Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM KONTEKS


KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM ESSENSIAL PUSKESMAS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT MENULAR (TB PARU) DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR

Oleh :

PUJI RAHMAWATI

202014401200767

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PROGRAM PUSKESMAS


PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
MENULAR (TB PARU) DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR

Oleh :

PUJI RAHMAWATI

NIM

20201440120067

Disetujui

..........., ..... Februari 2023

Oleh:

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik (CT)

(.........................................) (.........................................)
NIP. NIP/NIK.

Mengetahui,
Ketua Program
PTM

(.........................................)
NIP.

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Program Essensial Puskesmas Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular
(TB Paru) Di Puskesmas Sungai Besar” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Keperawatan mata kuliah Pelayanan Kesehatan Dasar dalam
Konteks Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Program Essensial Puskesmas Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Menular (TB Paru)” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Koordinator dan Dosen
Pembimbing mata kuliah Pelayanan Kesehatan Dasar yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Klinik, Ketua
Program TB Puskesmas Sungai Besar dan pihak-pihak yang terkait yang telah
membagi pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
sebagai penulis sangat menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Martapura, ..... Februari 2023

Penulis

Puji Rahmawati

3
DAFTAR ISI

Cover 1
Lembar Pengesahan 2
Kata Pengantar 3
Daftar Isi 4
BAB 1 Pendahuluan 5
A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan 7
D. Manfaat 7
BAB 2 Deskripsi Pokok Dari program Esensial 9
A. Program Essensial TB Puskesmas 9
B. Karakteristik Wilayah Kerja 10
BAB 3 Kegiatan Pokok Program 12
A. Kegiatan Pokok Program Sesuai Dengan Standar 12
B. Kegiatan Program TB yang Dijalankan di Puskesmas Sungai Besar 12
C. Peran Perawat Dalam Kegiatan Program 16
D. Alur Pelayanan 18
BAB 4 Pelaporan Kegiatan Program 19
BAB 5 Kesimpulan 21
Daftar Pustaka 22

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Tuberkulosis ditularkan
melalui udara dari pasien TBC yang infeksius ke orang-orang disekitarnya.
Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tidak diobati secara
tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang per tahun. Sekitar
3,5-10% orang-orang yang kontak akan sakit TBC dan sekitar
sepertiganya akan terinfeksi tetapi tidak sakit TBC. Kelompok yang
berisiko tinggi untuk terinfeksi adalah orang yang kontak erat dengan
pasien TBC, antara lain anak, lansia dan orang dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh (misal gizi buruk, infeksi HIV).
Di antara orang-orang yang terinfeksi ini, 5-10% kemungkinannya
akan berkembang menjadi sakit TBC dalam perjalanan hidupnya.
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TBC tertinggi
di dunia. WHO memperkirakan insiden tahun 2018 sebesar 843.000 atau
319 per 100.000 penduduk sedangkan TBC-HIV sebesar 36.000 kasus per
tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan
sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TBC-HIV
sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar
843.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 570.289 kasus
maka masih ada sekitar 32% kasus yang belum ditemukan dan diobati (un-
reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi penyebabnya adalah
keterampilan kader dalam mengidentifikasi terduga TBC dan melakukan
tindak lanjut. Lesson learned dari hasil uji laksana ini menujukkan bahwa
standarisasi / pembakuan pengetahuan dan ketrampilan kader diperlukan
untuk keberhasilan kegiatan ini. Pengalaman lain didapat dari kegiatan

5
yang dilaksanakan selama peringatan Hari TBC Sedunia (HTBS). Dalam
rangka kampanye HTBS tahun 2018, secara nasional dilakukan gerakan
penemuan aktif TBC dengan PIS-PK dengan prioritas pada kontak pasien
TBC.
Kegiatan ini dilakukan secara aktif oleh kader dan komunitas
bekerja sama dengan petugas kesehatan di bawah koordinasi Puskesmas di
17 provinsi, 62 kabupaten/ kota. Dari jumlah pasien TBC (kasus indeks)
yang dilakukan IK sebesar 57.082 orang, dilakukan skrining gejala pada
174.144 (rata rata 3 kontak diinvestigasi untuk tiap kasus indeks). Dari
jumlah tersebut didapatkan 16.322 terduga TBC dan 1.857 (1,1%)
terkonfirmasi sakit TBC. Pada HTBS tahun 2019, penemuan aktif TBC di
masyarakat dilakukan dengan pendekatan IK. Kegiatan tersebut berhasil
melakukan skrining gejala pada 339.451 orang. Dari jumlah tersebut
didapatken 31.829 terduga TBC dan 8.350 (2,4%) terkonfirmasi sakit
TBC. Proporsi kasus yang ditemukan pada tahun 2018 dan 2019, lebih
besar dibandingkan upaya yang dilakukan pada 2017. Kegiatan Ketuk
Pintu dalam rangka peringatan hari TBC sedunia tahun 2017 dilakukan
dengan mendatangi setiap rumah yang ditemui. Jumlah orang yang
diedukasi dan diskrining TBC pada kegiatan tersebut sebesar 1.627.772.
Dari jumlah tersebut didapatkan 92.094 terduga TBC dan 4.969 (0,3%)
yang terkonfirmasi sakit TBC
Komparasi data tahun 2017, 2018 dan 2019 ini menunjukkan
bahwa proporsi hasil penemuan kasus lebih besar pada investigasi kontak
dibandingkan dengan penemuan di masyarakat umum, meskipun dengan
skrining gejala yang sama. Dengan demikian investigasi kontak dapat
mendorong penemuan kasus lebih banyak dan lebih dini yang pada
akhirnya akan menurunkan risiko penularan.

