Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN PENGGOLONGAN DARAH

SISTEM ABO DAN RHESUS PADA MANUSIA

A. Dasar Teori
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di dalam sistem peredaran darah
tertutup dan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen
dan bahan makanan keseluruh tubuh serta mengambil karbon dioksida dan metabolik dari jaringan.
Mengetahui golongan darah seseorang sangat penting di ketahui untuk kepentingan medis yaitu salah
satunya untuk transfusi (Oktari, 2016). Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis antigen yang menjadi dasar
dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling umum digunakan adalah sistem penggolongan darah
ABO. Pembagian golongan darah sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen
(antigen) dan aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016).
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah pada
manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode Slide.
Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit
dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan.
Metode slide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan
golongan darah. Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan
darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi
immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk aglutinasi. Misalnya pada
golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen antisera AB,
maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB, sedangkan pada reagen
antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini kurang ekonomis, maka serum
dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan darah ABO.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penggolongan darah pada manusia.
2. Untuk mengetahui pentingnya golongan darah dalam hereditas dan kehidupan manusia.

C. Alat Dan Bahan


 Serum Alfa
 Serum Beta
 Serum Alfa Beta
 Serum Anti Rhesus
 Darah Manusia
 Alkohol
 Tissu
 Tusuk gigi
 Lancet/jarum
D. Cara Kerja
1. Setiap probandus mencuci tangan sampai bersih, kemudian mengambil segumpal kapas/tissu,
celupkan ke dalam alkohol dan menggosokkan pada ujung jari manis tangan probandus.
Membiarkan alkohol mengering, kemudian menusuk bagian tersebut dengan menggunakan lanset
yang telah disterilkan. Menempatkan setetes darah pada bagian A, B, AB, dan Rhesuk pada kertas
darah.
2. Meneteskan segera serum A pada bagian A, serum B pada bagain B, serum anti AB pada bagian
AB, dan serum D pada bagian rhesus pada kertas darah, kemudian mengaduknya sampai merata
dengan tusuk gigi.
3. Membandingkan bagian A, B, dan AB pada kertas darah, jika:
a. Terjadi penggumpalan pada bagian A dan AB probandus bergolongan darah A
b. Terjadi penggumpalan pada bagian B dan AB probandus bergolongan darah B
c. Terjadi penggumpalan pada bagian A, B, dan AB probandus bergolongan darah AB
d. Tidak terjadi penggumpalan, probandus bergolongan darah O
4. Membandingkan bagian Rhesus pada kertas darah, jika:
a. Terjadi penggumpalan, maka probandus ber-Rhesus Positif (Rh+)
b. Tidak terjadi penggumpalan, maka probandus ber-Rhesus Negatif (Rh-)

E. Hasil Dan Pembahasan


Lembar Hasil Pengamatan Golongan darah.
Serum
Gol
No. Nama Anti Anti Anti Anti Rh
Dar
A B AB D
1
2
3
4
5
6
Ket :
 + : Menggumpal  = : Tidak menggumpal
F. Simpulan
G. Daftar Pustaka
Oktari, Anita. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum
Golongan Darah A, B, O. Yogyakarta : POLTEKKES KEMENKES.
Tenriawaru, P. E., Yulvinamaesari., dan Ariandi. (2016). Analisis Korelasi Antara Golongan Darah
Tipe ABO dengan Modalitas dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika.

H. Diskusi
1. Mengapa pada tipe golongan darah O tidak ada reaksi penggumpalan (aglutinasi) ?
2. Mengapa pada tipe golongan darah A dan B terjadi penggumpalan pada serum anti AB ?
3. Komponen apa pada darah yang menyebabkan penggumpalan pada anti Rh ?
4. Apa yang terjadi jika resipien bergolongan darah Rhesus negatig (Rh-) mendapat donor Rhesus
positif (Rh+) ?

Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
PERCOBAAN METABOLISME : FERMENTASI
(Pengaruh kadar glukosa dan suhu terhadap laju petumbuhan Saccaromyces cerevisae
dalam proses fermentasi)

A. Dasar Teori
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi.
Jamur pada umumnya multiseluler atau bersel banyak. Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme
lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Jamur ada yang mikro
dan ada juga yang makro. Jamur berukuran mikro tidak dapat dilihat secara kasat mata jika masih
dalam bentuk sel. Reproduksi jamur dapat secara seksual atau generatik dan aseksual atau vegetatif.
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora-spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan
biasanya uniseluler. Khamir adalah fungi ekasel atau uniseluler yang beberapa jenis spesiesnya umum
digunakan untuk membuat roti dan pembuatan makanan seperti tempe atau yang sering kita sebut
sebagai ragi.
Beberapa jenis Saccharomyces antara lain adalah Saccharomyces Cerevisiae, khamir roti atau
khamir bir, juga disebut khamir raja yang berguna dalam pembuatan roti dan alkohol. Selain itu ada
Saccharomyces tuac, bekerja merubah air nira atau legen menjadi tuak. Lalu ada Saccharomyces
ellipsoideus, memfermentasi buah anggur menjadi anggur minuman. Tidak semua khamir bermanfaat
bagi manusia. Beberapa jenis spesies dapat menimbulkan penyakit (Irianto, 2006).
Khamir adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi yang dibedakan
bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir
terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih
cepat dibanding dengan mould yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir sangat mudah
dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya dengan bakteri, khamir mempunyai ukuran sel
yang lebih besar dan morfologi yang berbeda. Sedangkan dengan protozoa, khamir mempunyai
dinding sel yang lebih kuat serta tidak melakukan fotosintesis bila dibandingkan dengan ganggang
atau algae. Dibandingkan dengan kapang dalam pemecahan bahan komponen kimia khamir lebih
efektif memecahnya dan lebih luas permukaan serta volume hasilnya lebih banyak (Hasanah, 2009).
Khamir dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat
fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu memecah gula
(glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk roti. Sedangkan oksidatif (respirasi) maka
akan menghasilkan CO2 dan H2O. Keduanya bagi khamir adalah dipergunakan untuk energi
walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi (Hasanah,
2009).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik dari sel khamir Saccaromyces cerevisae.
2. Untuk mengetahui pengaruh kadar glukosa dan suhu terhadap laju pertumbuhan sel khamir
Saccaromyces cerevisae.
C. Alat Dan Bahan
 Gelas beker
 Sendok / Spatula
 Termometer
 Bunsen
 Air Es
 Air
 Tepung terigu
 Gula
 Fermipan / Saccaromyces cerevisae

D. Cara Kerja
1. Bagi perlakuan menjadi 3 perlakuan
Masukkan satu sendok terigu dan satu sendok gula ke dalam masing-masing beaker gelas,
kemudian beri label pada masing-masing perlakuan sebagai berikut :
 Perlakuan Kontrol
1) Perlakuan 1 → 1 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air
2) Perlakuan 2 → 2 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air
3) Perlakuan 3 → 3 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air
 Perlakuan Air Hangat (30°C)
1) Perlakuan 1 → 1 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air hangat
2) Perlakuan 2 → 2 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air hangat
3) Perlakuan 3 → 3 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air hangat
 Perlakuan Air Dingin (0 - 10°C)
4) Perlakuan 1 → 1 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air dingin
5) Perlakuan 2 → 2 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air dingin
6) Perlakuan 3 → 3 sdt gula + 1 sdm tepung + 1 sdm fermipan + 30 ml air dingin
2. Kemudian pada masing-masing perlakuan diaduk rata hingga homogen.
3. Hitung volume awal masing-masing perlakuan dan Amatilah perubahan yang terjadi.
4. Selanjutnya diamkan perlakuan selama 20 menit.
5. Setelah didiamkan, amati kembali perubahan yang terjadi dan catat hasilnya pada lembar
pengamatan.

E. Hasil Dan Pembahasan


Lembar hasil pengamatan sementara
Adanya
No Perlakuan Waktu Volume Bau Keterangan
Gelembung
Perlakuan 0 menit
1
1. kontrol 20 menit
2 0 menit
20 menit
0 menit
3
20 menit
0 menit
1
20 menit
Perlakuan 0 menit
2. 2
Air Hangat 20 menit
0 menit
3
20 menit
0 menit
1
20 menit
Perlakuan 0 menit
3. 2
Air Dingin 20 menit
0 menit
3
20 menit

F. Simpulan

G. Daftar Pustaka
Hasanah., (2009), Morfologi Kapang dan Khamir,
http://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-dan-khamir/ (diakses pada
Februari 2012)
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama Widya, Bandung.

H. Diskusi
1. Pada perlakuan manakah dihasilkan gelembung udara?
2. Jelaskan mengapa gejala tersebut terjadi?
3. Pada percobaan makanah terjadi pertumbuhan paling cepat?
4. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari percobaan ini?

Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anda mungkin juga menyukai