Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BRONKOPNEUMONIA

1. Pengertian

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah,

2000:39).

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang

menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh

eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang

terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim

paru.Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran

pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan

daya tahan tubuh (Setiawan, 2014).

2. Etiologi

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri (Pneumococcus,

streptokokus), virus Pneumonia hypostastik, syndrome loffller, jamur dan

benda asing (Utaminingrum, 2007).

Menurut (Reeves, 2001) :


a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme

gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus

influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi

droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab

utama pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar

melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya

ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

(Reeves, 2001)

3. Patofisiologi

Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas.

Mula-mula terjadi edema reaksi jaringan, yang mempermudah poliferasi

dan penyebab kuman kejaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena

mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin,

eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman dialveoli. Stadium ini


disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya terjadi deposis fibrin

kepleura, terdapatnya fibrin dan leukositpolimorfonuklear dialveoli dan

terjadinya proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium

hepatisasi kelabu. Akhirnya jumlah sel dialveoli meningkat, sel akan

berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium

ini disebut stadium revolusi. Sistem bronkopneumoner jaringan paru yang

tidak terkena akan tetap normal. Antibiotik yang diberikan sedini

mungkin dapat memotong perjalanan penyakit hingga stadium khas yang

diuraikan diatas tidak terlihat lagi. Beberapa bakteri tertentu lebih sering

menimbulakan gejala tertentu bila dibandingkan denangan bakteri lain.

Demikian pula bakteri tertentu lebih 3 sering ditemukan dalam kelompok

tertentu. Misalnya streptococcus pneumonia biasanya bermanifestasi

sebagai bercak-bercak konsolidasi merata diseluruh lapangan paru, namun

pada anak besar atau remaja akan berupa konsolidasi pada satu lobus

(pneumonia lobaris). Pneumatokel atau abses-abses kecil sering

disebabkan oleh streptococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil,

karena streptococcus aereus menghasilkan berbagai toksin dan enzim

seperti hemolisin, leukosidin, stafilokinase dan koagulase. Toksin dan

enzim ini menyebabkan nekrose, perdarahan dan kavitasi, koagulasi

berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang

mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin hingga terjadi eksudat

fibrinopulen. Tedapat kolerasi antara produksi koagulase dan virulansi

kuman stafilococcus yang tidak menimbulkan koagulase jarang


menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat menetap sampai

berbulan-bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut.

Pneumonia menimbulkan peradangan dengan gambaran yang beragam

pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah atau remaja.

Pneumonia cenderung berkembangbiak pada permukaan sel mukosa

saluran nafas. Akibat terbentuk H2O2 pada metabolismenya maka terjadi

pada deskuamasi dan ulserasi pada lapisan mukosa, edema dinding

bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran nafas dan alveoli.

Kerusakan ini timbul dalam waktu reltive singkat antara 24-48 jam dan

dapat terjadi pada bagian paru yang cukup luas (Utaminingrum, 2007).

4. Pathway
Gambar 2.1 pathway Bronkopnemonia ( Setiawan, 2014 )

5. Menifestasi Klinis

Tanda gejala menurut Smeltzer, 2001 :

a. Demam dan menggigil karena proses peradangan.

b. Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas

dan batuk.

c. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.

d. Napas sesak dan cepat

e. Tampak pernapasan cuping hidung

f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya

serius.

g. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.

6. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang

menyebabkan atelektasis absorbsi.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dari bronkopneumonia adalah (Smeltzer, 2001 ) :

1. Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan pneumonia

polomorfonuklear atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan

prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologis memberika gambaran bervarias.

a. Bercak konsolidasi merata pad bronkopneumonia.

b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.


c. Gambaran bronkopneumonia difus atau intertitialis pada

pneumonia stafilococcus

8. Komplikasi

Menurut Setiawan, 2014 :

a. Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.

b. Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.

c. Abses paru       :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.

d. Infeksi sistomik

e. Endokarditis     :peradangan pada endokardium.

f. Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.

g. Penatalaksnaan

Menuruut fadli, 2013 :

1. Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin,

ampicillin, gentamisin.

2. Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan iritasi broncia

(nebulizer)

3. Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-

tandapenyembuhan.

4. Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.

5. Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan

mengurangi resiko atelektasis


B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Hirarki kebutuhan dasar manusia adalah sebuah teori yang dapat

digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar

manusia pada saat memberikan keperawatan. Beberapa kebutuhan dasar

manusia tentu lebih dasar dari kebutuhan lainya; oleh karena itu, beberapa

kebutuhan harus terpenuhi sebelum kebutuhan yang lain. (Perry&Poter,

2005). Menurut Teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow Hirarki

tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni kebutuhan fisiologis,

keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki,

kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri (Asmadi,2008).

Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar

manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah

memenuhi kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri

sendiri serta kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah

satu dari kebutuhan membawa dampak terhadap perubahan sistem dalam

individu. Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan

keperawatan. Bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan maka

kemungkinan ada salah satu atau beberapa kebutuhan dasar klien yang

terganggu.
C. NUTRISI

1. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan

sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung,

aksi, reaski dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan

untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan

untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh

(Rock CL, 2004).

2. Jenis-jenis Nutrien

a. Protein merupakan bagian penting dari tulang, otot dan kulit. Bahkan

dalam setiap sel dalam tubuh kita terdapat protein . Protein

mempunyai banyak fungsi, antara lain adalah membantu memecah

nutrisi untuk menjadi energi, sebagai struktur bangunan dalam tubuh

dan menghancurkan racun. Protein terdiri dari blok bangunan yang

disebut asam amino. Tubuh dapat memproduksi  beberapa asam


amino. Protein yang di peroleh dari daging dan produk hewani

lainnya mengandung semua asam amino yang dibutuhkan oleh

tubuh. Protein dari daging dan produk hewani yang lain juga disebut

sebagai protein lengkap. Berbeda dengan dengan protein Nabati

yang tidak mengandung semua asam amino yang dibutuhkan oleh

tubuh, untuk melengkapi asam amino yang dibutuhkan perlu

mengkonsumsi beberapa makanan nabati agar tubuh memperoleh

asam amino yang lengkap. Kebutuhan protein harian:

1) Usia 0 s/d 6 Bulan

Kecukupan Energi: 550 kkal, Kecukupan Protein: 10 gr.

2) Usia 7 s/d 12 Bulan

Kecukupan Energi: 650 kkal, Kecukupan Protein: 16 gr.

3) Usia 1 s/d 3 Tahun

Kecukupan Energi: 1000 kkal, Kecukupan Protein: 25 gr.

4) Usia 4 s/d 6 Tahun

Kecukupan Energi: 1550 kkal, Kecukupan Protein: 39 gr.

5) Usia 7 s/d 9 Tahun

Kecukupan Energi: 1800 kkal, Kecukupan Protein: 45 gr.

6) Usia 10 s/d 12 Tahun

Pria: Kecukupan Energi: 2050 kkal, Kecukupan Protein: 50 gr.

Wanita: Kecukupan Energi: 2050 kkal, Kecukupan Protein: 50

gr.

7) Usia 13 s/d 15 Tahun


Pria: Kecukupan Energi: 2400 kkal, Kecukupan Protein: 60 gr.

Wanita: Kecukupan Energi: 2350 kkal, Kecukupan Protein: 57

gr.

8) Usia 16 s/d 18 Tahun

Pria: Kecukupan Energi: 2600 kkal, Kecukupan Protein: 65 gr.

Wanita: Kecukupan Energi: 2200 kkal, Kecukupan Protein: 55

gr.

Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan,

daging, domba, kalkun dan hati. Beberapa sumber protein nabati

adalah: kelompok kacang polong (misalnya buncis, kapri dan

kedelai), kacang-kacangan dan biji-bijian.

b. Karbohidrat memberikan energi pada bayi. Sereal dan roti

merupakan sumber karbohidrat yang baik. Sebaiknya orangtua

memilih sereal yang diperkaya zat besi, terutama untuk bayi yang

disusui untuk mencegah timbulnya anemia karena kekurangan zat

besi.

c. Nukleotida meningkatkan respon imun dan memperkecil

kemungkinan terjadinya diare pada bayi. Sekalipun tubuh dapat

memproduksi nukleotida, bayi-bayi tetap membutuhkan penambahan

nukleotida untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya yang cepat.

d. Lemak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi,

memproduksi zat zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta membantu

tubuh menyerap vitamin tertentu dari makanan. Tidak semua


makanan berlemak baik untuk kesehatan. Lemak yang baik untuk di

konsumsi adalah lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated) dan

lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated). Dengan mengkonsumsi

lemak tak jenuh tubuh dapat meminimalisir terserang penyakit

jantung. Jenis lemak yang kurang baik untuk kesehatan tubuh adalah

lemak jenuh dan trans yang dapat meningkatkan risiko penyakit

jantung dengan menyebabkan penumpukan zat lemak dalam arteri

yang dapat menghambat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung

kita. Lemak ini juga dapat meningkatkan risiko stroke dengan

menyebabkan penumpukan zat lemak yang sama dalam arteri yang

menjadi saluran aliran darah ke otak. Sebuah penelitian juga

menunjukkan  bahwa dengan mengkonsumsi banyak lemak trans

dapat meningkatkan risiko kanker payudara

e. AA (Asam Arakhidonat) dan DHA (Asam Dokosaheksaenoat)

adalah dua asam lemak pentin, khususnya dalam pertumbuhan otak

bayi yang berlangsung sangat pesat selama 6 bulan kedua kehidupan.

Pada periode ini AAdan DHA berperan besar dalam perkembangan

mental dan daya lihat bayi.

f. Vitamin adalah zat yang ditemukan dalam makanan yang dibutuhkan

tubuh untuk  pertumbuhan dan kesehatan. Ada 13 vitamin yang

dibutuhkan oleh tubuh. Masing-masing vitamin memiliki fungsi

tersendiri.
1) Vitamin A berfungsi melindungi tubuh dari beberapa infeksi

serta membantu menjaga kulit agar tetap sehat. Vitamin A dapat

di temukan pada makanan seperti brokoli, bayam, wortel, labu,

ubi jalar, hati, telur, susu, krim dan keju.

2) Vitamin B1 berfungsi membantu tubuh dalam mencerna

karbohidrat serta  baik dalam menjaga sistem saraf. Vitamin B1

dapat di temukan pada makanan seperti hati, kacang, sereal, roti

dan susu.

3) Vitamin B2 baik dalam menjaga kesehatan kulit. Untuk

memenuhi kebutuhan akan Vitamin B2 dapat di temukan pada

makanan seperti hati, telur, keju, susu, makanan hijau , kacang

polong dan gandum.

4) Vitamin B3 berfungsi membantu tubuh dalam menggunakan

protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu Vitamin B3 juga baik

dalam menjaga sistem saraf dan kulit. Vitamin B3 dapat di

temukan dalam makanan antara lain hati, ragi, kacang, daging,

ikan dan unggas.

5) Vitamin B5 membantu dalam proses penggunaan karbohidrat

dan lemak dan membantu dalam produksi sel darah merah.

Vitamin ini dapat di temukan dalam daging sapi, ayam, lobster,

susu, telur, kacang, kacang polong, brokoli, ragi dan biji-bijian.

6) Vitamin B6 berfungsi membantu tubuh dalam menggunakan

protein dan lemak serta membantu dalam proses transportasi


oksigen serta sangat baik untuk kesehatan saraf. Vitamin ini

terkandung dalam hati, biji-bijian, kuning telur, kacang, pisang,

wortel dan ragi.

7) Vitamin B9 (asam folat) membantu dalam produksi sel baru dan

memeliharanya serta dapat mencegah cacat lahir. Makanan

hijau, hati, ragi, kacang, kacang  polong, jeruk, sereal dan

gandum mengandung vitamin jenis ini.

8) Vitamin B12 dapat membantu dalam produksi sel darah merah

dan sangat baik untuk kesehatan saraf. Vitamin B12 dapat

ditemukan pada susu, telur, hati, unggas, kerang, sarden, dan

telur.

9) Vitamin C bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang, kulit

dan pembuluh darah. Makanan yang mengandung Vitamin C

antara lain jeruk, tomat, kentang, pepaya, stroberi, dan kubis.

10) Vitamin D sangat baik dalam menjaga kesehatan tulang. Untuk

memenuhi kebutuhan vitamin D cukup berjemur atau terkena

sinar matahari selama 5- 30 menit minimal 2 kali dalam

seminggu. Selain itu kita juga bisa mengkonsumsi makanan

antara lain seperti hati dan susu.

11) Vitamin E dapat memelihara sel tubuh dari kerusakan,

memperlancar aliran darah serta mampu memperbaiki jaringan

tubuh. Makanan yang mengandung Vitamin E antara lain kuning

telur, hati sapi, ikan, susu, brokoli dan bayam.


12) Vitamin H (Biotin). Vitamin H dapat membantu tubuh dalam

menggunakan karbohidrat dan lemak serta membantu dalam

pertumbuhan sel. Makanan yang mengandung Vitamin H antara

lain hati, kuning telur, tepung kedelai, sereal, ragi, kacang

polong, buncis, kacang, tomat dan susu.

13) Vitamin K membantu dalam proses pembekuan darah dan

pembentukan tulang.  Makanan yang dapat di konsumsi antara

lain bayam, kubis, keju, bayam, brokoli, kubis, dan tomat..

g. Kalsium membantu dalam pembentukan tulang dan gigi serta

membantu menjalankan fungsi otot dan saraf. Kalsium terkandung

dalam ikan Salmon, sarden, susu, keju, yoghurt kangkung, lobak,

sawi, brokoli dan jeruk.

h. Zat Besi membantu sel darah merah dan mengantarkan oksigen ke

seluruh jaringan tubuh serta membantu menjalankan fungsi otot.

Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat mengkonsumsi daging

merah, unggas, ikan, hati, tepung kedelai, telur, kacang-kacangan,

kacang polong, bayam, lobak hijau, kerang dan sereal.

i. Kalium Kalium berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di

seluruh tubuh kita serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot agar

tetap normal. Kalium terkandung dalam susu, pisang, tomat,  jeruk,

melon, kentang, ubi jalar, plum, kismis, bayam, lobak, kangkung dan

kacang polong.
j. Sodium sama halnya dengan kalium yang berfungsi menjaga

keseimbangan kadar air di seluruh tubuh serta berfungsi

memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Makanan yang

mengandung Sodium antara lain adalah garam, susu, keju, seledri,

daging sapi, daging babi, sarden dan buah zaitun hijau.

k. Zinc berfungsi dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu dalam

penyembuhan luka. Selain itu Zinc juga berfungsi membantu tubuh

untuk melawan penyakit. Makanan yang mengandung Zinc antara

lain hati, telur, makanan laut, daging merah, tiram, telur, kacang-

kacangan, biji-bijian, sereal, gandum dan biji labu.

l. Air adalah bagian penting dari tubuh kita. Bahkan lebih dari 60

persen tubuh kita terdiri dari air. Manfaat dari air antara lain

membasahi jaringan seperti di sekitar mulut, mata dan hidung;

mengatur suhu tubuh; serta membantu tubuh mendapatkan nutrisi.

D. PENILAIAN STATUS NUTRISI

Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Metode langsung lebih terfokus kepada individu dan kriteria

objektif sedangkan metode tidak langsung cenderung dipakai dikomunitas

untuk merefleksikan keadaan nutrisi. Penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan

biofisik. Sementara itu, penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi

survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa dkk.,

2002).
Antropometri meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar

lengan, lingkar dada dan lingkar kepala (pada bayi dan balita). Untuk

mengukur status gizi secara adekuat, sejumlah penilaian spesifik juga

diperlukan, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio Lingkar Pinggang

Pinggul (LPP), Berat Badan Relatif (BBR). Pengukuran seperti lipatan triseps

juga dapat dipakai guna mengkalkulasi lemak atau protein tubuh (Supariasa

dkk., 2002).

1. Pengukuran Antropometri

Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos” yang berarti

manusia dan “metron” yang berarti ukuran (Bridger, 2003). Antropometri

adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan

karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk dan kekuatan serta

penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain

(Nurmianto, 1996).

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan

dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Umur

Penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi

perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur

dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004). Yang termasuk


dalam kategori usia: 0 sampai <6 bulan, 6 sampai <12 bulan, 12

sampai <24 bulan dan 24 bulan sampai <59 bulan.

b. Berat Badan

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan

berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam

penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,

hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke

waktu (Djumadias Abunain, 1990).

Penghitungan Berat Badan Ideal Orang Dewasa

(TB(cm)−150)
BBI Laki-laki = (TB(cm) – 100) -
4

(TB ( cm )−150)
BBI Perempuan = (TB(cm) – 100) -
2,5

c. Tinggi Badan

Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan

menurut Umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut

Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan

yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan

indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan

yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun

(Depkes RI, 2004).


Penghitungan Tinggi Badan Orang Dewasa

TB Laki-laki = 64,19 - (0,40 x Usia) + (2,02 x TL)

TB Perempuan = 84,88 – (0,40 x Usia) + (1,83 x TL)

d. Lingkar Lengan Atas (LILA)

e. Lingkar Kepala

f. Lingkar Dada

Tabel 1.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks WHO-NCHS

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

Z-Score

BB/U Gizi Buruk <-3 SD

AnakUmur 0-60 Bulan Gizi Kurang -3 SD sampai <-2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

PB/U atau TB/U Sangat Pendek <-3 SD

Anak Umur 0-60 Bulan Pendek -3 SD sampai <-2 SD

Normal >2 SD

Tinggi <-3 SD

BB/PB atau BB/TB Sangat Kurus <-3 SD

Anak Umur 0-60 Bulan Kurus -3 SD sampai <-2 SD


Normal -2 SD sampai 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U Sangat Kurus <-3 SD

Anak Umur 0-60 Bulan Kurus -3 SD sampai <-2 SD

Normal -2 SD sampai 2 SD

Gemuk >2 SD

IMT/U Sangat Kurus <-3 SD

Anak Umur 5,-18 Tahun Kurus -3 SD sampai <-2 SD

Normal -2 SD sampai 1 SD

Gemuk >1 SD sampai 2 SD

Obesitas >2 SD

2. Indeks Masa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan

antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai

dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh

seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi

penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran

secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual

energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002)

Pengukuran IMT

Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m) ²
Tabel 1.2 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT Kategori

<18,5 Berat badan kurang

18,5 – 22,9 Berat badan normal

≥ 23,0 Kelebihan berat badan

23,0 – 24,9 Berisiko menjadi obes

25,0 – 29,9 Obes I

≥ 30,0 Obes II

Sumber: Centre of Obesity Research and Education 2007

3. Z-Score

Ukuran antropometrik (BB/U, TB/U dan BB/TB) disajikan sebagai

nilai SD atau Z-Score di bawah atau di atas nilai median atau median

rujukan. Nilai normal bila antara -2SD sampai +2SD, kurang bila <-2SD

dan lebih bila >+2SD.

Pengukuran Z-Score

Nilai Individu Subjek−Nilai Median Baku Rujukan


Z-Score =
Nilai Simpang Baku Rujukan

Nilai simpang baku rujukan adalah selisih kasus dengan standar +1 SD

atau -1 SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih besar daripada median,

maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1

SD dengan median. Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil daripada median,
maka nilai simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1

SD.

4. Berat Badan Ideal

a. Bayi (anak 0-12 bulan)

BBI = (umur(bulan) : 2) + 4

b. Anak (1-10 tahun)

BBI = (umur(tahun) x 2) + 8

c. Remaja dan dewasa

BBI = (TB(cm) – 100) – (TB(cm) – 100) x 10%

E. KEKURANGAN NUTRISI

1. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang

dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat

badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolisme. Tanda-tanda klinis: berat badan 10-20% dibawah normal,

tinggi badan dibawah ideal, adanya penurunan transferrin, penurunan

kadar albumin serum dan lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari

60% ukuran standar.

2. Etiologi

Penyebab kemungkinan terjadinya kekurangan nutrisi antara lain:


a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna kalori

akibat penyakit infeksi atau kanker.

b. Kurangnya asupan makanan: kurangnya jumlah makanan yang

diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara

pemberian makanan yang salah.

c. Adanya penyakit terutama infeksi yang mempengaruhi jumlah

asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

3. Batasan Karakteristik

Menurut Carpenito, (2009) adapun batasan karakteristik ada dua

yaitu:

a. Batasan Mayor

Yaitu individu yang tidak NPO melaporkan atau menerima asupan

makanan yan kurang dari kebutuhan diet harian ang dianjurkan

(recommended daily allowance, RDA) dengan atau tanpa disertai

penurunan berat badan dan/ atau kelebihan metabolic actual atau

potensial yang melebihi asupan disertai penurunan berat badan.

b. Batasan Minor

Yaitu berat badan 10%-20% + di bawah berat ideal berdasarkan

tinggi dan postur tubuh, lipatan kulit trisep, lingkar lengan atas dan

lingkar otot lengan bagian tengah kurang dari 60% ukuran standar.

Kelemahan dan rasa nyeri pada otot, iritabilitas mental dan konfus,

penurunan kadar albumin serum, penurunan transverin serum atau

kapasitas pengikatan zat besi.


4. Faktor Yang Berhubungan

a. Patofisiologis

Berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan kalori dan

kesulitan dalam mencerna kalori yang dibutuhkan, sekunder akibat:

luka bakar, infeksi, ketergantungan zat kimiawi, kanker dan

trauma.

Berhubungan dengan disfagia, sekunder akibat: cidera

serebrovaskuler (CVA), serebral palsi, penyakit Parkinso dan

gangguan neuromuskular.

Berhubungan dengan penurunan absorbs nutrisi, sekunder

akibat: fibrosis kistik dan intoleransi laktosa.

Berhubungan dengan muntah yang disengaja, latihan fisik saat

asupan kalori berlebihann atau menolak makanan.

Berhubungan dengan anoreksia, gangguan metabolism protein

dan lemak dan gangguan penyimpanan vitamin.

b. Terkait Pengobatan

Berhubungan dengan kebutuhan protein dan vitamin untuk

penyembuhan luka dan penurunan asupan.

Berhubungan dengan penurunan asupan oral, ketidaknyamanan

dimulut, mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai