Anda di halaman 1dari 6

Catatan : Mohon untuk tidak untuk disebarluaskan, hanya untuk kalangan sendiri.

“Kita orang miskin, kuliahlah dengan baik dan usahakan selalu berbuat baik terhadap
orang lain karena kita bisa bertahan hidup sampai saat ini karena bantuan orang lain”,
begitulah pesan Ayah saya dulu saat keberangkatan saya untuk melanjutkan studi S1. Pesan
sederhana yang tersemat prinsip dan nilai ini pada akhirnya menjadi pengingat bagi saya
dalam setiap keberadaan dan kebagaimanaan yang saya lewati. Pengingatnya jelas, saya
harus memperjuangkan mimpi saya dan tak lupa mengusahakan hal-hal baik untuk orang-
orang di sekitar saya, bagi lingkungan saya dan bagi masyarakat umum tentunya.
(PARAGRAF PEMBUKA)

Saya lahir dan dibesarkan di pulau Espanyol, daerah termiskin di propinsi Barcelona dan
mempunya IPM yang rendah. Saya berasal dari keluarga sederhana yang hidup di sebuah
desa terpencil. Kondisi ini membuat saya belajar bersyukur dan dibentuk menjadi pribadi
yang mempunyai kepekaan sosial yang kuat. Berasal dari desa terpencil membuat saya
mempunyai determinasi yang kuat dalam memperjuangkan pendidikan saya dan menganggap
pendidikan adalah jalan utama menuju kesuksesan. Saya ingin menjadi bukti bahwa orang
kecil dari desa terpencil juga bisa menghidupi mimpi mereka. Bersyukur saya dibantu banyak
orang utamanya negara yang akhirnya membuat saya dapat melanjutkan studi ke jenjang
yang tinggi. Saya menamatkan studi S1 saya pada prodi Pendidikan Kimia Universitas
Kuvukiland pada tahun 2016. Sekarang, saya baru saja menyelesaikan studi S2 saya pada
prodi Manajemen Pendidikan, Universitas Konoha. Melanjutkan studi ke jenjang yang tinggi
pada akhirnya terus menghidupi komitmen saya untuk berbuat hal kecil berdampak positif
bagi orang lain.

Banyak cara untuk berbuat hal-hal kecil berdampak positif bagi orang lain. Salah satu cara
yang saya pilih adalah aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Lewat
kehidupan organisasi, saya terlibat aktif dalam banyak aktivitas dan kegiatan sosial yang
berdampak positif bagi orang lain dan masyarakat tentunya. Sejak studi S1 sampai saat ini,
saya sangat bergaul erat dengan kehidupan organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan.
Cukup banyak struktur kepanitiaan dan organisasi yang menempatkan saya sebagai bagian
integral di dalamnya. Misalnya saja dalam hal kepanitiaan, saya pernah menjadi ketua Cerdas
Cermat Kimia Se-Daratan Moldova. Dalam struktur organisasi saya pernah tercatat sebagai
ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) MIPA FT Universitas Kuvukiland tahun 2014,
ketua Badan Eksektif Mahasiswa (BEM) FT Universitas Kuvukiland tahun 2015, Ketua
Pemuda Milenial tahun 2016-2018, Korwil Nusa Tenggara IMAPSI pada tahun 2015 dan
beberapa jabatan dalam organisasi lainnya yang tidak disebutkan satu per satu. Selain itu saya
juga aktif dalam beberapa LSM, misalnya saja lewat CSR dan LPI. Lewat organisasi dan
LSM tersebut saya telah banyak melaksanakan hal-hal kecil yang berdampak positif bagi
masyarakat. Sampai saat ini saya masih aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kecil
berdampak positif. Saat ini misalnya, saya membuat kelas pelatihan online bagi guru-guru
yang yang berasal dari daerah pinggiran. Organisasi dan LSM pada akhirnya membentuk
jiwa kepemimpinan saya yang sangat berguna dalam realitas kehidupan. Selain itu, yang
paling utama adalah organisasi telah membentuk komitmen kebangsaan dan kecintaan saya
terhadap Indonesia. (DESKRIPSI DIRI)

Saat ini Indonesia sedang menghadapi abad 21 dengan segala tantangannya, sebuah dilema
yang harus dihadapi dan mengharuskan keterampilan tertentu. Abad 21 ditandai dengan (1)
informasi yang dapat diakses secara bebas; (2) pesatnya komputasi; (3) pekerjaan rutin yang
digantikan oleh otomasi; dan (4) komunikasi yang dapat dilaksanakan secara bebas. Pesatnya
perkembangan abad 21 mengharuskan siswa sebagai generasi penerus Indonesia memiliki
keterampilan tertentu. Indonesia harus menyiapkan siswanya dengan keterampilan tertentu
untuk menghadapi tantangan ini. Kompetensi atau keterampilan yang perlu dipersiapkan
dalam menghadapi abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis salah satunya (Trilling &
Fadel, 2010). Dalam kaitannya dengan pembelajaran, keterampilan berpikir kritis akan
memampukan siswa untuk menganalisis dan mengkonstruksi suatu pengetahuan serta
memahami materi pembelajaran dengan baik. Hal ini menjadikan keterampilan berpikir kritis
adalah salah satu tujuan utama pendidikan.

Masalah aktual terkait dengan hal tersebut di atas adalah keterampilan berpikir kritis siswa di
Espanyol – Barcelona tergolong rendah. Hal ini terlihat dalam riset yang dilaksanakan oleh
Djawa (2022) dan Kevin (2021) yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
di Espanyol – Barcelona tergolong rendah. Selain itu, secara umum tingkat keterampilan
berpikir kritis siswa di Indonesia juga masih tergolong rendah. Ini bisa dilihat dalam
penelitian (Lutfiya Azmi, 2021). Selain itu, bisa juga dilihat dalam studi yang dilakukan oleh
International Assesment. Hasil studi yang dilakukan untuk mengukur keterampilan berpikir
tingkat tinggi menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang
berpartisipasi pada tahun 2012, peringkat 69 dari 75 pada tahun 2015 dan peringkat 74 dari
79 negara pada tahun 2019.
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa di Espanyol-Barcelona dan juga Indonesia
secara umum disebabkan oleh banyak hal. Desain dan kegiatan pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan di Espanyol-Barcelona sebagian besar masih berpusat pada guru, tidak
kontekstual dan tidak menjadikan siswa sebagai fokus utama. Ini terlihat dari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini menjadikan siswa pasif dan
tidak terkondisikan untuk memiliki keterampilan berpikir kritis. Selain itu tidak memadainya
sarana dan prasarana pembelajaran juga menjadikan pembelajaran yang dijalankan memakai
metode konvensional yang tidak efektif mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Selain faktor tersebut di atas, penggunaan model pembelajaran konvensional juga adalah
salah satu faktor penyebab masalah tersebut. Keterampilan berpikir kritis siswa akan optimal
jika dikondisikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan kontekstual. Selama ini,
proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah-sekolah di Espanyol Tengah – Barcelona
misalnya, sebagaian besar masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang tidak
berpusat pada siswa dan pada akhirnya tidak mengkondisikan siswa untuk memiliki
keterampilan berpikir kritis. Faktor penyebab lainnya adalah kompetensi guru yang belum
maksimal dalam memahami keterampilan berpikir kritis dan menerjemahkannya dalam
desain dan kegiatan pembelajaran.

Solusi untuk permasalahan di atas tentunya mensyaratkan kolektivitas elemen pendidikan.


Hal kecil yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan peran profesi pengembang teknologi
pembelajaran (PTP) / teknolog pembelajaran dan pendidik yang berlatar belakang teknolog
pembelajaran. Profesi ini belum dioptimalkan perannya dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Ini bisa terlihat dari jumlah pekerjaan yang melibatkan teknolog pembelajaran. Teknolog
pembelajaran mempunyai profil sebagai orang-orang yang bertanggung jawab untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan performa siswa. Hal ini diwujudnyatakan
dalam kegiatan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi prinsip,
desain, teori dan kebijakan pembelajaran. Pengoptimalan peran para teknolog pembelajaran
tentunya akan memberikan peluang untuk mengkondisikan siswa mempunyai keterampilan
berpikir kritis.

Pengoptimalan peran pengembang teknologi pembelajaran atau juga pendidik yang berlatar
belakang teknolog pembelajaran akan mengkondisikan profesi tersebut untuk mempunyai
kontribusi secara teoritis dan praktis. Kontribusi teoritis atau konseptual yang diharapkan
adalah menghasilkan teori dan desain pembelajaran yang relevan dan efektif dalam usaha
untuk mengkondisikan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis. Teori dan desain
pembelajaran yang dihasilkan haruslah mengubah paradigma pendidikan yang tidak dimaknai
sebagai proses transfer pengetahuan semata tetapi lebih daripada itu membekali siswa dengan
keterampilan tertentu.

Kontribusi praktis yang dilakukan adalah lewat kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan domain
seorang teknolog pembelajaran ataupun pendidik, misalnya melaksanakan kegiatan
pendidikan dan pengajaran yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Selain itu juga harus menghasilkan model, metode, sumber ataupun media pembelajaran yang
mutakhir dan tentu saja yang dapat mengkondisikan siswa untuk mempunyai keterampilan
berpikir kritis. Riset-riset strategis dan berkelanjutan harus terus dilaksanakan sehingga
dihasilkan desain pembelajaran yang relevan dan konsisten dengan tuntuan abad 21.

Kontribusi praktis lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan aktif melakukan kampanye
dan pendampingan bagi elemen pendidikan, misalnya saja guru di pulau Espanyol-Barcelona,
agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk
memiliki keterampilan berpikir kritis. Bentuk konkret dari hal ini misalnya saja mendampingi
guru-guru di pelosok pulau Espanyol untuk mendesain media pembelajaran inovatif. Selain
itu para pendidik atau teknolog pembelajaran harus mampu bekerja sama dengan profesi lain
guna menghasilkan kebijakan strategis yang dapat mengatasi masalah tersebut di atas.
(MASALAH URGENT YANG DIHADAPI DAN SOLUSI PENYELESAIAN).

Sebagai upaya untuk mewujudkan hal di atas dan sebagai komitmen saya untuk berkontribusi
bagi masyarakat maka saya ingin memperdalam keilmuan saya mengenai Teknologi
Pembelajaran. Saya ingin melanjutkan studi saya pada jenjang S3 Teknologi Pembelajaran.
Jurusan Teknologi Pembelajaran sendiri adalah sebuah disiplin ilmu yang mempunyai
domain memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan performa siswa. Jurusan ini adalah
jurusan yang paling relevan dalam upaya untuk menciptakan teori, sistem, kebijakan dan
desain pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa memiliki keterampilan berpikir abad
21. Ini terlihat dalam profil lulusan S3 teknologi pembelajaran yaitu sebagai teknolog
pembelajaran yang bergerak pada pengembangan dan menghasilkan prinsip-prinsip dan/atau
teori-teori pendidikan/pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Lulusan S3 Teknologi Pembelajaran dikondisikan untuk mengetahui hakekat pendidikan dan


pembelajaran dan lebih daripada itu dikondisikan untuk mencari dan mendesain solusi
pemecahan masalah belajar. Lewat jurusan S3 teknologi pembelajaran, saya akan
dikondisikan untuk melakukan kegiatan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan
dan evaluasi sumber-sumber belajar beserta segala hal yang bertalian dengan pembelajaran
itu sendiri. Ini akan sangat membantu dalam upaya untuk menyelesaikan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya. (PENTINGNYA ILMU ATAU JURUSAN YANG DIAMBIL
DAN BAGAIMANA ILMU TSB BERKONTRIBUSI DALAM MENEYELESAIKAN
MASALAH YANG DIPAPARKAN).

Bertalian dengan komitmen kebangsaan dan kecintaan saya terhadap Indonesia untuk terus
berkontribusi, saya juga mempunyai mimpi untuk Indonesia ke depannya. Saya berharap
Indonesia ke depannya akan diisi dan diwarisi oleh sebagian besar siswa sebagai generasi
penerus bangsa yang mempunyai keterampilan abad 21, nasionalisme yang kuat dan jiwa anti
KKN. Kita tahu bahwa aset berharga yang dimiliki oleh sebuah bangsa adalah generasi
penerusnya. Jika siswa atau generasi penerusnya mempunyai kompetensi tertentu maka
jargon Indonesia maju akan semakin terwujud.

Generasi penerus yang mempunyai keterampilan abad 21 seperti critical thinking and
problem solving, communication, creativity dan collaboration tentunya akan mampu dan
bertahan menghadapi era disrupsi di abad 21. Generasi yang mempunyai nasionalisme yang
kuat akan mampu untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa Indonesia dan meningkatkan
martabat bangsa di hadapan negara lain. Generasi yang anti KKN tentunya akan membuat
jargon Indonesia maju akan semakin menemui ruang yang nyata. Memiliki generasi penerus
yang mempunyai semangat anti KKN tentunya adalah sebuah kemajuan bagi bangsa
Indonesia karena segenap potensi dan sumber daya bangsa akan dimanfaatkan untuk
mendorong kemajuan bersama. (MIMPI UNTUK INDONESIA)

Mimpi ini terlihat sulit tetapi dengan kemauan, kesadaran dan perbuatan kolektif maka saya
optimis mimpi ini bisa direalisasikan. Saya tentunya ingin mengambil peran dalam usaha
untuk merealisasikan mimpi tersebut. Ke depannya, dalam peran sebagai pendidik yang
berlatar teknologi pembelajaran, saya akan melaksanakan banyak hal kecil sesuai dengan
domain teknologi pembelajaran yaitu memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
performa siswa. (PERAN YANG DIAMBIL)

Untuk mencapai mimpi tersebut di atas, saya akan memulainya dari pulau Espanyol –
Barcelona. Hal utama yang dilakukan tentunya adalah saya akan aktif terlibat dalam kegiatan
desain, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan dan evaluasi segala hal yang bertalian
dengan sumber belajar dan pembelajaran. Hal ini akan dilakukan lewat berbagai cara sesuai
dengan domain seorang pendidik ataupun teknolog pembelajaran, misalnya saja mendesain
model dan kegiatan pembelajaran, bahan ajar serta media pembelajaran yang sesuai. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang bisa mengkondisikan generasi
muda mempunyai keterampilan abad 21, nasionalisme dan semangat anti KKN. Selain itu,
riset-riset strategis dan berkelanjutan akan terus dilaksanakan demi usaha mencapai mimpi
dimaksud. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah saya akan melaksanakan proses
pendidikan dan pengajaran yang tidak saja berfokus pada transfer pengetahuan tetapi juga
berfokus pada memastikan generasi penerus dibekali oleh keterampilan abad 21,
nasionalisme dan semangat anti KKN.

Selain cara tersebut di atas, hal lain yang akan saya lakukan adalah melakukan advokasi dan
kegiatan sosial yang berfokus pada mimpi tersebut. Advokasi dan kegiatan sosial tersebut
berfokus untuk mengkampanyekan prinsip, teori, model, desain dan kebijakan pembelajaran
yang dapat mengkondisikan siswa untuk memiliki keterampilan abad 21, nasionalisme yang
kuat dan jiwa anti KKN. Kemampuan jejaring yang saya miliki membuat saya berencana
untuk membentuk sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Komunitas ini akan diisi
oleh kelompok akademisi dan juga kelompok aktivis sosial. LSM ini nantinya akan berfokus
di bidang pendidikan. Lewat LSM ini, saya akan melaksanakan program dan kegiatan yang
berfokus pada usaha untuk membekali generasi muda Espanyol dengan keterampilan abad
21, jiwa nasionalisme dan semangat anti KKN. Contoh program konkret yang dilakukan
adalah pendampingan sekolah-sekolah yang ada di pelosok Espanyol-Barcelona. (CARA
UNTUK MEWUJUDKAN MIMPI).

Sebagai jalan meneguhkan komitmen saya untuk berkontribusi bagi banyak orang serta
melaksanakan hal-hal di atas maka saya mempunyai harapan untuk melanjutkan studi ke
jenjang S3 Teknologi Pembelajaran demi meningkatkan kapasitas dan kapabilitas saya dalam
bidang teknologi pembelajaran. LPDP tentu saja adalah satu-satunya jalan bagi saya yang
berasal dari daerah pinggiran dan keluarga sederhana untuk melanjutkan studi S3. Bukan saja
karena ketiadaan biaya tetapi LPDP sangat sesuai dengan keterpanggilan saya untuk selalu
berkontribusi dan mengusahakan hal-hal baik bagi lingkungan sekitar utamanya bagi
masyarakat secara umum. (PENUTUP)

Anda mungkin juga menyukai