Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN KONSUMEN DAN KELUARGA

URGENSI PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA OLEH


ORANG/KELUARGA LANJUT USIA

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati M.Si.
Dr. Irni Rahmayani Johan S.P., M.M.

Disusun oleh:
Kelompok 18
Tsalfadilla Yaritsha I2401211008
Valeria Bataviani Aziza I2401211013
Tri Dara Indah Dj I2401211052
Vellicia Angeline Purwanto I2401211091

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Urgensi
Perencanaan Keuangan Hari Tua oleh Orang/Keluarga Lanjut Usia” ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusun laporan ini, kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan sehingga tugas kami terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
berterima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Irni Rahmayani Johan, SP., MM. dan Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati,
M.Si selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan Keluarga dan
Konsumen yang sudah membimbing penulis untuk menyusun dan
menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman Ilmu Keluarga dan Konsumen Angkatan 58 yang telah
mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan pula dapat menjadi bahan acuan
bagi pembaca untuk lebih meningkatkan dalam pencapaian visi misi terkait dengan
ekonomi keluarga, dalam laporan ini membahas terkait Perencanaan keuangan untuk
keluarga lanjut Usia. Oleh karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun dan dapat menjadi laporan yang lebih baik.

Bogor, 22 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

DAFTAR TABEL 3

I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 5

II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Lanjut Usia dan Tantangan pada Tahap Keluarga Lanjut Usia 5
2.2 Kualitas Hidup bagi Lanjut Usia 6
2.3 Manajemen Keuangan Keluarga 7

II METODE 7

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 8


4.1 Karakteristik Keluarga 8
4.2 Kondisi Keuangan Keluarga 9
4.3 Tujuan Perencanaan Keuangan Keluarga 10
4.4 Strategi dan Saran untuk Keuangan Keluarga 10

V PENUTUP 11
5.1 Kesimpulan 11
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Keluarga 10

Tabel 2. Kondisi Keuangan 10

Tabel 3. Rincian Pengeluaran Per Bulan 11


I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk lansia meningkat
dari 18 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2010 menjadi 27 juta jiwa (10%) pada tahun 2020
dan diprediksi mencapai 31 juta jiwa pada tahun 2022. Angka lansia yang terus
meningkat berpotensi menjadi sumber masalah yang dapat menghambat adanya
bonus demografi pada tahun 2030. Angka lansia yang terus meningkat tidak
dibersamai oleh kesejahteraan hari tua, maka hanya akan berdampak pada tingkat
harapan hidup masyarakat Indonesia. Secara alamiah, manusia akan menua seiring
bergantinya hari. Hal tersebut pula yang menyebabkan adanya penurunan fungsi
tubuh yang biasanya ditandai dengan adanya penyakit yang menyerang fisik dan
psikis. Di Indonesia, lansia menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit
tidak menular, seperti obesitas, jantung, stroke, dan lain-lain. Dengan penurunan
fungsi tubuh yang dialami oleh orang dengan lanjut usia mereka tidak memiliki daya
dan kemampuan untuk menjadi kembali produktif seperti masa mudanya.
Sudah menjadi kewajiban sedari dini untuk menggalakkan upaya-upaya
untuk menjaga lansia hidup sehat, bahagia dan sejahtera, tangguh, mandiri,
berkualitas dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia
menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia, yaitu 60 tahun ke atas.
Kelompok umur lansia: 50-64 tahun dan 65 tahun ke atas. Kelompok dengan kategori
lansia merupakan kelompok yang mengalami proses penuaan (aging process).
Hasil penelitian Ada’ et al. (2019) menunjukkan bahwa sebagian besar (84%)
jenis pengeluaran lansia, yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan
kebutuhan lainnya, seperti listrik, air dan Rukun Tetangga. Penting bagi seseorang
untuk mempersiapkan perencanaan hari tua sehingga tidak perlu lagi membanting
tulang untuk membayar keseharian terlebih saat kondisi lanjut usia. Menurut Astuti
dan Hartoyo (2013), kondisi ekonomi yang tidak dapat mencukupi peningkatan
kebutuhan ketika hari tua tentunya tidak akan terjadi jika dilakukan persiapan hari
tua sejak dini. Literasi keuangan dan perencanaan keuangan hari tua berpengaruh
positif signifikan terhadap kesejahteraan keuangan keluarga usia pensiun. Namun,
dalam penelitian Ada’ et al. (2019) bahwa sebagian besar lansia masih
memprioritaskan penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan primer.
Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya penghasilan yang
terbatas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Hartoyo (2013,)
membuktikan seseorang yang memiliki pendapatan semakin besar akan berpeluang
memiliki niat lebih tinggi untuk melakukan perencanaan keuangan hari tua. Selain itu,
terdapat juga faktor utama lain, seperti niat dan kontrol perilaku sebagai motivasi
dasar seseorang untuk melakukan perencanaan hari tua. Oleh sebab itu, penulis
berharap makalah ini dapat mendukung pembaca meningkatkan keinginan untuk
merencanakan keuangan hari tua untuk masa depan yang lebih bahagia dan
sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang ada pada makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa saja karakteristik keluarga dengan manajemen keuangan yang baik pada
tahap keluarga lanjut usia?
2. Apa tujuan perencanaan keuangan keluarga untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang?
3. Bagaimana langkah kesiapan orang dengan lanjut usia dalam mempersiapkan
keuangan hari tua?
4. Bagaimana peran mahasiswa dalam rangka mendukung perencanaan
keuangan hari tua kepada keluarga lanjut usia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan disusunnya makalah mengenai perencanaan keuangan hari tua ini
diantaranya:
1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dengan manajemen keuangan yang
baik pada tahap keluarga lanjut usia;
2. Mempelajari tujuan perencanaan keuangan keluarga untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang;
3. Menganalisis langkah kesiapan keluarga lanjut usia dalam mempersiapkan
keuangan hari tua;
4. Berperan sebagai perencana keuangan dan memberikan nasihat kepada
keluarga lanjut usia secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan
keluarga lanjut usia.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia dan Tantangan pada Tahap Keluarga Lanjut Usia
Lanjut usia adalah tahap terakhir dalam siklus kehidupan keluarga dan
dipandang sebagai suatu masa penurunan biologis yang disertai berbagai keadaan
dalam proses penuaan (Kharisma et al. 2018). Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2021 Tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan,
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas disebut dengan lanjut usia.
Seseorang yang memasuki tahap lanjut usia mengalami perubahan, seperti
penurunan fungsi dari segi biologis, fisik, ekonomi, psikologis, dan sosial (Prima et al.
2019; Putri 2021). Oleh sebab itu, pada tahap lanjut usia juga memiliki tantangan
yang harus dihadapi.
Tantangan yang dihadapi oleh seseorang ketika memasuki tahap lanjut usia,
yaitu sebagai berikut.
a. Segi Fisik
Segi fisik dilihat dari kesehatan atau kondisi fisik seseorang. Pada masa
lanjut usia terjadi penurunan fungsi organ tubuh sehingga seseorang yang
masuk lanjut usia rentan terhadap penyakit (Adelina dan Soeharto 2011).
b. Segi Sosial
Berdasarkan segi sosial, lansia akan mengurangi aktivitas di lingkungan sosial
atau lingkungan kerjanya karena kondisi fisik yang menurun (Adelina dan
Soeharto 2011). Hal ini menyebabkan lansia tidak percaya diri, merasa tidak
diperlukan lagi, dan merasa sendirian (Adelina dan Soeharto 2011).
c. Segi Psikologis
Berdasarkan segi psikologis, lansia mengurangi keterlibatan dan tanggung
jawab di lingkungan sosial atau lingkungan kerja sehingga merasa diasingkan
oleh sekitarnya (Adelina dan Soeharto 2011). Hal ini dapat menimbulkan
beberapa penyakit psikologis, seperti stress dan depresi (Adelina dan Soeharto
2011).
d. Segi Ekonomi
Berdasarkan segi ekonomi, seseorang pada tahap lanjut usia sudah
menjalani masa pensiun sehingga pendapatan yang dimiliki berkurang (Sulastri
dan Hartoyo 2014).

2.2 Kualitas Hidup bagi Lanjut Usia


Kualitas hidup adalah pandangan seseorang terhadap posisinya dalam
kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di tempat seseorang berada dan
berkaitan dengan tujuan, standar hidup dan lainnya (Jacob dan Sandjaya 2018).
Kualitas hidup dapat dirasakan dan dinikmati seseorang dalam segala kejadian pada
kehidupannya sehingga kehidupannya sejahtera (Rohmah et al. 2012). Kualitas
hidup berkaitan dengan kesejahteraan sehingga untuk mencapai kesejahteraan,
maka terdapat faktor-faktor kualitas hidup yang perlu dipenuhi (Rohmah et al.
2012).
Berdasarkan World Health Organization of Quality Life, faktor-faktor kualitas
hidup manusia, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik berfokus pada kesehatan atau kondisi fisik seseorang
(Rohmah et al. 2012). Jika fisik orang lanjut usia berfungsi dengan baik,
memungkinkan untuk mencapai penuaan yang berkualitas dan sebaliknya
(Rohmah et al. 2012). Dalam mencapai penuaan yang berkualitas diperlukan
tiga karakteristik, yaitu kemungkinan menderita penyakit atau
ketidakmampuan karena suatu penyakit tertentu rendah, kognitif dan fisik
berperan dengan baik, serta terlibat aktif dalam kehidupan (Rohmah et al.
2012).
b. Faktor Sosial
Faktor sosial berfokus pada tata kehidupan dan penghidupan sosial baik
secara material atau spiritual, seperti rasa selamat, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya untuk diri, keluarga, serta masyarakat
dengan memperhatikan hak dan kewajiban asasi manusia (Rohmah et al.
2012). Faktor sosial berupa relasi personal, dukungan sosial, dan aktivitas
seksual (Jacob dan Sandjaya 2018).
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor penting bagi individu untuk
melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang dialaminya dalam hidup
(Rohmah et al. 2012). Faktor psikologis berupa berfikir, belajar, konsentrasi,
memori, perasaan negatif, perasaan positif, self-esteem, gambaran diri dan
penampilan (Rohmah et al. 2012; Jacob dan Sandjaya 2018)
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berkaitan dengan suatu lingkungan tempat individu
tinggal (Rohmah et al. 2012). Faktor lingkungan berupa kebebasan,
keamanan fisik, kesempatan mendapatkan informasi dan keterampilan baru,
sumber finansial, suasana tempat tinggal, dan partisipasi dalam kegiatan
menyenangkan (Jacob dan Sandjaya 2018).

2.3 Manajemen Keuangan Keluarga


Manajemen keuangan keluarga adalah seni/kecakapan/keterampilan dalam
mengelola keuangan yang dilakukan oleh individu atau keluarga melalui orang lain
untuk mencapai tujuan yang bermanfaat, efisien, dan efektif sehingga menjadi
keluarga yang sejahtera dan tentram. Manajemen keuangan keluarga tidak lepas
dari dasar kegiatan manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan atau
pengalokasian, pengendalian, dan evaluasi (Rodhiyah 2012). Oleh sebab itu,
manajemen keuangan keluarga penting untuk dilakukan baik secara individu atau
keluarga. Lalu, untuk tahap lanjut usia juga memerlukan manajemen keuangan yang
berfokus pada tabungan dan kesehatan.
II METODE
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah dengan melakukan
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara sistematik. Pada
penerapan teknik observasi, hal-hal yang diliput oleh peneliti mengenai
perencanaan kesiapan keuangan masa tua, diantaranya mencari tahu identitas
responden mengenai kegiatan sehari-hari, menilai pemahaman responden terhadap
kualitas manajemen keuangan hari tua, dan menganalisis upaya responden dalam
merencanakan keuangan hari tua.
Adapun jenis teknik wawancara yang penulis terapkan, yaitu mengarah pada
pedoman yang telah dirumuskan berdasarkan keperluan penggalian data dalam
penelitian, yaitu identitas responden dan keluarga, gaji dan pendapatan responden,
harta atau asset, serta tujuan dan strategi keluarga dalam mempersiapkan
perencanaan keuangan hari tua.
Waktu yang digunakan penulis untuk meneliti dilaksanakan sejak kuliah dan
tugas disampaikan dalam kurun waktu kurang lebih 3 hari pengumpulan dan satu
minggu pengolahan data dan penulisan makalah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Keluarga
Kondisi dari keluarga dengan/orang lanjut usia yang didapatkan melalui hasil
wawancara dengan salah satu warga di Dramaga. Dalam wawancara tersebut, kami
mendapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Keluarga
Karakteristik Keterangan

Nama Harmini

Usia 73 tahun

Jumlah Anak 8 anak

Keluarga yang tinggal bersama 1 orang

Pekerjaan Sekarang Menjaga Kos-kosan

Pekerjaan Dahulu Guru

Jumlah Pendapatan ± Rp.1.600.000 ,-

Jumlah Pengeluaran ± Rp. 1.450.000,-

Berdasarkan tabel diatas, karakteristik dari keluarga responden adalah


keluarga dengan orang lanjut usia atau lansia. Keluarga Ibu Harmini termasuk dalam
keluarga dengan orang lanjut usia karena ibu Harmini berusia 73 yaitu diatas 60
tahun yang menjadi batas orang tua dapat disebut orang lanjut usia atau lansia. Ibu
Harmini sekarang bekerja sebagai penjaga kos-kosan pribadi yang berada di rumah
beliau. Ibu Harmini memiliki penghasilan ± Rp.1.600.000 ,- dari hasil pembayaran
kos-kosannya perbulannya. Ibu Harmini memiliki kos-kosan 7 kamar tetapi hanya 4
yang dihuni dengan tarif Rp.400.000,- setiap bulannya. Ibu Harmini sebelumnya
merupakan seorang guru di salah satu sekolah di sekitar rumahnya.

4.2 Kondisi Keuangan Keluarga


Berdasarkan karakteristik keluarga serta hasil wawancara, dapat kami
temukan informasi mengenai kondisi keuangan keluarga seperti berikut:
Tabel 2. Kondisi Keuangan
Pendapatan ± Rp.1.600.000 ,-

Pengeluaran ± Rp. 1.450.000,-

Aset Rumah

Kendaraan

Kos-kosan

Utang 0
Berdasarkan tabel diatas, Ibu Harmini mendapatkan ± Rp.1.600.000 ,- setiap
bulannya. Dari pendapatan tersebut, Ibu Harmini menggunakannya untuk
membayar tagihan listrik dan air, belanja kebutuhan sehari-hari sebesar ± Rp.
2.100.000,-. Ibu Harmini memiliki beberapa aset seperti 2 rumah yaitu rumah
sedang ditinggali dan rumah di Ciampea yang digunakan sebagai kamar kos juga,
kendaraan yaitu satu motor, dan kamar kos berjumlah 7 dengan 3 yang masih
kosong/ belum terpakai.
Dana pendapatan keluarga Ibu Harmini sebagian besar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dialokasikan kepada beberapa hal seperti
berikut:
Tabel 3. Rincian Pengeluaran Per Bulan
No. Rincian (Rp.)

1. Listrik dan Air 600.000,-

2. Makanan Sehari-hari (per 2 hari) 50.000 x 15 hari =


750.000,-

3. Arisan 100.000,-

Jumlah 1.450.000,-

Berdasarkan tabel diatas, keluarga Ibu Harmini mengeluarkan uang sebesar


Rp. 1.450.000,- setiap bulannya untuk kebutuhan sehari-hari. Rincian dari uang
tersebut digunakan untuk : 1) Membayar listrik dan air sebanyak Rp. 600.000; 2)
Belanja Kebutuhan Sehari-hari sebanyak Rp. 750.000; 3) Membayar arisan rutin
setiap bulan Rp. 100.000.

4.3 Tujuan Perencanaan Keuangan Keluarga


Dengan kondisi keuangan yang dipaparkan dalam tabel diatas, keluarga Ibu
Harmini memiliki tujuan finansial. Adapun tujuan finansial dari keluarga Ibu Harmini
sebagai berikut:
1. Tujuan Jangka Pendek
Dalam periode kurang dari 1 tahun, keluarga ibu Harmini akan
memfokuskan penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan juga perawatan kos-kosan mereka.

2. Tujuan Jangka Menengah


Dalam kurun waktu 1-5 tahun, keluarga ibu Harmini memiliki
keinginan menabung untuk faskes, perawatan dan renovasi kos-kosan
yang ada di rumahnya dna juga yang berada di Ciampea lebih baik dan
menyeluruh lagi.

3. Tujuan Jangka Panjang


Dalam periode 5 tahun kedepan, keluarga ibu Harmini tidak
mempunyai perencanaan atas penggunaan dana mereka karena ibu
Harmini sendiri sedang menikmati hari- hari tua beliau. Ibu Harmini juga
tidak perlu memikirkan keuangan dalam jangka panjang karena anak-
anaknya yang tidak tinggal bersama ibu Harmini sering mengunjungi
beliau sehingga beliau merasakan aman dan terjamin hidupnya.
4.4 Strategi dan Saran untuk Keuangan Keluarga
Kendala yang dialami terkait kondisi keluarga ibu Harmini adalah sosialisasi
ibu Harmini saat masa tua beliau. Selain dari itu, beliau juga merasakan sulitnya
bertemu dengan anak-anak beliau yang sudah tidak tinggal bersama dengan beliau.
Kendala yang dapat ditemukan adalah tidak terisinya seluruh kamar kos yang berada
di rumah ibu Harmini yang menyebabkan pemasukan beliau tidak maksimal tetapi
mengeluarkan biaya perawatan yang sama seperti kamar kos yang terisi.
Setelah melakukan wawancara dan melihat kondisi keuangan keluarga ibu
Harmini, kami memberikan saran sebagai berikut :
1. Bergabung dalam komunitas sosial sekitar.
Dengan mengikuti kegiatan atau bergabung dengan komunitas
sosial sekitar, ibu Harmini akan menjalani bersosialisasi dengan warga
sekitar dengan baik. Ibu Harmini dapat mengikuti kegiatan seperti
senam bersama, arisan dan juga kegiatan gotong royong yang tidak
hanya baik untuk sosialisasi tapi juga baik untuk kesehatan.
2. Membuat jadwal rutin untuk bertemu dengan anak/keluarga.
Dengan adanya jadwal rutin untuk bertemu dengan anak/keluarga
, ibu Harmini dapat merasakan jauh lebih tenang dan juga bahagia
karena tau kapan anaknya akan pulang sehingga tidak menunggu dalam
ketidakpastian. Tentu hal ini perlu didiskusikan lebih lanjut bersama
para anak-anak beliau agar menemukan waktu yang tepat dari dua
belah pihak.
3. Membuat Rencana Anggaran Keluarga Per Bulan
Melihat kondisi keuangan keluarga ibu Harmini, dapat dibilang
bahwa itu merupakan kondisi yang stabil dan cukup aman dalam masa
kedepannya. Tetapi dengan membuat rencana anggaran keluarga per
bulan dapat membantu dalam memaksimalkan sumberdaya yang
dimiliki keluarga dan juga dapat membantu dalam mencapai tujuan dari
keluarga ibu Harmini.
4. Menabung
Menabung merupakan hal yang penting yang sudah diajarkan
sejak dini. Menabung juga memiliki banyak keuntungan yang dapat
dirasakan pribadi maupun satu keluarga. Dalam rangka agar dapat
mencapai tujuan jangka menengah ibu Harmini, menabung merupakan
strategi / tindakan yang tepat melihat ibu Harmini masih mempunyai
dana yang tersisa per bulannya. Tabungan itu tidak hanya dapat
mencapai tujuan jangka menengahnya tetapi juga dapat menjadi dana
darurat yang seperti diketahui sangat penting terlebih lagi dalam
keluarga lanjut usia. Menabung sendiri dapat dilakukan secara
manual/pribadi ataupun dapat dilakukan di bank.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manajemen di dalam keluarga sangatlah penting.
manajemen keuangan keluarga dapat dikatakan sebagai indikator yang berpengaruh
besar terhadap tingkat kualitas kehidupan suatu keluarga, terlebih orangtua yang
lanjut usia. orang tua yang sudah lansia cenderung akan menghabiskan lebih banyak
kebutuhan atau tanggungan.
Perencanaan keuangan merupakan salah satu seni pengelolaan keluarga
masuknya arus uang yang dilakukan oleh individu maupun keluarga agar dapat
mencapai tujuan dengan efektif, efisien, dan bermanfaat agar keluarga tersebut
dapat merasakan kesejahteraan. Investasi untuk orang tua lanjut usia yaitu
tabungan, tunjangan kesehatan, dan menyiapkan dana darurat sesuai dengan
jumlah anggota keluarga. untuk keluarga dengan anak atau tanggungan lain. selain
itu menyiapkan sumber penghasilan baru saat pensiun agar masa pensiun dapat
dijalani dengan sejahtera. Mengingat bahwa tenaga seseorang dapat pensiun tidak
sperma saat usia produktif, maka sumber penghasilan yang cocok untuk para
pensiun ialah yang bersifat mendatangkan passive income.

5.2 Saran
Salah satu perencanaan keuangan saat di fase usia produktif adalah
memanfaatkan waktu yang terbatas untuk menabung dan berinvestasi lebih tinggi.
menyusun anggaran dengan mempertahankan dana darurat. Dana Darurat atau
emergensi fund merupakan dana siaga yang siap digunakan kapan saja dalam
kondisi darurat. Orangtua dapat menerapkan auto-debit untuk mengalokasikan
tabungan,investasi, dan asuransi dalam jangka pendek, menengah dan juga panjang.
Para perencana keuangan umumnya menyarankan budget tersebut sebesar 20%
hingga 30% dari penghasilan bulanan, untuk antisipasi yang dapat dilakukan di masa
lanjut usia yaitu pengontrolan waktu dan penentuan tujuan. Dalam pengontrolan
waktu dapat dilakukan dengan menggunakan metode ABC, yaitu cara
mengelompokan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan skala prioritas.
Pengelompokkan ini tentunya dilakukan dengan adanya analisis diri dalam
manajemen waktu, Sementara dalam penetapan tujuan hidup sebaiknya
dikelompokkan dalam beberapa bidang, diantaranya seperti keluarga, keuangan,
spiritual, jasmani, sosial budaya, dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adelina D, Soeharto TNED. 2011. Hubungan kecerdasan ruhaniah dengan kesiapan


menghadapi kematian pada lansia. Fak. Psikol. Univ. Mercu Buana.:1–13.
Jacob DE, Sandjaya. 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat
Karubaga district sub district Tolikara Provinsi Papua. J. Nas. Ilmu Kesehat.
1(69):1–16.
Kharisma F, Rasni H, Purwandari R. 2018. Hubungan pencapaian tugas perkembangan
keluarga tahap VIII (aging family) dengan perilaku pemenuhan kebutuhan
spiritual: Shalat pada lansia. Pustaka Keseh. 6(3):469–476.
doi:10.19184/pk.v6i3.11746.
Rodhiyah. 2012. Manajemen keuangan keluarga guna menuju keluarga sejahtera.
Forum. 40(1):28–33.
Rohmah AIN, Purwaningsih, Bariyah K. 2012. Kualitas hidup lanjut usia. J. Keperawatan.
3(2):120–132. doi:https://doi.org/10.22219/jk.v3i2.2589.
[PP]. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2021 Tentang Strategi
Nasional Kelanjutusiaan. 2021
Sulastri S, Hartoyo H. 2014. Pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun. J. Ilmu Kel. dan Konsum. 7(2):83–
92. doi:10.24156/jikk.2014.7.2.83.
Ada’ YR, Musfiroh M, Priyo D, Wiyono V. 2019. Gambaran kemandirian ekonomi pada
lansia. PLACENTUM J. Ilm. Kesehat. dan Apl. 7(2):16.
doi:10.20961/placentum.v7i2.32780.
Astuti RN, Hartoyo H. 2013. Pengaruh Nilai, tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap
perencanaan keuangan hari tua. J. Ilmu Kel. dan Konsum. 6(2):109–118.
doi:10.24156/jikk.2013.6.2.109.
Aulia N, Yuliati LN, Muflikhati I. 2019. Kesejahteraan keuangan keluarga usia pensiun:
literasi keuangan, perencanaan keuangan hari tua, dan kepemilikan aset. J. Ilmu
Kel. dan Konsum. 12(1):38–51. doi:10.24156/jikk.2019.12.1.38.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai