Anda di halaman 1dari 11

Nama Anggota:

Fitri Nopriani C4401201005 M. Adnan C4401201033


Maulana
Mursad
Indi Afkarina C4401201013 Dyra Nuraisya C4401201052
Salsabila Pawestri
Rafif Sandhia C4401201014 Muhammad C4401201063
Afandhita Galur Gading
Ghina Sofwah C4401201023 Muhammad Alif C4401201082
Qulubina Badrian
Kartika Putri C4401201024
Utami

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN


KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
DARI SUDUT PANDANG TEORI RASIONAL KOMPREHENSIF

Menurut Hoogerwerf seperti yang dikutip dalam (Islamy 1988) model analisis
kebijakan rasional-komprehensif (sinoptis) adalah salah satu analisis dari sudut
hasil atau dampak yang memiliki maksud bahwa proses perumusan kebijakan
publik itu akan membuahkan hasil atau dampak yang baik kalau didasarkan atas
proses pemikiran yang rasional yang didukung oleh data atau informasi yang
lengkap (komprehensif).
Dapat diartikan bahwa model rasional-komprehensif (sinoptis) berpandangan
bahwa baik buruknya hasil yang akan dicapai dari perumusan kebijakan publik
harus mendasarkan pada pemikiran yang rasional atau sesuai dengan kondisi yang
dihadapi dan kemampuan yang dimiliki, analisis yang dilakukan harus memiliki
data atau informasi yang lengkap, sehingga dalam analisisnya tidak memiliki
cacat atau mencapai kesempurnaan tanpa kesalahan. Berdasarkan karakteristik
masyarakat pesisir (nelayan) dan cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan
nelayan patut dilakukan secara komprehensif.

A. Analisis eksistensi pada perumusan Kebijakan Peningkatan


Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Pada bulan Juli Tahun 2001, Presiden Republik Indonesia menandatangani
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 (PP No 55/2001)

Keputusan mengenai Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
Propinsi DKI Jakarta.

Tuntutan peningkatan aspek kesejahteraan sub sektor Perikanan di Kepulauan
Seribu mencakup beberapa titik konsentrasi pembanguan SDM, meliputi:
1. Fasilitas Kesehatan
2. Indeks komposit ketertinggalan desa di wilayah kepulauan seribu
3. Perkembangan jumlah RT dan ART miskin kepulauan seribu
4. Perbandingan jumlah dan persentase penduduk miskin
5. Kuantitas dan kualitas mutu pendidikan di wilayah Kepulauan Seribu
6. Program Tahapan Keluarga Sejahtera

Musyawarah & diskusi segenap stakeholder dan pemangku kebijakan
daerah/provinsi

Penentapan urgensi problem yang lolos pertimbangan

Analisis Cost Benefit (konsep rasional komprehensif)

Alternatif ide solutif dengan metode komperatif

Pembentukan Kebijakan Publik “Peningkatan Kesejahtraan Nelayan Kecil
di Kepulauan Seribu” dengan metode Pengabilan Kebijakan Rasional
Komprehensif

B. Analisis Pembuatan keputusan telah dihadapkan pada masalah


tertentu sebelum akhirnya diputuskan pembuatan Kebijakan
Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks, karena tidak saja


berkenaan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi
juga berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan,
ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
publik (powerlessness), ketidakmampuan menyampaikan aspirasi (voicelessness),
serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia (human
development).
C. Analisis berbagai stakeholder yang berperan dalam konsensus
pengambilan keputusan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Stakeholder merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan


memiliki tujuan masing-masing dalam pengelolaan kawasan. Stakeholder di
Kepulauan Seribu terdiri dari kelompok-kelompok tertentu berdasarkan aspek
konservasi yang berjumlah 36 stakeholder.
Kelompok-kelompok stakeholder terbagi ke dalam empat kategori
kelompok yaitu
(1). Kelompok lembaga pemerintahan meliputi TNKpS dan pemerintah
daerah (Pemda) Kep. Seribu,
(2). Kelompok lembaga swasta meliputi PT. Pulau Sepa Permai dan PT.
United Adventures,
(3). Kelompok LSM meliputi Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan
Yayasan Terangi (Terumbu karang Indonesia), dan
(4). Kelompok lembaga masyarakat meliputi, Gurita (guide, tour, and
travel), Paguyuban Bintang Harapan dan AJWKS (Asosiasi Jasa Wisata Kep.
Seribu), Pernitas (Perhimpunan nelayan ikan hias dan tanaman hias), SPKP
(Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan), KPA (Kelompok Pecinta Alam), MMP
(Masyarakat Mitra Polhut), dan tokoh masyarakat. Peran yang dijalani oleh para
stakeholder sesuai dengan fungsi yang diemban untuk mencapai tujuan-tujuan
konservasi yaitu kesejahteraan masyarakat (Prabowo et al. 2015)

D. Analisis Tujuan, nilai, atau sasaran yang ingin dicapai oleh para
stakeholder dalam memutuskan pembuatan Kebijakan Peningkatan
Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

I. Tujuan
1. Pemenuhan target program peningkatan
kesejahteraan nelayan setelah penetapan Wilayah
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
2. Peningkatan nilai mutu operasional penangkapan
ikan di Kepulauan Seribu
3. Pemenuhan target pemerataan taraf ekonomi
masyarakat setempat terlebih khusus nelayan skala
kecil di kawasan Kepulauan Seribu
4. Pengkondisian skema struktur kinerja di bidang
perikanan dan kelautan khususnya dalam area
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
II. Nilai
1. Aspek pemajuan ekonomi pemasukan pemerintah
daerah/provinsi
2. Aspek ekologi konsep Sustainable Development
3. Aspek sosial budaya masyarakat di wilayah
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
III. Sasaran
1. Pemerintah daerah/provinsi di wilayah Kepulauan
Seribu di bidang Perikanan dan Kelautan
2. Pelaku usaha perikanan dan kelautan (Stakeholder
UMKM/ industri)
3. Kelompok nelayan (skala kecil, mandiri hingga
skala besar)
E. Penyeledikian apa saja alternatif yang memungkinkan diambil oleh
stakeholder sebelum mengambil keuptusan membuat Kebijakan
Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu

1. Solusi 1

Melakukan pembangunan berkesinambungan

Cost

1. Anggaran Pemerintah
2. Anggaran daerah

Benefit

1. Mencapai perubahan yang positif


2. Maju, adil dan Makmur
3. Meningkatkan pedapatan nelayan
4. Meningkatkan ketahanan pangan
5. Meningkatkan produk perikanan yang berdaya saing tinggi
6. Pertumbuhan ekonomi
7. Perluasan lapangan pekerjaan
8. Penurunan tingkat kemiskinan

Kelemahan

1. Daerah yang memiliki sumberdaya rendah, akan mengalami


peningatan ekonomi yang lambat
2. krisis ekonomi bagi daerah yang rendah sumberdaya

2. Solusi 2

Melakukan pendekatan dengan mendata nelayan miskin untuk


menerima bantuan
Cost

1. Anggaran pemerintah
2. Pembentukan kebupaten administrasi

Benefit

1. Meningkatkan pelayanan
2. Meningkatkan kesejahteraan
3. Konservasi sumberdaya alam
4. Meningkatkan kelestarian lingkungan
5. Meningkatkan ekonomi dan sosial budaya

Kelemahan

1. Keterbasan sarana
2. Ketertinggalan pembangunan
3. Karena poin 1 dan 2, kesejahteraan belum maksimal
F. Analisis konsekuensi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari setiap
pemilihan alternatif

1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada nelayan

a. Biaya

Positif (+) : Dapat membantu perekonomian nelayan

Negatif (-) : Menambah beban tanggungan pemerintah

b. Keuntungan : Meningkatkan kinerja nelayan karena taraf


perekonomian meningkat

c. Kelemahan : Rentan tidak tepat sasaran dan


menimbulkan kerugian stakeholder

2. Pelatihan pemberdayaan kemampuan nelayan


a. Biaya

Positif (+) : Dapat meningkatkan kemampuan nelayan dalam


menjalankan perikanan tangkap

Negatif (-) : menambah beban tugas pemerintahan

b. Keuntungan : menambah hasil tangkapan dan


meningkatkan perekonomian karena skill yang meningkat

c. Kelemahan : dapat merubah kebiasaan masyarakat


nelayan dalam menjalankan aktivitas perikanan tangkap.

3. Pengembangan nelayan menjadi nelayan skala besar

a. Biaya

Positif (+) : dapat meningkatkan perekonomian nelayan

Negatif (-) : menambah beban petugas terkait segmentasi


pengelolaan nelayan skala besar

b. Keuntungan : meningkatkan hasil tangkapan dan


perekonomian nelayan

c. Kelemahan : rentan terjadi monopoli antar nelayan


terkait modal yang ditanamkan

4. Pemberian bantuan berupa alat tangkap bagi nelayan

a. Biaya

Positif (+) : dapat membantu meningkatkan kesejahteraan


nelayan

Negatif (-) : menambah beban tanggungan pemerintah

b. Keuntungan : meningkatkan hasil tangkapan karena alat


tangkap yang lebih baik kualitasnya
c. Kelemahan : rentan terjadi salah sasaran terkait
pemberian bantuan dan bantuan yang diberikan tidak cocok digunakan
di daerah nelayan

G. Analisis komperatif setiap alternatif dan konsekuensi yang


menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatif lain
I. Pada solusi pertama mengenai pembangunan berkesinambungan
tentu memiliki benefit yang luas dan dapat diperoleh keuntungan
yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Namun jika kita
komparasikan dengan konsekuensinya kita dapat memperoleh
sudut pandang yang lain dalam realisasinya.
■ Perubahan positif dan kemakmuran nelayan belum tentu
akan terbentuk karena adanya pengalihan anggaran yang
seharusnya diperuntukkan untuk hal lain yang dapat
meningkatkan kemakmuran nelayan secara langsung seperti
pemberian bantuan atau penyuluhan. Karena pembangunan
cenderung memakan waktu yang lama dan diperoleh hasil
dalam kurun waktu yang lama.
■ Pada poin peningkatan pendapatan tentu tidak akan
langsung terjadi pada nelayan, akan dibutuhkan waktu
hingga pembangunan selesai dan berfungsi secara optimal.
Sedangkan pada saat pembangunan, sangat dimungkinkan
jika pendapatan nelayan akan menurun karena fasilitas,
jalur, maupun sumberdaya yang biasa digunakan oleh
nelayan tidak dapat digunakan karena masih dalam proses
pembangunan sehingga akan Nimenambah pengeluaran
operasional nelayan.
■ Adapun fokus lain dalam realisasi ialah mengenai
ketersediaaan anggaran dan SDM untuk menjalankannya.
Tidak semua kawasan perikanan digerakkan dan diatur oleh
KKP namun juga beberapa kawasan digerakkan oleh pemda
ataupun BUMN (perindo). Sehingga tiap-tiap pihak
penggerak telah memiliki rancangan dan fokus masing-
masing untuk mendapat aliran dana. Sehingga perlu ada
kajian lebih mendalam dan perencanaan yang matang serta
koordinasi yang terpadu untuk dapat merealisasikan hal
tersebut.
■ Perluasan lapangan kerja, penurunan tingkat kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi memang dapat terjadi karena adanya
perputaran sektor ekonomi baru yang digunakan dalam
pembangunan, secara ekonomi hal tersebut menambah
aliran ekonomi di kawasan nelayan meskipun tidak
terhadap perikanan secara langsung.
II. Pada solusi kedua dengan melakukan pendekatan dengan mendata
nelayan miskin untuk menerima bantuan cenderung memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan dengan solusi pertama. Adapun hal
yang perlu diperhatikan yakni,
■ Kualitas SDM pelaksana lapangan sangat menentukan
terhadap berhasil atau tidaknya hal tersebut dapat dilakukan
sesuai target. Seringkali survey atau pengambilan data pada
masyarakat tidak dilakukan sebagaimana mestinya
sehingga kebijakan tidak akurat terhadap pihak yang
seharusnya.
■ Konservasi sumberdaya alam kurang jelas keterkaitannya
dengan alternatif yang diberikan. Meskipun ada, namun
dirasa sangat kecil dan tidak terlalu berkorelasi sehingga
tidak dapat diperhitungkan sebagai benefit yang didapat.
■ Kelemahan solusi dirasa kurang relevan dengan konteks
bahasan alternatif sehingga solusi memiliki dasar dan
pertimbangan yang lemah untuk dapat dipergunakan.
■ Poin penting yang terkandung dalam solusi ini terdapat
pada cepatnya manfaat dapat diterima oleh masyarakat
khususnya nelayan sebagai target kebijakan. Sehingga tidak
butuh waktu lama untuk nelayan dapat mengambil
keuntungan dari kebijakan tersebut.
III. Kesimpulan terhadap analisis komparatif yang dilakukan
Pada dua opsi yang disediakan, para stakeholders dapat melakukan
peninjauan ulang terhadap kondisi yang ada dan pembenahan yang
diperlukan kedepannya. Kepentingan mana yang memiliki urgensi
tinggi terhadap kondisi saat ini, ditinjau dari waktu maupun
kebermanfaatan. Pada solusi pertama ditawarkan kebermanfaatan
yang luas dan investasi berkelanjutan, namun memiliki waktu dan
cost yang tinggi sehingga dimungkinkan bahwa nelayan akan
dirugikan sebelum akhirnya diuntungkan oleh kebijakan yang ada.
Sedangkan pada solusi kedua ditawarkan dengan manfaat yang
sifatnya pada jangka pendek namun dapat dimanfaatkan pula
manfaatnya dalam tempo waktu yang singkat oleh para nelayan,
namun karena tidak adanya data SDM petugas yang dapat
menyokong realisasi kebijakan juga lemahnya dasar acuan dan
pertimbangan yang kurang kuat membuat kebijakan terasa abu-abu
untuk dapat direalisasikan.

H. Analisis mengapa langkal model rasional komprehensif ini efektif


dalam pengambilan keputusan dalam kasus ini. Plus minus model
pengambilan keputusan ini.

Kelebihan dari model ini sebagai berikut:

1) Bersifat ”keahlian” karena itu seorang perencana dituntut memahami


perencanaan baik dari sisi teknis maupun filosofi.

2) Pada umumnya perencanaan model ini dilakukan bersifat perorangan,


namun tidak menutup kemungkinan bersifat kolektif atau kelompok dengan
asumsi kepentingan individu menyesuaikan kepentingan kelompok.

3) Karakter dasar perencanaan bersifat komprehensif (menyeluruh), yakni


mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga
semua masalah ingin coba diselesaikan.
Kekurangan model ini adalah:

1) Kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang tersedia, karena


berasumsi bahwa sumber daya dapat dicari dan diusahakan.

2) Pembuat keputusan dipegang para ahli/perencana sedangkan masyarakat


hanya diberikan sedikit peran, biasanya hanya dalam bentuk publik hearing
yang sifatnya seremonial. Dalam hal ini perencana menganggap paling tahu
atas segala permasalahan

3) Perencanaan bersifat reduksionisme, deterministik dan objektif sehingga


bersifat sektoral.

DAFTAR PUSTAKA

Islamy, M. Irfan. 1988. Materi Pokok Kebijakan Publik. Jakarta; Universitas


Terbuka.
Karunia RL. 2009. Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Prabowo ED, Arief H, Sunrminto T. 2015. Peran stakeholder pada aspek
konservasi dalam pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
(TNKpS). Media Konservasi. 20(1): 27-33.

Anda mungkin juga menyukai