6
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kegiatan pokok program penyakit menular di Puskesmas
Sungai Besar ?
2. Bagaimana kegiatan pokok yang dijalankan di Puskesmas Sungai
Besar?
3. Bagaimana peran perawat dalam kegiatan program TB di Puskesmas
Sungai Besar?
4. Bagaimana alur pelayanan TB di Puskesmas Sungai Besar?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami Program Essensial Puskesmas Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Menular (TB Paru) di Puskesmas Sungai
Besar Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan kegiatan pokok program sesuai dengan
standar
b. Mampu menjelaskan kegiatan pokok yang dijalankan di
Puskesmas Sungai Besar
c. Mampu menjelaskan peran perawat dalam kegiatan program
TB di Puskesmas Sungai Besar
d. Mengetahui alur pelayanan TB di Puskesmas Sungai Besar
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan pembuatan makalah yang hendak dicapai, maka
pembuatan makalah ini diharapkan dapat mempunyai manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Program Essensial Puskesmas Pencegahan

7
Dan Pengendalian Penyakit Menular (TB Paru) di Puskesmas Sungai
Besar, serta juga diharapkan dapat sebagai sarana pengembangan
bidang ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Yankesdas.
2. Manfaat Praktis
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi tambahan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
Pada klien dengan TB.

8
BAB II

DESKRIPSI POKOK DARI PROGRAM ESSENSIAL PUSKESMAS

A. Program Essensial Penyakit Menular TB Di Puskesmas


1. Definisi
Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut
Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan
penularan, -4- mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.. (Permenkes, NO 67 Tahun 2016)
2. Tujuan
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak
terjadi kesakitan, kematian dan kecacatan.
3. Target
Target Program Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target
eliminasi global adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Eliminasi TB adalah tercapainya cakupan kasus
TB 1 per 1 juta penduduk.
Tahapan pencapaian target dampak:
a. Target dampak pada 2020
1) Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 30%
dibandingkan angka kesakitan pada tahun 2014
2) Penurunan angka kematian karena TB sebesar 40%
dibandingkan angka kematian pada tahun 2014
b. Target dampak pada tahun 2025
1) Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 50%
dibandingkan angka kesakitan pada tahun 2014
2) Penurunan angka kematian karena TB sebesar 70%
dibandingkan angka kematian pada tahun 2014
c. Target dampak pada 2030
1) Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 80%
dibandingkan angka kesakitan pada tahun 2014
2) Penurunan angka kematian karena TB sebesar 90%
dibandingkan angka kematian pada tahun 2014
d. Target dampak pada 2035:

9
1) Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 90%
dibandingkan angka kesakitan pada tahun 2014
2) Penurunan angka kematian karena TB sebesar 95%
dibandingkan angka kematian pada tahun 2014
4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 6.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5542); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5570); -3-
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1676);
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755).

B. KARAKTERISTIK WILAYAH KERJA


Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan melalui fungsinya sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) tingkat pertama untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Dari 7160 kecamatan di Indonesia, saat ini
terdapat 9767 unit puskesmas. Artinya di 1 kecamatan terdapat minimal 1
unit puskesmas yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya

10
puskesmas dikategorikan menjadi puskesmas perkotaan, puskesmas
pedesaan, dan puskesmas terpencil dan sangat terpencil. Tujuan keberadaan
puskesmas, khususnya di terpencil dan sangat terpencil diantaranya adalah
untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Puskesmas sungai besar sendiri termasuk dalam kategori puskesmas
pedesaan dikarenakan puskesmas kawasan perdesaan memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
2. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
3. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan puskesmas
dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
Pendekatan pelayanan yang diberikan mennyesuaikan dengan pola
masyarakat. Kualitas kesehatan menjadi aspek penting dalam membangun
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu disediakan sarana dan prasarana
yang menunjang kesehatan masyarakat.

C. SASARAN
1. Kader, PMO dan pekerja komunitas lainnya
2. Petugas kesehatan di Fasilitas Kesehatan
3. Pengelola program TBC di Provinsi, Kabupaten/Kota

D. RUANG LINGKUP
1. Investigasi Kontak
2. Mekanisme Kerja
3. Monitoring dan Evaluasi

11
BAB III
KEGIATAN POKOK PROGRAM

A. KEGIATAN POKOK PROGRAM TB SESUAI DENGAN STANDAR


Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan tuberkulosis Bab II pasal
3 ayat 5
Strategi nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri
atas:
1. penguatan kepemimpinan program TB;
2. peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
3. pengendalian faktor risiko TB;
4. peningkatan kemitraan TB;
5. peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan TB;
6. penguatan manajemen program TB.
B. KEGIATAN PROGRAM TB YANG DI JALANKAN DI PUSKESMAS
SUNGAI BESAR
1. Investigasi Kontak.
Investigasi Kontak (IK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara dini
dan sistematis terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi TBC.
2. Skrining TB di masyarakat : Melakukan Posyandu, Posbindu,dan
Poslin
3. Kunjungan rumah pasien TB : Kegiatan yang dilakukan yaitu
memeriksa Tekanan Darah,mengecek Gula Darah dan Pemberian Pot
dahak.
4. Pemantauan Minum Obat TB : Pasien TB paru dalam minum obat
sesuai waktu yang ditentukan,dosis,sesuai dengan jumlah obat yang

12
ditelan,sesuai dengan waktu minum obat dan sesuai dengan jadwal
kunjungan berobat di puskesmas

5. Pelacakan Kasus TB mangkir : Pasien yang putus pengobatan TB paru


dilakukan pencarian oleh Tenaga Kesehatan untuk dilakukan
kunjungan rumah.

6. Kunjungan rumah terapi pencegahan : Tenaga Kesehatan


memberikan 4 jenis terapi pengobatan TB paru diantarannya :
1. 6H diberikan satu macam obat isoniazid (INH) yang harus
diminum setiap hari selama 6 bulan.
2. 3HP Pasien yang menjalani regimen 3HP berarti harus minum 2
macam obat INH dan rifapentin sebanyak satu kali seminggu
selama tiga bulan.
3. 3HR terapi regimen diberikan 2 obat INH dan rifampisin yang
harus diminum setiap hari selama 3 bulan.
4. 6Lfx+E terapi regimen diberikan 2 macam obat yaitu levofloxacin
dan ethambutol diminum selama 6 bulan.
7. Puskesmas
a. Memberikan bekal pengetahuan dan informasi serta memberikan
pelatihan kepada kader bersama dengan tim pelatih kabupaten/kota
b. Memilih kasus indeks yang memerlukan IK, yaitu pasien TBC
terkonfirmasi bakteriologis dan pasien TBC anak. Pasien bisa berasal
dari Puskesmas tersebut maupun dari fasyankes lain
c. Melakukan koordinasi dengan DPM dan Klinik untuk pengumpulan
data kasus indeks sesuai alur koordonasi data kasus indeks
d. Menyiapkan form TBC.16K dan mengisi data kasus indeks dan
kontak yang akan digunakan dalam investigasi kontak
e. Melakukan kegiatan IK, kegiatan ini dapat dilakukan oleh petugas
secara mandiri dan/atau melibatkan kader terlatih

13
f. Menerima rujukan kontak anak dan melakukan skrining dan
prosedur diagnosis, dilanjutkan dengan pengobatan OAT atau
Pengobatan Pencegahan TBC (PP TBC) sesuai hasil diagnosis
Pengawas Menelan Obat (PMO).
g. Menerima rujukan kontak terduga TBC lainnya dari kader dan
melakukan prosedur diagnosis serta memberikan pengobatan apabila
hasil diagnosis pasien positif TBC 8. Memberikan edukasi serta
motivasi kepada pasien TBC
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan investigasi kontak
i. Melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan umpan balik
pelaksanaan investigasi kontak setiap triwulan dengan mengundang
pihak terkait
j. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengobatan
Pencegahan TBC (PP TBC)
i. Menyediakan anggaran untuk pelaksanaan Investigasi Kontak di
wilayah kerja DPM dan Klinik Melakukan koordinasi dengan
Puskesmas untuk pengumpulan data kasus indeks sesuai alur
koordonasi data kasus indeks
8. Organisasi Komunitas
a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
dengan Dinas Kesehatan Kota serta melibatkan organisasi komunitas
lain yang melakukan kegiatan sama di wilayah kerjanya
b. Merekrut dan melatih kader bersama dengan Dinas Kesehatan dan
fasyankes terkait.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan IK di wilayah
kerjanya .
d. Melakukan pelatihan penyegaran kader (refreshing)
e. Melaporkan hasil kegiatan IK per triwulan kepada Dinas Kesehatan
dan Puskesmas di wilayah kerjanya Kader kesehatan Kader
kesehatan dan petugas kesehatan bekerja sama dalam kemitraan
untuk melaksanakan kegiatan investigasi kontak di lapangan. Peran

14
kader secara umum adalah bermitra untuk mendukung petugas
kesehatan dalam merubah perilaku masyarakat untuk mewujudkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam upaya
penanggulangan TBC, melalui pemberian edukasi, penemuan kasus
di masyarakat umum, melakukan investigasi kontak, dan melakukan
pendampingan. Peran kader secara khusus dalam upaya penemuan
kasus TBC dimasyarakat adalah sebagai berikut :
1) Mendata kontak serumah dan kontak erat kasus indeks
2) Melakukan skrining secara langsung terhadap setiap kontak di
sekitar kasus indeks dan menemukan terduga TBC serta
merujuk terduga TBC dan semua kontak anak semua kontak
3) Mendampingi kontak lansia terduga TBC untuk pemeriksaan ke
fasyankes
4) Memantau munculnya gejala pada kontak serumah
berkoordinasi dengan PMO
5) Melaporkan kegiatan investigasi kontak sesuai dengan formulir
yang tersedia ke petugas kesehatan
6) Melakukan edukasi kepada pasien TBC dan kontak sekitar
7) Memantau kepatuhan berobat berkoordinasi dengan PMO
8) Melakukan skrining yang berkualitas sesuai dengan mekanisme
tahapan pelaksanaan investigasi kontak Pengawas Menelan Obat
(PMO) Pengawas Menelan Obat adalah orang yang dipilih
berdasar kesepakatan pasien dan petugas kesehatan untuk
mendampingi pasien dan mengawasi minum obat selama masa
pengobatan.
PMO menjadi mitra kader dalam mengidentifikasi kontak
serumah dan kontak erat pasien. Peran PMO :
1) Memotivasi pasien TBC untuk menjalani pengobatan dan
melakukan kunjungan rutin ke fasyankes untuk mengambil obat
dan pemeriksaan dahak sesuai jadwal

15
2) Memfasilitasi pasien TBC yang mengalami keluhan efek
samping obat ke fasyankes
3) Memantau perkembangan pengobatan pada pasien TBC
4) Memantau pemberian Pengobatan Pencegahan TBC pada anak
balita.
5) Membantu petugas dan kader dalam melakukan investigasi
Kontak.
6) Memberikan informasi terkait dengan kondisi kasus indeks,
kontak serumah dan kontak erat
7) Memantau munculnya gejala TBC pada kontak sekitar Pendidik
Sebaya Pendidik sebaya adalah mantan pasien TBC yang
terlatih sebagai pendidik sebaya di fasilitas kesehatan. Pendidik
sebaya dapat menjadi bagian dari kader yang melakukan
investigasi kontak.

C. PERAN PERAWAT DALAM KEGIATAN PROGRAM TB DI


PUSKESMAS SUNGAI BESAR
Peran perawat dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
keperawatan, dari yang bersifat sederhana sampai yang paling
kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Hal ini merupakan
peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip,
konsep, dan menguji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah
kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima
jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai
kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah masalah individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat. Perawat harus menguasai

16
konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri, sehingga
dapat memiliki kemampuan tersebut

b. Pengelola pelayanan dan institusi keperawatan


Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi
keperawatan, baik di masyarakat maupun di dalam institusi. Dalam
mengelola pelayanan keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu
sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administrator,
bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administratif
secara umum. Mengingat perawat merupakan anggota profesional
yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus
merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi
yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya
kemampuan manajerial yang andal dari perawat .
c. Pendidik dalam keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan, baik kepada klien, tenaga keperawatan,
maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan karena
perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
Seorang perawat dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, dan cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat
diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Dengan hasil
penelitian, perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat
sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi

17
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena itu,
perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan
media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Perawat
perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan.
Perawat juga menunjang pengembangan dibidang kesehatan dengan
berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan.

D. Alur Pelayanan Pasien TB


Alur pelayanan TB di Puskesmas Sungai Besar

Pasien datang Keluhan batuk >2


minggu

Dari RS
Pasien lama/baru

Poli
(infeksius)
BB bayi/anak 2
dibawah <5 tahun
Pemeriksaan
tidak naik
dahak/tcm (rujuk
ke pkm Landasan
Ulin Timur
Test
Mountox
Hasil Positif
Pengobatan (obat
Hasil Negatif anti TB)

Pasien Pulang

Pasien diinfeksius batuk lebih dari 2 minggu wajib pemeriksaan


dahak/Tcm di pkm Landasan ulin timur , sudah terdiagnosis, bayi yang BB nya

18
tidak naik wajib melakukan tes mountox jika hasil positif akan dilakukan
pengobatan TB dan jika hasil negatif pasien boleh langsung pulang.

BAB IV

PELAPORAN KEGIATAN PROGRAM TB


DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) merupakan tanggung jawab


bersama yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari komunitas, fasilitas
kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Pusat. Seluruh kegiatan program
harus dimonitor dan dievaluasi dari aspek masukan (input), proses, maupun
keluaran (output):
A. Pencatatan dan Pelaporan Dalam pelaksanaan monev dan kegiatan surveilans,
diperlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan
dengan baik dan benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah atau valid
untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk
dimanfaatkan sebagai dasar untuk perencanana dan peningkatan program
selanjutnya. Formulir-formulir yang digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan investigasi kontak, adalah sebagai berikut :
Secara garis besar, terdapat prosedur/alur proses dalam mengirimkan
data tuberkulosis (TB) dari Puskesmas ke Kemenkes, yaitu :
Data tuberkulosis (TB) dikirimkan ke Dinkes dengan cara online yaitu
PKM melakukan entry data ke dalam aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB) dan Laporan Bulanan.

19
LAPORAN BULANAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (TB PARU)

NO KEGIATAN JUMLAH

Jumlah pasien tuberculosis paru terkonfirmasi bakrteriologis


1 3
(BTA/biakantes cepat) baru diobati

Jumlah pasien tubercolosis selain paru (klinis paru, BTA negatif,


2 0
rontgen positif)

3 Jumlah pasien tubercolosis anak (0-14 tahun) yang diobati) 0

4 Jumlah pasien tubercolosis yang diobati bulan ini 3

Jumlah pasien tubercolosis paru terkonfirmasi bakteriologis yang


5 0
sembuh

Jumlah pasien tubercolosis paru terkonfirmasi bakteriologis yang


6 0
mendapat pengobatan lengkap

Jumlah pasien tubercolosis (paru BTA negatif, rontgen positif) baru


7 1
yang mendapat pengobatan lengkap

8 Jumlah Pasien Tuberculosis kambuh 0

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja, setiap


pelaksanaan kegiatan, koordinator pelayanan, dan penanggung jawab TB wajib
melakukan fasilitas pembangunan yang berwawasan kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, yang mana merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyrakat untuk berperan
aktiv dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara melalui pendekatan
edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya
setempat.
Strategi pemberdayaan masyarakat meliputi peningkatan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi, peningkatan kesadaran masysrakat melalui penggerakan
masyarakat, pengembangan dan pengendalian masyarakat, penguatan dan
peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan, peningkatan kemitraan dan
partisipasi lintas sektor, lembaga kemasyarakatan dan swasta. Penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tahap pengenalan kondisi
desa/kelurahan, survei mawas diri, musyawarah di desa/kelurahan, perencanaan
partisipatif, pelaksanaan kegatn dan pembinaan kelestarian, pengintegrasia

21
program, kegiatan, dan/atau kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang sudah
ada sesuai dengan kebutuhan kesepakatan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang, Kemenkes RI. 2019. Laporan Nasioanl Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2020, Jakarta.
Bappenas. 2018. Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia,
Jakarta.
Kemenkes RI. 2019a. Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/ VIII/2019 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan,
Jakarta.
Kemenkes RI. 2019b. Kepmenkes No. 1457/Menkes/SK/X/2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal BidangKesehtan di Kabupaten/Kota, Jakarta.
Kemenkes RI. 2019c. Kepmenkes No. 1479/Menkes/SK/X/2019 tentang Pedoman
PenyelenggaraanSistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
danPenyakit tidak Menular Terpadu, Jakarta.
Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 6 tahun 2019
tentang Petunjuk TeknisPenyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai