Anda di halaman 1dari 31

PRODI S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS PAKUAN

PERENCANAAN & PENGANGGARAN


KEUANGAN DAERAH

Oleh:
Sujatmiko Wibowo

Mata Kuliah : Akuntansi Pemerintahan


DASAR HUKUM
v Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

v Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

v Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

v Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah;
v Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

v Peraturan pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian/Lembaga (RKA-KL).
v Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
v Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
v Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah
Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
v Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan dana
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan
PENGANGGARAN

Ø Rencana keuangan yang mencerminkan pilihan


kebijakan untuk suatu periode pada masa yang akan
datang .
Ø Suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan
penerimaan yang diharapkan akan terjadi pada suatu
periode di masa yang akan datang, serta data
pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh
terjadi di saat ini dan masa yang lalu.
PRINSIP PENGANGGARAN

§ Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran


§ Disiplin Anggaran
§ Keadilan Anggaran
§ Efisiensi dan Efektifitas Anggaran
§ Disusun dengan pendekatan kinerja
PARTISIPASI MASYARAKAT

ü Partisipasi masyarakat dlm penganggaran harus


dilakukan pada setiap tahapan siklus anggaran,
mulai dr penyusunan s.d. pertanggungjawaban.
ü Bentuk beragam:
a. desakan,
b. keterlibatan dlm perencanaan kebijakan,
c. dukungan atas kebijakan,
d. aksi sukarela dlm implementasi di lapangan.
MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Sarana Swa Edukasi kepada masyarakat mengenai


berbagai persoalan publik.
2. Sarana utk menampilkan keseimbangan
kekuasaan antara masyarakat dg pemerintah, shg
kepentingan dan pengetahuan masyarakat dapat
terserap dlm agenda pemerintah.
3. Membangun komitmen masyarakat utk membantu
penerapan suatu keputusan yg telah dibuat.
APBD

Ø adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah


yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD)

Ø Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran


yang menjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD
STRUKTUR APBD
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah, yang terdiri dari:
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
• Hasil pemanfaatan/pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
• Pendapatan bunga
• Tuntutan ganti rugi
• Keuntungan setelah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
• Komisi potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah

Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil


2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh Pemerintah

Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung 1. Belanja Pegawai


2. Bunga
3. Subsidi
4. Hibah
5. Bantuan Sosial
6. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan g. Belanja tidak terduga

Belanja Langsung 1. Belanja Pegawai


2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 1. SILPA tahun anggaran sebelumnya
2. Pencairan dana cadangan
3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan pinjaman
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan 1. Pembentukan dana cadangan
2. Penyertaan modal pemerintah daerah
3. Pembayaran pokok utang
4. Pemberian pinjaman
HUBUNGAN APBN - APBD
APBN APBD Propinsi
1.Penerimaan Pemerintah: 1. Penerimaan Propinsi:
a. Pendapatan Asli Daerah:
a. Penerimaan Dalam Negeri - Pajak
- Bukan Pajak
- Penerimaan dr Pajak
b. Transfer dari Pemerintah Pusat
- Penerimaan bukan Pajak 2. Belanja Pemerintah Propinsi:
b. Hibah a. Belanja Pem. Propinsi
b. Belanja Kabupaten/Kota
2. Belanja Pemerintah: 3. Pembiayaan:
- Pinjaman
a. Belanja Pemerintah Pusat
APBD Kabupaten/Kota
b. Belanja Daerah:
- Propinsi 1. Penerimaan Kabupaten/Kota:
- Kabupaten/Kota a. Pendapatan Asli Daerah:
- Pajak
3. Pembiayaan: - Bukan Pajak
b. Transfer dari
a. Dalam Negeri
- Pem. Pusat
b. Luar Negeri: - Pem. Propinsi
- Pinjaman Program/Proyek 2. Belanja Kabupaten/Kota:
- interest rate dan Pokok Hutang 3. Pembiayaan:
- Pinjaman
FUNGSI APBD
q Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
q Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
q Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
q Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
q Fungsidistribusi mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
q Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
negara.
DESENTRALISASI – Azas Sistem Pemerintahan Daerah

Pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah:

“Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah


kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem NKRI”

Kenapa Desentralisasi berdampak maraknya KORUPSI di daerah ?


Desentralisasi for KORUPSI ?

1. Tidak dilengkapi dengan pengawasan


internal yg baik >> APIP tdk kompeten.
2. Biaya politik tinggi >> pilkada.
3. Ketidaksediaan peraturan sbg payung
hukum utk memutuskan permasalahan yg
ada >> diskresi kebijakan.
Solusinya bagaimana ?
Strategi mencegah korupsi di Daerah

1. Represif >> penindakan hukum


2. Perbaikan sistem & menciptakan good
governance.
3. Perbaikan sistem demokrasi di Indonesia.
4. Edukasi & kampanye anti korupsi.
KORUPSI MASIH JADI TRADISI
Kepala Daerah yg ditangani KPK berdasar tahun (2004-2019)

Sumber : Data KPK 2019 (diolah)


KORUPSI MASIH JADI TRADISI
Kepala Daerah yg ditangani KPK berdasar provinsi(2004-2019)

Sumber : Data KPK 2019 (diolah)


KORUPSI MASIH JADI TRADISI

Kepala Daerah yg ditangani KPK berdasar Jenis Perkara (2004-2019)

Bupati/
Jenis Perkara Gubernur Total
Walikota

Pengadaan Barang & Jasa 6 7 13

Penyalahgunaan Anggaran 2 25 27

Perijinan 3 3 6

Suap/Gratifikasi 12 73 85

Tindak Pidana Pencucian Uang - 9 9

Pungutan 1 2 3

Sumber : Data KPK 2019 (diolah)


Note : satu KDH bisa terlibat lebih dari satu perkara
DEKONSENTRASI - Azas Sistem Pemerintahan Daerah

Pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:

“Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada


Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.”
§ Dekonsentrasi, bertujuan untuk memperpanjang jangkauan kekuasaan pusat ke
wilayah bawahan.

§ Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran yang dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk
dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
TUGAS PEMBANTUAN - Azas Sistem Pemerintahan Daerah

Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:


“Penugasan dari Pemerintah kepada daerah* dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas-
tugas tertentu”
(* daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)

§ Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah otonom dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan.
ALUR PERENCANAAN PROGRAM & PENGANGGARAN

Pedoman
RENSTRA RENJA RINCIAN

Pemerintah
RKA - KL
KL KL APBN

Pusat
Pedoman Pedoman
diacu

RPJP Pedoman Pedoman


RPJM RAPBN APBN
RKP
NASIONAL NASIONAL
dijabarkan

diacu diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA

Pedoman
dijabarkan
RPJP Pedoman RPJM RKPD RAPBD APBD
KUA/
DAERAH DAERAH

Pemerintah
PPAS Pedoman

Daerah
Pedoman

RENSTRA Pedoman RENJA Pedoman


RKA – PENJABARAN
SKPD SKPD SKPD APBD

PERENCANAAN PROGRAM PENGANGGARAN


KERANGKA PENDANAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Sebagian Urusan
Pemerintah Pemerintah
Pusat Sumber Pendanaan
Daerah
Kewenangan Pemda :
• Urusan Wajib (SPM)
APBD SKPD - Propinsi (16 jenis urusan)
- Kab/Kota (16 jenis urusan)
• Urusan Pilihan
BHP dan BP
Azas Pemerintahan Daerah PAD PP Nomor 38 Tahun 2007
Dana DAU
Desentralisasi Perimbangan DAK
Dekonsentrasi Lain-lain Dana Darurat Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Tugas Pendapatan Dan Hibah Pusat dan Daerah
Pembantuan Penerimaan
dari Pusat ke Pembiayaan SILPA tahun lalu
Daerah dan Desa
Dana Cadangan

Dekonsentrasi dan tugas


APBN Penjualan Kekayaan
Daerah yang
pembantuan diselenggarakan
karena tidak semua
Dipisahkan
BHP : Bagi Hasil Pajak
wewenang dan tugas
BP : Bukan Pajak
Pinjaman Daerah PP Nomor 38 Tahun 2007
pemerintahan dapat
dilakukan dengan PAD : Pendapatan Asli Daerah
DAU : Dana Alokasi Umum Kewenangan Pemerintah:
menggunakan asas Kementerian/
desentralisasi. DAK : Dana Alokasi Khusus • 6 urusan
SILPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Lembaga • di luar 6 Urusan
Apa Beda SILPA dengan SilPA ?

SILPA adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan


Yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto.
Dalam penyusunan APBD angka SILPA ini seharusnya sama dengan nol, artinya bahwa
penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit anggaranyang terjadi

SiLPA adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran


yaitu selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode
anggaran.
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Indonesia

Yang Menjadi Yang Menjadi


Kewenangan Pusat Kewenangan Daerah

6 Urusan Absolut: Urusan Wajib (Obligatory)


1. Politik Luar Negeri Wajib diselenggarakan terkait dengan
2. Pertahanan pelayanan dasar (basic services), seperti:
3. Keamanan
Pendidikan, Kesehatan, Perumahan,
4. Yustisi
5. Moneter dan Fiskal Nasional Ketahanan Pangan, Sosial.
6. Agama Urusan Pilihan (Optional)
Terkait dengan potensi unggulan (core
Urusan di Luar 6 Urusan Absolut competence), seperti: Pertambangan,
CONCURRENT Perikanan, Pertanian, Perkebunan,
(Urusan Bersama) Kehutanan, Pariwisata
• Sebagian dapat diselenggarakan
sendiri oleh Pemerintah
• Sebagian dapat diselenggarakan Diselenggarakan melalui asas Desentralisasi
melalui Dekonsentrasi; dengan kriteria: eksternalitas, akuntablitas, dan
• Sebagian dapat diselenggarakan efisiensi
melalui Tugas Pembantuan
ALUR PENDANAAN PUSAT à DAERAH
ALUR SUMBER DANA PUSAT à DAERAH

24
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT & DAERAH
PERMASALAHAN : PERENCANAAN VS ANGGARAN
Mekanisme Penganggaran
Pusat- Daerah Belum Sinergi

Alur Kerja yang Tidak Kurang Kesinambungan


Kondusif Rencana – Anggaran

• Keselarasan Tatawaktu (timing) : • Deviasi à Indikator (RKP) vs Output (RKA


Jadwal dan Agenda KL)
• Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN
(Akunting)
PERMASALAHAN SINERGI PUSAT DAN DAERAH
1. Belum efektifnya implementasi PP No. 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Kegiatan
pembangunan tidak
2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan kebijakan
pemerintah pusat dan daerah. efisien (biaya tinggi)
dan tidak efektif
3. Kurangnya optimalnya kontribusi/dukungan
pemerintah pusat dan sebaliknya.
(manfaat pembangunan tidak
optimal)
4. Belum sinkronnya rencana pembangunan
baik vertikal (antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah) serta horizontal (antar
sektor).

5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi


perencanaan antara Pusat dan Daerah
SOLUSI 1 : SINERGI DALAM PERENCANAN/PENGANGGARAN

LANGKAH YANG PERLU


DILAKUKAN K/L

• Mengalihkan kegiatan Dekon


dan TP ke daerah dalam DAK
• Mengoptimalkan Musrenbang.
ü Kegiatan K/L yang • Mencantumkan lokasi kegiatan
dibiayai APBN dan dalam Renja K/L dan RKA-K/L .
kegiatan SKPD yang • Harmonisasi nomenklatur dan
dibiayai APBD belum kodifikasi kegiatan K/L dan
SKPD.
sesuai.
ü Nomenklatur dan
kodifikasi kegiatan LANGKAH YANG PERLU
K/L (APBN) dan DILAKUKAN PEMDA
SKPD (APBD) belum
seragam. • Sinkronisasi RPJMD dengan
RPJMN, Renstra SKPD dan
Renstra K/L, RKPD dan RKP,
• melakukan penajaman sasaran
kegiatan SKPD dengan sesuai
prioritas Renja K/L.
PERENCANAAN & PENGANGGARAN
SOLUSI 2 : SINERGI PENGENDALIAN & EVALUASI
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L

• Harmonisasi sistem dan mekanisme


pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan
Belum adanya pembangunan
keterpaduan dalam (KemenPPN/Bappenas, Kemen Keu,
pengendalian dan KemenDagri, KemenPANRB, BPKP
evaluasi antara K/L dan dan BPK).
SKPD sehingga terjadi
duplikasi pengawasan,
dan keterlambatan LANGKAH YANG PERLU
laporan pelaksanaan. DILAKUKAN PEMDA

• Melakukan penataan dan


penguatan SKPD dalam
pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program dan
PENGENDALIAN & EVALUASI kegiatan pembangunan.
SOLUSI 3:
HARMONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM SATU SIKLUS

Penetapan arah
Penetapan alokasi kebijakan & prioritas
Penyusunan kapasitas
belanja & pengesahan
fiskal
dokumen anggaran
1
11 2
Pembahasan RUU
Pengusulan inisiatif
APBN + Pemutakhiran
RKP 10 3
baru

SIKLUS PERENCANAAN DAN


Penyusunan & 9 PENGANGGARAN 4
Penyampaian pagu
indikatif & Rancangan
Penelaahan RKA-KL
awal RKP

5
8
Pembahasan Nota
7 6 Penyusunan Renja K/L
Keuangan & RAPBN

MUSRENBANG Pertemuan Trilateral


(Propinsi & Nasional) (K/L dan Daerah)
TERIMA KASIH

PRODI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS PAKUAN

Anda mungkin juga menyukai