Anda di halaman 1dari 73

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

PT………………………..

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Istilah Dan Definisi

1. Perusahaan : ialah PT ……………………….

2. Pengusaha : ialah Pimpinan tertinggi dalam Perusahaan atau orang


yang ditunjuk untuk mewakilinya.

3. Serikat Pekerja : ialah organisasi pekerja yang sah, yakni Serikat Pekerja
yang telah tercatat secara resmi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dimana yang
dimaksud adalah Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan PT
…………………

4. Ketua/Pengurus
Serikat Pekerja : ialah Karyawan Perusahaan yang dipilih dari dan oleh
Anggota SPTP PT ……… sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

5. Anggota Serikat
Pekerja : ialah Karyawan Perusahaan yang telah terdaftar sebagai
Anggota SPTP PT ……… dan telah memiliki Kartu
Tanda Anggota.

6. Karyawan : ialah setiap orang atau pekerja (pria/wanita) yang


mempunyai hubungan kerja dengan Perusahaan, telah
menandatangani Perjanjian Kerja, telah diterima secara
sah oleh Pengusaha, dan menerima upah/gaji bulanan
dari Perusahaan.
7. Karyawan Dalam
Masa Percobaan : ialah orang atau pekerja yang telah menandatangani
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), yang
masa kerjanya belum lebih dari 3 (tiga) bulan, dan
menerima upah/gaji bulanan dari Perusahaan.

8. Karyawan Tetap : ialah orang atau pekerja yang telah diterima bekerja
untuk jangka waktu tidak tertentu, telah menandatangani
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), telah
melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan, dan telah
diangkat sebagai Karyawan Tetap, serta menerima upah/
gaji bulanan.

1
PKB PT ……………………
9. Karyawan Kontrak : ialah orang atau pekerja yang telah diterima bekerja
untuk jangka waktu tertentu, telah menandatangani
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan menerima
upah/gaji bulanan dari Perusahaan.

10. Karyawan Dengan


Jabatan/Pangkat
Staf Keatas : ialah Karyawan yang masuk dalam golongan jabatan/
pangkat tertentu, yang memiliki tanggung jawab sebagai
pemikir, perencana, pelaksana, dan pengendali jalannya
Perusahaan.

11. Keluarga Karyawan : ialah seorang istri/suami dan anak-anak dari Karyawan
yang sah berdasarkan hukum yang berlaku, yang
menjadi tanggungan Karyawan tersebut, serta terdaftar
dalam administrasi Perusahaan.

12. Anak Karyawan : ialah anak yang dilahirkan dari seorang istri yang sah,
dan atau anak angkat yang sah berdasarkan hukum yang
berlaku, maksimal 3 (tiga) orang yang menjadi
tanggungan, serta terdaftar dalam administrasi
Perusahaan, dengan ketentuan belum menikah, berumur
kurang dari 18 (delapan belas) tahun, atau masih
bersekolah dan belum bekerja atau tidak berpenghasilan,
dengan usia maksimal 23 (dua puluh tiga) tahun.

13. Ahli Waris : ialah orang yang mempunyai tali hubungan keluarga
dengan Karyawan, dengan dibuktikan dari akta yang sah,
untuk menerima pembayaran dalam hal kematian
(meninggal dunia). Bila tidak ada ahli waris, maka
pembayaran dilaksanakan menurut ketentuan hukum
yang berlaku.

14. Perjanjian Kerja : ialah perjanjian antara Karyawan dengan Pengusaha


yang memuat syarat-syarat kerja, hak-hak, dan
kewajiban-kewajiban para pihak.

15. Waktu Kerja : ialah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
selama 24 jam (00.00 WIB s/d 24.00 WIB).

16. Waktu Kerja


Lembur : ialah waktu kerja dimana dilakukan pekerjaan atas
perintah Perusahaan, untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan diluar jam kerja yang telah ditentukan, atau
jam kerja yang melebihi 7 (tujuh) atau 8 (delapan) jam
kerja sehari atau 40 (empat puluh) jam kerja seminggu,
atau kerja yang dilakukan pada hari istirahat mingguan
atau hari libur resmi, sesuai dengan ketentuan/peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

2
PKB PT ……………………
17. Hari Kerja : ialah hari dimana kegiatan kerja atau pekerjaan
dilakukan yaitu 5 (lima) hari atau 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu, atau hari kerja yang telah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan
dan Karyawan, dan tidak termasuk hari libur resmi.

18. Jam Kerja : ialah jam kerja yang telah ditetapkan bagi Karyawan
untuk melaksanakan pekerjaannya dalam waktu 1 (satu)
hari, dimana pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan Perusahaan.

19. Jam Kerja Shift : ialah jam kerja yang dilaksanakan secara bergilir dan
teratur dalam waktu 1 (satu) hari, menurut jadwal kerja
yang telah ditetapkan oleh Perusahaan, yang terbagi
menjadi Shift I, Shift II dan Shift III.

20. Hari Libur Resmi : ialah hari-hari libur yang sudah ditetapkan sebagai Hari
Besar, ataupun Hari Raya oleh Pemerintah pada setiap
tahunnya.

21. Hari Libur/Istirahat


Mingguan : ialah hari dimana kegiatan kerja dan pekerjaan tidak
dilakukan, yang diberikan setelah bekerja selama 5 hari
atau 6 hari kerja terus menerus dalam seminggu, kecuali
bagi Karyawan tertentu, yang diatur lain karena sifat,
jenis dan tuntutan pekerjaannya yang khusus.

22. Tidak Masuk Kerja


Dengan Ijin Khusus : ialah Perusahaan memberikan ijin khusus untuk tidak
masuk kerja kepada Karyawan sehubungan dengan
kepentingan-kepentingan yang telah diatur oleh
Perusahaan atau peraturan Ketenagakerjaan yang
berlaku, dan Perusahaan membayar upah/gajinya secara
penuh atas ketidakhadiran Karyawan tersebut.

23. Upah : ialah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Perusahaan


kepada Karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang
telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam
bentuk uang yang ditetapkan dan dibayarkan
berdasarkan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang–undangan.

24. Tunjangan Tetap : ialah tunjangan jabatan yang diberikan oleh Perusahaan
kepada Karyawan tertentu, berupa sejumlah uang di luar
dari upah/gaji, dan besarnya ditentukan oleh Perusahaan.

25. Tunjangan Tidak

3
PKB PT ……………………
Tetap/Bantuan : ialah tunjangan/bantuan yang diberikan oleh Perusahaan
kepada Karyawan, berupa sejumlah uang atau barang
sebagai fasilitas kerja di luar dari upah/gaji, yang
dikaitkan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran
Karyawan di Perusahaan, dan besarnya ditentukan oleh
Perusahaan.

26. Mutasi : ialah perpindahan dari satu jabatan ke jabatan lain, yang
memiliki golongan jabatan atau pangkat yang setingkat.
Termasuk dalam pengertian mutasi adalah perpindahan
dari satu Perusahaan ke Perusahaan yang lain di
lingkungan Perusahaa Group, atau satu unit usaha ke unit
usaha lainnya di lingkungan Perusahaan PT
…….., atau dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya,
atau dari satu daerah ke daerah lain dalam jabatan atau
pangkat yang sama dan atau memiliki golongan jabatan
atau pangkat yang setingkat.

27. Promosi : ialah perpindahan dari satu jabatan atau pangkat ke


jabatan atau pangkat lain, yang memiliki golongan
jabatan yang lebih tinggi, atau perpindahan pejabat dari
perusahaan kecil ke perusahaan besar di lingkungan
Perusahaan Group. Termasuk dalam pengertian promosi
adalah perpindahan dari satu unit usaha ke unit usaha
lainnya di lingkungan Perusahaan PT …………., atau
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, atau dari satu
daerah ke daerah lainnya dalam jabatan yang sama tetapi
memiliki golongan kepangkatan yang lebih tinggi.

28. Demosi : ialah perpindahan dari satu jabatan ke jabatan lain, yang
memiliki golongan jabatan yang lebih rendah. Termasuk
dalam pengertian demosi adalah perpindahan dari satu
perusahaan ke perusahaan lainnya di lingkungan
Perusahaan Group, atau perpindahan satu unit usaha ke
unit usaha lainnya di lingkungan Perusahaan PT ……..,
atau dari satu daerah ke daerah lainnya dalam jabatan
yang lebih rendah.
29. Rotasi Pekerjaan : ialah perpindahan Karyawan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain, baik rotasi pekerjaan di dalam
Perusahaan (internal) ataupun rotasi pekerjaan antar
perusahaan (eksternal).

Pasal 2
Pihak – Pihak Yang Mengadakan
Perjanjian Kerja Bersama

Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat antara pihak :

4
PKB PT ……………………
1. PT..........., yang berkantor pusat di ..................dan dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini diwakili oleh :
a. Nama :
Selaku : Direktur
b. Nama :
Selaku : Direktur
yang selanjutnya disebut Perusahaan.

2. Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan PT…………, yang beralamat di …………,


dan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini diwakili oleh :
a. Nama :
Selaku : Ketua
b. Nama :
Selaku : Sekretaris Umum
yang selanjutnya disebut Serikat Pekerja.

Pasal 3
Tujuan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama

1. Mengatur tentang hubungan kerja, syarat-syarat kerja, serta menjelaskan hak-hak


dan kewajiban-kewajiban Perusahaan, Serikat Pekerja dan Karyawan secara
berimbang sesuai dengan kebijakan-kebijakan Perusahaan dan peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Upaya untuk menciptakan hubungan kerja yang harmonis, yaitu ketenangan


berusaha bagi Perusahaan dan ketenangan bekerja bagi Karyawan.

3. Mengembangkan dan menumbuhkan rasa saling mengerti, saling menghargai, dan


saling mempercayai sehingga tercipta hubungan kerjasama yang selaras dan
bersinergi antara Perusahaan, Serikat Pekerja dan Karyawan.

4. Sebagai pedoman atau aturan yang dapat dipergunakan dalam menyelesaikan


suatu permasalahan/perselisihan yang timbul antara Perusahaan dengan
Karyawan, atau antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja.

5. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan produktivitas kerja Karyawan dan
Perusahaan sehingga dapat memajukan Perusahaan dan mensejahterakan
Karyawan.

Pasal 4
Ruang Lingkup Dan Luasnya Perjanjian Kerja Bersama

1. Telah disepakati oleh Perusahaan dan Serikat Pekerja bahwa Perjanjian Kerja
Bersama ini memuat hak dan kewajiban yang berlaku dan mengikat bagi
Perusahaan, Serikat Pekerja dan Karyawan.

2. Pada umumnya Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku terhadap semua Karyawan,
akan tetapi ada pengecualian tertentu di Perusahaan mengingat kekhususan

5
PKB PT ……………………
Karyawan untuk waktu tertentu dan pihak tertentu yang mempunyai hubungan
kerja sebagai mitra Perusahaan, maka ketentuan isi dari Perjanjian Kerja Bersama
ini tidak semuanya berlaku melainkan berpedoman pada kesepakatan dalam
Perjanjian Kerja yang telah ditandatangani bersama antara Perusahaan dengan
Karyawan waktu tertentu atau pihak tertentu tersebut.

3. Perjanjian Kerja Bersama ini melingkupi PT .........sebagai induk Perusahaan


beserta seluruh unit usahanya, sehingga Perjanjian Kerja Bersama ini adalah
sebagai Perjanjian Kerja Bersama induk yang berlaku dan mengikat bagi
Perusahaan beserta seluruh unit usahanya, Serikat Pekerja dan Karyawan.

4. Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama ini ditemukan


ketidaklengkapan, atau perlu adanya perubahan, atau perlu adanya pengaturan
lebih lanjut terhadap pasal/isi pasal dan kelengkapannya, maka akan dibuat

dalam Perjanjian Kerja tambahan berdasarkan musyawarah dan kesepakatan


bersama antara Pihak Perusahaan dengan Serikat Pekerja tanpa mengurangi atau
merubah makna dari pasal/isi pasal dan kelengkapannya, dan akan berlaku
semenjak ditetapkan oleh kedua belah pihak sampai dengan masa berakhirnya
Perjanjian Kerja Bersama ini.

5. Apabila Perusahaan atau Serikat Pekerja mengadakan perubahan nama, maka isi
dari pasal-pasal Perjanjian Kerja Bersama ini akan tetap berlaku bagi kedua belah
pihak sampai dengan masa berakhirnya Perjanjian Kerja Bersama ini.

6. Perusahaan atau Serikat Pekerja tetap memiliki hak-hak lainnya yang diatur atau
dilindungi oleh Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

7. Walaupun Wakil Perusahaan atau Wakil Serikat Pekerja yang telah membentuk
dan menandatangani Perjanjian Kerja Bersama ini berhenti atau meninggal dunia,
Perjanjian Kerja Bersama ini tetap berlaku sampai dengan masa berakhirnya, dan
penggantinya harus mentaati Perjanjian Kerja Bersama ini.

6
PKB PT ……………………
BAB II
PENGAKUAN DAN JAMINAN DARI PERUSAHAAN
DAN SERIKAT PEKERJA

Pasal 5
Pengakuan Perusahaan
Terhadap Hak-Hak Serikat Pekerja

1. Perusahaan mengakui bahwa Serikat Pekerja sebagai badan/organisasi yang sah


dan secara resmi telah tercatat sesuai dengan peraturan Pemerintah atau peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Perusahaan mengakui bahwa Serikat Pekerja sebagai badan/organisasi yang


bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab secara sah
mewakili Anggotanya di Perusahaan sesuai dengan fungsi, peran, dan tugas pokok
Serikat Pekerja di dalam Undang-undang No. 21 tahun 2000.

3. Perusahaan mengakui bahwa Serikat Pekerja secara sah mewakili Karyawan


untuk mengadakan perundingan tentang masalah Ketenagakerjaan, baik yang
menyangkut hubungan kerja, jam kerja, dan syarat-syarat kerja lainnya selama
masalah itu masih dalam kerangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis
antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja atau Karyawan.

Pasal 6
Pengakuan Serikat Pekerja
Terhadap Hak-Hak Perusahaan

Serikat Pekerja mengakui bahwa Perusahaan memiliki hak/kewenangan penuh


untuk memimpin dan mengelola usahanya sesuai dengan kebijakan-kebijakan dari
Perusahaan itu sendiri termasuk kebijakan yang diatur oleh Board of Management
(BOM) PT. ........sebagai pucuk tertinggi pada Perusahaan PT. .......dan juga
mempunyai hak/kewenangan penuh untuk mengurus semua soal-soal kepegawaian
dan hal-hal lain yang dipandang perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 7
Jaminan Perusahaan
Terhadap Pengurus Serikat Pekerja

1. Perusahaan menjamin tidak akan melakukan tekanan-tekanan baik secara


langsung maupun tidak langsung, tindakan-tindakan diskriminatif, dan tindakan
pembalasan terhadap Pengurus Serikat Pekerja yang telah dipilih/ditunjuk selaku
Fungsionaris Serikat Pekerja karena sesuatu hal yang berhubungan dengan fungsi,
peran dan tugas pokoknya.

7
PKB PT ……………………
2. Perusahaan memberikan jaminan kepada Serikat Pekerja untuk melakukan
perannya sebagai mediator dalam menyelesaikan keluhan-keluhan dari
Anggotanya, untuk menemui, meminta keterangan, memanggil menjadi saksi
Anggotanya sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya.

Pasal 8
Jaminan Serikat Pekerja
Terhadap Perusahaan

1. Serikat Pekerja menjamin akan selalu mengutamakan azas musyawarah mufakat


dan kekeluargaan dalam setiap penyelesaian permasalahan yang timbul antara
Perusahaan dengan Serikat Pekerja atau Karyawan.

2. Serikat Pekerja ikut bertanggung jawab untuk menciptakan ketenangan berusaha


bagi Perusahaan dan ketenangan bekerja bagi Karyawan.

3. Berdasarkan prinsip-prinsip Hubungan Industrial serta semangat kemitraan yang


baik, Serikat Pekerja akan menghindarkan tindakan-tindakan yang dapat
merugikan masing-masing pihak.

4. Serikat Pekerja berkewajiban membantu/mendukung Perusahaan dalam usaha


menegakkan peraturan, tata tertib, dan disiplin, serta mendukung upaya
penegakan disiplin berupa pemberian peringatan/sanksi oleh Perusahaan atas
kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh Anggotanya atau Karyawan sesuai
norma-norma yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

5. Serikat Pekerja menjamin bilamana ada Pengurus/Anggotanya melakukan suatu


tindakan sepihak, atau tanpa sepengetahuan serta ijin dari Ketua/ Pengurus Serikat
Pekerja, misalnya : mogok kerja, memperlambat tempo kerja, membagi-bagi/
menempel pamflet-pamflet, brosur-brosur, tulisan-tulisan dll, dan berakibat
merugikan Perusahaan atau Serikat Pekerja itu sendiri, maka Serikat Pekerja
dengan Pengusaha akan memberikan sanksi berupa Surat Peringatan sampai
dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Pengurus/Anggota yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di Perusahaan.

Pasal 9
Kewajiban Perusahaan Dan Serikat Pekerja

1. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk menjelaskan dan


menyebarluaskan isi Perjanjian Kerja Bersama ini kepada para Anggotanya atau
Karyawan.

2. Perusahaan, Serikat Pekerja dan Karyawan berkewajiban untuk melaksanakan


serta mentaati isi Perjanjian Kerja Bersama ini dan menegur atau memberikan
sanksi kepada pihak-pihak yang tidak mengindahkan dan melaksanakan isi
Perjanjian Kerja Bersama ini.

3. Disamping Perusahaan, Serikat Pekerja juga berkewajiban membantu Perusahaan


untuk meningkatkan produktivitas kerja, etos kerja, disiplin kerja, efisiensi kerja,

8
PKB PT ……………………
dan juga meningkatkan loyalitas para Anggotanya atau Karyawan terhadap
Perusahaan.

Pasal 10
Karyawan Dan Serikat Pekerja

1. Karyawan yang telah melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan dan telah diangkat
menjadi Karyawan Tetap serta Karyawan Kontrak dapat mendaftarkan diri
menjadi Anggota Serikat Pekerja.

2. Karyawan yang telah mendaftarkan diri untuk menjadi Anggota Serikat Pekerja
dan telah mengisi formulir pendaftaran serta memiliki Kartu Tanda Anggota dari
Serikat Pekerja, adalah Anggota Serikat Pekerja yang sah.

3. Karyawan tertentu yang memiliki peran secara struktural di dalam organisasi


Perusahaan, pengendali dan pemutus kebijakan dalam Perusahaan, dan Karyawan
yang tugasnya mewakili kepentingan Perusahaan, atau dikhawatirkan memiliki
pertentangan dalam berhadapan dengan Serikat Pekerja, tidak boleh menjadi
Pengurus Serikat Pekerja.

4. Apabila Serikat Pekerja dimintakan bantuannya untuk merundingkan penyelesaian


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tingkat Perusahaan (Bipartit) oleh
Karyawan yang bukan menjadi Anggota Serikat Pekerja, maka Serikat Pekerja
yang mewakili/mendampingi Karyawan tersebut harus mendapat kuasa tertulis
dari Karyawan yang bersangkutan.

5. Apabila Serikat Pekerja dimintakan bantuannya untuk merundingkan penyelesaian


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di luar dari tingkat Perusahaan (Bipartit) oleh
Karyawan yang menjadi Anggota atau bukan Anggota Serikat Pekerja, maka
Serikat Pekerja yang mewakili/mendampingi Karyawan tersebut harus mendapat
kuasa tertulis dari Karyawan yang menjadi Anggota atau bukan Anggota.

9
PKB PT ……………………
BAB III
KEGIATAN DAN FASILITAS SERIKAT PEKERJA

Pasal 11
Pemungutan Keuangan Serikat Pekerja

1. Iuran untuk Serikat Pekerja dapat dipotong oleh Perusahaan dari jumlah upah/gaji
bulanan para Anggota Serikat Pekerja setiap 1 (satu) bulan sekali melalui Divisi
HR atau Divisi Finance. Pemotongan iuran tersebut berdasarkan atas kuasa tertulis
para Anggota Serikat Pekerja yang dikoordinir oleh Ketua/Pengurus Serikat
Pekerja, untuk kemudian diteruskan melalui rekening Serikat Pekerja.

2. Besarnya iuran untuk setiap Anggota Serikat Pekerja adalah sesuai dengan
keputusan atau ketetapan dari Ketua/Pengurus Serikat Pekerja.

3. Dana yang terkumpul dari iuran Anggota Serikat Pekerja sepenuhnya


dipergunakan untuk kepentingan Serikat Pekerja.

Pasal 12
Kegiatan Serikat Pekerja

1. Perusahaan memberikan ijin kepada Ketua/Pengurus Serikat Pekerja untuk


membicarakan dan menyelesaikan secepatnya dengan Perusahaan masalah-
masalah Ketenagakerjaan yang bersifat mendesak dan sangat penting. Untuk
maksud tersebut, Serikat Pekerja secara prosedur dapat meminta ijin kepada
Perusahaan melalui Divisi HR atau Pimpinan lainnya yang sudah ditentukan oleh
Perusahaan.

2. Dalam hal Ketua/Pengurus/Anggota Serikat Pekerja mendapat panggilan seperti di


bawah ini, maka Ketua/Pengurus/Anggota Serikat Pekerja sebelumnya harus
membicarakan hal tersebut dengan Perusahaan melalui Divisi HR untuk
mendapatkan ijin meninggalkan pekerjaan yaitu :

10
PKB PT ……………………
a. Memenuhi panggilan dari instansi Pemerintah atau pihak berwajib pada waktu
yang telah ditentukan menyangkut soal-soal Ketenagakerjaan.
b. Undangan dari organisasi Serikat Pekerja atau organisasi lainnya untuk
mengikuti atau menghadiri kongres, konferensi, seminar atau rapat-rapat lain
yang serupa atau setingkat.
c. Undangan untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan yang diadakan oleh
organisasi Serikat Pekerja atau organisasi lainnya.
d. Dan lain-lain.

3. Apabila untuk maksud-maksud seperti tersebut pada pasal 12 ayat (2) diatas harus
dilakukan dalam jam kerja dan meninggalkan pekerjaannya atau tempat kerja,
maka Ketua/Pengurus/Anggota Serikat Pekerja harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Perusahaan melalui Divisi HR paling lambat 3 (tiga) hari
sebelumnya, kecuali dalam hal yang sangat mendesak/mendadak bisa dilakukan
secara lisan, dan apabila permohonan disetujui, Ketua/ Pengurus/ Anggota Serikat
Pekerja yang bersangkutan dapat meninggalkan pekerjaan dengan mendapatkan
dispensasi Perusahaan untuk urusan Serikat Pekerja.

Pasal 13
Ijin Kegiatan Serikat Pekerja
Di Dalam Lingkungan Perusahaan

1. Perusahaan memberikan kesempatan kepada Serikat Pekerja untuk melakukan


aktifitas/kegiatan dan mengembangkan organisasinya di dalam lingkungan
Perusahaan selama tidak mengganggu pekerjaannya dan kelancaran jalannya
Perusahaan serta tidak menyimpang dari anggaran dasar/anggaran rumah tangga
Serikat Pekerja, yang dalam pelaksanaanya terlebih dahulu memberitahukan/
mengajukan ijin tertulis kepada Perusahaan melalui Divisi HR paling lambat
3 (tiga) hari sebelumnya untuk mendapatkan persetujuan antara lain :

a. Membagi-bagi atau menempel pamflet-pamflet, brosur-brosur, tulisan-


tulisan, karikatur dan lain-lain di dalam lingkungan Perusahaan.
b. Mengadakan panggilan dan seruan di dalam lingkungan Perusahaan.
c. Menyangkut penggunaan ruangan untuk mengadakan rapat, pertemuan-
pertemuan ataupun berkumpul di dalam lingkungan Perusahaan.

2. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut diatas dilakukan tanpa ijin, maka Pengusaha


akan membicarakan masalah ini dengan Ketua/Pengurus Serikat Pekerja dalam
hal pemberian peringatan/sanksi oleh Perusahaan atas kesalahan/pelanggaran yang
dilakukan terhadap pelakunya.

Pasal 14
Fasilitas Untuk Serikat Pekerja

1. Perusahaan memberikan dispensasi kepada Pengurus atau Anggota Serikat


Pekerja yang dipilih atau ditunjuk oleh Ketua atau Pengurus Serikat Pekerja guna
menghadiri kongres, konferensi, seminar, pendidikan, pertemuan-pertemuan dan
tugas-tugas khusus yang berhubungan dengan masalah Ketenagakerjaan yang
diselenggarakan oleh organisasi Serikat Pekerja atau instansi Pemerintah dengan

11
PKB PT ……………………
upah penuh. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas apabila dilakukan di luar hari kerja
atau jam kerja tidak diberikan upah lembur atau kompensasi apapun oleh
Perusahaan.

2. Dengan seijin Perusahaan, Serikat Pekerja dapat mengadakan rapat Pengurus di


ruang rapat yang disediakan Perusahaan pada jam kerja atau hari kerja, dan
Perusahaan dapat meminjamkan alat-alat yang diperlukan untuk kepentingan
tersebut.

3. Perusahaan menyediakan ruang sekretariat dan papan pengumuman untuk Serikat


Pekerja guna penempelan pengumuman kegiatan-kegiatan Serikat Pekerja, dimana
tindasan / tembusan pengumuman tersebut sebelumnya harus diberikan kepada
Perusahaan melalui Divisi HR

Pasal 15
Kewajiban Melapor

1. Setiap adanya perubahan-perubahan di dalam organisasi Serikat Pekerja baik


perubahan kepengurusan maupun tata laksana harus dilaporkan kepada
Perusahaan secara tertulis dan terperinci oleh Ketua atau Pengurus Serikat
Pekerja.

2. Perusahaan dapat memberitahukan struktur organisasi, pengumuman-


pengumuman Perusahaan yang bersifat umum, Karyawan yang sudah selesai masa
percobaannya, atau perubahan-perubahan organisasi personalianya yaitu Manager
keatas maupun bentuk dari struktur organisasi tersebut kepada Ketua atau
Pengurus Serikat Pekerja.

12
PKB PT ……………………
BAB IV
HUBUNGAN KERJA

Pasal 16
Penerimaan Karyawan

1. Perusahaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk


bekerja di Perusahaan tanpa membeda-bedakan asal usul, suku, agama,
kepercayaan, ras, atau jenis kelamin. Tidak ada perbedaan perlakuan yang
didasarkan atas faktor-faktor tersebut.

2. Berdasarkan pertimbangan tertentu, Perusahaan dapat mempekerjakan Karyawan


berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) atau Tetap,
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak, dan mempekerjakan
pegawai/buruh/pekerja melalui Perjanjian Sub Cont atau Out Sourcing sesuai
dengan Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Jenis, sifat hubungan kerja, dan persyaratan beserta ketentuan pelaksanaannya


ditentukan Perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Perusahaan
berdasarkan suatu perjanjian kerja.

4. Berdasarkan pertimbangan tertentu, Perusahaan tidak menerima suami/istri,


saudara kandung/saudara lain dari Karyawan bekerja dalam satu Perusahaan.

5. Setiap permintaan penambahan Karyawan harus didasarkan atas Rencana


Kebutuhan Tenaga Kerja (RKTK) yang telah disetujui oleh Pimpinan Perusahaan,
kecuali yang bersifat penggantian. Permintaan penambahan Karyawan di luar
rencana kebutuhan tenaga kerja harus mendapat persetujuan dari Pimpinan
Perusahaan.

13
PKB PT ……………………
6. Proses penerimaan Karyawan harus mempertimbangkan dan memprioritaskan
calon-calon dari dalam Perusahaan (internal Perusahaan atau Group) melalui jalur
mutasi atau promosi. Pencarian calon Karyawan dari luar baru dilakukan jika
calon dari dalam ternyata tidak memenuhi persyaratan jabatan yang ada.

7. Dalam proses penerimaan terhadap calon Karyawan yang pernah bekerja di Group
dapat dilakukan sejauh memang posisi (jabatan) yang kosong tersebut sangat
membutuhkan kualifikasi calon Karyawan tersebut, dengan pertimbangan bahwa
calon Karyawan tersebut sebelum keluar dari perusahaan bekerja dengan baik dan
Karyawan tersebut mengundurkan diri dari perusahaan secara baik-baik
(terhormat). Sebelum Perusahaan menerima calon Karyawan tersebut harus
mempertimbangkan informasi dari Perusahaan di Grup terakhir dimana calon
tersebut bekerja sebagai bahan pertimbangan dalam proses penerimaan tersebut.

8. Setiap penerimaan Karyawan baru harus melalui proses pengajuan lamaran kerja,
proses seleksi, penandatanganan perjanjian kerja, masa percobaan (bagi calon
Karyawan Tetap), dan masa orientasi kerja.

9. Untuk dapat diterima sebagai Karyawan, seorang calon harus memenuhi


persyaratan jabatan yang diperlukan (job spec), lulus seleksi atau test yang
diadakan, dan harus melengkapi surat-surat keterangan/administrasi yang
diperlukan oleh Perusahaan.

10. Syarat-syarat untuk administrasi lamaran kerja meliputi :


a. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun.
b. Pas photo berwarna ukuran 4 x 6 = 3 lembar.
c. Menyerahkan foto copy ijazah terakhir.
d. Menyerahkan foto copy referensi kerja (bagi yang sudah pernah bekerja).
e. Menyerahkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih
berlaku.
f. Menyerahkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.
g. Mengisi setiap formulir data pribadi dari Perusahaan secara lengkap.

11. Setiap lamaran kerja yang masuk tidak otomatis dipanggil untuk mengikuti proses
seleksi. Hanya pelamar-pelamar yang dianggap memenuhi syarat yang akan
dipanggil untuk mengikuti proses seleksi.

12. Syarat-syarat untuk masuk kerja meliputi :


a. Lulus seleksi administrasi lamaran.
b. Lulus test tertulis atau test teknikal (ketrampilan).
c. Lulus Interview (wawancara).
d. Lulus Psikotest (bila perlu).
e. Lulus tes kesehatan (bila perlu), physik, darah rutin, urine rutin dan X-Ray
(Thorax) dimana biaya ditanggung oleh pelamar.

14
PKB PT ……………………
13. Setiap Karyawan baru yang telah diterima bekerja harus melengkapi persyaratan
administrasi/surat-surat yang diserahkan paling lambat pada hari pertama
Karyawan masuk kerja. Persyaratan tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Foto copy ijazah terakhir.
b. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.
c. Foto copy Surat Ijin Mengemudi (SIM) yang masih berlaku.
d. Foto copy Surat WNI (bagi yang memerlukan).
e. Foto copy Kartu Keluarga (KK).
f. Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga untuk keperluan PPh Pasal 21.
g. Surat Jaminan (untuk jabatan Kasir dan Juru Tagih).
h. Pas photo terakhir berwarna ukuran 4 x 6 = 2 lembar dan 2 x 2 = 2 lembar.
Semua surat aslinya harus diperlihatkan pada waktu penyerahan foto copy surat-
surat tersebut.

14. Karyawan yang pada akhirnya diterima bekerja di Perusahaan namun dalam
proses penerimaannya terbukti tidak wajar dan atau memberikan dokumen/data
yang tidak jujur atau palsu/dipalsukan, maka Karyawan yang bersangkutan harus
bersedia mengundurkan diri secara sepihak dari Perusahaan, atau dikualifikasikan
mengundurkan diri secara sepihak dari Perusahaan tanpa menuntut ganti rugi
apapun kepada Perusahaan termasuk Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, Uang Penggantian Hak dan lain-lain.

15. Setiap atasan langsung wajib memberikan bimbingan kepada Karyawan baru
dalam hal :
a. Pengetahuan mengenai Perusahaan dan bisnis Perusahaan.
b. Pengetahuan mengenai struktur organisasi yang berlaku, baik secara
keseluruhan Perusahaan maupun organisasi Divisi/Departemen/Seksi/Unit
dimana Karyawan ditempatkan.
c. Perkenalan dengan rekan-rekan kerja dan pejabat-pejabat penting sesuai yang
diperlukan.
d. Penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan.
e. Penjelasan mengenai Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku.
f. Penjelasan mengenai sikap kerja yang diharapkan.
g. Penjelasan mengenai hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal 17
Karyawan Masa Percobaan

1. Karyawan yang telah diterima bekerja sebagai calon Karyawan Tetap harus
menjalani masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal mulai
bekerja dan tidak dapat diperpanjang kembali.

2. Jika diperlukan untuk department head dapat dilakukan penambahan masa


orientasi paling lama 3 (tiga) bulan.

3. Sebelum memulai bekerja, setiap calon Karyawan Tetap harus menandatangani


Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), yang antara lain
menyatakan telah mengetahui dan menyetujui syarat-syarat kerja, ketentuan kerja,
dan Perjanjian Kerja Bersama.

15
PKB PT ……………………
4. Sebelum menandatangani Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT), setiap calon Karyawan diberi kesempatan untuk membaca Perjanjian
Kerja Bersama yang berlaku di Perusahaan.

5. Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dibuat rangkap 2 (dua)
dan masing-masing bermaterai cukup dimana :

a. 1 (satu) lembar untuk calon Karyawan yang bersangkutan (ditandatangani


diatas materai oleh Wakil Perusahaan).
b. 1 (satu) lembar untuk arsip Perusahaan (ditandatangani diatas materai oleh
calon Karyawan).

6. Selama dalam masa percobaan, setiap bulan Karyawan baru akan dimonitor,
dievaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap prestasi dan hasil kerjanya oleh
atasan langsung Karyawan dengan diketahui oleh Pimpinan Divisi atau
Departemennya untuk menentukan apakah hubungan kerja masih dapat diteruskan
atau tidak. Hasil evaluasi dan penilaian diserahkan ke Divisi HR paling lambat 2
(dua) minggu sebelum berakhirnya masa percobaan.

7. Apabila laporan evaluasi dan penilaian terhadap Karyawan masa percobaan


tersebut terlambat diserahkan atau bahkan tidak diserahkan oleh atasan langsung
Karyawan, maka Perusahaan melalui Pimpinan Divisi atau Departemen masing-
masing dapat memberikan Surat Peringatan kepada atasan langsung Karyawan
tersebut karena tidak mengindahkan/lalai dalam melaksanakan prosedur yang
ditetapkan oleh Perusahaan.

8. Jika Karyawan tersebut dinilai tidak lulus masa percobaan, maka Perusahaan
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum masa percobaan itu berakhir.

9. Seorang Karyawan yang telah menyelesaikan masa percobaan dengan baik dan
dinyatakan lulus memenuhi semua kualifikasi atau persyaratan jabatan yang
ditetapkan, maka akan dibuatkan surat pengangkatan menjadi Karyawan Tetap
sesuai dengan status serta jabatan/kepangkatannya dan mempunyai hak serta
kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

10. Selama dalam masa percobaan, Perusahaan maupun Karyawan masing-masing


berhak untuk memutuskan hubungan kerjanya (PHK) tanpa harus disertai adanya
alasan-alasan tertentu. Untuk itu Perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk
mengeluarkan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang
Penggantian Hak atau ganti rugi apapun kepada Karyawan tersebut.

Pasal 18
Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak)

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dilakukan untuk jangka waktu sesuai
dengan kebutuhan Perusahaan dan peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

16
PKB PT ……………………
2. Sebelum memulai bekerja, setiap calon Karyawan Kontrak harus menandatangani
Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), yang antara lain menyatakan
telah mengetahui dan menyetujui syarat-syarat kerja, ketentuan kerja, dan
Perjanjian Kerja Bersama.

3. Sebelum menandatangani Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), setiap


calon Karyawan diberi kesempatan untuk membaca Perjanjian Kerja Bersama
yang berlaku di Perusahaan.

4. Surat Perjanjian Kerja Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dibuat rangkap 2 (dua) dan
masing-masing bermaterai cukup dimana :

a. 1 (satu) lembar untuk calon Karyawan yang bersangkutan (ditandatangani


diatas materai oleh Wakil Perusahaan).
b. 1 (satu) lembar untuk arsip Perusahaan (ditandatangani diatas materai oleh
calon Karyawan).

5. Selama dalam masa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) setiap bulan
Karyawan Kontrak akan dimonitor, dievaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap
prestasi dan hasil kerjanya oleh atasan langsung Karyawan dengan diketahui oleh
Pimpinan Divisi atau Departemennya untuk menentukan apakah hubungan kerja
masih dapat diteruskan atau tidak. Hasil evaluasi dan penilaian diserahkan ke
Divisi HR paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) tersebut.

6. Apabila laporan evaluasi dan penilaian terhadap Karyawan Perjanjian Kerja


Waktu Tertentu (Kontrak) tersebut terlambat diserahkan atau bahkan tidak
diserahkan oleh atasan langsung Karyawan, maka Perusahaan melalui Pimpinan
Divisi atau Departemen masing-masing dapat memberikan Surat Peringatan
kepada atasan langsung Karyawan tersebut karena tidak mengindahkan/lalai
dalam melaksanakan prosedur yang ditetapkan oleh Perusahaan.

7. Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) tidak mempersyaratkan


adanya masa percobaan.

8. Apabila Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) telah berakhir jangka


waktunya, maka Perusahaan dapat memperpanjang atau memperbaharui
Perjanjian Kerja tersebut kepada Karyawan yang bersangkutan.

9. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) yang tidak diperpanjang atau


diperbaharui lagi wajib diberitahukan oleh Pimpinan Divisi/Departemen/Seksi
kepada Divisi HR paling lambat 1 (satu) bulan atau 30 hari sebeluim berakhirnya
Perjanjian Kerja tersebut.

10. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang tidak diperpanjang atau
diperbaharui lagi, akan diberitahukan oleh Divisi HR kepada Karyawan yang
bersangkutan paling lambat 2 (dua) minggu sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja
tersebut.

17
PKB PT ……………………
11. Apabila jangka waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) telah berakhir
dan tidak diperpanjang atau tidak diperbaharui lagi, maka secara otomatis terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
tersebut, Perusahaan tidak berkewajiban memberikan kompensasi apapun atau
ganti rugi apapun kepada karyawan yang bersangkutan, seperti : Uang Pesangon,
Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian Hak, Uang Pisah dll.

Pasal 19
Perubahan Data Karyawan

1. Setiap Karyawan wajib melaporkan perubahan dan atau perkembangan data


pribadi yang terjadi pada diri atau keluarga Karyawan ke Divisi HR paling lambat
2 (dua) minggu setelah terjadinya perubahan yaitu yang menyangkut :
a. Perubahan status perkawinan.
b. Perubahan status keluarga.
c. Perubahan pendidikan.
d. Perubahan alamat/tempat tinggal.
e. Perubahan jabatan/pangkat.
f. Perubahan status Karyawan.
g. Perubahan perpindahan Divisi/Departemen/Seksi/Unit.
h. Data training yang diikuti Karyawan.
i. Dan lain-lain.

2. Pengisian perubahan data Karyawan harus dilaporkan secara tertulis dengan


menggunakan Form “Her Registrasi” disertai dengan bukti-bukti pendukung
seperti copy Akte Kelahiran, copy Surat Nikah, dll.

3. Perubahan data yang tidak dilaporkan dianggap sebagai kelalaian yang dapat
berakibat dikenakannya sanksi Surat Peringatan terhadap Karyawan yang
bersangkutan sesuai yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

4. Perusahaan dapat melaksanakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap


Karyawan yang memberikan keterangan/data/dokumen palsu atau yang
dipalsukan kepada Perusahaan dan pelaksanaan PHK sesuai yang diatur dalam
Perjanjian Kerja Bersama ini.

18
PKB PT ……………………
BAB V
HARI KERJA, JAM KERJA, KERJA LEMBUR,
DAN HARI LIBUR

Pasal 20
Hari Kerja

1. Hari kerja adalah hari dimana kegiatan kerja atau pekerjaan dilakukan yaitu 5
(lima) hari atau 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau hari kerja yang
telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dengan Karyawan
dan tidak termasuk hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah.

2. Pengaturan hari kerja ditetapkan oleh Perusahaan berdasarkan atas kebutuhan atau
kepentingan dari masing-masing Divisi/Departemen/Seksi/Unit dengan tidak
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang atau peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 21
Jam Kerja

1. Waktu kerja kerja yang diberlakukan untuk melakukan pekerjaan di Perusahaan


adalah selama 24 jam (00.00 WIB s/d 24.00 WIB)

2. Jam kerja adalah jam kerja yang telah ditetapkan bagi Karyawan untuk
melaksanakan pekerjaannya dalam waktu 1 (satu) hari yaitu 7 (tujuh) atau 8

19
PKB PT ……………………
(delapan) jam kerja sehari dimana pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan
atau kepentingan Perusahaan.

3. Jam kerja yang berlaku di Perusahaan ditetapkan berdasarkan kebutuhan atau


kepentingan dari tiap Divisi/Departemen/Seksi/Unit dengan memperhatikan
kebijakan Perusahaan serta tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

4. Karyawan yang telah menjalankan pekerjaannya selama 4 (empat) jam terus


menerus akan diberikan waktu istirahat 1 (satu) jam yang diatur dan ditetapkan
oleh Perusahaan berdasarkan kebutuhan atau kepentingan masing-masing
Divisi/Departemen/Seksi/Unit, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk dalam
jam kerja.

5. Perusahaan mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur jam kerja terhadap
pelaksanaan Dinas Regu (Shift Work) bagi pekerjaan-pekerjaan yang harus
dijalankan secara berkesinambungan.

6. Perusahaan berhak mengatur jam kerja Shift bagi Karyawan yang dilaksanakan
secara bergilir dan teratur dalam waktu 1 (satu) hari menurut jadwal kerja yang
telah ditetapkan oleh Perusahaan yang terbagi menjadi Shift I, Shift II dan Shift
III, dan Karyawan yang terkena tugas Shift wajib melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.

7. Pada pelaksanaan jam kerja Shift, pelaksanaan istirahatnya akan diatur secara
bergiliran antara Karyawan yang bersangkutan untuk keperluan makan atau
melaksanakan ibadah.

8. Pada saat pergantian Shift, petugas Shift lama dilarang meninggalkan


pekerjaan/tempat kerjanya sebelum petugas pengganti Shift berikutnya datang.

Pasal 22
Kerja Lembur

1. Kerja lembur diatur oleh Perusahaan sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan
Perusahaan, dan pelaksanaannya diatur dan mendapat persetujuan dari Pimpinan
tertinggi masing-masing Divisi/Departemen/Seksi.

2. Upah lembur atau jam lembur diberikan oleh Perusahaan kepada Karyawan
tertentu berdasarkan karena sifat, jenis dan tuntutan pekerjaannya, dan tidak
diberikan bagi Karyawan dengan golongan jabatan Section Head / pangkat
Supervisor ke atas.

3. Cara perhitungan upah lembur sesuai dengan peraturan yang tercantum pada UU
No.13 Tahun 2003

4. Untuk kompensasi event / kegiatan di luar hari kerja untuk Jabatan Section Head
akan diganti insentif yang besarnya ditentukan oleh perusahaan.

20
PKB PT ……………………
5. Pengaturan batasan waktu lembur ditetapkan yaitu lama lembur yang lebih dari 15
(lima belas) menit tetapi kurang dari 30 (tiga puluh) menit untuk sekali lembur
akan diperhitungkan sama dengan 30 (tiga puluh) menit. Sedang lembur yang
kurang dari 15 (lima belas) menit tidak diperhitungkan. Lama lembur yang lebih
dari 30 (tiga puluh) tetapi kurang dari 45 (empat puluh lima) menit akan dihitung
sama dengan 30 (tiga puluh) menit, sedangkan lembur yang lebih dari 45 (empat
puluh lima) menit akan dihitung sama dengan 1 (satu) jam.

6. Umumnya Karyawan akan bekerja lembur atas dasar kesadaran dan atau perintah
dari atasan/Perusahaan, kecuali :

a. Dalam hal darurat dan jika ada pekerjaan-pekerjaan yang bila tidak
diselesaikan menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.
b. Dalam hal Karyawan tugas Shift sehingga harus terus menerus bekerja karena
penggantinya tidak datang atau berhalangan hadir dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari atasan Karyawan.
c. Dalam keadaan memaksa (force majeur), misalnya : kebakaran, banjir, atau
bencana alam lainnya.

7. Bagi Karyawan yang melaksanakan kerja lembur harus dibuatkan “Surat Perintah
Kerja Lembur” yang disetujui oleh atasan tertinggi dalam suatu Divisi/
Departemen/Seksi, dan apabila Karyawan bekerja tanpa “Surat Perintah Kerja
Lembur”, maka upah lemburnya tidak dibayar oleh Perusahaan kecuali dalam
keadaan sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (4).

8. Karyawan yang melakukan kerja lembur wajib mencetakkan kartu hadir/absensi


dan atau mengisi daftar hadir pada saat datang di tempat kerja dan pulang kerja.
Apabila Karyawan tidak mengisi daftar hadir, disamping akan dianggap sebagai
mangkir, juga upah lemburnya tidak akan dihitung atau dibayar oleh Perusahaan
dan dapat berakibat dikenakannya sanksi Surat Peringatan terhadap Karyawan
tersebut sesuai yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

9. Bagi Karyawan yang mendapat perintah kerja lembur tetapi tidak melaksanakan/
menolak perintah kerja lembur tersebut dengan alasan yang tidak dapat diterima
oleh atasannya atau Perusahaan, dapat diberikan sanksi Surat Peringatan terhadap
Karyawan tersebut sesuai yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

10. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas upah lembur ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 23
Hari Libur Resmi Dan Istirahat Mingguan

1. Pada hari libur resmi semua Karyawan beristirahat dengan tetap mendapat upah.

2. Bagi Karyawan Shift yang bekerja pada hari libur resmi, maka akan
diperhitungkan sebagai kerja lembur.

21
PKB PT ……………………
3. Setiap Karyawan berhak atas istirahat mingguan 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu, atau 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu.

4. Karena sifat, jenis, dan tuntutan pekerjaannya, khusus untuk bagian Keamanan
dan bagian-bagian tertentu lainnya, hari libur mingguannya disesuaikan dengan
jadwal tugas yang telah diatur oleh atasannya atau Perusahaan.

5. Karyawan Shift dan Karyawan khusus tertentu lainnya yang bertugas pada hari
Sabtu/Minggu atau istirahat mingguan tetapi bukan merupakan hari liburnya, tidak
diberikan upah lembur (misalnya bagian Security/Maintenance dll).

BAB VI
PERATURAN, TATA TERTIB KERJA DAN SANKSI

Pasal 24
Kewajiban-Kewajiban Bagi Karyawan

1. Karyawan wajib melaksanakan “SEMANGAT KERJA” Perusahaan yaitu :


a. Tanggung Jawab.
b. Inisiatif.
c. Kerjasama.
d. Etika.
e. Disiplin.

2. Karyawan wajib melaksanakan “TRI DHARMA” Karyawan yaitu :


a. Merasa ikut memiliki Perusahaan.
b. Ikut memelihara dan mempertahankan Perusahaan.
c. Terus menerus mawas diri.

3. Karyawan wajib menjunjung tinggi nama baik/reputasi dan citra Perusahaan


dimanapun Karyawan berada.

4. Karyawan wajib bersikap jujur dalam segala tindakan dan perilaku sehari-hari di
tempat kerja.

5. Karyawan wajib bersikap sopan santun, ramah dan menghargai atau menghormati
terhadap atasan, rekan kerja, dan orang-orang yang berada di dalam lingkungan
Perusahaan.

6. Karyawan wajib menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadanya serta tidak
melakukan perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang merugikan Perusahaan.

22
PKB PT ……………………
7. Karyawan wajib mengutamakan serta memperhatikan kepentingan Perusahaan
sesuai dengan kemampuannya, walaupun untuk itu tidak ada perintah/tugas yang
diberikan kepadanya.

8. Karyawan wajib untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, bersungguh-


sungguh, efisien/efektif dan penuh tanggung jawab serta wajib mengikuti semua
sistem dan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

9. Karyawan wajib melaksanakan atau mengikuti petunjuk/perintah/instruksi tugas


yang diberikan oleh atasannya atau Pimpinan Perusahaan sepanjang hal tersebut
tidak menyimpang dari arah, tujuan, kebijakan Perusahaan dan norma-norma yang
berlaku.

10. Karyawan wajib mencatatkan kehadiran atau mengisi daftar hadir di mesin
absensi pada saat datang atau pulang kerja pada hari kerja yang telah ditetapkan
oleh Perusahaan.

11. Karyawan wajib datang atau masuk ke tempat kerja tepat pada waktunya, dan
tidak boleh pulang kerja sebelum waktu yang sudah ditetapkan.

12. Karyawan wajib mengisi form yang disediakan oleh Divisi HR dan meminta ijin
atau persetujuan atasan apabila akan meninggalkan pekerjaan atau tempat kerja
untuk keperluan tugas kantor atau keperluan pribadi Karyawan.

13. Karyawan wajib berpakaian rapih, sopan, dan bersepatu di dalam lingkungan
Perusahaan.

14. Karyawan Security/Keamanan wajib memakai pakaian seragam pada saat


melaksanakan tugasnya.

15. Karyawan wajib menjaga dan memelihara kebersihan, kerapihan, dan ketertiban
tempat kerjanya masing-masing.

16. Karyawan wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau Pimpinan
Perusahaan apabila mengetahui adanya tindakan penggelapan ataupun pencurian
yang dapat berakibat merugikan Perusahaan.

17. Karyawan wajib memeriksakan kesehatannya pada Dokter atau Rumah Sakit yang
ditunjuk, jika hal tersebut dianggap perlu oleh Perusahaan.

18. Karyawan yang tidak masuk kerja, wajib memberitahukan kepada atasannya atau
Divisi HR. Bilamana hal tersebut karena sakit, wajib melampirkan surat
keterangan Dokter, copy resep, dan atau kwitansi obat. Atasan Karyawan berhak
untuk menolak surat keterangan Dokter, copy resep, dan atau kwitansi obat
apabila hal itu dianggap tidak masuk akal atau mencurigakan.

19. Pimpinan Divisi/Departemen wajib menyerahkan laporan evaluasi dan penilaian


Karyawan dalam Masa Percobaan atau Karyawan Kontrak, dan juga memberikan

23
PKB PT ……………………
laporan penilaian prestasi atau kompetensi terhadap bawahannya masing-masing
secara periodik kepada Perusahaan atau Divisi HR setelah ditandatangani oleh
oleh masing-masing pihak.

20. Jika Karyawan hendak berhenti kerja/mengundurkan diri, maka Karyawan wajib
memberitahukan hal tersebut kepada atasannya atau Perusahaan secara tertulis
1 (satu) bulan sebelumnya, dan juga wajib melakukan pekerjaan sebagaimana
biasa sampai hari terakhir Karyawan bekerja.

21. Karyawan yang hendak berhenti kerja dari Perusahaan wajib mengembalikan
barang/inventaris milik Perusahaan, dan juga melunasi semua kewajiban-
kewajiban seperti utang dan lain-lain kepada Perusahaan atau Koperasi atau
pihak-pihak lain yang terkait.

22. Dan kewajiban-kewajiban lainnya yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini, akan diatur kemudian melalui Perjanjian Bersama yang disepakati
antara Perusahaan dan Serikat Pekerja.

23. Karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban


pada pasal 24 ini, maka atasan Karyawan atau Perusahaan dapat memberikan
sanksi berupa Peringatan Lisan, atau Surat Peringatan, atau Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) kepada Karyawan yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan
tergantung dari kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan dan atau sesuai
yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

24. Apabila ada kesalahan/pelanggaran yang seharusnya diberikan Surat Peringatan


kepada bawahannya (SP I, II, III) tetapi oleh atasannya setelah diberitahu Divisi
HR tidak juga memberikan Surat Peringatan, maka kepada bawahan yang
melakukan kesalahan/pelanggaran dan atasannya langsung yang tidak
memberikan Surat Peringatan tersebut (SP I, II, III) dapat diberi Surat Peringatan
oleh Divisi HR atau Pimpinan Perusahaan sesuai dengan tingkat
kesalahan/pelanggarannya dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini, yang tembusannya diberikan kepada atasannya yang lebih
tinggi.

Pasal 25
Larangan-Larangan Bagi Karyawan

1. Karyawan dilarang mengabsenkan kartu absen Karyawan lain, atau kartunya


diabsenkan oleh Karyawan lain atau mengubah data absensi tanpa ijin dari
Divisi HR.

2. Karyawan dilarang mencatatkan kehadiran atau mengisi absensi pada saat masuk
kerja atau pulang kerja dengan menulis di "Kartu Absensi", terkecuali kondisi
mesin absensi rusak atau sudah memberitahukan kepada Divisi HR.

24
PKB PT ……………………
3. Karyawan dilarang meninggalkan pekerjaan atau tempat kerja sebelum waktu
yang telah ditetapkan oleh Perusahaan (waktu kerja, waktu istirahat, dan waktu
pulang) tanpa ijin atau persetujuan dari atasannya atau Perusahaan.

4. Karyawan dilarang meninggalkan pekerjaan atau tempat kerja untuk keperluan


tugas atau keperluan pribadi tanpa memberitahukan atau ijin dari atasannya yang
berwenang.

5. Karyawan dilarang memperlambat tempo kerja, atau mengobrol pada waktu jam
kerja, atau membuang-buang waktu dengan sengaja tanpa melakukan pekerjaan
sehingga mengakibatkan target pekerjaan tidak tercapai.

6. Karyawan dilarang menerima tamu pribadi selama jam kerja, tanpa ijin dari
atasannya atau Divisi HR.

7. Karyawan dilarang bekerja di perusahaan atau instansi lain, kecuali bila


ditugaskan atau mendapat ijin tertulis dari Perusahaan.

8. Karyawan dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, atau mengalihkan


pekerjaan kepada Karyawan lainnya tanpa seijin atasannya/ Perusahaan.

9. Karyawan dilarang menerima/mengerjakan/mengurus pekerjaan dari konsumen


yang berhubungan/berkaitan dengan kegiatan Perusahaan untuk kepentingan atau
mencari keuntungan pribadi.

10. Karyawan dilarang menyalahgunakan jabatan/wewenang atau kepercayaan yang


diberikan Perusahaan untuk kepentingan atau mendapatkan keuntungan sendiri.

11. Karyawan dilarang memalsukan surat-surat/dokumen-dokumen/data dll milik


Perusahaan.

12. Karyawan dilarang memberikan laporan/keterangan palsu atau menginformasikan


kepada atasan atau Perusahaan tidak sesuai dengan kondisi/kejadian sebenarnya
sehingga menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.

13. Karyawan dilarang memanfaatkan atau menyewakan barang/inventaris/aset milik


Perusahaan kepada pihak lainnya tanpa seijin dari Perusahaan.

14. Karyawan dilarang memakai atau menggunakan barang/alat-alat/inventaris milik


Perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa ijin dari Perusahaan.

15. Karyawan dilarang melaksanakan kegiatan tertentu di lingkungan Perusahaan


pada jam kerja/hari kerja atau di luar jam kerja/hari libur untuk kepentingan
pribadi Karyawan tanpa seijin Perusahaan, seperti memancing/menjala ikan, dll.

16. Karyawan dilarang membawa barang terlarang (narkoba dll.), barang berbahaya
(senjata tajam atau senjata api dll.) ke dalam Perusahaan.

25
PKB PT ……………………
17. Karyawan dilarang menaruh/meletakkan uang/barang berharga milik pribadi
Karyawan disembarang tempat, seperti Handphone, jam tangan, cincin dll.
Perusahaan tidak bertanggung jawab atas kehilangan uang/barang tersebut.

18. Karyawan dilarang membuat kotor atau membiarkan tempat kerja atau
lingkungan kerja dalam keadaan kotor atau berantakan.

19. Karyawan dilarang membuang sampah di sembarang tempat atau bukan pada
tempatnya di dalam lingkungan Perusahaan termasuk di dalam WC/Kloset.

20. Karyawan dilarang merokok di tempat kerja dan lingkungan kerja, kecuali
ditempat yang telah disediakan ataupun diperbolehkan oleh perusahaan (lokasi
disesuaikan dengan masing-masing area di unit bisnis)

21. Karyawan wanita dilarang mengenakan pakaian yang melampaui batas-batas


kesopanan dan kesusilaan.

22. Karyawan dilarang masuk ke dalam kantor pada saat tidak bertugas/bekerja,
kecuali mendapat ijin dari Perusahaan atau petugas Security/Keamanan.

23. Karyawan dilarang melakukan kegiatan Politik dilingkungan Perusahaan,


menggunakan fasilitas Perusahaan untuk kegiatan Politik, dan kegiatan-kegiatan
lain yang mengandung unsur SARA, atau berdampak negatif terhadap
Perusahaan.

24. Dan larangan-larangan lainnya yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini, akan diatur kemudian melalui Perjanjian Bersama yang disepakati
antara Perusahaan dan Serikat Pekerja.

25. Karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran terhadap larangan-larangan


pada pasal 25 ini, maka atasan Karyawan atau Perusahaan dapat memberikan
sanksi berupa Peringatan Lisan, atau Surat Peringatan, atau Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) kepada Karyawan yang bersangkutan. Sanksi yang
diberikan tergantung dari kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan dan
atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

26. Apabila ada kesalahan/pelanggaran yang seharusnya diberikan Surat Peringatan


kepada bawahannya (SP I, II, III) tetapi oleh atasannya setelah diberitahu Divisi
HR tidak juga memberikan Surat Peringatan, maka kepada bawahan yang
melakukan kesalahan/pelanggaran dan atasannya langsung yang tidak
memberikan Surat Peringatan tersebut (SP I, II, III) dapat diberi Surat Peringatan
oleh Divisi HR atau Pimpinan Perusahaan sesuai dengan tingkat
kesalahan/pelanggarannya dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini, yang tembusannya diberikan kepada atasannya yang lebih
tinggi.

Pasal 26
Pemberian Sanksi

26
PKB PT ……………………
1. Dalam hal Karyawan melakukan kesalahan/pelanggaran ketentuan yang diatur
dalam Perjanjian Kerja, dan atau Perjanjian Kerja Bersama, dan atau peraturan
tata tertib kerja yang telah ditetapkan Perusahaan, akan dikenakan sanksi berupa
Peringatan Lisan, Surat Peringatan, atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

2. Sanksi peringatan pada dasarnya diberikan untuk kepentingan pembinaan


Karyawan dalam mentaati peraturan tata tertib dan disiplin kerja atau Perjanjian
Kerja Bersama yang berlaku.

3. Sanksi peringatan terdiri dari :


a. Peringatan Lisan.
b. Surat Peringatan Pertama (SP I).
c. Surat Peringatan Kedua (SP II).
d. Surat Peringatan Ketiga (SP III).

4. Masa berlaku Surat Peringatan adalah :


a. Surat Peringatan Pertama (SP I) = 6 (enam) bulan
b. Surat Peringatan Kedua (SP II) = 9 (sembilan) bulan
c. Surat Peringatan Ketiga (SP III) = 12 (duabelas) bulan

5. Sanksi peringatan yang dikeluarkan oleh Perusahaan tergantung dari berat atau
ringannya kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan, atau dengan kata lain
bahwa Perusahaan dapat memberikan sanksi langsung berupa Surat Peringatan
Pertama (SP I), atau Surat Peringatan Kedua (SP II), atau Surat Peringatan Ketiga
(SP III), atau sanksi langsung Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sesuai dengan
berat atau ringannya kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan.

6. Apabila terjadi kesalahan ringan, sebelum diterbitkan Surat Peringatan Pertama


(SP I) hendaknya didahului dengan adanya Peringatan Lisan.

7. Surat Peringatan Pertama (SP I) diberikan kepada Karyawan apabila melakukan


kesalahan/pelanggaran atas peraturan-peraturan dan tata tertib kerja yang telah
ditetapkan yang sifat atau dampaknya masih dalam batas-batas yang dapat
diterima oleh Perusahaan.

8. Surat Peringatan Kedua (SP II) diberikan kepada Karyawan yang setelah
mendapat Surat Peringatan Pertama (SP I) melakukan kesalahan/pelanggaran lagi
dalam jangka waktu berlakunya Surat Peringatan Pertama (SP I), dan atau Surat
Peringatan Kedua (SP II) diberikan kepada Karyawan yang telah melakukan
kesalahan/pelanggaran yang berdampak cukup berat.

9. Surat Peringatan Ketiga (SP III) diberikan terhadap Karyawan apabila :


a. Setelah mendapat Surat Peringatan Kedua (SP II) melakukan kesalahan/
pelanggaran lagi dalam jangka waktu berlakunya Surat Peringatan Kedua
(SP II), dan atau melakukan kesalahan/pelanggaran seperti yang tercantum
dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
b. Melakukan kesalahan/pelanggaran seperti yang diuraikan dalam Bab XIV
Pasal 60 ayat (2) dari Perjanjian Kerja Bersama ini.

27
PKB PT ……………………
10. Setelah mendapatkan Surat Peringatan Ketiga (SP III), Karyawan masih tetap
tidak menunjukkan perbaikan ataupun melakukan kesalahan/pelanggaran lagi
dalam periode berlakunya Surat Peringatan Ketiga (SP III), maka Perusahaan
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Karyawan dengan
diberikan kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja sesuai ketentuan yang telah
diatur pada pasal 60 ayat (3) dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

11. Apabila ada kesalahan/pelanggaran yang seharusnya diberikan Surat Peringatan


kepada bawahannya (SP I, II, III) tetapi oleh atasannya setelah diberitahu Divisi
HR tidak juga memberikan Surat Peringatan, maka kepada bawahan yang
melakukan kesalahan/pelanggaran dan atasannya langsung yang tidak
memberikan Surat Peringatan tersebut (SP I, II, III) dapat diberi Surat Peringatan
oleh Divisi HR atau Pimpinan Perusahaan sesuai dengan tingkat
kesalahan/pelanggarannya dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini, yang tembusannya diberikan kepada atasannya yang lebih
tinggi.

12. Pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan Surat Peringatan adalah sebagai


berikut :
a. Surat Peringatan Pertama (SP I) dan Surat Peringatan Kedua (SP II)
dikeluarkan oleh atasan Karyawan (Division Head/Department Head/Section
Head) dari Karyawan yang bersangkutan dengan tembusan kepada Divisi HR.
b. Surat Peringatan Ketiga (SP III) dikeluarkan oleh atasan Karyawan (Division
Head/Department Head/Section Head) dari Karyawan yang bersangkutan dan
diketahui oleh Divisi HR.

13. Apabila masa berlakunya dari masing-masing Surat Peringatan (SP I, II, III) telah
berakhir dan Karyawan menunjukkan perbaikan dengan prestasi dan perilaku
kerja yang baik serta tidak melakukan kesalahan/pelanggaran lagi, maka catatan
Surat Peringatan tersebut dihapus dari data Karyawan yang bersangkutan.

Pasal 27
Mangkir

1. Apabila Karyawan tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat diterima oleh
Perusahaan dan atau tanpa memberikan keterangan secara tertulis dengan bukti-
bukti yang sah, maka Karyawan tersebut dianggap mangkir dan kepada Karyawan
tersebut dapat dikenakan sanksi peringatan oleh Perusahaan.

2. Karyawan yang tidak mencetakkan kartu hadir/absensi dan atau tidak mengisi
daftar hadir pada saat datang di tempat kerja dan pulang kerja akan dianggap
sebagai mangkir yang dapat berakibat dikenakannya sanksi Surat Peringatan
terhadap Karyawan tersebut sesuai yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama
ini.

3. Surat keterangan/bukti-bukti yang sah sebagaimana dimaksud pada pasal 27 ayat


(1) diatas harus diserahkan paling lambat pada hari kedua Karyawan tidak masuk
bekerja melalui facsimile atau media lainnya, dan asli surat keterangan/bukti
tersebut wajib diserahkan pada hari pertama Karyawan masuk bekerja.

28
PKB PT ……………………
4. Surat keterangan/bukti-bukti yang sah yang diserahkan oleh Karyawan setelah
melewati hari kedua tidak masuk bekerja dinyatakan tidak sah oleh Perusahaan,
dan Karyawan tersebut dianggap mangkir oleh Perusahaan.

5. Selain Divisi HR, atasan Karyawan juga wajib mengecek Karyawannya yang
mangkir dan segera memberitahukan ke Divisi HR untuk dikeluarkan sanksi
peringatan kepada Karyawan yang bersangkutan sesuai dengan
kesalahan/pelanggarannya.

6. Ketentuan dalam pemberian sanksi peringatan dalam hal Karyawan mangkir


adalah :
a. Apabila Karyawan mangkir 1 (satu) hari kerja dalam sebulan diberikan
Peringatan Lisan.
b. Apabila Karyawan mangkir 2 (dua) hari kerja dalam sebulan diberikan Surat
Peringatan Pertama (SP I).
c. Apabila Karyawan mangkir 3 (tiga) hari kerja dalam sebulan diberikan Surat
Peringatan Kedua (SP II).
d. Apabila Karyawan mangkir 4 (empat) hari kerja dalam sebulan diberikan
Surat Peringatan Ketiga (SP III).

7. Setelah mendapatkan Surat Peringatan Ketiga (SP III), Karyawan masih tetap
tidak menunjukkan perbaikan ataupun melakukan kesalahan/pelanggaran lagi
dalam periode berlakunya Surat Peringatan Ketiga (SP III), maka Perusahaan
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Karyawan dengan
diberikan kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja sesuai ketentuan yang telah
diatur pada pasal 60 ayat (3) dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

8. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja (bagi yang 5 hari kerja) dan 6
(enam) hari kerja (bagi yang 6 hari kerja) atau lebih secara berturut-turut dalam
waktu 1 (satu) bulan tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah, dan telah dipanggil oleh Perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan
tertulis, dapat diputus hubungan kerjanya (PHK) karena dikualifikasikan telah
mengundurkan diri secara tidak baik dari Perusahaan.

9. Karyawan yang mangkir selama 8 (delapan) hari kerja atau lebih secara tidak
berturut-turut dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa keterangan secara tertulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah, dan telah 2 (dua) kali dipanggil oleh
Perusahaan dapat diputus hubungan kerjanya (PHK) karena dikualifikasikan telah
mengundurkan diri secara tidak baik dari Perusahaan.

Pasal 28
Mutasi, Promosi Dan Demosi

1. Penempatan, mutasi, promosi dan demosi adalah hak dan wewenang Perusahaan
sepenuhnya yang dilakukan untuk kebutuhan atau kepentingan Perusahaan atau
Perusahaan Group. Oleh karena itu setiap Karyawan harus bersedia serta mentaati
dan melaksanakan sebaik-baiknya mutasi, promosi dan demosi tersebut.

29
PKB PT ……………………
2. Berdasarkan pertimbangan tertentu, Perusahaan tidak membolehkan suami-istri
bekerja dalam satu Divisi/Departemen. Jika terjadi demikian, maka salah satu
diantaranya harus di mutasikan ke Divisi/ Departemen kerja lainnya di dalam
Perusahaan, atau antar unit usaha Perusahaan PT............., atau antar Perusahaan di
dalam lingkungan Group.

3. Dalam hal pengangkatan atau pengisian lowongan jabatan atau promosi atau
mutasi, pada dasarnya Perusahaan akan memperhatikan/mengutamakan kebutuhan
Perusahaan, potensi, kemampuan Karyawan, prestasi kerja, etos kerja, volume
kerja, efisiensi/efektivitas kerja, pendidikan, loyalitas/dedikasi, masa kerja, dan
perencanaan karir yang telah disusun oleh Perusahaan.

4. Perusahaan akan mengadakan demosi terhadap Karyawan apabila kemampuan


kerja, prestasi kerja, etos kerja Karyawan menurun, atau kompetensi tidak sesuai
dengan tuntutan jabatan, atau sering membuat kesalahan fatal dalam pekerjaan,
dan lain-lain.

5. Usulan mutasi, promosi atau demosi dalam satu Perusahaan harus disetujui oleh
Pimpinan Perusahaan. Sedangkan untuk usulan mutasi, promosi atau demosi antar
Perusahaan dalam lingkungan Group harus disetujui oleh Pimpinan Perusahaan
kedua belah pihak.

6. Seorang Karyawan yang dimutasikan atau dipromosikan atau didemosi untuk


suatu jabatan tertentu terlebih dahulu pihak yang mengajukan harus mengisi form
“Usulan Mutasi/Promosi/Demosi” yang telah ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dengan mutasi, promosi atau demosi tersebut, dan form yang
telah ditandatangani kemudian diserahkan ke Divisi HR untuk diperiksa.

7. Apabila karena suatu kebutuhan atau kepentingan Perusahaan terjadi mutasi dan
atau promosi Karyawan dari Perusahaan dalam lingkungan Group, maka
Karyawan yang bersangkutan wajib untuk mentaati dan melaksanakan semua
ketentuan yang berlaku di Perusahaan dan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

8. Apabila Karyawan dimutasikan atau dipromosikan untuk suatu jabatan/pangkat


tertentu, maka Perusahaan akan mengadakan penilaian atas kemampuan
Karyawan pada jabatan/pangkat baru tersebut selama maksimum 6 (enam) bulan
untuk jabatan Department Head dengan pangkat Assisten Manager ke atas, dan 3
(tiga) bulan untuk jabatan Section Head dengan pangkat Supervisor ke bawah, dan
berdasarkan pertimbangan tertentu masa orientasi terhadap mutasi atau promosi
tersebut dapat diperpanjang kembali untuk 1 (satu) periode lagi.

9. Jika mutasi atau promosi terjadi atas keputusan Perusahaan, maka mutasi atau
promosi tersebut tidak boleh mengurangi gaji yang telah diterima Karyawan pada
jabatan/pangkat sebelumnya, sedangkan tunjangan dan fasilitas dapat disesuaikan
dengan jabatan/pangkat yang baru.

10. Jika mutasi terjadi atas permintaan Karyawan dan disetujui oleh Perusahaan, maka
gaji, tunjangan, dan fasilitas yang telah diterima oleh Karyawan sebelumnya

30
PKB PT ……………………
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk jabatan/pangkat atau tempat
yang baru tersebut.

11. Jika terjadi demosi terhadap Karyawan, maka Perusahaan tidak akan mengurangi
gaji yang diterima Karyawan sebelumnya, namun segala tunjangan dan fasilitas
yang ada hubungannya dengan jabatan yang lama akan disesuaikan dengan
tunjangan dan fasilitas pada jabatan yang baru.

12. Perusahaan akan memberikan sanksi berupa Surat Peringatan I, II, III sampai
dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi Karyawan yang menolak mutasi,
promosi atau demosi. Ketentuan dalam pemberian sanksinya yaitu :
a. Karyawan akan diberikan Surat Peringatan Pertama (SP I) apabila dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Mutasi/
Promosi/Demosi, Karyawan menolak keputusan tersebut.
b. Surat Peringatan Kedua (SP II) diberikan apabila dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah mendapat Surat Peringatan Pertama (SP I), Karyawan
masih menolak keputusan Mutasi/Promosi/Demosi tersebut.
c. Surat Peringatan Ketiga (SP III) diberikan apabila dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah mendapat Surat Peringatan Kedua (SP II), Karyawan
masih tetap menolak keputusan Mutasi/Promosi/Demosi tersebut.

13. Setelah mendapat Surat Peringatan Ketiga (SP III) Karyawan tetap menolak
keputusan Mutasi/Promosi/ Demosi tersebut, maka Perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Karyawan dengan diberikan
kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja sesuai ketentuan yang telah diatur pada
pasal 60 ayat (3) dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

BAB VII
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN KERJA

Pasal 29
Cuti Tahunan

1. Karyawan yang mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau 12 (dua belas) bulan
terus menerus tanpa terputus terhitung sejak tanggal masuk kerja berhak atas Cuti
Tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan mendapat upah penuh.

2. Hak atas Cuti Tahunan akan digugurkan oleh Perusahaan (c.q. Divisi HR) apabila
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tersebut
ternyata Karyawan yang bersangkutan tidak menggunakannya, kecuali atas
permintaan tertulis Pimpinan tertinggi Karyawan bersangkutan (Division
Head/Department Head).

3. Sebagaimana yang dimaksud pada pasal 29 ayat (2) diatas, Perusahaan hanya akan
memberikan tambahan dispensasi waktu maksimum 3 (tiga) bulan kepada
Karyawan untuk menggunakan sisa hak cutinya, setelah itu dengan alasan apapun
hak Cuti Tahunan yang tidak dipergunakan dinyatakan gugur/hangus.

31
PKB PT ……………………
4. Karyawan yang menggunakan hak cutinya diharuskan mengajukan permohonan
tertulis dengan mengisi form “Permohonan Cuti” terlebih dahulu kepada
atasannya paling lambat 1 (satu) minggu sebelumnya, kecuali ada kepentingan
yang sangat mendesak/darurat. Apabila telah disetujui oleh atasan Karyawan
kemudian form tersebut diserahkan ke Divisi HR

5. Untuk menjaga agar kelancaran kegiatan Perusahaan serta kelancaran kerja tidak
terganggu, maka setiap atasan Karyawan berhak untuk mengatur pelaksanaan
penggunaan hak Cuti Tahunan Karyawan sehingga tidak merugikan Perusahaan
maupun Karyawan, dan pengambilan hak Cuti Tahunan tersebut tidak dapat
diambil sekaligus 12 (dua belas) hari kerja.

6. Apabila Perusahaan menetapkan cuti massal seperti Hari Raya/Natal, dll, maka
diperhitungkan dengan hak Cuti Tahunan Karyawan dengan mempertimbangkan
keadaan atau kebutuhan Perusahaan.

7. Bagi Karyawan (kecuali Security atau bagian-bagian khusus tertentu lainnya)


yang ditugaskan untuk masuk bekerja pada saat cuti massal, maka Perusahaan
tidak memperhitungkan sebagai jam kerja lembur serta tidak memberikan upah
lembur kepada Karyawan tersebut, akan tetapi hak Cuti Tahunannya tidak akan
dikurangi/dipotong oleh Perusahaan.

8. Bagi Karyawan yang sifat, jenis, dan tuntutan pekerjaannya, (seperti Security atau
bagian khusus tertentu lainnya) yang ditugaskan untuk masuk bekerja pada saat
cuti massal, maka akan diperhitungkan sebagai jam kerja lembur, dan upah
lemburnya akan dibayar oleh Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
akan tetapi hak Cuti Tahunan Karyawan tersebut harus dikurangi/dipotong oleh
Perusahaan.

9. Karyawan yang tidak masuk kerja dengan alasan yang masih dapat diterima oleh
atasannya dan Divisi HR akan diperhitungkan dengan hak Cuti Karyawan yang
bersangkutan.

10. Bilamana terjadi mutasi Karyawan antar Perusahaan di lingkungan Perusahaan


Group, atau antar unit usaha di Perusahaan PT……., maka hak Cuti Karyawan
dialihkan ke Perusahaan yang baru atau unit usaha yang baru tersebut.

Pasal 30
Cuti Panjang

1. Karyawan yang telah bekerja pada Perusahaan secara terus menerus selama 5
(lima) tahun, maka setiap 5 (lima) tahun pada cuti tahun ke enam, ke sebelas, ke
enambelas, dan seterusnya akan diberikan Cuti Panjang dengan upah penuh
selama :

32
PKB PT ……………………
a. 30 (tiga puluh) hari kerja termasuk didalamnya Cuti Tahunan bagi Karyawan
yang memiliki 6 (enam) hari kerja seminggu.
b. 25 (dua puluh lima) hari kerja termasuk didalamnya Cuti Tahunan bagi
Karyawan yang memiliki 5 (lima) hari kerja seminggu.

2. Cuti Panjang akan digugurkan oleh Perusahaan (c.q. Divisi HR), apabila dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tersebut ternyata
Karyawan yang bersangkutan tidak menggunakannya, kecuali atas permintaan
tertulis Pimpinan tertinggi Karyawan bersangkutan (Division Head/ Department
Head).

3. Sebagaimana yang dimaksud pada pasal 30 ayat (2) diatas, Perusahaan hanya akan
memberikan tambahan dispensasi waktu maksimum 3 (tiga) bulan kepada
Karyawan untuk menggunakan sisa Cuti Panjangnya, setelah itu dengan alasan
apapun Cuti Panjang yang tidak dipergunakan dinyatakan gugur/hangus.

4. Karyawan yang menggunakan Cuti Panjang diharuskan mengajukan permohonan


tertulis dengan mengisi form “Permohonan Cuti” terlebih dahulu kepada
atasannya paling lambat 1 (satu) minggu sebelumnya, kecuali ada kepentingan
yang sangat mendesak/darurat. Apabila telah disetujui oleh atasan Karyawan
kemudian form tersebut diserahkan ke Divisi HR.

5. Untuk menjaga agar kelancaran kegiatan Perusahaan serta kelancaran kerja tidak
terganggu, maka setiap atasan Karyawan berhak untuk mengatur pelaksanaan
penggunaan Cuti Panjang Karyawan sehingga tidak merugikan Perusahaan
maupun Karyawan, dan pengambilan Cuti Panjang tersebut tidak dapat diambil
sekaligus.

6. Dengan pertimbangan tertentu, bagi Karyawan yang sifat, jenis dan tuntutan
pekerjaannya terkena Shift seperti Security atau bagian khusus tertentu lainnya
tidak diberikan Cuti Panjang oleh Perusahaan.

7. Pemberian Cuti Panjang ini berlaku sejak ditanda tangani Perjanjian Kerja
Bersama tanggal 2 Juli 20017 dan berlaku surut.
Pasal 31
Ijin Tidak Melakukan Pekerjaan Dengan Upah Penuh

1. Dengan mempertimbangkan kepentingan Karyawan, Perusahaan dapat


memberikan ijin khusus kepada Karyawan untuk tidak melakukan pekerjaan
atau absen tidak masuk kerja dengan tetap mendapat upah penuh, asalkan
Karyawan tersebut dapat menunjukkan surat keterangan atau bukti-bukti yang sah
kepada Perusahaan yaitu dalam hal-hal sebagai berikut :

a. Pernikahan Karyawan sendiri :


- bagi yang memiliki 5 (lima) hari kerja dalam seminggu = 4 (empat) hari
kerja.
- bagi yang memiliki 6 (enam) hari kerja dalam seminggu = 5 (lima) hari
kerja.

33
PKB PT ……………………
- Ijin pernikahan Karyawan sendiri hanya diberikan 1 (satu) kali bagi setiap
Karyawan, kecuali yang menikah lagi setelah cerai meninggal dunia.
b. Suami / istri / orang tua kandung / anak Karyawan yang sah meninggal dunia :
- bagi yang memiliki 5 (lima) hari kerja dalam seminggu = 5 (lima) hari
kerja.
- bagi yang memiliki 6 (enam) hari kerja dalam seminggu = 6 (enam) hari
kerja.
c. Mertua / menantu meninggal dunia = 3 (tiga) hari kerja.
d. Saudara kandung / kakek / nenek / paman / bibi / keponakan / saudara ipar
atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia = 1 (satu) hari kerja.
e. Istri Karyawan melahirkan atau keguguran kandungan = 3 (tiga) hari kerja.
f. Pernikahan / khitanan / pembaptisan anak Karyawan yang sah = 2 (dua) hari
kerja.
g. Tertimpa musibah (kebakaran) atau bencana alam lainnya = 2 (dua) hari kerja.
h. Menjalankan kewajiban terhadap Negara dan atau memenuhi panggilan
instansi Pemerintah yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Pelaksanaan
ijinnya disesuaikan dengan panggilan resmi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah/Negara.
i. Menjalankan kewajiban perintah agama yang diakui oleh Pemerintah.
Pelaksanaan ijinnya secara resmi sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
oleh Pemerintah, dan dapat dilaksanakan kembali setelah 5 (lima) tahun.

2. Bila ijin tidak melakukan pekerjaan yang sifatnya mendadak atau karena musibah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) huruf b, c, d, e, dan g, maka pada
hari pertama Karyawan tidak melakukan pekerjaan harus memberitahukan secara
lisan/telepon kepada atasannya atau Divisi HR. Apabila pada hari kedua
Karyawan masih tidak masuk kerja, maka Karyawan dapat mengirimkan surat
keterangan/bukti-bukti yang sah melalui facsimile atau media lainnya. Asli atau
copy dari surat keterangan/bukti yang sah tersebut, dan atau form “Permohonan
Ijin” yang telah ditanda tangani oleh atasan Karyawan yang bersangkutan
diserahkan pada hari pertama Karyawan masuk kerja ke ke Divisi HR untuk
disetujui.

3. Surat keterangan/bukti-bukti yang sah yang sifatnya mendadak atau karena


musibah sebagaimana dimaksud pada pasal 31 ayat (1) huruf b, c, d, e, dan g,
wajib dikirimkan atau diserahkan oleh Karyawan kepada atasan Karyawan atau
Divisi HR, terkecuali untuk pasal 31 ayat (1) huruf d (kakek / nenek / paman / bibi
/ keponakan / saudara ipar meninggal dunia) dan g (tertimpa musibah atau
bencana alam lainnya) tidak wajib dikirimkan atau diserahkan.

4. Bila ijin tidak melakukan pekerjaan yang sifatnya bukan mendadak atau musibah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) huruf a, f, h, dan i, maka paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum meninggalkan pekerjaannya, Karyawan harus
meminta persetujuan tertulis terlebih dahulu dari atasannya dengan mengisi form
“Permohonan Ijin” berikut dengan melampirkan/menunjukkan surat keterangan/
bukti-bukti yang sah. Form beserta bukti yang telah ditanda tangani oleh
atasannya diserahkan ke Divisi HR untuk disetujui.

34
PKB PT ……………………
5. Karyawan yang mendapat haid serta tidak dapat melaksanakan tugasnya karena
haid tersebut menyebabkan sakit (haid yang diiringi rasa sakit sehingga tidak
dapat melakukan pekerjaan) tidak diwajibkan untuk bekerja pada hari pertama dan
kedua waktu haid dengan tetap mendapat upah penuh, dengan ketentuan bahwa
pada hari pertama sakit, Karyawan harus memberitahukan secara lisan/telepon
kepada atasannya atau Divisi HR. Pada saat masuk bekerja, Karyawan tersebut
harus menyerahkan surat keterangan sakit karena haid dari Poliklinik/Rumah
Sakit/Puskesmas dan atau mengajukan surat tertulis yang telah ditanda tangani
oleh atasannya, untuk kemudian diserahkan ke Divisi HR untuk disetujui.

6. Karyawan yang akan melahirkan anak sesuai dengan surat keterangan atau
perhitungan Dokter Kandungan/Bidan berhak diberikan istirahat 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saat melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah
melahirkan dengan tetap mendapat upah penuh, dengan ketentuan bahwa
Karyawan yang akan menggunakan haknya untuk istirahat melahirkan diwajibkan
terlebih dahulu mengajukan surat permohonan tertulis dengan cara mengisi form
“Permohonan Ijin” kepada atasannya paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum
istirahat melahirkan itu dimulai. Apabila telah ditanda tangani oleh atasannya,
form “Permohonan Ijin” tersebut diserahkan ke Divisi HR untuk disetujui. Waktu
istirahat yang diberikan termasuk didalamnya istirahat mingguan dan hari libur
resmi Pemerintah.

7. Penyimpangan waktu yang telah ditetapkan sebagaimana pada pasal 31 ayat (6)
diatas hanya dapat dilakukan atas persetujuan Divisi HR dengan pertimbangan
tertentu.

8. Karyawan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat


maksimal 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan Dokter
Kandungan/Bidan dengan mendapat upah penuh, dengan ketentuan bahwa pada
hari pertama Karyawan mengalami keguguran kandungan harus memberitahukan
secara lisan/telepon kepada atasannya atau Divisi HR. Sedangkan pada hari
keduanya, Karyawan harus mengirimkan surat keterangan Dokter
Kandungan/Bidan atau bukti-bukti yang sah melalui facsimile atau media lainnya.
Asli surat keterangan Dokter Kandungan/Bidan atau bukti-bukti yang sah tersebut
diserahkan pada hari pertama Karyawan masuk kerja, dengan menyertakan form
“Permohonan Ijin” yang telah ditanda tangani oleh atasan Karyawan yang
bersangkutan. Form beserta bukti yang telah ditanda tangani oleh atasannya
diserahkan ke Divisi HR untuk disetujui. Waktu istirahat yang diberikan termasuk
didalamnya istirahat mingguan dan hari libur resmi Pemerintah.

9. Karyawan yang tidak dapat memberikan surat keterangan/bukti-bukti yang sah


kepada atasan Karyawan atau Divisi HR pada saat tidak melakukan pekerjaan atau
absen tidak masuk kerja dinyatakan mangkir oleh Perusahaan, dan untuk itu
atasan Karyawan dapat memberikan sanksi peringatan kepada Karyawan yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur pada pasal 27 ayat (6)
dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 32

35
PKB PT ……………………
Ijin Tidak Melakukan Pekerjaan Tanpa Mendapat Upah

1. Kepada Karyawan dapat diberikan ijin untuk tidak melakukan pekerjaan/tidak


masuk kerja tanpa mendapat upah atau dipotong cutinya, jika alasan-alasan atau
bukti-bukti yang diajukan Karyawan tersebut dapat diterima oleh atasan
Karyawan atau Divisi HR. Ijin-ijin yang dimaksud adalah ijin urusan pribadi atau
urusan keluarga, dll. seperti : membuat SIM kendaraan, membuat Paspor,
mengikuti ujian sekolah/akademik, mengantar berobat orang tua, seminar
keagamaan, dan sebagainya.

2. Karyawan dinyatakan mangkir oleh Perusahaan apabila alasan ijin tidak


melakukan pekerjaan/tidak masuk kerja atau surat keterangan/bukti-bukti ijin
yang diajukan oleh Karyawan tidak dapat diterima atau ditolak oleh atasan
Karyawan atau Divisi HR. Untuk itu atasan Karyawan atau Perusahaan dapat
memberikan sanksi peringatan kepada Karyawan yang mangkir tersebut sesuai
dengan ketentuan yang telah diatur pada pasal 27 ayat (6) dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini.

Pasal 33
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dan Datang Terlambat

1. Karyawan yang telah hadir selama lebih dari atau kurang dari 4 (empat) jam kerja
efektif di Perusahaan akan tetapi karena sesuatu hal atau keperluan pribadi harus
ijin meninggalkan pekerjaan dan tidak kembali lagi ke tempat kerjanya, akan
dianggap hadir dan upah atau hak-haknya akan dibayar penuh oleh Perusahaan
jika ijin yang diajukan Karyawan tersebut dapat diterima oleh atasan Karyawan
atau Divisi HR, misalnya : sakit, ada keluarga Karyawan meninggal dunia, ada
musibah dll.

2. Karyawan yang telah hadir selama lebih dari atau kurang dari 4 (empat) kerja jam
efektif di Perusahaan akan tetapi karena sesuatu hal atau keperluan pribadi
meminta ijin meninggalkan pekerjaannya dan kembali lagi ke tempat kerjanya
untuk menyelesaikan pekerjaannya selama minimal 2 (dua) jam kerja efektif,
akan dianggap hadir oleh Perusahaan dan upah atau hak-haknya akan dibayar
penuh oleh Perusahaan jika ijin yang diajukan Karyawan tersebut dapat diterima
oleh atasan Karyawan atau Divisi HR.

3. Karyawan yang telah hadir selama lebih dari atau kurang dari 4 (empat) jam kerja
efektif di Perusahaan akan tetapi karena sesuatu hal atau keperluan pribadi
meninggalkan pekerjaan, akan dianggap melakukan pelanggaran disiplin kerja
oleh Perusahaan jika tidak meminta ijin kepada atasannya atau Divisi HR, atau
ijin yang diajukan Karyawan tersebut tidak dapat diterima atau ditolak oleh
atasan Karyawan atau Divisi HR. Pelanggaran disiplin tersebut akan mendapat
sanksi peringatan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini.

4. Karyawan yang meminta ijin karena ada sesuatu hal atau keperluan pribadi untuk
datang terlambat ke Perusahaan selama lebih dari atau kurang dari 4 (empat) jam
kerja efektif di Perusahaan, akan dianggap hadir oleh Perusahaan dan upah atau

36
PKB PT ……………………
hak-haknya akan dibayar penuh oleh Perusahaan jika ijin datang terlambat yang
diajukan Karyawan tersebut dapat diterima oleh atasan Karyawan atau Divisi HR.

5. Karyawan yang meminta ijin karena ada sesuatu hal atau keperluan pribadi untuk
datang terlambat ke Perusahaan selama lebih dari atau kurang dari 4 (empat) jam
kerja efektif di Perusahaan, akan dianggap melanggar disiplin kerja oleh
Perusahaan jika ijin datang terlambat yang diajukan Karyawan tersebut tidak
dapat diterima atau ditolak oleh atasan Karyawan atau Divisi HR. Pelanggaran
disiplin tersebut akan mendapat sanksi peringatan sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

BAB VIII
P E N G U P A H AN

Pasal 34
Upah

1. Penetapan upah/gaji pada dasarnya ditetapkan menurut :

a. Jabatan/pangkat yang dipegang.


b. Jenis dan sifat pekerjaan.
c. Keahlian/kecakapan, prestasi kerja dan kondite.
d. Pengalaman kerja dan masa kerja.
e. Pendidikan.

2. Perusahaan berhak menetapkan skala gaji setiap Karyawan, dan penerapannya


disesuaikan dengan kemampuan keuangan Perusahaan.

3. Perusahan dapat mempertimbangkan kenaikan gaji berkala setiap 1 (satu) tahun


sekali bagi Karyawan Tetap yang telah memiliki masa kerja 1 (satu) tahun atau
lebih sesuai dengan penetapan yang dilakukan oleh Perusahaan, apabila
kemampuan keuangan dan kondisi bisnis Perusahaan berjalan dengan baik serta
mendapat persetujuan dari Pimpinan Perusahaan.

4. Pembayaran upah/gaji dilakukan atau diatur oleh Perusahaan untuk Karyawan


selambat-lambatnya pada akhir bulan, yang hari dan tanggalnya akan diatur
tersendiri oleh Perusahaan, kecuali ada hal-hal lain yang tidak dapat dihindarkan
oleh Perusahaan.

5. Upah terendah tidak akan kurang dari upah minimum yang berlaku sesuai masing-
masing wilayah (Propinsi, Kabupaten dan Kotamadya) yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

6. Upah/gaji yang dibayarkan oleh Perusahaan adalah upah/gaji gross (kotor) dimana
Pajak Penghasilan (PPh 21) atas upah/gaji ditanggung oleh Karyawan sesuai

37
PKB PT ……………………
dengan peraturan Perpajakan atau Pemerintah yang berlaku, sehingga Karyawan
hanya menerima gaji netto (bersih).

7. Perusahaan akan memberikan atau mengeluarkan bukti pembayaran Pajak


Penghasilan Karyawan (SPT PPh 21) setiap tahun kepada Karyawan.

Pasal 35
Upah/Gaji Selama Sakit/Cacat

1. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit atas keterangan resmi dari Dokter
dengan melampirkan copy resep atau kwitansi obat dari Apotik akan mendapatkan
upah/gaji penuh.

2. Surat keterangan resmi dari Dokter sebagaimana dimaksud pada pasal 35 ayat (1)
diatas harus dikirimkan paling lambat pada hari kedua Karyawan tidak masuk
bekerja melalui facsimile atau media lainnya, dan asli surat keterangan Dokter
beserta copy resep atau kwitansi obat dari Apotik wajib diserahkan pada hari
pertama Karyawan masuk bekerja.

3. Surat keterangan resmi dari Dokter yang dikirimkan setelah melewati hari kedua
Karyawan tidak masuk bekerja dianggap tidak sah oleh Perusahaan, dan
Karyawan tersebut dinyatakan mangkir oleh Perusahaan.

4. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit dan tidak dapat memberikan surat
keterangan dari Dokter beserta copy resep atau kwitansi obat dari Apotik
dinyatakan mangkir oleh Perusahaan.

5. Karyawan yang sakit dan dinyatakan mangkir sebagaimana yang tercantum pada
pasal 35 ayat (3) dan (4) diatas, dapat dikenakan sanksi peringatan oleh
Perusahaan. Adapun ketentuan pemberian sanksi peringatannya sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 27 ayat (6) dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

6. Karyawan yang menderita sakit pada waktu jam kerja atau di hari kerja yang
sedang berjalan dan terpaksa pulang/meninggalkan pekerjaan atas ijin resmi dari
atasannya, akan menerima upah/gaji penuh untuk hari itu tanpa memerlukan surat
keterangan Dokter.

7. Apabila Karyawan berlaku tidak jujur kepada atasannya atau Divisi HR dengan
memberikan keterangan/alasan sakit yang tidak sesuai dengan kondisi kesehatan
sebenarnya dan atau bukti “Surat Keterangan Sakit” yang diberikan tidak sesuai
dengan kondisi kesehatan sebenarnya Karyawan, maka Perusahaan dapat
memberikan sanksi sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

8. Untuk memastikan kondisi kesehatan sebenarnya Karyawan sebagaimana


dimaksud pada pasal 35 ayat (7) diatas, Perusahaan sewaktu-waktu dapat
membawa Karyawan untuk memeriksakan kesehatannya di Dokter/Rumah Sakit,

38
PKB PT ……………………
atau Perusahaan dapat melakukan pengecekan sewaktu-waktu ke tempat tinggal
Karyawan, atau ke Dokter/Rumah Sakit/Poliklinik/Balai Pengobatan tempat si
Karyawan berobat.

9. Berdasarkan hasil analisa/evaluasi Perusahaan ditemukan adanya penyalahgunaan


atau penyimpangan terhadap “Surat Keterangan Sakit” yang dikeluarkan oleh
Dokter/Rumah Sakit/Poliklinik/Balai Pengobatan tertentu, maka Perusahaan akan
mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Karyawan, dan untuk selanjutnya
Perusahaan tidak akan mengakui keabsahan “Surat Keterangan Sakit” yang
dikeluarkan dari Dokter/Rumah Sakit/Poliklinik/Balai Pengobatan tersebut.

10. Sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 Karyawan


yang dinyatakan oleh Dokter mengalami sakit berkepanjangan atau mengalami
cacat akibat kecelakaan kerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut, akan
menerima upah/gaji terhitung mulai saat Karyawan tersebut dinyatakan sakit
berkepanjangan atau cacat dengan ketentuan sebagai berikut :

a. 4 (empat) bulan pertama dibayar 100% dari gaji sebulan.


b. 4 (empat) bulan kedua dibayar 75% dari gaji sebulan.
c. 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50% dari gaji sebulan.
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari gaji sebulan, sebelum Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dilakukan oleh Perusahaan.

11. Apabila sesudah 12 (dua belas) bulan seperti yang dijelaskan pada pasal 35 ayat
(10) diatas Karyawan masih tidak dapat melakukan pekerjaannya kembali, maka
Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap
Karyawan tersebut dengan memberikan Uang Pesangon 2 (dua) kali ketentuan
pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja 2 (dua) kali ketentuan pasal
156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (4)
sesuai dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003.

12. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas upah/gaji selama sakit berkepanjangan atau cacat,
atau Pajak Penghasilan (PPh 21) atas uang kompensasi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) karena sakit berkepanjangan atau cacat ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 36
Upah Selama Skorsing

1. Dalam tahap proses penyelesaian terhadap setiap kesalahan/pelanggaran berat atau


khusus, Perusahaan dapat mengambil tindakan pembebasan tugas (skorsing)
sesuai Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Karyawan yang dikenakan skorsing karena diduga melakukan tindak pidana dan
ditahan oleh pihak yang berwajib bukan atas pengaduan Perusahaan, maka
Perusahaan tidak wajib membayar upah/gaji tetapi wajib memberikan bantuan
kepada keluarga Karyawan yang menjadi tanggungannya untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan oleh pihak
berwajib dengan ketentuan sebagai berikut :

39
PKB PT ……………………
a. Untuk 1 orang tanggungan = 25 % dari gaji.
b. Untuk 2 orang tanggungan = 35 % dari gaji.
c. Untuk 3 orang tanggungan = 45 % dari gaji.
d. Untuk 4 orang tanggungan atau lebih = 50 % dari gaji.

3. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap


Karyawan yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan
sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 36 ayat (2) diatas.

4. Dalam hal Pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 36 ayat (3) berakhir dan Karyawan
dinyatakan tidak bersalah, maka Perusahaan wajib mempekerjakan kembali
Karyawan.

5. Dalam hal Pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
berakhir dan Karyawan dinyatakan bersalah, maka Perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Karyawan yang bersangkutan.

6. Perusahaan akan membayar kepada Karyawan yang mengalami Pemutusan


Hubungan Kerja (PHK) sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (3) dan (5)
diatas, Uang Penghargaan Masa Kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3)
dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003.

7. Apabila dalam masa skorsing Karyawan diketahui sudah bekerja ditempat/


perusahaan lain sebelum diterimanya keputusan tentang Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), maka Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) kepada Karyawan tersebut karena dikualifikasikan mengundurkan diri
secara tidak baik dari Perusahaan, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pada pasal 61 ayat (2) huruf g dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

8. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan upah/gaji dan uang kompensasi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut diatas ditanggung oleh Karyawan.

40
PKB PT ……………………
BAB IX
TUNJANGAN, BANTUAN DAN FASILITAS

Pasal 37
Tunjangan Hari Raya

1. Perusahaan mempunyai hak dan wewenang penuh untuk menetapkan besarnya


Tunjangan Hari Raya, sepanjang tidak menyimpang dari peraturan atau Undang-
undang Ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Karyawan


selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya Keagamaan (Idul Fitri
bagi yang beragama Islam dan Natal bagi yang beragama bukan Islam), kecuali
ada hal-hal lain yang tidak dapat dihindarkan oleh Perusahaan.

3. Tunjangan Hari Raya diberikan kepada Karyawan dengan ketentuan sebagai


berikut :
a. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus
menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan diberikan secara proporsional
dengan masa kerja yakni dengan perhitungan :
Masa Kerja x 1 (satu) bulan gaji.
12
b. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 2 (dua) tahun mendapat 1 (satu) bulan gaji.
c. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih
mendapat 2 (dua) bulan gaji, yakni jumlah maksimal (berlaku untuk karyawan
tetap)

4. Untuk menghitung masa kerja dalam hal pemberian Tunjangan Hari Raya adalah
sebagai berikut :
a. Sejak tanggal mulai bekerja di Perusahaan sampai dengan Hari Raya Idul Fitri
bagi yang beragama Islam.
b. Sejak tanggal mulai bekerja di Perusahaan sampai dengan tanggal
25 Desember bagi yang beragama bukan Islam.
c. Bagi yang beragama bukan Islam bila mempunyai masa kerja sejak tanggal 2
Januari sampai dengan tanggal 25 Desember pada tahun yang sama dianggap
mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun, dan yang bersangkutan berhak
mendapat Tunjangan Hari Raya sebesar 1 (satu) bulan gaji pada tahun tersebut
sesuai dengan ketentuan pasal 37 ayat (3) huruf b diatas.

5. Apabila Karyawan berhenti bekerja atau putus hubungan kerjanya lebih dari 30
(tiga puluh) hari atau 1 (satu) bulan sebelum Hari Raya Keagamaan, maka
Karyawan tersebut tidak berhak mendapatkan Tunjangan Hari Raya.

41
PKB PT ……………………
6. Bagi Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak,
pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dilaksanakan sesuai dengan Undang-
undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

7. Komponen upah yang dipakai oleh Perusahaan dalam menghitung Tunjangan Hari
Raya adalah Gaji Pokok ditambah dengan Tunjangan Jabatan (bila ada).
8. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setiap Karyawan maksimal hanya dapat
menerima 1 (satu) kali Tunjangan Hari Raya. Ketentuan ini dimaksudkan berlaku
bagi mereka yang pindah agama.

9. Dalam hal Karyawan dimutasikan atau dipromosikan dari Perusahaan lain dalam
lingkungan Perusahaan Group dengan masa kerjanya berlanjut, maka Karyawan
yang bersangkutan berhak atas Tunjangan Hari Raya sesuai dengan peraturan
yang berlaku, kecuali sebelumnya sudah ada perjanjian lain diantara kedua
Perusahaan.

10. Apabila Perusahaan kondisinya tidak mampu membayar Tunjangan Hari Raya
sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang-undang atau peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku, maka Perusahaan dapat mengajukan permohonan
penyimpangan mengenai besarnya jumlah Tunjangan Hari Raya kepada instansi
Pemerintah yang berwenang. Permohonan dapat diajukan oleh Perusahaan paling
lambat 2 (dua) bulan sebelum Hari Raya Keagamaan.

11. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas Tunjangan Hari Raya ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 38
Fasilitas Pemeliharaan Kesehatan

1. Perusahaan memberikan fasilitas pemeliharaan kesehatan bagi Karyawan yang


telah melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan atau lebih dan telah diangkat
sebagai Karyawan Tetap serta bagi Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) atau Kontrak baik perawatan di rumah sakit maupun berobat jalan
berupa jaminan pemeliharaan kesehatan yaitu Lembaga Jaminan Kesehatan
Eksternal yang di tunjuk oleh perusahaan.

2. Pemberian fasilitas pemeliharaan kesehatan bagi Karyawan sebagaimana


dimaksud pada pasal 38 ayat (1) diatas tidak berlaku surut.

Pasal 39
Bantuan Uang Makan

1. Perusahaan memberikan bantuan uang makan bagi Karyawan Tetap dan


Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak sesuai dengan
jabatan/pangkat/sifat pekerjaannya masing-masing.

2. Uang makan hanya diberikan kepada Karyawan yang hadir atau masuk kerja dan
bekerja minimal 4 (empat) jam kerja efektif pada hari dan jam kerja yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan, atau sesuai dengan pasal 33 ayat (1), (2 ), dan (4)
dalam Perjanjian Kerja Bersama ini. Bukti kehadiran atau masuk kerja setiap

42
PKB PT ……………………
Karyawan ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan data absensi yang ada di
Divisi HR.

3. Besarnya uang makan untuk Karyawan ditentukan dan ditetapkan sesuai dengan
keputusan dan kemampuan Perusahaan.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan uang makan ditanggung oleh Karyawan.
Pasal 40
Bantuan Biaya Pernikahan

1. Perusahaan memberikan bantuan biaya pernikahan kepada Karyawan Tetap dan


Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) yang telah mempunyai
masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih, apabila Karyawan yang telah melangsungkan
pernikahan pertamanya tersebut dapat menunjukkan surat keterangan yang sah
yaitu Akte Nikah yang dikeluarkan oleh Pejabat Pemerintah dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 2 (dua) tahun = Rp. 750.000,-
b. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 3 (tiga) tahun = Rp. 1.000.000,-
c. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih = Rp. 1.250.000,-

2. Bantuan biaya pernikahan hanya diberikan 1 (satu) kali kepada Karyawan


(istri/suami pertama), kecuali Karyawan tersebut melangsungkan pernikahan
kembali setelah cerai meninggal dunia.

3. Bila di Perusahaan ada sesama Karyawan menikah, maka yang berhak


mendapatkan bantuan biaya pernikahan adalah suami.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan biaya pernikahan ditanggung oleh
Karyawan.

Pasal 41
Bantuan Biaya Kelahiran

1. Perusahaan hanya akan memberikan bantuan biaya kelahiran kepada Karyawan


Tetap dan Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak) yang mempunyai
masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih yang istrinya melahirkan sampai batas 3 (tiga)
anak yaitu anak pertama, kedua dan ketiga dengan menunjukkan surat keterangan
yang sah dari Dokter Kandungan/Bidan, dan besarnya disesuaikan dengan
golongan/urutan jabatan/pangkat sebagai berikut :
a. Division Head up = Rp. 7.000.000,-
b. Departemen Head = Rp. 5.500.000,-
c. Section Head = Rp. 3.500.000,-
d. Unit Head = Rp. 2.500.000,-
e. Member = Rp. 2.000.000,-

2. Bagi Karyawan Wanita yang melahirkan akan diberikan bantuan biaya kelahiran
sama seperti ketentuan pada pasal 41 ayat (1) diatas.

43
PKB PT ……………………
3. Bagi Karyawan yang suami dan istrinya bekerja di Perusahaan, maka yang berhak
mendapatkan bantuan biaya kelahiran adalah suami.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan biaya kelahiran ditanggung oleh
Karyawan.

Pasal 42
Bantuan Biaya Perawatan-perawatan Khusus

1. Perusahaan hanya akan memberikan bantuan biaya perawatan-perawatan khusus


hanya kepada Karyawan Tetap dan Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(Kontrak) yang mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dengan
menunjukkan surat keterangan yang sah dari Dokter dan besarnya disesuaikan
dengan golongan/urutan jabatan/pangkat sebagai berikut :
JENIS MEMBER ~ SECTION DEPARMENT DIVISION
PERAWATAN UNIT HEAD HEAD HEAD HEAD
Kacamata
(bukan Rp 500.000,- Rp 750.000,- Rp. 1.000.000,- Rp. 1.500.000,-
Contact Lens)
Prothesa Kaki Rp. 1.250.000,- Rp. 1.250.000,- Rp. 1.250.000,- Rp. 1.250.000,-
Prothesa
Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
Tangan
Alat Bantu
Rp. 500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
Dengar

2. Bantuan biaya tersebut di atas hanya berlaku untuk karyawan saja, tidak termasuk
anggota keluarga.

3. Bantuan biaya hanya dapat diajukan kembali setelah minimal 1 (satu) tahun dari
tanggal pengajuan terakhir.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan biaya perawatan-perawatan tersebut


ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 43
Bantuan Kematian

1. Apabila Karyawan Tetap atau Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu


(PKWT) atau Kontrak meninggal dunia, Perusahaan akan memberikan bantuan
atau hak-haknya Karyawan kepada ahli warisnya dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Upah dalam bulan yang sedang berjalan.
b. Sumbangan duka cita sebesar Rp. 3.000.000,-
c. Sumbangan ongkos penguburan sebesar Rp. 2.000.000,-
d. Uang Pesangon sebesar 2 (dua) kali menurut ketentuan pasal 156 ayat (2),
Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu) kali menurut ketentuan pasal

44
PKB PT ……………………
156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak menurut ketentuan pasal 156 ayat (4)
dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003.
e. Santunan dari PT JAMSOSTEK, apabila Karyawan yang bersangkutan sudah
menjadi peserta JAMSOSTEK.

2. Apabila anggota keluarga Karyawan Tetap atau Karyawan Perjanjian Kerja


Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak yang sah meninggal dunia
(istri/suami/orang tua kandung/anak/mertua), Perusahaan akan memberikan
bantuan duka cita sebesar Rp. 2.500.000,-. Bantuan duka cita diberikan kepada
Karyawan tersebut dengan memperlihatkan Akte Kematian yang dikeluarkan oleh
Pemerintah setempat.

3. Perusahaan hanya memberikan bantuan duka cita kepada salah seorang dari
anggota keluarga Karyawan (suami/istri/anak kandung/mantu) yang bekerja di
Perusahaan, apabila (istri/suami/orangtua kandung/mertua) yang sah dari
Karyawan tersebut meninggal dunia.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas bantuan kematian ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 44
Perjalanan Dinas

1. Bagi Karyawan yang melakukan perjalanan dinas ke luar kota atau ke luar negeri
atas perintah Perusahaan, maka akan diberikan bantuan biaya perjalanan dinas
sesuai dengan Policy (Kebijakan) dan Prosedur Perjalanan Dinas serta Tabel
Kebijakan Perjalanan Dinas yang disetujui Pimpinan Perusahaan PT.
………..yang berlaku, yang merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan dari
isi Perjanjian Kerja Bersama ini.

2. Bagi Karyawan yang sedang melakukan tugas dinas Perusahaan dan mengalami
suatu musibah kecelakaan, maka Perusahaan akan mengatur biaya-biaya yang
timbul akibat dari musibah kecelakaan tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Bagi kendaraan dinas Perusahaan yang sudah diasuransikan secara All Risk,
maka biaya-biaya atau kerugian terhadap kerusakan kendaraan dinas tersebut
dan atau kerusakan kendaraan milik Pihak Ketiga (bila ada) semuanya menjadi
tanggung jawab Pihak Asuransi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Bagi kendaraan dinas Perusahaan yang diasuransikan secara T.L.O atau tidak
diasuransikan sama sekali oleh Perusahaan, maka biaya-biaya atau kerugian
terhadap kerusakan kendaraan dinas maupun kendaraan milik Pihak Ketiga
(bila ada) serta biaya-biaya lainnya yang diakibatkan dari musibah kecelakaan
tersebut semuanya menjadi tanggung jawab Perusahaan.
c. Untuk kendaraan dinas yang diasuransikan, maka biaya administrasi O.R (biaya
klaim asuransi) menjadi tanggungan Karyawan sendiri.

3. Bagi Karyawan yang sedang tidak melakukan tugas dinas Perusahaan dan
mengalami suatu musibah kecelakaan, maka Perusahaan akan mengatur biaya-
biaya yang timbul akibat dari musibah kecelakaan tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Bagi kendaraan dinas Perusahaan yang diasuransikan atau tidak diasuransikan
oleh Perusahaan, maka biaya-biaya atau kerugian terhadap kerusakan

45
PKB PT ……………………
kendaraan dinas tersebut menjadi tanggung jawab Perusahaan, sedangkan
biaya-biaya atau kerugian terhadap kendaraan milik Pihak Ketiga (bila ada)
menjadi tanggung jawab Karyawan yang bersangkutan.
b. Biaya-biaya lainnya yang diakibatkan dari musibah kecelakaan tersebut
termasuk juga biaya administrasi O.R (biaya klaim asuransi) bagi kendaraan
dinas yang diasuransikan menjadi tanggung jawab Karyawan.
c. Dengan pertimbangan tertentu, Perusahaan dapat memberikan bantuan
terhadap musibah kecelakaan yang dialami oleh Karyawan.

Pasal 45
Kendaraan Dinas

1. Kendaraan dinas diberikan berdasarkan kebijakan/ketetapan Perusahaan dengan


pertimbangan pada jabatan tertentu dan pekerjaan khusus tertentu untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pejabat atau Karyawan yang bersangkutan.

2. Karyawan yang mendapat kendaran dinas wajib memelihara kendaraan tersebut


sebaik mungkin.

3. Biaya-biaya seperti biaya STNK, asuransi kendaraan, perawatan dan bahan


bakarnya ditanggung oleh Perusahaan berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh
Perusahaan.

4. Bila Karyawan berubah statusnya menjadi tidak berhak atas kendaraan dinas
Perusahaan, maka kendaraan dinas tersebut wajib dikembalikan kepada
Perusahaan melalui Divisi HR paling lambat 3 (tiga) hari sejak terjadi perubahan
status tersebut.

5. Bilamana Karyawan mengundurkan diri atau berhenti bekerja dari Perusahaan,


maka Karyawan yang diberikan kendaraan dinas wajib mengembalikan kendaraan
tersebut kepada Perusahaan melalui Divisi HR paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
mengundurkan diri atau berhenti bekerja.

6. Bilamana terjadi suatu perselisihan dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja


(PHK) antara Perusahaan dengan Karyawan dan dalam proses Pemutusan
Hubungan Kerjanya (PHK) ditangani oleh lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial (Pengadilan Hubungan Industrial dll.), maka Karyawan yang
diberikan kendaraan dinas wajib mengembalikan kendaraan tersebut kepada
Perusahaan melalui Divisi HR paling lambat 3 (tiga) hari sejak proses Pemutusan
Hubungan Kerjanya (PHK) dilimpahkan ke lembaga tersebut.

Pasal 46
Ketentuan Pengambilan
Tunjangan Dan Bantuan

1. Semua tunjangan dan bantuan tersebut diatas (pasal 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,
dan 45) jika dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak kejadiannya tidak diambil, maka
dinyatakan gugur dan tidak berlaku lagi.

46
PKB PT ……………………
2. Perhitungan tunjangan dan bantuan yang diambil adalah netto (setelah dikurangi
Pajak Penghasilan/PPh 21).

Pasal 47
Peninjauan Kembali Terhadap Tunjangan,
Bantuan Dan Fasilitas

Apabila selama masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini ternyata kemampuan
Perusahaan tidak memungkinkan lagi, maka semua tunjangan, bantuan, dan fasilitas
yang diberikan akan ditinjau kembali oleh Perusahaan untuk disesuaikan dengan
kondisi kenyataan atau kemampuan yang ada.

47
PKB PT ……………………
BAB X
KESEJAHTERAAN KARYAWAN
DAN BANTUAN SOSIAL

Pasal 48
Rekreasi

1. Perusahaan akan memberikan kesempatan kepada Karyawan Tetap maupun


Karyawan Kontrak yang masa kerjanya lebih dari 3 (tiga) bulan untuk
mengadakan rekreasi 1 (satu) kali dalam setahun atas biaya Perusahaan.

2. Rekreasi yang dimaksud dapat berupa event pesta karyawan (Employee


Gathering) ataupun Outbound yang merupakan acara karyawan dalam rangka
mempererat silaturahmi dan kerjasama tim.

3. Biaya rekreasi untuk setiap Karyawan dalam setahun sebesar Rp. 100.000,-
(Seratus Ribu Rupiah) dan akan disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan.
Biaya rekreasi tersebut diberikan pada tahun berjalan (tidak berlaku surut).

4. Bagi Karyawan yang tidak dapat mengikuti kegiatan rekreasi, maka biaya rekreasi
tersebut tidak bisa diambil atau dikompensasikan dengan pemberian uang
rekreasi, terkecuali bagi Karyawan yang tidak dapat mengikuti kegiatan rekreasi
karena mendapat tugas dari Perusahaan berdasarkan bukti tertulis yang mendapat
persetujuan dari atasan masing-masing, dapat dikompensasikan dengan uang yang
besarnya sesuai pasal 48 ayat (3) diatas.

5. Perusahaan akan meninjau kembali kegiatan rekreasi atau biaya rekreasi tersebut,
apabila kemampuan dan kondisi Perusahaan tidak mampu atau tidak
memungkinkan lagi untuk mengadakan rekreasi.

6. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas biaya rekreasi ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 49
Koperasi Karyawan

1. Pada dasarnya Perusahaan ikut mendorong usaha pembentukan Koperasi


Karyawan dan juga berusaha ikut membantu ke arah tumbuh dan berkembangnya

48
PKB PT ……………………
kehidupan Koperasi Karyawan di lingkungan Perusahaan, sepanjang hal tersebut
dilakukan sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.

2. Prinsip dasar dalam pembentukan Koperasi Karyawan harus bertumpu pada


peningkatan kesejahteraan Karyawan dan keluarganya.

3. Jika dalam menjalankan usahanya Koperasi merekrut karyawan untuk


kepentingan Koperasi, maka karyawan tersebut adalah karyawan Koperasi
sehingga tidak berhak atas segala sesuatu yang berlaku untuk Karyawan
Perusahaan.

4. Dalam menjalankan kegiatannya, Koperasi Karyawan tidak boleh mengganggu


kegiatan kerja Perusahaan.
Pasal 50
Pemberian Rekomendasi
Kredit Pemilikan Rumah

1. Perusahaan dapat memberikan rekomendasi kepada Karyawan untuk mengurus


Kredit Pemilikan Rumah melalui Bank atau badan usaha lain.

2. Perusahaan berhak untuk tidak memberikan rekomendasi, jika ternyata Karyawan


yang bersangkutan tidak memenuhi syarat/kriteria yang telah ditentukan dalam hal
Kredit Pemilikan Rumah serta belum memiliki masa kerja 1 (satu) tahun.

49
PKB PT ……………………
BAB XI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 51
Pendidikan Dan Pelatihan Di Dalam Perusahaan

1. Perusahaan berusaha meningkatkan pengetahuan khusus, pengetahuan umum,


kemampuan kerja, keterampilan, sikap mental, cara berpikir, dan disiplin yang
tinggi bagi para Karyawan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan.

2. Perusahaan akan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan bagi


Karyawan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan Perusahaan.

3. Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan harus dapat meningkatkan


pengetahuan, ketrampilan sikap/perilaku Karyawan untuk mendukung
produktivitas Karyawan di tempat kerja dan kemajuan/perkembangan Perusahaan.

4. Para Karyawan wajib mengikuti dan mematuhi/mentaati seluruh aturan-aturan


dalam program pendidikan dan pelatihan yang telah digariskan oleh Perusahaan,
dan semua biaya pendidikan dan pelatihan termasuk perlengkapan yang
diwajibkan ditanggung oleh Perusahaan.

5. Setiap atasan wajib membuat analisa dan melakukan identifikasi terhadap


kebutuhan pelatihan sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan bawahannya.

6. Karyawan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di luar hari
dan jam kerja tidak akan diperhitungkan sebagai lembur, dan sebagai kompensasi
dari hal tersebut adalah ilmu yang diperoleh oleh Karyawan.

7. Untuk melengkapi Karyawan dengan ketrampilan yang dibutuhkan, setiap atasan


dapat menyelenggarakan latihan kerja bagi Karyawan baru maupun Karyawan
yang dimutasikan atau dipromosikan ke pekerjaan/jabatan baru yang ada di
Divisi/Departemen kerjanya masing-masing, yang dilakukan sambil bekerja (On
The Job Training).

50
PKB PT ……………………
8. Bagi Karyawan potensial yang mendapat kesempatan mengikuti program
pengembangan khusus seperti : Executive Development Program (EDP),
Managerial Development Program (MDP), Supervisory Development Program
(SDP), Orientation Development Program (ODP) dll. akan dikenakan ikatan dinas
oleh Perusahaan yang lamanya 2 (dua) kali masa pendidikan, dan untuk itu
Karyawan harus mematuhi ketentuan tentang ikatan dinas tersebut.

9. Jika Karyawan mengundurkan diri dalam masa pendidikan atau dalam masa
ikatan dinas, maka Karyawan tersebut diwajibkan membayar ganti rugi kepada
Perusahaan yang besarnya akan ditentukan kemudian oleh HR Division Head
bersama dengan Pimpinan Perusahaan.

10. Jika pada hasil evaluasi akhir Karyawan/peserta yang bersangkutan dinyatakan
tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam program pengembangan
khusus tersebut, maka bagi Karyawan dari dalam Perusahaan tidak diberikan
“Certificate of Achievement” dan penempatannya dikembalikan ke posisi semula
atau posisi lain yang setingkat. Sedangkan untuk peserta dari luar Perusahaan
dinyatakan gugur.

11. Jika pada hasil evaluasi akhir Karyawan/peserta dinyatakan lulus dan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, maka Divisi HR membuat rekomendasi usulan
kepada Pimpinan Perusahaan tentang penempatan terhadap Karyawan/peserta
yang bersangkutan setelah selesai masa pendidikan dan pelatihan.

12. Bagi Karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan diharuskan untuk
membuat laporan dan atau mempresentasikan hasilnya kepada atasannya atau
Perusahaan.

Pasal 52
Pendidikan Dan Latihan Di Luar Perusahaan

1. Apabila pendidikan dan latihan didalam Perusahaan tidak memungkinkan


dilakukan di dalam Perusahaan, maka dengan persetujuan Pimpinan Perusahaan
pendidikan dan latihan dapat dilakukan di luar Perusahaan.

2. Apabila Perusahaan menyetujui pendidikan dan latihan diadakan di luar kota atau
di luar negeri, maka semua biaya termasuk biaya transportasi pergi dan pulang,
penginapan, makan, dan uang saku selama berada di luar kota atau di luar negeri
ditanggung oleh Perusahaan, dan besarnya biaya akan ditentukan oleh Perusahaan.

3. Karyawan yang mengikuti pendidikan dan latihan yang dilakukan di luar hari dan
jam kerja tidak akan diperhitungkan sebagai lembur, dan sebagai kompensasi dari
hal tersebut adalah ilmu yang diperoleh oleh Karyawan.

4. Bagi Karyawan yang mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan dan


pelatihan di luar negeri harus bersedia menjalani ikatan dinas yang jangka
waktunya diatur sesuai dengan kebijakan Perusahaan, dan untuk itu Karyawan
harus mematuhi ketentuan tentang ikatan dinas tersebut.

51
PKB PT ……………………
5. Jika Karyawan yang masih dalam ikatan dinas mengundurkan diri atau berhenti
kerja, maka Karyawan tersebut diwajibkan membayar ganti rugi kepada
Perusahaan yang besarnya ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan besarnya biaya
yang dikeluarkan dikompensasikan dengan masa ikatan dinas yang telah
dijalankan.

6. Yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan dan pelatihan adalah training,


seminar, lokakarya, pameran, disekolahkan, dan kunjungan wisata.

7. Bagi Karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan diharuskan untuk
membuat laporan dan atau mempresentasikan hasilnya kepada atasannya atau
Perusahaan.

BAB XII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 53
Keselamatan Kerja Dan Perlengkapan Kerja

1. Perusahaan dan Karyawan menyadari akan pentingnya masalah Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3), oleh karena itu kedua belah pihak akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencegah dan menghindari kemungkinan timbulnya
kecelakaan kerja dan sakit yang dapat menimpa Karyawan yang disebabkan oleh
hubungan kerja.

2. Karyawan wajib melaksanakan dan mentaati semua ketentuan/peraturan mengenai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) baik pada saat berangkat kerja , saat
bekerja dan pulang kerja dengan selalu bertindak hati-hati, teliti dan tidak
ceroboh.

3. Setiap Karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya dan Karyawan lainnya, serta
wajib menggunakan alat-alat pengaman keselamatan kerja atau perlindungan kerja
yang telah disediakan oleh Perusahaan.

4. Karyawan wajib menata atau mengatur alat-alat kerja, perlengkapan kerja,


material kerja, dan hasil kerja secara baik, rapih, tertib, serta aman sehingga
terjamin adanya keselamatan di tempat kerja.

5. Karyawan wajib menjaga atau memelihara semua barang/inventaris/aset milik


Perusahaan dengan baik antara lain : kendaraan, mesin-mesin, alat-alat, bahan-
bahan dan perlengkapan kerja lainnya dengan penuh tanggung jawab, hemat serta
tidak merusaknya atau menghilangkannya atau mempergunakannya untuk tujuan
yang telah ditentukan Perusahaan.

52
PKB PT ……………………
6. Apabila Karyawan dengan sengaja atau lalai mengakibatkan barang/aset milik
Perusahaan rusak, atau hilang, maka Perusahaan dapat memberikan sanksi kepada
Karyawan sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, disamping
itu juga Karyawan harus bertanggung jawab untuk mengganti kerugian sesuai
dengan tingkat kerugiannya atau berdasarkan keputusan Perusahaan.

7. Karyawan wajib melaporkan kepada atasannya atau pejabat yang berwenang,


apabila mengetahui adanya kehilangan/kerusakan barang/inventaris milik
Perusahaan atau Karyawan.

8. Karyawan wajib memberitahukan dan melaporkan kepada atasannya atau pejabat


yang berwenang, apabila menemukan hal-hal yang dapat membahayakan terhadap
keselamatan Karyawan atau Perusahaan.

9. Demi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), setiap Karyawan yang memakai
kendaraan bermotor roda dua wajib memakai helm standar dan jacket untuk
pelindung diri.

10. Karyawan wajib mematikan Komputer, AC, mesin photo copy, lampu penerangan
dll. yang menggunakan arus listrik, yang dapat berakibat menimbulkan bahaya/
kerusakan pada saat akan meninggalkan tempat kerja atau pulang kerja.

11. Karyawan wajib menggunakan/memakai bahan-bahan, alat-alat dan perlengkapan


kantor sesuai dengan kebutuhan/keperluannya, dan selalu melakukan
penghematan atau tidak melakukan pemborosan atas pemakaian telepon, listrik,
air dan fasilitas lainnya milik Perusahaan.

12. Karyawan yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan bahan kimia harus
disediakan perlengkapan khusus seperti masker dan sarung tangan sesuai dengan
kebutuhan dan Karyawan wajib untuk memakainya.

13. Karyawan wajib menggunakan alat-alat keselamatan atau keamanan kerja yang
disediakan Perusahaan, sehingga tidak membahayakan dirinya, atau Perusahaan,
atau Karyawan lain.

14. Perlengkapan keselamatan kerja seperti alat pemadam kebakaran (APAR)


sepenuhnya disediakan oleh Perusahaan.

15. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang sudah disediakan oleh Perusahaan setiap
bulan harus dikontrol fungsinya agar pada saatnya nanti dapat dipergunakan
dengan baik.

16. Di luar waktu kerja yang telah ditentukan oleh Perusahaan, setiap Karyawan tidak
diperbolehkan memakai/menggunakan alat-alat atau perlengkapan keselamatan
kerja milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi.

17. Pengawasan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilakukan oleh
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang dibentuk oleh

53
PKB PT ……………………
Perusahaan. Panitia ini beranggotakan para Karyawan dari masing-masing Divisi/
Departemen/Seksi/Unit yang ada dalam Perusahaan.

18. Dan ketentuan-ketentuan lain tentang keselamatan kerja dan perlengkapan kerja
yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, akan diatur kemudian
melalui Perjanjian Bersama yang disepakati antara Perusahaan dan Serikat
Pekerja.

19. Karyawan khusus tertentu yang selama ini menggunakan seragam kerja wajib
memakai seragam kerja yang disediakan oleh perusahaan dan pembaharuan
seragam tersebut dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali.

20. Karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran terhadap keselamatan kerja


dan perlengkapan kerja pada pasal 53 ini, maka atasan Karyawan atau Perusahaan
dapat memberikan sanksi berupa Peringatan Lisan, atau Surat Peringatan, atau
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Karyawan yang bersangkutan. Sanksi
yang diberikan tergantung dari kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan
dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

21. Apabila ada kesalahan/pelanggaran yang seharusnya diberikan Surat Peringatan


kepada bawahannya (SP I, II, III) tetapi oleh atasannya setelah diberitahu Divisi
HR tidak juga memberikan Surat Peringatan, maka kepada bawahan yang
melakukan kesalahan/pelanggaran dan atasannya langsung yang tidak
memberikan Surat Peringatan tersebut (SP I, II, III) dapat diberi Surat Peringatan
oleh Divisi HR atau Pimpinan Perusahaan sesuai dengan tingkat
kesalahan/pelanggarannya dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini, yang tembusannya diberikan kepada atasannya yang lebih
tinggi.

Pasal 54
Larangan Guna Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja

Untuk menghindari kecelakaan kerja, maka seluruh Karyawan dilarang :

1. Memasuki bagian-bagian lain yang rawan terhadap kebakaran, seperti ruang


diesel, ruang kimia/berbahaya tanpa ijin dari atasan yang berwenang, atau petugas
yang bertanggung jawab atas tempat tersebut.

2. Memakai peralatan kerja Karyawan lain tanpa ijin dari atasan yang berwenang
atau Karyawan yang bersangkutan.

3. Menjalankan mesin, mematikan mesin, melakukan reparasi mesin, yang bukan


merupakan tugasnya tanpa ijin dari atasan yang berwenang.

4. Memperbaiki listrik, memperbaiki mesin-mesin dll., tanpa memakai alat-alat/


perlengkapan pengaman.

5. Berambut panjang bagi Karyawan Pria.

54
PKB PT ……………………
6. Merokok di lingkungan kerja dan tempat-tempat yang berbahaya, seperti gudang,
ruang diesel, ruang bahan kimia, sehingga dapat menimbulkan keadaan bahaya
atau membahayakan teman sekerja atau Perusahaan.

7. Menaruh atau meletakkan barang atau cairan pada tempat-tempat yang sangat
berbahaya, misal : diatas panel listrik, diatas diesel dll, sehingga dapat
menimbulkan keadaan bahaya atau membahayakan teman sekerja/Perusahaan.

8. Membuang atau menaruh barang atau cairan berbahaya serta mudah terbakar
disembarang tempat, sehingga dapat menimbulkan keadaan bahaya atau
membahayakan teman sekerja atau Perusahaan.

9. Tidur dalam jam kerja dan atau meninggalkan tempat pekerjaan, sehingga dapat
menimbulkan keadaan bahaya atau membahayakan teman sekerja/Perusahaan.

10. Dan larangan-larangan lainnya yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama
ini, akan diatur kemudian melalui Perjanjian Bersama yang disepakati antara
Perusahaan dan Serikat Pekerja.

11. Karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran terhadap larangan-larangan


pada pasal 54 ini, maka atasan Karyawan atau Perusahaan dapat memberikan
sanksi berupa Peringatan Lisan, atau Surat Peringatan, atau Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) kepada Karyawan yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan
tergantung dari kesalahan/pelanggaran yang dilakukan Karyawan dan atau sesuai
yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

12. Apabila ada kesalahan/pelanggaran yang seharusnya diberikan Surat Peringatan


kepada bawahannya (SP I, II, III) tetapi oleh atasannya setelah diberitahu Divisi
HR tidak juga memberikan Surat Peringatan, maka kepada bawahan yang
melakukan kesalahan/pelanggaran dan atasannya langsung yang tidak
memberikan Surat Peringatan tersebut (SP I, II, III) dapat diberi Surat Peringatan
oleh Divisi HR atau Pimpinan Perusahaan sesuai dengan tingkat
kesalahan/pelanggarannya dan atau sesuai yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini, yang tembusannya diberikan kepada atasannya yang lebih
tinggi.

Pasal 55
Jaminan Kecelakaan Kerja

1. Perusahaan akan mengikutsertakan semua Karyawan baru dan atau Karyawan


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak dalam program BPJS
Ketenagakerjaan.

2. Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka Perusahaan akan mengurusnya dengan


pihak BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai
BPJS Ketenagakerjaan.

55
PKB PT ……………………
3. Biaya perawatan dan pengobatan untuk sementara (sebelum keluarnya klaim
BPJS Ketenagakerjaan) akan dibayarkan oleh Perusahaan dimana biaya tersebut
akan diperhitungkan (dikurangi) dari hasil klaim BPJS Ketenagakerjaan.

4. Keikutsertaan Karyawan sebagaimana dimaksud pada pasal 55 ayat (1) diatas


dalam program BPJS Ketenagakerjaan tidak berlaku surut.

BAB XIII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 56
Penanganan Keluh Kesah Karyawan

1. Dalam upaya membangun organisasi Perusahaan yang kuat, Perusahaan


menyadari pentingnya kerjasama antar Karyawan dan antar kelompok di
Perusahaan dalam mengamankan tecapainya sasaran-sasaran bersama. Oleh
karena itu setiap Karyawan mempunyai kewajiban :

a. Menjalin kerjasama yang konstruktif dengan setiap Karyawan dan atau Divisi/
Departemen/Seksi/Unit yang lain.
b. Menyumbangkan gagasan demi untuk perbaikan dan kepentingan seluruh
Perusahaan.
c. Saling menghargai, saling menghormati, saling memahami dan saling menjaga
toleransi satu sama lain setiap waktu.

2. Tujuan penyelesaian keluh kesah Karyawan adalah untuk memastikan perlakuan


yang adil setiap adanya keluh kesah Karyawan, sehingga dapat mencegah
timbulnya rasa tidak puas, atau keresahan dan permasalahan-permasalahan lain
yang dapat merugikan Perusahaan maupun Karyawan.

3. Setiap atasan setingkat jabatan Section Head dengan pangkat Supervisor ke atas,
sebatas wewenang yang ada wajib memberitahukan bawahannya mengenai semua
kebijakan, sistem dan prosedur Perusahaan, peraturan-peraturan atau Perjanjian

56
PKB PT ……………………
Kerja Bersama yang berlaku, serta informasi-informasi yang berhubungan dengan
pekerjaan.

4. Setiap Karyawan mempunyai kesempatan untuk menyatakan pendapat, keluh


kesah, dan menanyakan informasi-informasi yang berhubungan dengan pekerjaan
atau kepentingannya kepada masing-masing atasannya.

5. Setiap atasan wajib menciptakan iklim kerja/budaya kerja yang baik, sehingga
memungkinkan Karyawan untuk menyatakan gagasan, pendapat, dan masalah-
masalah mereka tanpa rasa takut dan khawatir akan akibatnya.

6. Untuk menangani dan menyelesaikan keluh kesah Karyawan, maka setiap atasan
setingkat Direktur, Manager, Ass. Manager, Supervisor, dan Leader wajib
memahami dan menghayati isi dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) secara benar,
sehingga akan lebih memudahkan untuk menyelesaikan keluh kesah Karyawan
yang ada.

7. Jika Karyawan bermaksud mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan


kebijakan Perusahaan, atau karena adanya perbedaan pendapat antara Karyawan
dengan atasan, atau merasa diperlakukan secara tidak adil, atau menghadapi
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan memuaskan, harus
diajukan melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Perusahaan sebagaimana
tercantum dalam pasal 56 ayat (8) dibawah ini.

8. Prosedur penanganan keluh kesah Karyawan :

Tingkat I :
Bagi Karyawan yang mempunyai keluh kesah dapat megisi formulir “Surat
Pengaduan” yang ditujukan kepada atasan langsung, dan tembusannya diberikan
kepada Divisi HR. Bila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja atasan
langsungnya tidak melakukan penyelesaian yang wajar menurut Karyawan yang
bersangkutan, atau keluhannya tidak ditanggapi atau ditindaklanjuti sama sekali
oleh atasan tersebut, maka Karyawan yang bersangkutan dapat mengajukan
pengaduan kepada tingkat selanjutnya (tingkat II), dengan mengisi formulir “Surat
Pengaduan” yang ditujukan kepada atasan yang lebih tinggi, dan tembusannya
diberikan kepada Divisi HR.

Tingkat II :
Penyelesaian pada tingkat selanjutnya dilakukan oleh atasan yang lebih tinggi dari
yang pertama (tingkat I). Bila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja
pengaduan ini tidak selesai atau belum mendapat suatu penyelesaian, maka
pengaduan diteruskan pada tingkat berikutnya (tingkat III) dengan mengisi
formulir “Surat Pengaduan” yang ditujukan kepada Divisi HR, dengan tembusan
kepada Pimpinan Perusahaan.

Tingkat III :
Penyelesaian pada tingkat ini dilakukan oleh Divisi HR atau Pimpinan
Perusahaan, dengan mengundang pihak-pihak yang terkait yaitu :

57
PKB PT ……………………
a. Karyawan yang bersangkutan untuk mendapatkan penjelasan mengenai
permasalahan yang terjadi.
b. Atasan langsung dan atasannya yang lebih tinggi (Pimpinan Divisi/
Departemen/Seksi) dari Karyawan yang bersangkutan untuk mendengar hal-
hal yang telah dilakukan dan pendapat mereka mengenai permasalahan
tersebut.
c. Pimpinan/Pengurus Serkat Pekerja untuk mencari solusi dan ikut membantu
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Pimpinan Perusahaan


dibantu oleh Divisi HR akan mengambil keputusan yang bersifat final.

Pasal 57
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1. Setiap perselisihan yang terjadi, baik antar Karyawan maupun antara Karyawan
dengan Perusahaan, diupayakan untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya
berdasarkan azas musyawarah untuk mufakat dan kekeluargaan.

2. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang bersifat perselisihan hak,


perselisihan kepentingan, atau perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu secara musyawarah untuk mencapai
mufakat dan kekeluargaan melalui perundingan Bipartit antara pihak Perusahaan
dengan Karyawan dan atau Pihak Perusahaan dengan Serikat Pekerja untuk paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan.

3. Berdasarkan musyawarah dan pertimbangan-pertimbangan yang baik


sebagaimana dimaksud pada pasal 57 ayat (2) diatas tercapai kesepakatan
penyelesaian, maka dapat dibuatkan Perjanjian Bersama secara tertulis yang
ditandatangani oleh pihak Perusahaan dengan Karyawan dan atau pihak
Perusahaan dengan Serikat Pekerja. Perjanjian Bersama tersebut mengikat dan
menjadi hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak.

4. Penyelesaian perselisihan internal atau permasalahan yang masih berhubungan


dengan Perusahaan disarankan dikuasakan kepada Serikat Pekerja Tingkat
Perusahaan untuk mewakilinya atau menyelesaikan permasalahannya. Apabila
telah diusahakan beberapa kali upaya penyelesaian perselisihan melalui jalan
musyawarah atau melalui perundingan Bipartit, dan ternyata belum tercapai
kesepakatan, maka Perusahaan, Karyawan atau Serikat Pekerja dapat meminta
bantuan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan
(Dinas Ketenagakerjaan) untuk mencatatkan perselisihannya dengan melampirkan
bukti-bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan Bipartit telah
dilakukan.

5. Dalam upaya penyelesaian perselisihan hubungan industrial, baik Perusahaan,


Karyawan maupun Serikat Pekerja berpedoman pada ketentuan yang telah diatur
dalam Perjanjian kerja Bersama ini, dan bilamana perselisihan tersebut belum
diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, maka berpedoman kepada Undang-
undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

58
PKB PT ……………………
BAB XIV
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 58
Kebijakan Dasar Pemutusan Hubungan Kerja

1. Pada dasarnya Perusahaan sedapat mungkin menghindari adanya Pemutusan


Hubungan Kerja (PHK), kecuali jika hal ini merupakan pilihan terakhir yang
terbaik bagi Karyawan secara keseluruhan maupun bagi Perusahaan.

2. Jika Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terpaksa dilakukan, maka hal tersebut
harus dilaksanakan berpedoman pada ketentuan yang telah diatur dalam Perjanjian
kerja Bersama ini, dan bilamana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut
belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, maka berpedoman kepada
Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Setiap akan dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), setiap Pimpinan


Divisi/Departemen harus melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan Divisi HR,
sehingga setiap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

59
PKB PT ……………………
4. Komponen upah yang dipakai oleh Perusahaan dalam menghitung kompensasi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah Gaji Pokok ditambah dengan
Tunjangan Jabatan (bila ada).

Pasal 59
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Melakukan Kesalahan/Pelanggaran Khusus

1. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap


Karyawan dengan alasan Karyawan telah melakukan kesalahan/pelanggaran
khusus yang dikategorikan sebagai kesalahan/pelanggaran berat sebagai berikut :

a. Menerima uang atau tagihan dari konsumen yang menjadi hak perusahaan dan
tidak menyetorkan atau menyerahkan ke Perusahaan.
b. Membuat transaksi fiktif.
c. Menjual atau memasarkan produk yang sejenis dengan produk Perusahaan,
yang bukan milik Perusahaan.
d. Mengambil milik orang lain atau Perusahaan untuk kepentingan sendiri di
lingkungan Perusahaan.
e. Menyalahgunakan jabatan/wewenang atau kepercayaan yang diberikan
Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sendiri sehingga menimbulkan
kerugian Perusahaan.
f. Melakukan perbuatan tipu daya yang merugikan orang lain atau Perusahaan di
lingkungan Perusahaan.
g. Meminta komisi, menaikkan harga (mark-up), atau mengambil discount dari
pembelian barang atau jasa untuk kepentingan sendiri.
h. Menguasai tanpa hak milik orang lain atau Perusahaan tanpa sepengetahuan
atau seijin orang lain tersebut atau Perusahaan di lingkungan Perusahaan.
i. Menerima, atau mengerjakan, atau mengurus pekerjaan dari konsumen/
pelanggan yang berhubungan atau berkaitan dengan kegiatan Perusahaan
tanpa ijin atau persetujuan dari Perusahaan.
j. Memberikan keterangan yang tidak benar atau tidak sesuai fakta yang
sebenarnya kepada Perusahaan.
k. Mengambil komisi dari konsumen atas penjualan aset Perusahaan tanpa seijin
pejabat Perusahaan yang berwenang.
l. Menyampaikan data atau laporan fiktif.
m. Mengkonsumsi atau membawa atau mengedarkan barang-barang terlarang di
lingkungan Perusahaan.
n. Memanfaatkan atau menyewakan aset/barang/inventaris milik Perusahaan
kepada pihak lain untuk kepentingan sendiri tanpa ijin dari Perusahaan.
o. Melakukan tindakan yang dapat merusak reputasi atau citra Perusahaan,
Pengusaha atau teman sekerja.
p. Melakukan suatu kegiatan dengan memakai taruhan dalam bentuk uang atau
yang lainnya di lingkungan Perusahaan.
q. Menggunakan aset atau fasilitas kantor di luar wewenangnya untuk
kepentingan sendiri.
r. Melakukan perbuatan yang melanggar etika/susila di lingkungan Perusahaan.
s. Menemukan hal-hal yang yang dapat membahayakan keselamatan Karyawan
atau Perusahaan, dan tidak melaporkan kepada atasannya/Perusahaan.

60
PKB PT ……………………
t. Mengetahui adanya kehilangan/kerusakan barang/inventaris milik Perusahaan
atau Karyawan, dan tidak melaporkan kepada atasannya/Perusahaan.
u. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan orang lain terluka atau tertekan
secara mental di lingkungan Perusahaan.
v. Memberikan keterangan tidak benar terhadap pengeluaran biaya dan
pembelian barang-barang untuk kepentingan sendiri.
w. Mengajak orang lain melakukan perbuatan yang merugikan orang lain atau
Perusahaan di lingkungan Perusahaan.
x. Mengetahui rekan sekerja melakukan perbuatan mengambil atau menjual aset/
barang/inventaris milik Perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya dan
tidak melaporkannya ke Perusahaan.
y. Memberi atau menerima imbalan dari atau kepada orang lain untuk
kepentingan sendiri di lingkungan Perusahaan.
z. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang/dokumen milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
Perusahaan.
aa. Merusak atau menghilangkan data milik customer/pelanggan/konsumen pada
sistem komputer maupun pada arsip/file lainnya.
bb. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau Pengusaha
dalam keadaan bahaya di tempat kerja.
cc. Memberi/membuka informasi atau dokumen milik Perusahaan yang bukan
wewenangnya kepada pihak lain untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
dd. Memprovokasi atau menghasut atau menyebarkan isu yang berkaitan dengan
SARA sehingga menimbulkan konflik di tempat kerja atau lingkungan
Perusahaan.
ee. Mengikuti kegiatan organisasi terlarang atau bertentangan dengan Pemerintah
atau tidak diakui oleh Pemerintah.

2. Karyawan yang telah melakukan pelanggaran pada pasal 59 ayat 1 diatas, akan
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sesuai ketentuan yang telah diatur
dalam Perjanjian kerja Bersama ini, dan bilamana Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) tersebut belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, maka
berpedoman kepada Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang
berlaku.

3. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena melakukan


kesalahan/pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1) diatas,
wajib untuk mengembalikan barang/inventaris milik Perusahaan atau
perlengkapan lainnya.

4. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena melakukan


kesalahan/pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1) diatas,
wajib untuk mengembalikan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk utang-utang
kepada Pihak Perusahaan atau pihak-pihak lainnya.

5. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena melakukan


kesalahan/pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 59 ayat (1) diatas, akan
mendapat kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh Perusahaan berupa

61
PKB PT ……………………
Cuti yang belum diambil dan belum gugur dan Uang Pisah yang besarnya
ditetapkan sebagai berikut :
a. Masa kerja 0 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 3 tahun : Tidak mendapat Uang Pisah
b. Masa kerja 3 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 6 tahun : 0,5 bulan upah.
c. Masa kerja 6 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 9 tahun : 0,75 bulan upah
d. Masa kerja 9 tahun atau lebih : 1 bulan upah

6. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas hak-hak yang diperoleh dari Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 60
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Melakukan
Kesalahan/Pelanggaran Setelah Mendapat Surat Peringatan Ketiga

1. Dalam hal Karyawan melakukan kesalahan/pelanggaran ketentuan yang diatur


dalam Perjanjian Kerja, dan atau Perjanjian Kerja Bersama, dan atau peraturan
tata tertib kerja yang telah ditetapkan Perusahaan, akan dikenakan sanksi berupa
Peringatan Lisan atau Surat Peringatan (SP I, SP II, SP III).

2. Perusahaan dapat memberikan langsung Surat Peringatan Ketiga (SP III) kepada
Karyawan yang telah melakukan kesalahan/pelanggaran yaitu :
a. Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut Karyawan tetap menolak untuk mentaati
perintah atau penugasan kerja yang layak dari atasannya atau Perusahaan.
b. Tidak cakap melakukan pekerjaannya walapun sudah dicoba dibidang tugas
yang ada.
c. Tidur dalam jam kerja dan atau meninggalkan tempat pekerjaan, sehingga
dapat menimbulkan keadaan bahaya atau membahayakan teman sekerja/
Perusahaan.
d. Melanggar ketentuan lainnya yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kerja
atau Perjanjian Kerja Bersama ini yang dapat berakibat dikenakan sanksi Surat
Peringatan Ketiga (SP III).

3. Setelah mendapatkan Surat Peringatan Ketiga (SP III) Karyawan masih tetap tidak
menunjukkan perbaikan atau melakukan kesalahan/pelanggaran lagi, maka
Perusahaan dapat mengadakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada
Karyawan yang bersangkutan. Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
tersebut, Karyawan akan memperoleh Uang Pesangon sebesar 1 (satu) kali
ketentuan pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan pasal 156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan pasal
156 ayat (4) dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003.

4. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas hak-hak yang diperoleh dari Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 61
Pemutusan Hubungan Kerja Karena

62
PKB PT ……………………
Pengunduran Diri

1. Pengunduran diri atas kemauan sendiri yang dilakukan Karyawan secara baik
adalah pengunduran diri yang memenuhi seluruh kriteria yaitu :

a. Pengunduran diri atas kemauan sendiri.


b. Pengajuan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya dilakukan 1
(satu) bulan (30 hari) sebelumnya, dan mendapat persetujuan dari atasan
Karyawan serta Pimpinan/atasan tertinggi di Perusahaan dan diketahui oleh
Divisi HR/Personalia.
c. Karyawan yang mengundurkan diri tetap melakukan pekerjaan sebagaimana
biasa sampai tanggal terakhir pengunduran dirinya, dan membuat serah terima
pekerjaan/tugas atau dokumen/inventaris milik Perusahaan kepada atasannya
atau Karyawan lain yang ditunjuk oleh atasannya.
d. Karyawan yang mengundurkan diri tidak terikat dalam ikatan dinas dengan
Perusahaan.
e. Karyawan yang tidak pindah kerja di perusahaan lain yang menjadi kompetitor
Perusahaan atau mempunyai jenis usaha yang sama dengan Perusahaan.
f. Perusahaan dapat memberikan Cuti yang belum diambil dan belum gugur,
dan Uang Pisah, jika Karyawan memenuhi semua kriteria yang ditetapkan
sesuai dengan pasal 61 ayat (1) huruf a s/d e. Adapun besarnya pemberian
Uang Pisah kepada Karyawan ditetapkan sebagai berikut :
1.f.1 Masa kerja 0 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 3 tahun : Tidak mendapat Uang Pisah
1.f.2 Masa kerja 3 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 6 tahun : 1,5 bulan upah.
1.f.3 Masa kerja 6 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 9 tahun : 2 bulan upah
1.f.4 Masa kerja 9 tahun atau lebih : 2,5 bulan upah
2. Pengunduran diri yang dilakukan oleh Karyawan secara tidak baik adalah
pengunduran diri yang memenuhi salah satu criteria yaitu :

a. Karyawan mengundurkan diri atas kemauan sendiri, tetapi :


2.a.1 Pengajuan pengunduran diri dilakukan sebelum 1 (satu) bulan (30 hari).
2.a.2 Masih terikat dalam ikatan dinas dengan Perusahaan.
2.a.3 Tidak melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran
diri.
2.a.4 Pengunduran dirinya tidak/belum disetujui oleh Pimpinan/atasan
tertinggi di Perusahaan.
b. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut
tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan
telah dipanggil oleh Perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis, sehingga
dilakukan PHK karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
c. Karyawan yang mangkir selama 8 (delapan) hari kerja tidak berturut-turut
dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi
dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh 2 (dua) kali oleh Perusahaan,
sehingga dilakukan PHK karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

63
PKB PT ……………………
d. Karyawan bekerja di Perusahaan lain atau instansi lain tanpa sepengetahuan
atau mendapat ijin dari Perusahaan sehingga dilakukan PHK karena
dikualifikasikan mengundurkan diri.
e. Karyawan yang pindah kerja ke perusahaan lain yang menjadi kompetitor
Perusahaan atau mempunyai jenis usaha yang sama dengan Perusahaan.
f. Karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran khusus sesuai dengan pasal
59 ayat (1) atau yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
g. Bagi Karyawan yang mengundurkan diri dengan cara tidak baik, atau karena
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena pelanggaran khusus,
atau dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena dikualifikasikan
mengundurkan diri, mendapatkan Cuti yang belum diambil dan belum gugur,
dan Uang Pisah yang besarnya ditetapkan sebagai berikut :
2.g.1 Masa kerja 0 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 3 tahun : Tidak mendapat Uang Pisah
2.g.2 Masa kerja 3 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 6 tahun : 0,5 bulan upah.
2.g.3 Masa kerja 6 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 9 tahun : 0,75 bulan upah
2.g.4 Masa kerja 9 tahun atau lebih : 1 bulan upah

3. Pemberian Uang Pisah hanya diberikan kepada Karyawan yang tugas dan
fungsinya tidak mewakili kepentingan Pengusaha secara langsung.

4. Karyawan yang mengundurkan diri wajib mengembalikan barang/inventaris milik


Perusahaan serta perlengkapan lainnya.

5. Karyawan yang mengundurkan diri wajib mengembalikan semua kewajiban-


kewajibannya termasuk utang kepada Perusahaan atau pihak-pihak lainnya.

6. Ketentuan mengenai pemberian kompensasi atas pengunduran diri diberlakukan


oleh Perusahaan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan,
dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. B.600/MEN/Sj-
Hk/VIII/ 2005.

7. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas hak-hak yang diperoleh dari pengunduran diri
Karyawan ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 62
Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap
Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)/Kontrak

1. Bilamana terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Karyawan


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak, sedangkan masa berlaku
atau jangka waktu Perjanjian Kerja tersebut belum berakhir atau selesai, maka
diatur sebagai berikut :

64
PKB PT ……………………
a. Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak yang
diputus hubungan kerjanya karena melakukan kesalahan/pelanggaran lagi
setelah mendapat Surat Peringatan Ketiga (SP III), atau melakukan
kesalahan/pelanggaran yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini
yang mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), maka
Perusahaan tidak berkewajiban untuk membayar sisa upah/gaji dan uang
kompensasi apapun sampai berakhir/habisnya Perjanjian Kerja tersebut
kepada Karyawan yang bersangkutan.
b. Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak yang
diputus hubungan kerjanya karena keputusan Perusahaan (tanpa Surat
Peringatan I, II, III), maka Perusahaan harus membayar sisa upah/gaji
Karyawan sampai dengan berakhir/habisnya masa berlaku Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) tersebut.
c. Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak yang
mengajukan pengunduran diri dari Perusahaan secara baik-baik, sementara
Perjanjian Kerja Waktu Tertentunya (PKWT) belum berakhir/habis, maka
pihak Karyawan atau Perusahaan tidak berkewajiban untuk membayar sisa
upah/gaji sampai berakhirnya Perjanjian Kerja tersebut, atau tidak membayar
uang ganti rugi apapun.
d. Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak yang
mengajukan pengunduran diri dari Perusahaan secara tidak baik (tidak ada
pemberitahuan atau persetujuan Perusahaan), sementara Perjanjian Kerja
Waktu Tertentunya (PKWT) belum berakhir/habis, maka Karyawan tersebut
berkewajiban untuk membayar ganti rugi sebesar sisa upah/gaji sampai
dengan berakhirnya masa berlaku Perjanjian Kerja tersebut.

2. Apabila jangka waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) telah berakhir
dan tidak diperpanjang atau diperbaharui lagi, maka secara otomatis terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
tersebut, Perusahaan tidak berkewajiban memberikan kompensasi apapun atau
ganti rugi apapun kepada karyawan yang bersangkutan, seperti : Uang Pesangon,
Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian Hak, Uang Pisah dll.

Pasal 63
Pemutusan Hubungan Kerja
Karena Usia Pensiun

1. Perusahaan telah menetapkan usia pensiun Karyawan sebagai berikut :

a. Usia pensiun normal bagi Karyawan adalah usia 55 (limapuluh lima) tahun.
b. Bagi Karyawan yang berpangkat Manager keatas hak pensiunnya adalah pada
usia pensiun normal yaitu usia 55 (limapuluh lima) tahun.
c. Bagi Karyawan yang berpangkat Ass. Manager, maka pensiunnya dapat
dipercepat pada usia 50 (limapuluh) tahun.
d. Bagi Karyawan yang berpangkat Supervisor ke bawah, maka pensiunnya
dapat dipercepat pada usia 45 (empatpuluh lima) tahun.

21. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Chairman/Vice Chaiman Board


of Management (BOM) Group dapat mempekerjakan kembali Karyawan yang

65
PKB PT ……………………
telah memasuki usia pensiun normal (55 tahun) untuk jabatan CEO, Pimpinan
Perusahaan (Company Head), Komisaris dan Pimpinan Divisi (Division Head)
melalui Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Kontrak, dengan
pengaturan yaitu sebagai berikut :

a. Bagi pejabat CEO yang mempunyai pangkat Managing Director, President


Director, dan Executive Director, batasan pensiun sampai dengan usia 60
(enam puluh) tahun.
b. Bagi pejabat Pimpinan Perusahaan (Company Head) yang mempunyai
pangkat President Director, Managing Director, batasan pensiun sampai
dengan usia 60 (enam puluh) tahun.
c. Bagi pejabat Pimpinan Perusahaan (Company Head) yang mempunyai
pangkat Direktur dan General Manager, batasan pensiun sampai dengan usia
58 (lima puluh delapan) tahun.
d. Bagi pejabat Komisaris yang mempunyai pangkat President Commisaris,
batasan pensiun sampai dengan usia 60 (enam puluh) tahun.
e. Bagi pejabat Komisaris yang mempunyai pangkat Commisaris, batasan
pensiun sampai dengan usia 58 (lima puluh delapan) tahun.
f. Bagi pejabat Pimpinan Divisi yang mempunyai pangkat Direktur, batasan
pensiun sampai dengan usia 58 (lima puluh delapan) tahun.

3. Adapun jangka waktu untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau
Kontrak sebagaimana ketentuan dalam pasal 63 ayat (2) diatas, diatur sebagai
berikut :

a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) periode I (pertama) paling lama 2


(dua) tahun.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dapat diperpanjang dengan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) periode II (dua) paling lama 1 (satu)
tahun.

4. Perusahaan dapat memberhentikan dengan hormat Karyawan yang telah


memasuki usia pensiun normal (55 tahun) atau usia pensiun yang dipercepat (50
tahun dan 45 tahun).

5. Perusahaan dapat mempekerjakan kembali Karyawan tertentu yang telah pensiun


berdasarkan pertimbangan bahwa masih sangat dibutuhkan kualifikasi tenaga
maupun kemampuannya oleh Perusahaan, dengan melalui persetujuan kedua
belah pihak.

6. Perusahaan melalui Divisi HR akan memberitahukan kepada Karyawan yang telah


mencapai usia pensiun seperti diatur pada pasal 63 ayat (1) diatas, 6 (enam) bulan
sebelum terbitnya masa pensiun normal dan 3 (tiga) bulan sebelum pensiun
dipercepat.

7. Bagi Karyawan yang berpangkat Manager keatas yang telah memasuki usia
pensiun 55 (limapuluh lima) tahun dan atau Karyawan yang telah memasuki usia

66
PKB PT ……………………
pensiun normal yaitu 55 (limapuluh lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
pasal 63 ayat (1) diatas, maka Perusahaan akan memberi Uang Pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak sesuai
ketentuan pasal 156 ayat (4), sesuai Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun
2003 atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

8. Karyawan yang masa pensiunnya dapat dipercepat pada usia 50 (limapuluh) tahun
bagi Ass. Manager, atau 45 (empatpuluh lima) tahun bagi Supervisor ke bawah,
sebagaimana dimaksud pada pasal 63 ayat (1) diatas, maka diatur sebagai berikut :

a. Apabila yang mengajukan pensiun dipercepat adalah pihak Perusahaan, maka


Perusahaan akan memberi hak atas pensiunnya yaitu Uang Pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar
1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak sesuai
ketentuan pasal 156 ayat (4), dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13
tahun 2003 atau sesuai dengan ketentuan peraturan Ketenagakerjaan yang
berlaku.
b. Apabila yang mengajukan pensiun dipercepat adalah pihak Karyawan sendiri
dan mendapat persetujuan Perusahaan, maka Perusahaan akan memberi hak
atas pensiunnya yaitu pemberian Uang Pesangon sebesar 1 (satu) kali
ketentuan pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu)
kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan
pasal 156 ayat (4), dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003
atau sesuai dengan ketentuan peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

9. Pajak penghasilan (PPh 21) atas hak-hak yang diperoleh dari kompensasi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Pensiun ditanggung oleh Karyawan.

Pasal 64
Pemutusan Hubungan Kerja
Karena Kondisi Perusahaan

Perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan


memberikan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian
Hak sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 dikarenakan
kondisi Perusahaan terjadi hal-hal sebagai berikut :

1. Perusahaan melakukan perubahan status, penggabungan, peleburan, atau


perubahan kepemilikan Perusahaan, dan Karyawan tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja.

67
PKB PT ……………………
2. Perusahaan melakukan perubahan status, penggabungan, peleburan, atau
perubahan kepemilikan Perusahaan, dan Pengusaha tidak bersedia menerima
Karyawan di Perusahaannya.

3. Perusahaan tutup yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian secara terus-


menerus selama 2 (dua) tahun atau keadaan memaksa (force majeur).

4. Perusahaan mengurangi atau menghentikan kegiatan produksi (tutup) bukan


karena alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (3) diatas, tetapi karena
Perusahaan melakukan efisiensi.

5. Perusahaan mengalami pailit.

6. Perusahaan melakukan pindah lokasi dan Pengusaha tidak bersedia menerima


Karyawan di Perusahaannya dengan alasan apapun.

Pasal 65
Penyelesaian Akhir Hubungan Kerja

1. Karyawan yang telah diberhentikan dari Perusahaan tidak dapat diterima untuk
bekerja kembali, kecuali ada pertimbangan lain dari Perusahaan.

2. Perusahaan akan menyelesaikan administrasi dan keuangan Karyawan yang


bersangkutan. Jangka waktu penyelesaian administrasi dan keuangan akan
diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak adanya kepastian
PHK atau sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

3. Bagi Karyawan yang akan berakhir hubungan kerjanya tetapi masih mempunyai
utang/kewajiban di Perusahaan, maka akan diperhitungkan dengan hak-hak yang
akan diterima oleh Karyawan tersebut, seperti uang kompensasi Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK), uang Jaminan Hari Tua dari PT Jamsostek dll. Apabila
utang/kewajiban dari uang tersebut tidak mencukupi, maka Perusahaan dapat
memperhitungkan dari hak-hak/harta pribadi Karyawan lainnya.

4. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau akan berhenti
bekerja wajib untuk mengembalikan barang/inventaris milik Perusahaan serta
perlengkapan lainnya kepada Perusahaan atau Divisi HR.
Pasal 66
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja,
Dan Uang Penggantian Hak.

Perusahaan menetapkan besarnya Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja,


dan Uang Penggantian Hak, apabila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sesuai
dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yaitu :

1. Besarnya Uang Pesangon ditetapkan sebagai berikut :

a. Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun : 1 (satu) bulan upah.


b. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi

68
PKB PT ……………………
kurang dari 2 (dua) tahun : 2 (dua) bulan upah.
c. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 3 (tiga) tahun : 3 (tiga) bulan upah.
d. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 4 (empat) tahun : 4 (empat) bulan upah.
e. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 5 (lima) tahun : 5 (lima) bulan upah.
f. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 6 (enam) tahun : 6 (enam) bulan upah.
g. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 7 (tujuh) tahun : 7 (tujuh) bulan upah
h. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 8 (delapan) tahun : 8 (delapan) bulan upah
i. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih : 9 (sembilan) bulan upah.

2. Besarnya Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK) ditetapkan sebagai berikut :

a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi


kurang dari 6 (enam) tahun : 2 (dua) bulan upah.
b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 9 (sembilan) tahun : 3 (tiga) bulan upah.
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun : 4 (empat) bulan upah.
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun : 5 (lima) bulan upah.
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun : 6 (enam) bulan upah.
f. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau
lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu)
tahun : 7 (tujuh) bulan upah.
g. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau
lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh
empat) tahun : 8 (delapan) bulan upah.
h. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
atau lebih : 10 (sepuluh) bulan upah.

3. Uang Penggantian Hak yang diterima meliputi sebagai berikut :

a. Cuti Tahunan yang belum diambil dan belum gugur.


b. Biaya atau ongkos pulang untuk Karyawan dan keluarganya ke tempat dimana
Karyawan diterima bekerja.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. B
600/MEN/Sj-Hk/VIII/2005.

4. Jika dikemudian hari ada perubahan tentang penetapan pemberian Uang


Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak karena

69
PKB PT ……………………
dikeluarkannya peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan atau peraturan
Pemerintah yang baru, maka secara otomatis ketentuan yang baru tersebut
diberlakukan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

5. Pajak penghasilan (PPh 21) atas Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja,
dan Uang Penggantian Hak ditanggung oleh Karyawan.

BAB XV
PENUTUP

Pasal 67
Masa Berlakunya Perjanjian Kerja Bersama

1. Perjanjian Kerja Bersama ini ditandatangani pada hari Senin tanggal 16 Juli 2013
oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, dan berlaku selama 2 (dua) tahun
yaitu mulai dari tanggal 16 Juli 2013 sampai dengan tanggal 15 Juli 2015.

70
PKB PT ……………………
2. Pelaksanaan isi dari pasal demi pasal Perjanjian Kerja Bersama ini secara efektif
mulai berlaku sejak tanggal 16 Juli 2013.

3. Apabila sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari sebelum berakhirnya masa


berlaku dari Perjanjian Kerja Bersama ini baik dari pihak Perusahaan maupun
pihak Serikat Pekerja tidak ada pemberitahuan tertulis tentang keinginan untuk
merubah, maka Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku untuk 1 (satu) tahun lagi.

4. Pemberlakuan Perjanjian Kerja Bersama ini harus mendapat pengesahan dari


instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan
Perundang-undangan Ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 68
Larangan Untuk Mengadakan Pembatalan Sepihak

Perusahaan maupun Serikat Pekerja selama masih berlakunya Perjanjian Kerja


Bersama ini, tidak dapat mengadakan pembatalan sepihak terhadap isinya.

Pasal 69
Hubungan Perjanjian Kerja Bersama Dengan Peraturan
Yang Dikeluarkan Oleh Perusahaan Atau Pemerintah

1. Perjanjian-perjanjian Bersama atau Peraturan-peraturan Perusahaan yang sudah


dikeluarkan sebelum berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini adalah tetap
berlaku, apabila tidak bertentangan dengan isi pasal-pasal dari Perjanjian Kerja
Bersama ini serta tidak menyimpang dari Undang-undang atau peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Policy (Kebijakan) dan Prosedur atau Peraturan-peraturan baru yang dikeluarkan


oleh Perusahaan atau Board of Management (BOM) The Group akan diberlakukan
oleh Perusahaan dan Serikat Pekerja, apabila isinya tidak bertentangan dari
Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Dalam masa periode berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini, Pemerintah


mengeluarkan ketentuan Undang-undang atau peraturan Ketenagakerjaan yang
baru, maka Perusahaan dan Serikat Pekerja secara otomatis memberlakukan
ketentuan atau peraturan yang baru tersebut.

4. Dengan dikeluarkannya Perjanjian Kerja Bersama yang baru ini, maka Perjanjian
Kerja Bersama yang ada sebelum ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

5. Hal-hal lain yang belum diatur didalam Perjanjian Kerja Bersama ini akan
dirundingkan bersama antara Perusahaan dan Serikat Pekerja.

Pasal 70
,Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama

1. Asli dari naskah Perjanjian Kerja Bersama ini, 1 (satu) eksemplar diberikan
kepada pihak Perusahaan, 1 (satu) eksemplar kepada pihak Serikat Pekerja, dan 1

71
PKB PT ……………………
(satu) eksemplar lagi diberikan kepada pihak Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tangerang.

2. Salinan atau copy dari naskah Perjanjian Kerja Bersama ini akan diperbanyak oleh
pihak Perusahaan untuk masing-masing Pimpinan Divisi/Departemen, dan untuk
selanjutnya Pimpinan Divisi/Departemen tersebut mensosialisasikan atau
menyebarluaskan kepada masing-masing bawahannya untuk dibaca, dipahami,
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

3. Jika terjadi salah penafsiran akan isi Perjanjian Kerja Bersama ini akan
diselesaikan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak tercapai persesuaian
paham, maka persoalannya akan diserahkan ke kantor Dinas Ketenagakerjaan
Kota Tangerang.

4. Pihak-pihak penandatangan Perjanjian Kerja Bersama ini telah diberi wewenang


oleh pihaknya masing-masing.

5. Perjanjian Kerja Bersama ini telah disetujui oleh pihak Perusahaan bersama pihak
Serikat Pekerja dan ditandatangani pada hari Senin tanggal 3 Juli 2017.

PERJANJIAN KERJA BERSAMA INI DITANDATANGANI


PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN
PERJANJIAN KERJA BERSAMA

UNTUK DAN ATAS NAMA

72
PKB PT ……………………
PIHAK PIHAK
PENGURUS UNIT KERJA PT………………..
SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN
PT. …………….

Ketua Direktur

Sekretaris Umum Direktur

73
PKB PT ……………………

Anda mungkin juga menyukai