi waktu di atas sudah termasuk tambahan waktu 10 menit/kapal


untuk proses kapal penangkap ikan merapat dan persiapan muat ikan dari kapal
penangkap ke kapal pengolah ikan. Dari gambar grafik dapat dilihat bahwa estimasi

66
waktu tertinggi ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap jenis dogol selama 469 menit,
ini disebabkan karena kebutuhan bahan bakar dari kapal dogol yang paling banyak
sehingga memerlukan waktu bongkar yang lebih lama dibandingkan kapal lainnya.
Sedangkan untuk estimasi waktu total tertinggi ditunjukkan oleh 3 lokasi titik kumpul
yaitu Bawean, Masalembo dan Kangean selama 601 menit, ini disebabkan karena semua
jenis kapal bisa beroperasi di ketiga area tersebut, sedangkan untuk lokasi lainnya
terdapat kapal yang tidak beroperasi di area tersebut seperti misalnya kapal payang yang
tidak menangkap ikan di utara Lamongan, Matasiri dan utara Madura.

Proses perhitungan yang sama dilakukan untuk seluruh proses bongkar-muat


antara kapal penangkap ikan dengan kapal pengolah ikan sehingga diperoleh estimasi
waktu tunggu yang digunakan kapal pengolah ikan. Hasil perhitungan estimasi waktu
untuk proses bongkar solar yaitu seperti Gambar 5-9 berikut,

Estimasi Waktu Bongkar BBM dari Kapal Pengolah


500
ke Kapal Penangkap Ikan
Waktu (Menit)

400 Dogol
300 Mingguan
Payang
200
100 Purse
Seine
-
Collecting

Total

Lokasi Titik Kumpul

Gambar 5-9 Estimasi Waktu Bongkar BBM untuk Kapal Penangkap Ikan

Hasil dari tabel di atas diperoleh berdasarkan data kebutuhan bahan bakar harian
dari kapal penangkap ikan yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya. Sama halnya
dengan estimasi waktu dalam muat ikan, estimasi tertinggi untuk bongkar bahan bakar
ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap dogol yaitu selama 218 menit dan estimasi
waktu total terlama terjadi di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 417 menit.
Dalam proses transfer bahan bakar dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap ikan
memanfaatkan pompa dengan nozzle yang memiliki prinsip kerja yang hampir sama
dengan pompa bahan bakar di SPBU, hanya saja pada kapal pengolah ikan dibutuhkan

67
alat bantu crane untuk memindahkan nozzle dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap
ikan.

Estimasi Waktu Bongkar Pelumas dari Kapal


Pengolah Ikan ke Kapal Penangkap Ikan
400
350
Waktu (Menit)

300 Dogol
250 Mingguan
200 Payang
150
100 Purse Seine
50
- Pengangkut

Total

Lokasi Titik Kumpul

Gambar 5-10 Estimasi Waktu BongkarPelumas untuk Kapal Penangkap Ikan

Tabel 5-10 di atas menunjukkan hasil perhitungan estimasi waktu untuk proses
transfer minyak pelumas dari kapal pengolah ikan ke kapal penangkap ikan. Hasil
perhitungan ini diperoleh dari data kebutuhan minyak pelumas per hari dari kapal
penangkap ikan yang beroperasi. Gambar menunjukkan estimasi waktu total terlama
adalah Bawean, Masalembo dan Kangean selama 350 menit dan estimasi waktu terlama
berdasarkan jenis alat tangkap ditunjukkan oleh kapal dengan alat tangkap dogol dengan
estimasi selama 200 menit. Dari ketiga proses hasil perhitungan estimasi waktu terlama
yaitu dihasilkan oleh proses muat ikan dari kapal penangkap ke kapal pengolah ikan yaitu
selama 601 menit. Estimasi ini juga yang dijadikan rujukan untuk estimasi yang harus
disediakan pada masing-masing titik kumpul namun hasil ini harus dibandingkan terlebih
dahulu dengan proses bongkar-muat yang ada di bagian belakang kapal pengolah ikan.

Berikut ini hasil dari perhitungan estimasi waktu untuk proses bongkar-muat di
bagian belakang kapal yaitu estimasi waktu bongkar es dari kapal pengolah ke kapal
penangkap ikan.

68
Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke
Kapal Penangkap Ikan
450.0
400.0
Waktu (Menit)

350.0
300.0 Dogol
250.0 Mingguan
200.0 Payang
150.0
100.0
50.0 Purse Seine
-
Pengangkut

Total

Lokasi Titik Kumpul

Gambar 5-11 Estimasi Waktu Bongkar Es dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan

Dari hasil perhitungan estimasi waktu terlama untuk bongkar es ditunjukkan oleh
kapal pengumpul yaitu selama 230 menit, ini disebabkan karena kebutuhan es untuk
kapal pengumpul lebih banyak jika dibandingkan dengan kapal yang lainnya sehingga
membutuhkan waktu bongkar yang lebih lama. Estimasi waktu total terlama yaitu
ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 400 menit.

Estimasi Waktu untuk Bongkar Air Tawar dari Kapal


Pengolah Ikan ke Kapal Penangkap Ikan
160.0
140.0
Waktu (Menit)

120.0
100.0
Dogol
80.0
Mingguan
60.0
40.0 Payang
20.0
- Purse Seine

Pengangkut

Lokasi Titik Kumpul

Gambar 5-12 Estimasi Waktu Bongkar Air Tawar dari Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan

Berdasarkan Gambar 5-12 estimasi waktu terlama untuk proses bongkar air tawar
ditunjukkan kapal pengumpul yaitu selama 70 menit dan estimasi waktu terlama
ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 136 menit.

69
Berikut ini hasil perhitungan dari estimasi waktu untuk bongkar perbekalan
nelayan dari kapal pengolah ke kapal penangkap ikan. Estimasi waktu terlama
ditunjukkan oleh kapal pengumpul yaitu selama 60 menit. Sedangkan estimasi waktu
terlama ditunjukkan di Bawean, Masalembo dan Kangean yaitu selama 170 menit.

Estimasi Waktu Bongkar Perbekalan Nelayan dari


Kapal Pengolah ke Kapal Penangkap Ikan
180
160
140
Waktu (Menit)

120
100 Dogol
80 Mingguan
60 Payang
40
20 Purse Seine
-

Pengangkut

Lokasi titik Kumpul

Gambar 5-13 Estimasi Waktu Bongkar Perbekalan Nelayan dari Kapal Pengolah ke Kapal
Penangkap Ikan

Dari masing-masing perhitungan estimasi waktu total bongkar-muat di atas dipilih


estimasi waktu total terlama dari masing-masing titik kumpul yang selanjutnya estimasi
waktu total terlama tersebut digunakan acuan untuk waktu tunggu kapal pengolah ikan di
masing-masing titik yang akan disinggahi. Adapun hasil waktu tunggu dari masing-
masing titik kumpul yaitu seperti Tabel 5-23 di bawah ini,

Tabel 5-23 Estimasi Waktu Tunggu di Masing-masing Titik Kumpul

Titik Kumpul Waktu Tunggu (Jam)


Perairan utara Lamongan 11.04
Perairan Bawean 13.98
Perairan Masalembo 13.98
Perairan Matasiri 13.98
Perairan Kangean 12.48
Perairan utara Madura 12.48
Waktu Total 77.94

70
Kapal ini nantinya bekerja setiap hari kecuali pada saat-saat tertentu. Adapun
perhitungan koreksi hari operasi sebagai berikut,

Tabel 5-24 Koreksi Hari Operasional Kapal Pengolah Ikan

Koreksi Hari Operasional


Total Hari 365 hari/tahun
Perbaikan kapal 30 Hari/tahun
Bulan purnama 24 Hari/tahun
Libur crew 52 Hari/tahun
Total 106 Hari/tahun
Total Hari Kerja 259 hari/tahun
Jumlah Trip 37 Trip/tahun

5.3.2 Operasional Pabrik Pengolahan Ikan


A. Pengolahan Ikan Dalam Kemasan Kaleng
Sebagian dari hasil tangkapan ikan layang dari kapal penangkap ikan yang
sudah disortir sebelumnya langsung dikirim ke ruangan pengolahan ikan layang
agar bisa langsung diolah untuk menjaga kualitas bahan baku ikan. Adapun
jumlah ikan yang diolah untuk 1 kali produksi yaitu 14,400 kg yang dibagi
kedalam 2 jenis kemasan kaleng tin dengan tipe 202 dan 300, pemilihan tipe
kaleng ini karena kedua tipe kaleng ini yang banyak dijual di pasaran. Berikut ini
disajikan detail dari kedua tipe kaleng,

Tabel 5-25 Dimensi Kaleng Ikan

Berat Bersih Jumlah Ikan


Dimensi Kaleng
Nama (Gram) (Ekor)
No.
Kaleng Diameter Tinggi Panjang
Inchi Kaleng Produk Estimasi Dipilih
(mm) (mm) (mm)
Silinder 2,02 x
1 202 3,08 53.98 88.9 - 29 255 4-5 5
Silinder 3,00 x
2 300 4,07 76.2 112.7 - 59 525 6-7 7

Dalam proses pengolahan ikan dalam kemasan kaleng terdapat koreksi


untuk berat ikan dari yang berbentuk bahan baku mentah sampai menjadi produk
jadi dalam kemasan kaleng. Hasil perhitungan koreksi ini digunakan untuk
menentukan lama operasi dari masing-masing mesin pengolah yang digunakan.
Adapun nilai koreksi tersebut disajikan pada tabel di bawah ini,

71
Tabel 5-26 Koreksi Berat Ikan yang Diolah

Jenis Proses Berat awal (kg) Pengurangan (%) Berat akhir (kg)
Bahan Baku 14,400
Pemotongan (nobbing) 14,400 21% 11,376.00
Pengemasan (Packing) 11,376 5% 10,807.20
Pemasakan (pre-cooking) 10,807.20 25% 8,105.40
Sumber : www.fao.org (diolah kembali)
Dari perhitungan koreksi berat ikan dan kapasitas mesin yang digunakan
diperoleh waktu yang diperlukan untuk pengolahan ikan dalam kemasan kaleng
untuk 1 kali produksi yaitu seperti pada tabel di bawah ini,

Tabel 5-27 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 202

Waktu Waktu Waktu


Waktu
Proses Operasi Tunggu Operasi
No. Mesin Produksi Mulai-Selesai
Pengolahan Mesin Operasi Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Menit) (Jam:Menit)

1 Pencairan Thawing 465 - 7:45 08:00-16:45

2 Sortasi Grading 465 - 7:45 08:00-16:45

3 Penyiangan Nobbing 465 - 7:45 08:00-16:45


Pencucian
4 ikan Drum rotary 465 - 7:45 08:00-16:45
Pencucian Can washer
5 kaleng (before) 503 - 8:23 08:00-17:23
Pengisian
dan Meja stainless
6 penimbangan steel (conveyor) 503 - 8:23 08:00-17:23
Pemasakan Exhaust
7 awal box/fish cooker 503 - 8:23 08:00-17:23

8 Penirisan Conveyor - - - -
Pengisian
media
9 (minyak) Oilling 503 - 8:23 08:00-17:23
Penutupan
10 kaleng Seaming 503 - 8:23 08:00-17:23
Pencucian Can washer
11 kaleng (after) 503 - 8:23 08:00-17:23

12 Sterilisasi Retort 550 113 9:10 09:53-20:03


Langsung pada
13 Pendingin retort - - - -

14 Printing Labeling 419 110 6:59 13:07-20:06

15 Pengemasan Packing 419 - 6:59 13:07-20:06

16 Segel Sealer 419 - 6:59 13:07-20:06

72
Tabel 5-28 Waktu Produksi Ikan Dalam Kemasan Kaleng Tipe 300

Waktu Waktu Waktu


Waktu
Proses Operasi Tunggu Operasi
No. Mesin Produksi Mulai-Selesai
Pengolahan Mesin Operasi Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Menit) (Jam:Menit)

1 Pencairan Thawing 465 - 7:45 08:00-16:45

2 Sortasi Grading 465 - 7:45 08:00-16:45

3 Penyiangan Nobbing 465 - 7:45 08:00-16:45


Pencucian
4 ikan Drum rotary 4 65 - 7:45 08:00-16:45
Pencucian Can washer
5 kaleng (before) 496 - 8:16 08:00-17:16
Pengisian
dan Meja stainless
6 penimbangan steel (conveyor) 496 - 8:16 08:00-17:16
Pemasakan Exhaust box/fish
7 awal cooker 496 - 8:16 08:00-17:16

8 Penirisan Conveyor - - - -
Pengisian
media
9 (minyak) Oilling 496 - 8:16 08:00-17:16
Penutupan
10 kaleng Seaming 496 - 8:16 08:00-17:16
Pencucian Can washer
11 kaleng (after) 496 - 8:16 08:00-17:16

12 Sterilisasi Retort 550 111 9:10 09:50-20:00


Langsung pada
13 Pendingin retort - - - -

14 Printing Labeling 300 110 5:00 15:00-20:00

15 Pengemasan Packing 300 - 5:00 15:00-20:00

16 Segel Sealer 300 - 5:00 15:00-20:00

Tabel di atas menunjukkan beberapa jenis mesin pengolahan yang


digunakan dalam proses pengolahan ikan dalam kemasan kaleng, untuk rincian
data dan spesifikasi mesin terlampir. Waktu mulai proses produksi sampai dengan
selesai pada Tabel 5-27 dan 5-28 sudah termasuk waktu istirahat selama 1 jam.
Selanjutnya direncanakan jumlah karyawan yang akan bekerja di pabrik
pengolahan ikan dalam kemasan kaleng. Penentuan jumlah karyawan berdasarkan

73
pada jenis pengolahan dan jumlah mesin yang dioperasikan. Adapun jumlah
karyawan untuk pengolahan ikan dalam kemasan kaleng yaitu sebanyak 58 orang
yang terdiri dari 49 orang karyawan terkait langsung dengan produksi dan 9 orang
karyawan yang tidak terkait secara langsung dengan produksi.
Dalam estimasi gaji digunakan standar UMR di Lamongan sebesar
Rp.1,851,083,- dan standar gaji karyawan pabrik pengolahan ikan dari beberapa
sumber. Berikut ini rincian gaji untuk masing-masing karyawan,

Tabel 5-29 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 202 (Direct Production)

Jumlah Gaji Pokok Gaji Over Time


No Jenis Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam)
1 Thawing/brining 1 4.5 2.5
2 General labour 2 4.5 2.5
3 Head cutting/Nobbing 3 5 2.5
4 Packing 8 5 2.5
5 Seaming/Filling 1 4.3 2.5
6 Retorting 2 5 2.5
7 Internal Transport/Storage 2 5 2.5
8 Inspector 1 5.85 2.5

Tabel 5-30 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan Tipe Kaleng 300 (Direct Production)

Jumlah Gaji Pokok Gaji Over Time


No Jenis Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam)
1 Thawing/brining 1 5 2.5
2 General labour 2 4.3 2.5
3 Head cutting/Nobbing 3 5 2.5
4 Packing 8 5 2.5
5 Seaming/Filling 1 5.85 2.5
6 Retorting 2 5 2.5
8 Inspector 1 5.85 2.5

Tabel di atas merupakan gaji karyawan yang terkait secara langsung


dengan produksi pengolahan ikan dalam kemasan kaleng tipe 202 dan kaleng tipe
300. Perhitungan gaji di atas berdasarkan jam kerja dengan waktu kerja
maksimum 8 jam dan apabila waktu kerja melebihi jam kerja maksimum, maka
jam kerja selanjutnya dihitung lembur (over time). Untuk karyawan ini cendrung
berganti untuk setiap round trip (karyawan tidak tetap). Komponen karyawan
yang terkait dengan produksi secara langsung juga terdiri dari beberapa tambahan
karyawan seperti tabel berikut ini,
74
Tabel 5-31 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Direct Production)

Jenis Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
Preparing
1 Oil/Sauce 2 $ 400.00 $ 800.00
2 Foreman 1 $ 300.00 $ 300.00
3 Mechanic 2 $ 750.00 $ 1,500.00
4 Cooking 4 $ 300.00 $ 1,200.00
Seaming
5 Machine Expert 2 $ 750.00 $ 1,500.00
Total 11 $ 2,500.00 $ 5,300.00

Pada Tabel 5-31 di atas karyawan digaji dengan periode per bulan,
karyawan ini merupakan karyawan tetap untuk per round trip kapal pengolah
ikan. Selain karyawan yang terkait langsung dengan produksi, terdapat beberpa
karyawan yang tidak terkait langsung dengan produksi pengolahan ikan seperti
yang disajikkan pada Tabel 5-32 di bawah ini,

Tabel 5-32 Gaji Karyawan Pengalengan Ikan (Indirect Production)

Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Jenis Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
1 Administration 2 $ 400.00 $ 800.00
Watchmen and
2 canteen 1 $ 300.00 $ 300.00
3 Factory Cleaning 5 $ 250.00 $ 1,250.00
4 Manager 1 $ 600.00 $ 600.00
Total Indirect
Production 9 $ 2,950.00

Dari komponen biaya karyawan di atas diperoleh biaya total untuk gaji
karyawan sebesar $ 22,011.33/bulan untuk pengolahan dengan tipe kaleng 202
dan $ 19,900.59/bulan untuk pengolahan dengan tipe kaleng 300.

B. Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Fillet

Dalam proses pengolahan fillet ikan terdapat 2 jenis ikan yang digunakan sebagai
bahan baku yaitu ikan swanggi dan ikan kurisi sehingga dalam desain dibuat 2 area
pengolahan fillet dalam 1 geladak kapal. Berikut ini disajikan hasil perhitungan waktu
yang dibutuhkan untuk kedua proses pengolah fillet ikan yang terdapat pada kapal
pengolah ikan,

75
Tabel 5-33 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Swanggi

Waktu Waktu
Waktu
Operasi Operasi
No Proses Pengolahan Alat Produksi Mulai-Selesai
Alat Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Jam:Menit)
Mesin timbang Sebelum
1 Penimbangan ikan digital 266 4:24 Pengolahan
2 Pencucian ikan Drum Rotary 592 9:47 08:00-18:47
Pemotongan kepala
3 dan ekor ikan Mesin Nobbing 670 11:05 08:00-20:05
4 Pemiletan ikan Mesin fiillet 670 11:05 08:00-20:05
Meja Stainless
steel
5 Inspeksi fillet (Conveyor) 670 11:05 08:00-20:05
6 Pengemasan ikan Mesin vacuum 710 11:44 08:00-20:49
Pengemasan ikan Meja Stainless
7 pada cool box steel (manual) 213 3:32 17:18-20:50

Tabel 5-34 Waktu Produksi Pengolahan Fillet Ikan Kurisi

Waktu Waktu
Waktu
Operasi Operasi
No Proses Pengolahan Alat Produksi Mulai-Selesai
Alat Mesin
(Jam:Menit)
(Menit) (Jam:Menit)
Mesin timbang Sebelum
1 Penimbangan ikan digital 90 1:29 Pengolahan

2 Pencucian ikan Drum Rotary 200 3:18 08:00-11:18


Pemotongan kepala
3 dan ekor ikan Mesin Nobbing 278 4:35 08:00-12:35

4 Pemiletan ikan Mesin fiillet 278 4:35 08:00-12:35


Meja Stainless
steel
5 Inspeksi fillet (Conveyor) 278 4:35 08:00-12:35

6 Pengemasan ikan Mesin vacuum 300 4:57 08:00-12:57


Pengemasan ikan Meja Stainless
7 pada cool box steel (manual) 72 1:12 14:00-15:12

Waktu mulai produksi sampai selesai produksi sudah termasuk waktu istirahat
selama satu jam. Adapun pengelompokkan karyawan yang dibutuhkan utuk proses
pengolahan fillet ikan ini masih sama seperti pada pengolah ikan dalam kemasan kaleng.
Karyawan dikelompokkan menjadi karyawan yang terkait dengan proses produksi secara
langsung dan yang tidak. Berikut ini disajikan tabel terkait jumlah karyawan dari masing-
masing proses pengolahan yang terkait secara langsung dengan proses produksi,

76
Tabel 5-35 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Swanggi (Direct Production)

Jumlah Gaji Pokok Gaji Over Time


No Jenis Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam)
1 Thawing 1 4.5 2.5
2 General labour 3 4.5 2.5
Head
3 cutting/nobbing 3 5 2.5
4 Packing 10 5 2.5
Internal
5 Transport/Storage 2 5 2.5
6 Inspector 1 5.85 2.5

Tabel 5-36 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan Kurisi (Direct Production)

Jumlah Gaji Pokok Gaji Over Time


No Jenis Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam)
1 Thawing 1 4.5 2.5
2 General labour 3 4.5 2.5
Head
3 cutting/nobbing 3 5 2.5
4 Packing 10 5 2.5
Internal
5 Transport/Storage 2 5 2.5
6 Inspector 1 5.85 2.5

Tabel 5-37 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Fillet Ikan (Direct Production)

Jenis Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
1 Cooking 2 $ 300.00 $ 600.00
2 Foreman 1 $ 300.00 $ 300.00
3 Mechanic 2 $ 750.00 $ 1,500.00

Tabel di atas juga menjelaskan nominal gaji untuk karyawan yang terakit
langsung dengan proses produksi ikan. Sedangkan rincian untuk jumlah dan gaji
karyawan yang tidak tekait produksi secara langsung yaitu seperti pada tabel di
bawah ini,

77
Tabel 5-38 Jumlah dan Gaji Karyawan Proses Produksi Fillet (Indirect Production)

Jenis Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
1 Administration 2 $ 400.00 $ 800.00
Watchmen and
2 canteen 2 $ 300.00 $ 600.00
Factory
3 cleaning 2 $ 250.00 $ 500.00
4 Manager 1 $ 600.00 $ 600.00

Dari perhitungan jumlah dan gaji karyawan di atas diperoleh biaya gaji
total untuk karyawan yang produksi fillet ikan swanggi sebesar $ 28,056.29
/Bulan dan $ 18,455.56 /Bulan untuk Ikan Kurisi.

C. Pengolahan Ikan Dalam Bentuk Tepung Ikan


Selain pengolahan ikan dalam kemasan kaleng dan fillet ikan , pada kapal
ini juga terdapat pengolahan tepung ikan. Melihat banyaknya sisa limbah ikan dari
proses pengolahan ikan dalam kemasan kaleng dan fillet ikan yang masih bisa
diolah dan memiliki nilai ekonomis sehingga dianggap perlu menambah jenis
pengolahan tepung ini. Berikut ini merupakan jumlah bahan baku ikan yang
berasal dari sisa pengolahan kemasan kaleng, fillet dan ikan kuniran,

Tabel 5-39 Jumlah Bahan Baku Tepung Ikan

Bahan Baku Tepung


Sisa Pengalengan : 2,814.00 Kg/Produksi
Sisa Fillet : 21,360.00 Kg/produksi
Total : 24,174.00 Kg/Produksi
Ikan Kuniran : 13,605 Kg/Produksi
Total : 37,778.91 Kg/Produksi

Dari jumlah bahan baku yang ada dan kapasitas dari masing- masing
mesin pengolahnya dapat diperoleh waktu yang dibutuhkan selama produksi
tepung ikan yaitu sebagai berikut,

78
Tabel 5-40 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Ikan Layang

Waktu Waktu Waktu


Proses Operasi Operasi Mulai-
No Alat Produksi
Pengolahan Alat Mesin Selesai
(Menit) (Jam:Menit) (Jam:Menit)
Pembuatan Fish Powder
1 tepung Production Machine 470 7:50 08:00-16:50

Tabel 5-41 Waktu Produksi Tepung Ikan dari Limbah Fillet Ikan

Waktu Waktu Waktu


Proses Operasi Operasi Mulai-
No Alat Produksi
Pengolahan Alat Mesin Selesai
(Menit) (Jam:Menit) (Jam:Menit)
Pembuatan Fish Powder
1 tepung Production Machine 500 8:20 08:00-17:20

Tabel 5-40 dan Tabel 5-41 merupakan waktu produksi tepung yang berasal
dari sisa ikan proses pengolahan ikan kalengan dan fillet ikan sehingga waktu
produksi menyesuaikan dengan waktu produksi dari kedua pengolahan tersebut
dan merupakan satu rangkaian proses dengan pengolahan ikan dalam kemasan
kaleng dan fillet ikan.

Tabel 5-42 Waktu Produksi Tepung Ikan Kuniran

Waktu Waktu Operasi


Proses Alat Waktu Mulai-Selesai
No Operasi Alat Mesin
Pengolahan Produksi (Jam:Menit)
(Menit) (Jam:Menit)

Drum
1 Pencucian ikan Rotary 310 6:10 15:00-22:10
Mesin
2 Penyiangan ikan Nobbing 310 6:10 15:00-22:10
Fish
Powder
Pembuatan Production
3 tepung (Sisa) Machine A 330 6:30 15:00-22:30
Fish
Powder
Pembuatan Production
4 tepung (Fillet) Machine B 330 6:30 15:00-22:30

Tabel 5-42 menunjukkan waktu dari proses produksi tepung dengan bahan
baku ikan kuniran utuh sehingga membutuhkan 2 kali proses yang lebih lama
dibandingkan dengan produksi tepung ikan dari sisa ikan kemasan dalam kaleng
dan fillet ikan. Sebelum diolah menjadi tepung ikan harus melalui proses
penyiangan terlebih dahulu. Waktu mulai pengolahan tepung ikan kuniran harus

79
menunggu proses pengolahan fillet ikan kurisi selesai terlebih dahulu kerena
penyiangan ikan menggunakan beberapa mesin dari pengolahan fillet kurisi.
Waktu mulai produksi sampai selesai sudah termasuk waktu istirahat selam 1 jam.
Proses pengolahan ikan menjadi tepung hanya memerlukan sedikit proses
dan jumlah mesin yang digunakan juga sedikit sehingga tidak membutuhkan
karyawan sebanyak pengolahan ikan dalam kemasan kaleng dan fillet ikan,
dengan total karyawan sebanyak 26 orang. Berikut disajikan jumlah dan estimasi
gaji karyawan baik yang terkait langsung dengan produksi maupun yang tidak
terkait langsung dengan proses produksi.

Tabel 5-43 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Swanggi (Direct Production)

Gaji Gaji Over Total Gaji


Jenis Jumlah Pokok Time (US$/Orang/ Total Gaji
No Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam) Produksi) (US$/Produksi)
General
1 labour 1 4.5 2.5 38.50 38.50
2 Packing 3 5 2.5 42.50 127.50
Internal
transport/st
3 orage 3 5 2.5 42.50 127.50

Tabel 5-44 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kurisi (Direct Production)

Gaji Gaji Over Total Gaji


Jenis Jumlah Pokok Time (US$/Orang/ Total Gaji
No Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam) Produksi) (US$/Produksi)
General
1 labour 1 4.5 2.5 38.50 38.50
2 Packing 3 5 2.5 42.50 127.50
Internal
transport/st
3 orage 3 5 2.5 42.50 127.50

Tabel 5-43 dan Tabel 5-44 menunjukkan kebutuhan karyawan dan


estimasi gaji untuk pengolahan ikan menjadi tepung sesuai dengan bahan
bakunya. Tabel 5-45 merupakan kebutuhan karyawan untuk pengolahan ikan
kuniran menjadi tepung dan estimasi gaji yang berbeda dibandingkan dengan
Tabel 5-43 dan Tabel 5-44. Estimasi gaji pokok pada Tabel 5- 45 lebih besar , hal
ini disebabkan karena pengolahan ikan kuniran dilakukan pada malam hari yang
merupakan waktu istirahat.

80
Tabel 5-45 Jumlah dan Gaji Karyawan Pengolahan Tepung Ikan Kuniran (Direct Production)

Gaji Gaji Over Total Gaji


Jenis Jumlah Pokok Time (US$/Orang/ Total Gaji
No Karyawan (Orang) (US$/Jam) (US$/Jam) Produksi) (US$/Produksi)
General
1 labour 1 5 2.5 27.50 27.50
2 Packing 3 5.5 2.5 30.25 90.75
Internal
transport/st
3 orage 3 5.5 2.5 30.25 90.75

Tabel 5-46 Jumlah dan Gaji Karyawan (Direct Production)

Jenis Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
1 Cooking 2 $ 300.00 $ 600.00
2 Foreman 1 $ 300.00 $ 300.00
3 Mechanic 2 $ 750.00 $ 1,500.00

Tabel 5-47 Jumlah dan Gaji Karyawan (Indirect Produsction)

Jenis Jumlah Gaji Pokok Gaji Pokok


No Karyawan (Orang) (US$/Orang/Bulan) (US$/Bulan)
1 Administration 2 $ 400.00 $ 800.00
Watchmen and
2 canteen 2 $ 300.00 $ 600.00
Factory
3 cleaning 2 $ 250.00 $ 500.00
4 Manager 1 $ 600.00 $ 600.00

Hasil perhitungan gaji total yang dibutuhkan untuk proses pengolahan ikan
menjadi tepung sebesar $ 28,820.71/Bulan.

5.4 Desain Kapal Pengolah Ikan


5.4.1 Penentuan Ukuran Utama Kapal Pengolah Ikan
Metode yang digunakan dalam penentuan ukuran utama awal kapal pengolah ikan
adalah dengan pendekatan kapasitas masing- msing kebutuhan ruang yang akan di desain
pada kapal pengolah ikan. Ruangan yang dibutuhkan antara lain ruang muat untuk ikan
segar, tangki untuk pasokan bahan bakar dan pelumas kapal penangkap ikan, tangki untuk
pasokan air tawar kapal penangkap ikan, ruang penyimpanan es balok, ruang
penyimpanan logistik nelayan, ruang akomodasi nelayan dan karyawan pabrik
pengolahan ikan, serta ruangan untuk kebutuhan pabrik pengolahan itu sendiri.

81
5.4.2 Perhitungan Koefisien Ukuran Utama Kapal
Sebelum perencanaan selanjutnya maka dilakukan pemeriksaan perbandingan
ukuran utama kapal berdasarkan persyaratan teknis pada kapal pengolah ikan,
sehingga diperoleh ukuran utama kapal penampung ikan yang baru. Perbandingan
ukuran utama kapal menentukan karakteristik sebuah rancangan kapal.Pada penelitian
ini digunakan batasan ukuran utama dari kapal general cargo. Secara terperinci rasio
ukuran utama dapat dilihat pada Tabel 5-29

Tabel 5-48 Koreksi Ukuran Utama Kapal

Koreksi Ukuran Utama


Batasan Ukuran Utama
L/B 4.72 7,63 > L/B > 4,0 MEMENUHI
L/H 10.38 15,48 > L/H > 8,12 MEMENUHI
B/H 2.20 2,38 > B/H > 1,47 MEMENUHI
B/T 3.14 2,98 > B/T > 1,84 MEMENUHI
Sumber : Ship Design for Efficient and Economy Schneekluth Vol 2. hal 160

Perbandingan Ukuran Utama


L/B 4.72 3,5 <L/B < 10 MEMENUHI
L/T 14.83 10 < L/T < 30 MEMENUHI
B/T 3.14 1,8< B/T < 5 MEMENUHI
Sumber : Principles of Naval Architecture Vol 2. hal 19

Perbandingan Ukuran Utama


L/16 0.00 H > L/16 MEMENUHI
Sumber : BKI Vol 2 section 1 tahun 2006

5.4.3 Perhitungan Koefisien Bentuk Kapal


 Froude Number (Fn)
Bilangan Froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan yang digunakan
untuk mengukur resistensi dari sebuah benda yang bergerak melalui air,
dan membandingkan benda-benda dengan ukuran yang berbeda-beda.
Didapatkan Froud Number sebagai berikut (Lewis, 1988) :

Fn = Vs / g x Lwl

Kecepatan kapal pengolah ikan sebesar 13 knot dan gravitasi


sebesar 9,81 m/s2. Dari hasil perhitungan froud numberdiperoleh nilai
sebesar 0,209. Berdasarkan Parametric Ship Designbatasan froud number

82
yaitu 0,15 ≤ Fn ≤ 0,32, sehingga hasil perhitungan masih dapat memenuhi
batasan yang diberikan.

 Koefisien Blok
Persamaan untuk menghitung CB yaitu (Parson, 2001) :

Cb = −4,22 + 27,8 Fn − 39,1 Fn + 46,6 Fn2

Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan di atas diperoleh nilai Cb


kapal sebesar 0,741.

 Koefisien bidang midship


Koefisien Midship adalah perbandingan antara luas penampang gading
besaryang terendam air dengan luas suatu penampang yang lebarnya = B
dan tingginya =T. Persamaan harga Cm (Parson, 2001)yaitu :

Cm = 0,977 + 0,085 (Cb − 0,60)

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cm dari kapal pengolah ikan ini
sebesar 0,989.

 Koefisien bidang garis air


Koefisien waterplan adalah perbandingan antara volume badan kapal yang
ada dibawah permukaan air dengan volume sebuah prisma dengan luas
penampang pada Lwl dan tinggi = T. Persamaan yang yang digunakan
untuk memperoleh nilai optimum CWP (Parson, 2001) yaitu :
Cwp = 0,180 + 0,085 Cp
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Cwp sebesar 0,852.

5.4.4 Perhitungan Hambatan


Metode yang digunakan dalam menghitung hambatan kapal adalah holtrop. Dengan
perhitungan sebagai berikut :

1 𝑅𝑤
𝑅𝑇 = 𝜌 𝑉𝑠 2 𝑆𝑡𝑜𝑡 𝐶𝑓 1 + 𝑘 + 𝐶𝐴 𝑊
2 𝑊

Kecepatan kapal pengolah ikan adalah 13 knot dan massa jenis perairan laut
adalah 1025 kg/m3. Diperoleh hasil perhitungan hambatan kapal pengolah ikan sebesar
236, 48 kN

83
5.4.5 Perhitungan Daya dan Pemilihan Mesin Kapal
Dari hasil perhitungan hambatan total, kemudian dapat dilakukan perhitungan
propulsi dan daya mesin. Berikut ini merupakan langkah dan persamaanperhitungannya :

𝐸𝐻𝑃 = 𝑅𝑇 𝑥 𝑉𝑠

Pertama dihitung effective horse power, dimana hambatan sudah didapatkan pada
perhitungan subbab sebelumnya, dan Vs sebesar 13 knot atau setara dengan 6,7 m/s.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan delivered power power.

𝐷𝐻𝑃 = 𝐸𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝐷

Perhitungan didapat dari perkalian EHP dengan Quasi propulsive


coefficient. sedangkan SHP didapat dari perkalian DHP dengan shaft efficiency bernilai
0,981 – 0,985.

𝑆𝐻𝑃 = 𝐷𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝑆

Brake horse power dihitung dari perkalian SHP dengan reduction gear efficiency.
Sementara itu penentuan kebutuhan power sebenarnya ditambahkan 10% dari BHP atau
biasa disebut dengan BHP mcr.

𝐵𝐻𝑃 = 𝑆𝐻𝑃 𝑥 𝜂𝑅

Dari hasil perhitungan didapatkan kebutuhan daya mesin utama sebesar 2.472 kW,
sehingga dipilih mesin utama dengan spesifikasi mesin seperti Tabel 5-30 di bawah ini,

Tabel 5-49 Mesin Induk yang Digunakan

Pemilihan Mesin Induk


Type = MAN B&W 9L27/38
Daya = 2720 kW
RPM = 800 RPM
L= 7119 mm
W= 2708 mm
H= 3717 mm
Dry mass = 37000 ton
SFRfuel = 0.000182 ton/kwH
SFRlub = 0.0000008 ton/kwH

84
Spesifikasi mesin pada Tabel di atas diperoleh pada katalog mesin yang tersedia di
pasaran. Selain mesin induk (mesin penggerak kapal), kapal pengolah ikan juga
menggunakan mesin bantu(genset). Mesin bantu pada kapal pengolah ikan terdiri dari
mesin bantu yang terkait secara langsung dengan kapal itu sendiri seperti untuk
kebutuhan umum di kapal, kelistrikan kapal dan pengoperasian alat bongkar-muat. Mesin
bantu yang selanjutnya yaitu mesin bantu yang digunakan untuk menunjang pabrik
pengolahan ikan yang ada di dalam kapal.

Daya mesin bantu yang digunakan untuk mendukung keperluan yang terkait dengan
kapal secara langsung diperoleh dari 50% kebutuhan daya mesin induk yaitu sebesar
1.235,76 kW. Dari data tersebut dapat dipilih jenis mesin yang digunakan, adapun
spesifikasi mesin yang dipili seperti pada Tabel 5-31 di bawah ini,

Tabel 5-50Genset yang Digunakan Kapal

Daya Genset dipilih = 680.00 kw


Type = Yanmar 6EY22(A)LW
L= 5647 mm
B= 1782 mm
H= 2907 mm
Dry Mass = 18,500 kg
SFR Fuel = 0,000177 ton/kwh
SFR Lub = 0,00000078 ton/kwh
Jumlah Mesin = 2 Unit

Untuk mesin bantu pabrik pengolahan ikan diperoleh dari kebutuhan daya untuk 1
kali proes produksi. Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan daya untuk proses
pengalengan ikan sebesar 1,083 kW, sehingga spesifikasi mesin yang dipilih adalah
seperti Tabel berikut,

Tabel 5-51 Genset untuk Pabrik Pengolah Ikan Dalam Kaleng

Daya Genset dipilih = 680 kw


Type = Yanmar 6EY22(A)LW
L= 5647 mm
B= 1782 mm
H= 2907 mm
Total Weight = 18,500 kg
SFR Fuel = 0.000177 ton/kwh
SFR Lub = 0.00000078 ton/kwh
Jumlah Mesin = 2 Unit

85
Pada pengolahan fillet dan tepung ikan membutuhkan daya sebesar 618 kW dengan
spesifikasi mesin yang sama dengan spesifikasi genset yang digunakan kapal dengan
jumlah mesin yang digunakan hanya 1 unit. Dalem pengolahan fillet menggunakan cold
storage dengan kebutuhan daya sebesar 894 kW, adapun spesifikasi mesin yang
digunakan yaitu seperti pada Tabel 5-33,

Tabel 5-52 Genset untuk Cold Storage

Daya Genset dipilih = 450 kw


Type = Yanmar 6EY18(A)LW
L= 4391 mm
B= 1489 mm
H= 2564 mm
total Weight = 11,200 kg
SFR Fuel = 0.000177 ton/kwh
SFR Lub = 0.00000078 ton/kwh
Jumlah Mesin = 2 Unit

5.4.6 Perhitungan Berat Kapal


Berat kapal terdiri dua komponen yaitu LWT (light weight tonnage) dan DWT (dead
weight tonnage).Perhitungan LWT meliputi berat baja, permesinan dan perlengkapan
sementara untuk DWT meliputi payload dan consumable serta crew. Nilai dan
komponen berat kapal dapat di lihat pada Tabel 5-53 berikut ini,

Tabel 5-53 Komponen Berat Kapal

Berat
Mesin dan Genset 842.929 ton
Baja 6588.137 ton
E&O 2491.189 ton
Total LWT 9922.255 ton
Crew and Effect 1.920 ton
Fuel Oil 21.820 ton
Lubrication Oil 0.089 ton
Diesel Oil 42.506 ton
Fresh Water 35.526 ton
Provision and Store 1.934 ton
Payload 1899 ton
Total DWT 2002.912 ton
DWT + LWT 11925.167 ton
Displasemen 12631.294 ton
Margin (2-10)% 6% Diterima

86
5.4.7 Perhitungan Tonase Kapal
Tonase kapal dibagi menjadi dua yaitu Net Tonnage (NT) dan Gross Tonnage
(GT).NT digunakan dalam menentukan pajak pelabuhan untuk kapal-kapal berbagai
ukuran.Sedangkan GT digunakan untuk menentukan persyaratan-persyaratan regulasi,
misalnya biaya masuk kanal, biaya pemanduan kapal, persyaratan keselamatan, peralatan
teknis, jumlah crew, asuransi, dll.

Untuk perhitungan dan pengecekan tonase kapal, digunakan referensi ”International


Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969”. Hasil dari perhitungannya adalah
sebagai berikut :

Tabel 5-54 Hasil Perhitungan Tonnase Kapal

Jenis Kapal GT NT Satuan

Kapal Pengolah Ikan 15538 5955 m3

5.4.8 PerhitunganFreeboard
Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan freeboard kapal pengolah ikan :

Tabel 5-55 Hasil Koreksi Freeboard

FREEBOARD
Freeboard Minimum 1.77 m
Diterima
Actual Freeboard 3.00 m
Minimum Bow 4.76 m
Diterima
Actual Bow 15.88 m

Setelah semua perhitungan freeboard beserta koreksinya didapatkan, maka di cek


dengan kondisi freeboard sebenarnya pada kapalyang dirancang. Adapun
pembatasannya adalah sebagai berikut:

Actual freeboard  freeboard minimum

dimana :
 Actual Freeboard adalah tinggi freeboard yang sebenarnya

87
 Freeboard Minimum adalah freeboard hasil perhitungan menurut
International Load Lines Convention 1966 &protocol 1988 beserta
koreksinya.

5.4.9 Perhitungan Trim


Berikutnya adalah menghitung trim kapal dengan rumus sebagai berikut :

Trim = TA – TF

= (LCG – LCB).L / GML [m]

[Parametric Design Chapter 11, M. G. Parson rumus 56, hal 11.27]

GML = jarak antara titik berat dan titik metacenter secara memanjang

= BML + KB – KG

Adapun batasan untuk trim adalah didasarkan pada selisih harga mutlak antara
LCB dan LCG, dengan batasan ≤ 0.5%Lpp.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai selisih antara LCG dan LCB sebagai berikut
ini,

Tabel 5-56 Koreksi Trim Kapal

TRIM
batasan trim
Kondisi selisih Kondisi
0.5%Lpp
LCG & LCB
Trim Buritan 3.84 5.19 Diterima

5.4.10 Perhitungan Stabilitas


Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, maka pengecekan perhitungan
stabilitas menggunakan ”Intact Stability Code, IMO”Regulasi A.749 (18), yang isinya
adalah sebagai berikut (Kriteria stabilitas untuk semua jenis kapal) :

1. e0.30o 0.055 m.rad


Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 30o 0.055
meter rad.

88
2. e0.40o 0.09 m.rad
Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 40o 0.09
meter rad.

3. e30,40o 0.03 m.rad


Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 30o ~ 40o
0.03 meter

4. h30o 0.2 m
Lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30o atau lebih.

5. hmax pada max 25o


Lengan penegak maksimum harus terletak pada sudut oleng lebih dari 25o

6. GM0 0.15 m
Tinggi Metasenter awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter

Dari hasil perhitungan stabilitas, didapatkan nilai dari seperti Tabel

Tabel 5-57 Koreksi Stabilitas Kapal

Kriteria IMO
1. e30° ≥ 0.055
e30° = 0.33252
= Diterima
2. e40° ≥ 0.09
e40° = 0.48708
= Diterima
3. e30-40° ≥ 0.03
e30-40° = 0.15456
= Diterima
4. h30° ≥ 0.2
h30° = 25.9246
= Diterima
5. h maks pada θmax ≥ 25
θmax = 38.058
= Diterima
6. GM0 ≥ 0.35
GM0 = 2.68943
= Diterima

Status = Kriteria Dipenuhi

89
5.4.11 Pembuatan Rencana Garis (Lines Plan)
Setelah didapat hasil perhitungan ukuran utama kapal beserta komponen lainnya,
maka dilanjutkan dengan pembuatan rencana garis (lines plan). Lines plan merupakan
gambar yang menyatakan bentuk potongan body kapal dibawah garis air yang memiliki
tiga sudut pandang yaitu, body plan (secara melintang), sheer plan (secara memanjang)
dan half breadth plan (dilihat dari atas).

Ada berbagaicara membuat lines plan. Dengan maxsurf sebagai awalnya dan dengan
Auto Cad sebagai penyempurna, maka kita tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu
untuk membuat lines plan.

Data inputan yang diperlukan adalah hasil perhitungan optimasi yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu data ukuran utama meliputi LPP,LWL,B,H,T dan Cb kapal.

Selanjutnya ukuran utama tersebut dijadikan acuan dalam penentuan lines plan
menggunkan maxsurf. Langkah pertama pembuatan lines plan menggunakan maxsurf
adalah input sampel kapal dan data ukuran utamakemudian penyesuaian hasil kalkulasi
hydrostatis kapal seperti yang terlihat digambar berikut.

Gambar 5-14 Perhitungan Hidrostatik pada Maxsurf

90
Setelah data hidrostastik sesuai maka akan didapar hasil gambar potongan sesuai
gambar berikut :

Gambar 5-15 Sheer Plan pada Maxsurf

Dengan bantuan software maxsurf gambar 3D diatas ,juga didapatkan gambar


potongan body plan, sheer plan dan halfbreath plan. Pembagian gambar lines plan ini
terdiri dari 10 garis station, 4 garis butock line dan 4 garis water line.Untuk
penyempurnaan akhir dari lines plan, maka digunakan software Autocad. Hasil proyeksi
disajikan pada gambar rencana garis dalam lampiran tugasa akhir ini.

5.4.12 Pembuatan Rencana Umum (General Arrangement)


Rencana Umum/General Arrangement dalam ”Ship Design and Cosntruction, Bab
III” didefinisikan sebagai perencanaan ruangan yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi dan
perlengkapannya. Ruangan-ruangan tersebut misalnya: ruang muat, ruang akomodasi,
ruang mesin, dll. Disamping itu, juga meliputi perencanaan penempatan lokasi ruangan
beserta aksesnya.

Rencana umum dibuat berdasarkan lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Dengan lines plan secara garis besar bentuk badan kapal akan terlihat sehingga
memudahkan dalam merencanakan serta menentukan pembagian ruangan sesuai dengan
fungsinya masing-masing.

Langkah pertama dalam menyelesaikan permasalahan rencana umum adalah


menempatkan ruangan-ruangan utama beserta batas-batasnya terhadap lambung kapal dan
bangunan atas. Adapun ruangan utama dimaksud adalah :

a. Ruang Muat
b. Kamar mesin
c. Ruangan untuk crew dan penumpang
d. Tangki-tangki (bahan bakar, ballast, air tawar, dll)
e. Ruangan-ruangan lainnya
91
Pada saat yang bersamaan juga ditentukan kebutuhan lain yang harus diutamakan
seperti :

a. Sekat kedap masing-masing ruangan


b. Stabilitas yang cukup
c. Struktur / konstruksi
d. Penyediaan akses yang cukup
Penyusunan rencana umum merupakan suatu proses bertahap yang disusun dari
percobaan, pengecekan, dan penambahan. Referensinya bisa didapat dari data
rencana umum kapal-kapal pembanding yang memiliki spesifikasi tidak jauh
berbeda dengan kapal yang sedang dirancang.Pendekatan penyelesaian
permasalahan rencana umum harus didasarkan pada informasi minimum yang
meliputi :

 Penentuan volume ruang muat berdasarkan jenis dan jumlah muatan yang
dimuat.
 Metode penyimpanan dan bongkar muat muatan.
 Penentuan volume ruangan untuk kamar mesin berdasarkanjenisdan dimensi
mesin.
 Penentuan volume ruangan akomodasi berdasarkan jumlah crew, penumpang
dan standar akomodasi.
 Penentuan volume tangki-tangki terutama untuk bahan bakar dan ballast
berdasarkan jenis mesin, jenis bahan bakar, dan radius pelayaran.
 Penentuan pembagian dan pembatasan jarak sekat melintang.
 Penentuan dimensi kapal (L, B, H, dan T).
 Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Setelah semua langkah tersebut dipenuhi dan desain kapal sudah jadi maka
diperlukan pengecekan kembali atas ukuran-ukuran utama apakah sudah sesuai
dengan yang ditentukan atau belum.

5.5 Penghematan Nelayan


Biaya operasional nelayan yang paling besar biasanya terdapat pada biaya konsumsi
bahan bakar.Kapal pengolah ikan ini dapat memberikan penghematan kepada nelayan
untuk konsumsi bahan bakar karena nelayan tidak perlu lagi kembali ke pelabuhan untuk
mengisi bahan bakar.Nelayan bisa mengisi kembali bahan bakar yang dipasok oleh kapal

92
pengolah ikan ini. Adapun penghematan yang bisa dilakukan adalah seperti pada Tabel 5-
58 di bawah ini,

Tabel 5-58 Persentase Penghematan Biaya Konsumsi Bahan Bakar Nelayan

Konsumsi Penghematan Bahan Bakar Berdasarkan Power Mesin (%)


Kode Bahan Bakar
No Power Mesin (PK)
Kapal Eksisting
(Liter/Trip) 100 120 135 160 180 220 250 280 300
1 A1B1X1 5.25% 6.31% 8.75% 9.69% 11.81%
2 A1B1X2 12.88% 15.38% 21.31% 23.75% 28.81%
3 A1B1X3 29.50% 35.38% 49.06% 54.63% 66.38%
3200
4 A1B1X4 47.81% 57.31% 79.63% 88.63% 107.63%
5 A1B1X5 38.19% 45.88% 63.69% 70.88% 86.13%
6 A1B1X6 11.50% 13.81% 19.13% 21.31% 25.88%
7 A2B2X1 4.94% 5.94% 9.12% 11.12%
8 A2B2X2 12.12% 14.47% 22.35% 27.12%
9 A2B2X3 27.76% 33.29% 51.41% 62.47%
3400
10 A2B2X4 45.00% 53.94% 83.41% 101.29%
11 A2B2X5
12 A2B2X6
13 A2B3X1 6.52% 9.03% 10.00%
14 A2B3X2 15.87% 22.00% 24.52%
15 A2B3X3 36.52% 50.65% 56.39%
3100
16 A2B3X4 59.16% 82.19% 91.48%
17 A2B3X5 47.35% 65.74% 73.16%
18 A2B3X6 14.26% 19.74% 22.00%
19 A3B4X1 .N/A
20 A3B4X2 10.93% 12.22% 20.49% 23.38% 24.89% 26.62%
21 A3B4X3 25.16% 28.18% 47.20% 53.78% 57.24% 61.33%
4500
22 A3B4X4 40.76% 45.73% 76.53% 87.29% 92.89% 99.56%
23 A3B4X5 32.62% 36.62% 61.24% 69.82% 74.31% 79.64%
24 A3B4X6 9.82% 11.02% 9.20% 10.51% 11.18% 11.98%

Keterangan Tabel :
: Kapal tidak menggunakan mesin dengan nilai power tersebut.
A1,…,An : Jenis Kapal
B1,…,Bn : Jenis Alat Tangkap
X1,…,Xn : Base Point

93
A1 : Ijon-Ijon B1 : Dogol X1 : Utara Lamongan
A2 : BC (Bowman Construction) B2 : Payang X2 : Bawean
A3 : Ethek/Bokongan B3 : Pengangkut X3 : Masalembo
B4 : Pukat Cincin X4 : Matasiri
X5 : Kangean
X6 : Utara Madura

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh waktu melaut kapal pengolah
ikan adalah selama 7 hari dimana kapal penangkap ikan juga mengikuti periode trip dari
kapal pengolah ikan itu sendiri. Perbandingan lama trip eksisting dengan adanya kapal
pengolah ikan adalah seperti disajikan pada tabel di bawah ini,

Tabel 5-59 Perbandingan Trip Eksisting dan Trip Baru

NO Jenis Kapal Waktu Melaut Eksisting (Hari/RT) Waktu Mealaut Baru (Hari/RT)

1 Purse Seine 10-15 7


2 Payang 7-10 7
3 Pengangkut 10-12 7
4 Dogol Besar 7-10 7

Dari tabel di atas ada penghematan waktu melaut sebesar 3-8 hari untuk kapal purse
seine, 3 hari untuk kapal payang dan dogol besar dan 3-5 hari untuk kapal pengumpul.

5.6 Analisis Kelayakan Ekonomi


5.6.1 Capital Cost
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan capital cost adalah biaya pembangunan
kapal. Biaya modal disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga
pinjaman dan pengembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut.
Pengembalian nilai kapital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan. Harga kapal
terdiri dari 4 komponen biaya antara lain:

Berat baja kapal yang terdiri dari

a) structur cost yaitu berat kapal kosong,


b) Outfitting cost yang terdiri dari biaya perlengkapan kapal,
c) Machinery cost yang terdiri dari harga mesin kapal dan
d) Non weight cost dengan pendekatan 10% dari tiga komponen biaya diatas.

94
Tabel 5-60 Capital Cost

CAPITAL COST
Perhitungan Harga Kapal
Input Data
WST = 6588.137 Ton
WE&O = 2491.189 Ton
WME = 842.929 Ton
Harga Baja = $ 1,200.00 /ton
Perhitungan Biaya
1. Structural Cost = $ 7,905,764.35
2. Outfit Cost = $ 3,223,770.95
3.Machinery Cost = $ 1,011,514.30
4. Non-weight Cost = $ 1,214,104.96

Biaya = PST + PE&O + PME + PNW


$ 13,355,154.57
Perhitungan Harga
1. Keuntungan = $ 667,757.73
2. Inflasi = $ 267,103.09
3. Pajak = $ 1,201,963.91
Harga = Biaya + Keuntungan + Inflasi + Pajak
$ 15,491,979
Rp 209,962,796,000

Tabel 5-60 merupakan rekapitulasi dari biaya pengadaan kapal. Biaya permesinan
pengolahan ikan dimasukkan ke dalam komponen biaya outfit cost. Dimana untuk
mencari capital cost didapat dari harga kapal dibagi dengan umur ekonomis 20 Tahun
dari hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar Rp. 10,498,139,773/Tahun.

5.6.2 Operating Cost


Operating cost adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek-aspek
operasional sehari-hari untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar.
Operating cost terdiri dari biaya perawatan dan perbaikan, gaji ABK, biaya perbekalan,
minyak pelumas dan asuransi.

Perhitungan operational cost merupakan akumulasi selama satu tahun. Berikut


adalah rincian hasil perhitungan operational cost

95
Tabel 5-61 Operating Cost

No Jenis Biaya Nilai (Rp/Tahun)


1 Minyak Pelumas Rp 443,008,031
2 Gaji Awak Kapal Rp 5,398,539,384
3 Biaya Reparasi dan Perawatan Rp 1,425,305,050
4 Biaya Asuransi Rp 1,864,704,861
Total Rp 9,131,557,326

5.6.3 Voyage Cost


Biaya pelayaran atau voyage cost adalah biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh
kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran adalah biaya bahan
bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, biaya air tawar serta biaya pelabuhan dengan
biaya total senilai Rp 8,192,125,312 per tahun. Berikut ini adalah rincian voyage cost :

Tabel 5-62 Voyage Cost

Biaya Bahan Bakar Kapal Pengolah Ikan


Harga bahan bakar Rp 6,300 Rp/Liter
Marine fuel oil (MFO) Konsumsi bahan bakar 26,226 Liter/Trip
Biaya bahan bakar Rp 165,220,899 Rp/Trip
Harga bahan bakar Rp 8,700 Rp/Liter
Marine diesel oil (MDO) Konsumsi bahan bakar 6418 Liter/Trip
Biaya bahan bakar Rp 55,832,631 Rp/Trip
Biaya Total Rp 221,053,530 Rp/Trip
Rp 8,178,980,618 Rp/Tahun

Biaya Air Tawar


1 ton 1 m3
Konsumsi Air Tawar 35.526 Ton/Trip
35.526 m3/Trip
Harga Air Tawar Rp 10,000 /m3
Rp 355,262 /Trip
Biaya Total Air Tawar
Rp 13,144,695 /Tahun

96
5.6.4 Kalayakan Ekonomi
Pada penelitian ini biaya pelabuhan tidak termasuk kedalam komponen voyage cost
karena belum ada tarif pelabuhan untuk kapal jenis ini di PPN Brondong. Dari hasil
perhitungan capital cost, operating cost dan voyage cost diperoleh hasil perhitungan
analisis kelayakan ekonomi dengan skenario optimis dari pengadaan kapal seperti tabel di
bawah ini,

Tabel 5-63 Analisis Kelayakan Ekonomi Skenario Optimis

Item Value Criteria Min Remarks


NPV Rp 2,638,003,059,846 Ok 0 Positive Incr. Wealth
PI 13.56 Ok 0 Null
IRR 32% Ok 10% MARR
BEP tahun ke - 4 Ok
Accum cash on BEP Rp 59,421,532,608 Ok 0 Positive Accum Cash

97
BAB 6
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian maka kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Pola operasi kapal pengolah ikan berdasarkan jarak terpendek yaitu dari
PPN Brondong - perairan utara Lamongan - parairan Bawean - perairan
Masalembo – perairan Matasiri – perairan Kangean – perairan utara Madura
dengan jarak total 548.6 mil laut dengan waktu operasi 7 hari/round trip dan
waktu tunggu di masing-masing titik kumpul yaitu,
 Perairan utara Lamongan : 11,82 Jam
 Perairan Bawean : 14,72 Jam
 Perairan Masalembo : 14,72 Jam
 Perairan Matasiri : 14,72 Jam
 Perairan Kangean : 13,22 Jam
 Perairan utara Madura : 13,22 Jam
2. Sistem pengolahan ikan yang digunakan terdiri dari,
 Pengolahan ikan dalam kaleng dengan kapasitas produksi 20,228
kaleng/produksi untuk kaleng tipe 202 dan 14,449 kaleng/produksi
untuk kaleng tipe 300.
 Pengolahan ikan dalam bentuk fillet dengan kapasitas 14,240
kg/produksi
 Pengolahan ikan dalam bentuk tepung dengan kapasitas produksi
sebesar 30.237 kg/produksi
3. Berdasarkan Analisis Ekonomis yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
 Capital cost : Rp 209,962,796,000
 Operating cost : Rp 9,062,718,181
 Voyage cost : Rp 8.192.125.312
 Payback Period : Tahun ke-4
 Umur ekonomis kapal : 20 Tahun

98
4. Desain Lines Plan telah dibuat dan dilampirkan pada sub bab rencana garis.
5. Desain General Arrangement telah dibuat dan dilampirkan pada sub bab
rencana umum.
6.2 Saran
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini masih banyaknya perhitungan yang dilakukan
dengan formula estimasi/pendekatan, maka untuk menyempurnakan Tugas Akhir desain
kapal pengolah ikan ini terdapat beberapa saran, antara lain sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan perhitungan dan analisa lebih lanjut terkait proses bongkar-
muat di pelabuhan agar biaya operasional kapal lebih mendekati keadaan yang
sebenarnya.
2. Perlu dilakukan pengecekan dan survey secara menyeluruh untuk memastikan
biaya pembangunan kapal dan biaya operasional kapal yang lebih akurat.
3. Perlu adanya perhitungan konstruksi kapal yang terperinci agar hasil yang
didapatkan lebih akurat dan mendekati keadaan yang sebenarnya.

99
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia (2006). Rules for The Classification and Construction of
Seagoing Steel Ships, Volume II, Rules for Hull. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia.

Food and Agriculture Organization (2016) . www.fao.org.


http://www.fao.org/docrep/003/R6918E/R6918E05.htm (accessed 7 22, 2016).

Liviawaty, E. Afrianto dan E (2000). Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Murtidjo, Agus (2001). Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Parsons, M.G.(2001). Parametric Design (Chapter 11). Michigan: University of


Michigan.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian


(2010). Identifikasi Kapal dan Alat Penangkap Ikan. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.

Redhitasari, Rizka.(2015). "Proses Produksi Pengalengan Ikan Sarden (Sardinella sp.)


Dalam Saus Tomat di PT. Maya Food Industries Pekalongan." Laporan Kerja Praktik :
11-47.

Taggart, Robert.(1980). Ship Design and Construction. New York: The Society of Naval
Architects and Marine Engineers.

Waloya, Riwian.(2016). Desain Kapal Penangkap dan Pengolah Ikan 30 GT dI Perairan


Laut Utaraa Sulawesi, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Watson, D.G.M.(1998). Practical Ship Design , Volume I. Oxford, UK: ElsevierScience


Ltd.,

Practical Ship Design.(1998). Edited by R. Bhattacharyya. Vol. 1. 2 vols. Oxford:


Elsevier.

Wergeland, Nico Winjolst &. Shipping.(1997). Netherlands: Delf University Press.

100
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kunjungan Kapal di PPN Brondong Tahun 2016


Lampiran 2. Pasokan Solar untuk Kapal Penangkap Ikan
Lampiran 3 Pasokan Air Bersih untuk Kapal Penangkap Ikan
Lampiran 4. Pasokan Es untuk Kapal Penangkap Ikan
Lampiran 5 Pasokan Pelumas untuk Kapal Penangkap Ikan
Lampiran 6 Pasokan Kebutuhan Pokok (Beras) untuk Kapal Penangkap Ikan
Lampiran 7 Pasokan Kebutuhan Tambahan (Lauk,dll) untuk Nelayan
Lampiran 8 Mesin Pengolah Ikan Dalam Kemasan Kaleng
Lampiran 9 Kebutuhan Penunjang Produksi

101
LAMPIRAN

M.V. Skryplev
a) receiving of fish from fishing vessel
b) Production of frozen, fish meal, fish oil
Purpose of the vessel :
c) Supply of fishing ships with fuel, water
and provisions.

LOA (m) 102,40


LPP (m) 91.00
B (m) 16.00
H (m) 11.10
T (m) 5.56
∆ (Ton) 5560.00
DWT (Ton) 2580.000
GT/NT (Ton) 4699/2298
Carrying Capacity (Ton) 1775.00
Main Engines :
- Main engine number, power (BHP) 1 x 3100
- Main engine model B&W 650-VBF-90
- Speed of rotation (rpm) 200
Auxiliary Diesel Generators :

- Diesel engine number, power (BHP) 3 x 510


- Speed of rotation (rpm) 500
- Engine model 625-MTBH-40
- Generators number, power (kW) 3 x 340
- Generator model AG24
- Rated voltage (V) 400
- Current type AC
Harbour Diesel Generator :
- Diesel engine number, power (BHP) 1 x 255
- Speed of rotation (rpm) 500
- Engine Model 325-MTBH-40
- Generator number, power (kW) 1 x 168
- Generator model AG23
- Rated voltage (V) 400
- Current type AC
Emergency Diesel Generator :
- Diesel engine power (BHP) 166
- Speed of rotation (rpm) 1500
- Engine model 4LB
- Generator power (kW) 88
- Generator model AB18L

102
M.V. Skryplev
- Rated voltage (V) 400
Fish processing plant capacity :
- Frozen fish (tonnes/24hrs) 50
- Fish meal plant capacity (tonnes
raw-fish/24 hrs) 30
- Fish-liver oil (tonnes raw material
per 24 hrs) 8.5
Refrigerated cargo spaces number,
total cubic capacity (cub.m)
3 x 3270
fish meal hold (cub.m) 266
Fish oil tanks total cubic capacity
(cub.m) 186
o
Ref. temperatures ( C) -20
Refrigerants Ammonia
Cranes number, lifting capacity (ton) 4 x 3.0 ; 2 x 7.0
Diesel oil tanks (ton) 1030
Heavy fuel oil tanks (ton) 25
Fresh water tanks (ton) 430
Speed (knot) 14
Number of beds for crew 104
Number of units 4
Start of building 1962
finish of building 1963
"Burmeister & Wain", Copenhagen,
Built by
Denmark

103
Lampiran 1. Kunjungan Kapal di PPN Brondong Tahun 2016

KAPAL BONGKAR JANUARI 2016 (Unit)


No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 1 0 0 1 2
2 2 19 2 0 0 21
3 3 12 1 0 0 13
4 4 12 0 0 1 13
5 5 11 0 0 0 11
6 6 18 0 0 0 18
7 7 21 0 0 1 22
8 8 13 0 0 1 14
9 9 21 0 0 0 21
10 10 23 1 0 2 26
11 11 22 0 0 0 22
12 12 16 0 0 2 18
13 13 28 0 0 0 28
14 14 14 0 0 0 14
15 15 20 0 0 0 20
16 16 14 0 0 0 14
17 17 12 0 0 0 12
18 18 19 0 0 0 19
19 19 14 1 0 0 15
20 20 25 1 0 0 26
21 21 27 0 0 1 28
22 22 24 0 0 2 26
23 23 23 0 0 0 23
24 24 23 0 0 0 23
25 25 23 0 0 1 24
26 26 19 0 0 1 20
27 27 14 1 0 0 15
28 28 11 0 0 0 11
29 29 17 0 0 0 17
30 30 15 0 0 0 15
31 31 10 0 0 0 10
JML 541 7 0 13 561
MAX 28 2 0 2 28
MODUS 23 0 0 0
AVERAGE 17 0 0 0 18

No. TANGGAL KAPAL BONGKAR FEBRUARI 2016 (Unit)

104
DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 15 0 0 0 15
2 2 16 0 0 0 16
3 3 13 1 0 1 15
4 4 9 0 0 1 10
5 5 10 0 0 0 10
6 6 9 0 0 0 9
7 7 7 0 0 0 7
8 8 0 0 0 0 0
9 9 14 0 0 0 14
10 10 14 0 0 0 14
11 11 11 0 0 0 11
12 12 10 0 0 0 10
13 13 18 0 0 0 18
14 14 12 0 0 1 13
15 15 6 1 0 1 8
16 16 12 0 0 1 13
17 17 14 1 0 1 16
18 18 17 0 0 0 17
19 19 20 0 0 0 20
20 20 14 0 0 0 14
21 21 19 0 0 0 19
22 22 19 0 0 1 20
23 23 24 1 0 0 25
24 24 23 0 0 0 23
25 25 16 0 0 0 16
26 26 14 1 0 0 15
27 27 16 0 0 0 16
28 28 14 0 0 0 14
29 29 18 0 0 2 20
JML 404 5 0 9 418
MAX 24 1 0 2 25
MODUS 14 0 0 0
AVERAGE 14 0 0 0 14

105
KAPAL BONGKAR MARET 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 16 0 0 0 16
2 2 13 0 0 0 13
3 3 17 0 0 0 17
4 4 15 0 0 0 15
5 5 5 0 0 0 5
6 6 7 0 0 1 8
7 7 8 0 0 1 9
8 8 11 0 0 0 11
9 9 0 0 0 0 0
10 10 13 0 0 0 13
11 11 15 0 0 0 15
12 12 15 0 0 0 15
13 13 19 1 0 1 21
14 14 19 1 0 1 21
15 15 19 1 0 0 20
16 16 19 0 0 0 19
17 17 19 0 0 0 19
18 18 20 0 0 1 21
19 19 20 0 0 0 20
20 20 22 0 0 1 23
21 21 18 0 0 0 18
22 22 23 0 0 0 23
23 23 18 0 0 1 19
24 24 20 0 0 1 21
25 25 4 0 0 1 5
26 26 24 0 0 1 25
27 27 20 3 0 1 24
28 28 23 0 0 0 23
29 29 17 0 0 1 18
30 30 17 0 0 1 18
31 31 17 0 0 1 18
JML 493 6 0 14 513
MAX 24 3 0 1 25
MODUS 19 0 0 0
AVERAGE 16 0 0 0 17

106
KAPAL BONGKAR APRIL 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 18 0 0 0 18
2 2 18 0 0 0 18
3 3 14 1 0 2 17
4 4 15 0 0 1 16
5 5 13 0 0 1 14
6 6 14 0 0 0 14
7 7 23 0 0 0 23
8 8 7 0 0 0 7
9 9 10 0 0 1 11
10 10 17 2 0 0 19
11 11 21 1 0 0 22
12 12 25 0 0 0 25
13 13 20 0 0 1 21
14 14 17 0 0 1 18
15 15 13 0 0 1 14
16 16 12 0 0 0 12
17 17 14 0 0 0 14
18 18 17 0 0 1 18
19 19 14 0 0 0 14
20 20 16 0 0 0 16
21 21 23 0 0 0 23
22 22 19 0 0 0 19
23 23 12 0 0 0 12
24 24 15 0 0 0 15
25 25 12 0 0 0 12
26 26 18 0 0 0 18
27 27 15 0 0 0 15
28 28 15 0 0 0 15
29 29 11 0 0 1 12
30 30 10 0 0 0 10
JML 468 4 0 10 482
MAX 25 2 0 2 25
MODUS 14 0 0 0
AVERAGE 16 0 0 0 16

107
KAPAL BONGKAR MEI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 0 0 0 1 1
2 2 22 1 0 0 23
3 3 17 0 0 0 17
4 4 17 0 0 0 17
5 5 15 0 0 0 15
6 6 12 0 0 2 14
7 7 6 0 0 0 6
8 8 16 0 0 0 16
9 9 15 0 0 0 15
10 10 10 0 0 1 11
11 11 15 0 0 0 15
12 12 22 0 0 0 22
13 13 27 1 0 1 29
14 14 31 0 0 0 31
15 15 25 0 0 0 25
16 16 24 0 0 0 24
17 17 13 0 0 0 13
18 18 14 0 0 0 14
19 19 15 0 0 0 15
20 20 13 0 0 0 13
21 21 7 0 0 1 8
22 22 6 0 0 0 6
23 23 11 0 0 0 11
24 24 15 0 0 0 15
25 25 14 0 0 0 14
26 26 12 0 0 0 12
27 27 14 0 0 0 14
28 28 12 0 0 0 12
29 29 14 0 0 0 14
30 30 12 0 0 0 12
31 31 13 0 0 0 13
JML 459 2 0 6 467
MAX 31 1 0 2 31
MODUS 15 0 0 0
AVERAGE 15 0 0 0 15

108
KAPAL BONGKAR JUNI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 21 0 0 0 21
2 2 19 1 0 0 20
3 3 12 0 0 0 12
4 4 19 0 0 0 19
5 5 12 0 0 0 12
6 6 12 0 0 0 12
7 7 13 0 0 1 14
8 8 6 0 0 0 6
9 9 11 0 0 1 12
10 10 11 0 0 0 11
11 11 15 0 0 0 15
12 12 4 0 0 0 4
13 13 12 0 0 0 12
14 14 12 0 0 0 12
15 15 11 0 0 0 11
16 16 15 0 0 0 15
17 17 12 0 0 0 12
18 18 8 0 0 0 8
19 19 13 0 0 1 14
20 20 12 0 0 0 12
21 21 19 0 0 0 19
22 22 8 0 0 0 8
23 23 7 0 0 0 7
24 24 14 0 0 0 14
25 25 15 0 0 0 15
26 26 13 0 0 0 13
27 27 14 0 0 0 14
28 28 17 0 0 1 18
29 29 19 0 0 0 19
30 30 18 0 0 0 18
JML 394 1 0 4 399
MAX 21 1 0 1 21
MODUS 12 0 0 0
AVERAGE 13 0 0 0 13

109
KAPAL BONGKAR JULI 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 17 0 0 0 17
2 2 0 0 0 0 0
3 3 0 0 0 0 0
4 4 0 0 0 0 0
5 5 0 0 0 0 0
6 6 0 0 0 0 0
7 7 0 0 0 0 0
8 8 0 0 0 0 0
9 9 0 0 0 0 0
10 10 0 0 0 0 0
11 11 0 0 0 0 0
12 12 0 0 0 0 0
13 13 0 0 0 0 0
14 14 2 0 0 0 2
15 15 1 0 0 0 1
16 16 2 0 0 0 2
17 17 0 0 0 0 0
18 18 2 0 0 1 3
19 19 2 1 0 0 3
20 20 6 0 0 0 6
21 21 6 0 0 0 6
22 22 20 0 0 0 20
23 23 17 0 0 2 19
24 24 23 0 0 0 23
25 25 20 0 0 1 21
26 26 24 0 0 1 25
27 27 20 0 0 2 22
28 28 20 0 0 1 21
29 29 22 0 0 2 24
30 30 21 0 0 0 21
31 31 17 0 0 2 19
JML 242 1 0 12 255
MAX 24 1 0 2 25
MODUS 0 0 0 0
AVERAGE 8 0 0 0 8

110
KAPAL BONGKAR AGUSTUS 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 18 0 0 0 18
2 2 14 0 1 1 16
3 3 13 1 0 1 15
4 4 14 0 0 5 19
5 5 20 0 3 0 23
6 6 20 0 0 2 22
7 7 12 0 0 0 12
8 8 14 0 0 1 15
9 9 8 0 1 2 11
10 10 20 0 0 2 22
11 11 19 1 0 2 22
12 12 22 1 0 4 27
13 13 17 0 0 2 19
14 14 12 0 0 1 13
15 15 20 0 0 1 21
16 16 23 0 0 1 24
17 17 2 0 0 1 3
18 18 20 0 0 0 20
19 19 20 0 0 0 20
20 20 15 0 0 2 17
21 21 19 0 0 1 20
22 22 19 0 0 2 21
23 23 10 0 0 1 11
24 24 17 0 0 0 17
25 25 17 0 0 2 19
26 26 18 0 0 0 18
27 27 16 0 0 0 16
28 28 18 0 0 2 20
29 29 12 0 0 3 15
30 30 15 0 0 3 18
31 31 15 0 0 2 17
JML 499 3 5 44 551
MAX 23 1 3 5 27
MODUS 20 0 0 2
AVERAGE 16 0 0 1 18

111
KAPAL BONGKAR SEPTEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 13 0 0 3 16
2 2 21 0 0 2 23
3 3 16 0 0 3 19
4 4 20 0 0 4 24
5 5 13 0 0 1 14
6 6 22 0 0 0 22
7 7 27 1 1 1 30
8 8 34 0 0 2 36
9 9 37 0 0 0 37
10 10 29 0 0 1 30
11 11 15 0 0 0 15
12 12 0 0 0 0 0
13 13 10 0 0 2 12
14 14 10 0 0 3 13
15 15 4 0 1 1 6
16 16 4 0 0 1 5
17 17 2 0 0 3 5
18 18 4 0 0 1 5
19 19 5 0 1 4 10
20 20 2 1 0 3 6
21 21 9 0 0 1 10
22 22 8 1 0 1 10
23 23 15 0 0 1 16
24 24 13 0 0 0 13
25 25 19 1 0 2 22
26 26 19 1 0 2 22
27 27 29 0 0 5 34
28 28 25 0 0 2 27
29 29 27 1 1 4 33
30 30 22 0 0 4 26
JML 474 6 4 57 541
MAX 37 1 1 5 37
MODUS 13 0 0 1
AVERAGE 16 0 0 2 18

112
KAPAL BONGKAR OKTOBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE

1 1 22 0 0 2 24
2 2 17 0 0 2 19
3 3 25 1 1 3 30
4 4 21 0 0 3 24
5 5 19 0 0 1 20
6 6 20 1 0 3 24
7 7 18 0 0 1 19
8 8 19 0 0 1 20
9 9 26 0 0 1 27
10 10 25 0 0 0 25
11 11 19 0 0 1 20
12 12 19 1 0 0 20
13 13 15 0 0 1 16
14 14 17 1 0 2 20
15 15 18 0 0 1 19
16 16 14 0 0 1 15
17 17 18 0 0 2 20
18 18 19 0 0 1 20
19 19 19 0 1 1 21
20 20 22 2 0 0 24
21 21 21 0 0 1 22
22 22 19 0 0 0 19
23 23 20 0 0 0 20
24 24 18 0 0 1 19
25 25 32 2 0 0 34
26 26 24 2 0 1 27
27 27 26 1 0 1 28
28 28 20 0 0 0 20
29 29 22 0 0 1 23
30 30 14 0 0 3 17
31 31 14 1 0 4 19
JML 622 12 2 39 675
MAX 32 2 1 4 34
MODUS 19 0 0 1 20
AVERAGE 20 0 0 1 22

113
KAPAL BONGKAR NOVEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 21 0 0 1 22
2 2 23 0 0 1 24
3 3 23 0 0 1 24
4 4 16 1 0 0 17
5 5 21 0 0 1 22
6 6 20 0 0 6 26
7 7 28 1 0 4 33
8 8 23 0 0 1 24
9 9 22 0 0 1 23
10 10 16 0 0 1 17
11 11 17 1 0 1 19
12 12 16 0 0 1 17
13 13 13 0 1 1 15
14 14 12 0 0 1 13
15 15 16 0 0 2 18
16 16 21 1 0 1 23
17 17 25 0 0 1 26
18 18 23 1 0 2 26
19 19 18 0 0 1 19
20 20 14 0 0 0 14
21 21 19 0 0 1 20
22 22 22 0 0 0 22
23 23 21 1 0 0 22
24 24 21 0 0 1 22
25 25 22 1 0 1 24
26 26 18 1 0 2 21
27 27 19 0 0 3 22
28 28 20 0 0 3 23
29 29 19 1 0 2 22
30 30 12 0 0 1 13
JML 581 9 1 42 633
MAX 28 1 1 6 33
MODUS 21 0 0 1
AVERAGE 19 0 0 1 21

114
KAPAL BONGKAR DESEMBER 2016 (Unit)
No. TANGGAL DOGOL PURSE
PAYANG COLLECTING JUMLAH
MINGGUAN SEINE
1 1 23 1 0 1 25
2 2 19 0 0 2 21
3 3 20 0 0 0 20
4 4 13 1 0 2 16
5 5 19 0 1 0 20
6 6 23 1 1 1 26
7 7 18 1 0 0 19
8 8 21 0 0 0 21
9 9 9 0 0 0 9
10 10 16 0 0 1 17
11 11 15 0 0 0 15
12 12 10 0 0 0 10
13 13 17 0 1 1 19
14 14 19 1 0 1 21
15 15 9 0 0 0 9
16 16 15 0 0 0 15
17 17 15 0 0 0 15
18 18 18 0 0 0 18
19 19 19 2 0 0 21
20 20 18 0 0 0 18
21 21 20 0 0 0 20
22 22 16 0 0 0 16
23 23 21 1 0 0 22
24 24 25 0 0 0 25
25 25 4 0 0 0 4
26 26 7 0 0 0 7
27 27 1 0 0 1 2
28 28 5 0 0 0 5
29 29 9 0 0 0 9
30 30 12 0 0 0 12
31 31 6 0 0 0 6
JML 462 8 3 10 483
MAX 25 2 1 2 26
MODUS 19 0 0 0
AVERAGE 15 0 0 0 16

115
Lampiran 2. Pasokan Solar untuk Kapal Penangkap Ikan

Kapasitas Persediaan BBM Kapal Ikan Yang Direncanakan :


Kapasitas : 66,878 Liter/Trip
Masa Jenis Solar : 0.832 Kg/dm3
55,642 Kg/Trip
Berat Solar :
55.64 Ton/Trip

Tangki Bahan Bakar


Kebutuhan Pasokan : 66.88 m3
Kapasitas Tangki : 66.88 m3
Jumlah Tangki : 1 Unit
Dimensi Tangki :
l: 1.46 m
b: 18.0 m
t: 2.8 m
Kebutuhan Pasokan + Margin (10%) : 74 m3

Kapasitas Penyimpanan Tangki : 74 m3


61 Ton/Trip

Lampiran 3 Pasokan Air Bersih untuk Kapal Penangkap Ikan

Kapasitas Persediaan Air Bersih Kapal Ikan Yang Direncanakan :


70,560 Liter/Trip
Kapasitas :
70.56 m3
Masa Air Tawar : 1 Kg/dm3
70,560 Kg
Berat Air Tawar :
70.56 Ton

Tangki Air Bersih


Kebutuhan Pasokan : 70.56 m3
Kapasitas Tangki : 70.56 m3
Jumlah Tangki : 1 Unit
Dimensi Tangki :
l: 1.540 m
b: 18 m
t: 2.8 m
Kapasitas Penyimpanan + Margin : 78 m3
Kapasitas Penyimpanan Tangki : 78 m3
Masa Jenis Air : 1,000 Kg/m3
Kapasitas Penyimpanan Tangki : 78 Ton/Trip

116
Lampiran 4. Pasokan Es untuk Kapal Penangkap Ikan

67 Ton/Trip
Total Pasokan Es :
2688 Balok/Trip

Penyimpanan Es
Kebutuhan Pasokan : 2688.00 Balok/Trip
Kebutuhan Ruang Penyimpanan : 2688.00 Balok/Trip
Jumlah Ruang Penyimpanan : 2 Unit
Volume Es : 0.0324 m3/Balok
Dimensi Ruang Penyimpanan :
l: 4.5 m
b: 6.0 m
t: 2 m
Kebutuhan Pasokan + Margin : 105 m3
Volume Ruang Penyimpanan : 108 m3
Berat Total Es : 83.33 Ton/Trip

Lampiran 5 Pasokan Pelumas untuk Kapal Penangkap Ikan

Pasokan Oli Kapal Ikan


1,337.00 Liter/Trip
Kapasitas :
1.34 m3/Trip
Masa Jenis Solar : 800 Kg/m3
Berat Solar : 1.07 Ton/Trip

Tangki Oli
Kebutuhan Pasokan : 1.34 m3
Kapasitas Tangki : 1.34 m3
Jumlah Tangki : 1 Unit
Dimensi Tangki :
l: 2 m
b: 1.0 m
t: 1 m
Kebutuhan Pasokan + Margin : 2 m3
2 m3
Kapasitas Tangki Penyimpanan :
1.60 Ton/Trip

117
Lampiran 6 Pasokan Kebutuhan Pokok (Beras) untuk Kapal Penangkap Ikan

1,344 Kg/Trip
Total Pasokan Beras:
1.4 Ton/Trip

Gudang Beras
Kebutuhan Pasokan : 1344.00 Kg/Trip
Kebutuhan Pasokan : 54.00 Karung (25)/Trip
Jumlah Ruang Penyimpanan : 1 Unit
Volume Beras : 0.0675 m3/Karung
Dimensi Ruang Peyimpanan :
l: 1.5 m
b: 2.0 m
t: 2 m
Kebutuhan Ruang Penyimpanan + Margin : 4 m3
Volume Ruang Penyimpanan : 6 m3
Berat Total Beras : 2.22 Ton/Trip

Lampiran 7 Pasokan Kebutuhan Tambahan (Lauk,dll) untuk Nelayan

117 Box/Trip
Total Pasokan Lauk, dll : 2,340.0 Kg/Trip
2.34 Ton/Trip

Gudang Perbekalan Lain


Kebutuhan Pasokan : 2340.00 Kg/Trip
Kebutuhan Pasokan : 117.00 Box/Trip
Jumlah Ruang Penyimpanan : 1 Unit
Volume Box : 0.6 m3/Box
Dimensi Ruang Peyimpanan :
l: 5 m
b: 7.8 m
t: 3 m
Kebutuhan Ruang Penyimpanan + Margin : 77 m3
Volume Ruang Penyimpanan :
117 m3
Berat Total Box : 4.88 Ton/Trip

118
Lampiran 8 Mesin Pengolah Ikan Dalam Kemasan Kaleng

1) Thawing,Grading, Automatic Feeder Machine


Specification Value or Name Units
Brand name : SEAC
Type : FPM-500
Power consumption: 2.37 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 10 l/Menit
Capacity : 13000 Ikan/Jam
Prize : 20000 US$
Dimensions : 3600x2400x21000 mm
Net weight : 4000 Kg/batch
Product Web : http://seac-ab.com/seac-fpm-500/

2) Nobbing Machine
Specification Value or Name Units
Brand name : SEAC
Type : FPM-400
Power consumption : 1.25 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 2 l/Menit
Capacity : 250 Ikan/Menit
Dimensions : 4640X1500x1700 mm
Prize : 20000 US$
Net weight : 3000 Kg/batch
Product web : http://seac-ab.com/seac-fpm-400/

3) Drum rotary Machine


Specification Value or Name Units
Brand name : SSS
Type : SSS-W360
Power consumption : 1.5 kWh
Voltage : 220 V
Capacity : 900 kg/Jam
Water consumption : 5 l/Menit
Steam inlet : 1 Inch
Drain : 3 Inch
Dimensions : 2600x1050x1150 mm
Prize : 2000 US$
Net weight : 500 Kg/batch
Product web : https://www.alibaba.com
Operator : 1 Orang/Unit

119
4) Can Washer Machine (Before)
Specification Value or Name Units
Brand name : Automatic can washer
Type : Can washer
Power consumption : 0.75 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 0.2 l/kaleng
Capacity : 1000-3000 Kaleng/Jam
Dimensions : 1900 x 600 x 900 mm
Prize : 2000 US$
Net weight : 500 Kg/batch
Product web : http://yf-machienry.imould.com
Operator : 1 Orang/Unit

5) Stainless steel table


Specification Value or Name Units
Brand name : REGENCY
Type : 30" x 96 " 18-Gauge 304
Capacity : 200 Kg/Meja/Jam
Food basket : 3 Set/Meja
Operator : 4 Orang/Meja
Dimensions : 2438x762x863 mm
Prize : 182.33 US$
Net weight : 50 Kg/Unit
Product web : https://www.webstaurantstore.com
Quantity : 1 Meja
Operator : 2 Orang/meja
Total operator : 2 Orang
Water consumption : 1 l/Meja/Menit

6) Belt Conveyor
Specification Value or Name Units
Brand name : Yupack
Type : Customized
Capacity : Strong
Power Consumption : 2 kW
Operator : 2 Orang/Meja
Dimensions : 4876 mm
Prize : 2999 US$/Set
Net weight : 1000 Kg/Unit
Product web : https://www.alibaba.com
Total operator : - Orang
Voltage : 380 V

120
7) Automatic Sealer
Specification Value or Name Units
Brand name : XTIME
Type : Sealing Machine
Power consumption : 0.31 kWh
Voltage : 220 V
Steam consumption : Kg/batch
Capacity : 25 pcs/Menit
Dimensions : 3000x800x1500 mm
Prize : 1395 US$
Net weight : 200 Kg/Unit
Product web : https://www.alibaba.com

8) Fish Cooker/Exhaust box


Specification Value or Name Units
Brand name : Refine
Type :
Power consumption : 0.75 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 200 l/ton
Capacity : 3000 Kaleng/Jam
2 Ton/jam
Dimensions : 6000x800x1400 mm
Prize : 5000 US$
Net weight : 3000 Kg/batch
Product web : https://www.alibaba.com

9) Oil Filling
Specification Value or Name Units
Brand name : Brightwin
Type : Filling Machine
Power consumption : 1.2 kWh
Capacity : 200-6000 Kaleng/Jam
Voltage : 380 V
Dimensions : 2500x1200x1800 mm
Prize : 2000 US$
Net weight : 800 Kg/Unit

Product web : http://www.21food.com

121
10) Seaming Machine

Specification Value or Name Units


Brand name : OK
Type : Filling & Seaming Machine
Power consumption : 2.2 kWh
Voltage : 380 V
Capacity : 1000-4000 Kaleng/Jam
Dimensions : 2200x2100x2200 mm
Prize : 5000 US$
Net weight : 1900 Kg/Unit
Product web : https://www.alibaba.com

12) Retorts
Specification Value or Name Units
Brand name : Autoclave Retort Machine
Type : 1000
Power consumption : 50 kWh
Voltage : 380 V
Water consumption : 6 liter/Menit
Capacity : 800-1500 Kg/Unit
Food basket : 3 Set/Sets
Design temperature : 145 C
Test pressure : 0.44 Mpa
Design pressure : 0.35 Mpa
Dimensions : 3800x1200x1900 mm
Prize : 5000 US$
Net weight : 2920 Kg/batch
Product web : https://indonesian.alibaba.com

13) Labeling Machine


Specification Value or Name Units
Brand name : CAWON
Type : CY-001
Power Consumption : 3 kWh
Voltage : 220 V
Capacity : 4800 Kaleng/Jam
Dimensions : 2000x950x1260 mm
Prize : 8000 US$
Net Wight : 500 Kg/Unit
Product Web : https://www.alibaba.com

122
14) Packing
Specification Value or Name Units
Brand name : WORITA
Type : WD-ZX15
Power consumption : 2 kWh
Voltage : 380 V
Capacity : 65 Box/jam
Dimensions : 4500x800*2050 mm
Prize : 10000 US$
Net weight : 1000 Kg
Product web : https://www.alibaba.com

15) Sealing
Specification Value or Name Units
Brand name : SIERAC
Type : FX-02
Power consumption : 0.6 kWh
Voltage : 380 V
Automatic grade : Automatic
Capacity : 65 Box/Jam
Dimensions : 1170x850x1520 mm
Prize : 1100 US$
Net weight : 1000 Kg
Product web : https://www.alibaba.com

16) Fish Powder Production Machine


Specification Value or Name Units
Brand name : DAHENG
Type : DHYF-2000
Power Consumption : 22 kWh
Voltage : 380 V
5000-30000 Kg/Hari
Capacity : 4000 Kg/Hari
500 Kg/Jam
Dimensions : 2200x1000x1500 mm
Prize : 2000 US$
Net Wight : 2000 Kg/batch
https://www.alibaba.com/product-
detail/high-quality-small-fish-meal-
Product Web : fish_60552207952.html?spm=a2700.7
724838.2017115.19.6f3e04ffMqpI6l

123
Lampiran 9 Kebutuhan Penunjang Produksi

1) Mini fork lift


Spesifikasi Nilai/nam Satuan
Kapasitas : 1000 kg
Tinggi jangkauan : 2500 mm
Lebar garpu : 200-700 mm
Panjang garpu : 800 mm
Radius belok : 1225 mm
Mesin penggerak : 2 kW
Mesin lift : 2.8 kW
Battery : 385 Ah
24 V
Harga : 6500 US$
http://dalong.manufacturer.globalsources.com/s
i/6008825353793/pdtl/Forklift/1133015304/10
Product Web : 00kg-Capacity-Mini-type-Electric-Forklift.htm

2) Karung
Specification Value or Name Units
Brand name : Karung
Type : Palstik
Dimensions : 900x560x600 mm
Prize : 1700 Rupiah/karung
Net Wight : 50 Kg/Sack
https://www.tokopedia.com/multijaya88/pabrik-karung-
Product Web :
distributor-karung-50kg-baru-ukuran-56x90

3) Pallet
Spesifikasi Nilai/nam Satuan
Bahan : HDPE
Jenis entri : 4 arah
Nomor model : ENL-1210D
Ukuran : 1200*800*150 mm
Rak beban : 1.2 ton
Jenis : Euro pallet
Merek : ENL-palet plastik
Beban dinamis : 1 ton
Harga : 10 US$/unit
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/1200-x-
1000-mm-light-weight-plastic-euro-pallets-
Link : 60497354180.html

124
BIODATA PENULIS

I Gede Doddy Pryawadi dilahirkan di Banyuatis, Bali tanggal


27 Mei 1995. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Penulis mengenyam semua jenjang pendidikan
formalnya dari SD sampai SMA di kota Singaraja dan
pendidikan Sarjana di ITS Surabaya. Menyelesaikan
pendidikan dasarnya di SDN 2 Gesing tahun 2007, lalu SMPN
2 Banjar tahun 2010 dan setelah lulus dari SMAN 1 pada
tahun 2013 penulis melanjutkan S1 di Departemen Teknik
Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi dan kepelatihan Mahasiswa, antara
lain BEM FTK (2014-2016) dan TPKH – ITS (2014-2016). Penulis pernah ikut serta pada
LKMM Pra-TD (2013), LKMM TD (2015) dan LKMM TM (2015). Sebagai syarat
kelulusan, penulis melakukan penelitian terkait Desain Konseptual Kapal Pengolah Ikan
Untuk Mendukung Moratorium Transhipment Ikan di Laut : Studi Kasus WPP 712. Untuk
info lebih lanjut dapat menghubungi penulis di alamat email doddypryawadi@gmail.com.

125
126

Anda mungkin juga menyukai