Disusun oleh:
NATANIA ANGELA
2018-11-104
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Saliva adalah cairan kompleks yang dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar saliva mayor
dan ratusan dari kelenjar saliva minor. Saliva terdiri dari berbagai macam konstituen dan sifat
saliva rata-rata 0,6 ml (Watanabe & Dawes, 1988). 2 Beberapa penyakit, kondisi medis, dan
obat-obatan dapat memengaruhi fungsi kelenjar saliva yang menyebabkan sensasi mulut
kering (xerostomia), biasanya disebabkan oleh menurunnya aliran saliva dan perubahan
komposisi saliva. 1
Xerostomia dapat ditemukan pada pasien dengan penyakit autoimun,
obesitas hipertensi, gangguan ginjal kronis, penyakit jantung kronis, dan diabetes mellitus.
komplain subjektif mulut kering, sedangkan hiposalivasi merupakan penurunan aliran saliva
yang objektif. Xerostomia seringkali dikaitkan dengan hiposalivasi, namun tidak selalu. 4
Xerostomia dapat ditemukan pada pasien penyakit diabetes mellitus (DM), yang juga dapat
menyebabkan beberapa gejala pada bagian mulut, antara lain terjadinya gingivitis dan
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit endokrin yang ditandai dengan defisit
konsentrasi gula darah. DM sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
10% orang dewasa di dunia, dan diprediksi akan meningkat sebanyak 20-60% di antara tahun
2010 dan 2030 pada negara maju dan berkembang. 5
Prevalensi Diabetes Mellitus semua
Kedua tipe DM, tipe 1 dan tipe 2, telah dikaitkan dengan xerostomia. 4
Prevalensi
xerostomia pada pasien DM tipe 1 dilaporkan sebesar 53%, sedangkan pada pasien DM tipe 2
sebesar 14-62%. 5
Adapun juga penelitian yang menunjukan penurunan aliran saliva pada
pasien DM dibandingkan dengan pasien non-DM. Penurunan aliran saliva ini dapat
Perawatan untuk sensasi mulut kering yang permanen dan progresif saat ini terbatas
pada tindakan paliatif. Ketika fungsi glandula saliva rusak secara signifikan, menyebabkan
kurangnya sekresi saliva, maka penggunaan pengganti saliva diindikasikan. Pengganti saliva
meredakan sensasi mulut kering dan gejala terkait dengan lubrikasi struktur oral sementara. 7
Perawatan xerostomia meliputi pengobatan sistemik dengan pilokarpin dan cevimeline, dan
perawatan simtomatik seperti pengganti saliva atau saliva buatan dalam bentuk gel, spray,
Sejak berabad-abad yang lalu, obat herbal telah digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati berbagai macam penyakit namun baru beberapa dekade terakhir ini mulai
memiliki efek samping yang minimal dan lebih aman untuk digunakan dibanding obat
pengental, pelembap, dan lubrikasi dalam formulasi saliva buatan, salah satunya adalah lendir
dari okra (Abelmoschus esculentus). 9
Selain itu, okra juga dapat menurunkan kadar
Manosroi et al pada tahun 2015 melakukan suatu penelitian mengenai potensi lendir
Abelmoschus esculentus (okra) sebagai saliva buatan, menunjukan bahwa lendir buah okra
memiliki sifat fisikokimia, aktivitas biologis, dan sitotoksisitas yang menyerupai saliva alami
atau bahkan lebih menguntungkan. Namun, penelitian tahun 2018 yang dilakukan oleh Yuan
pembentukan lendir saliva. Lalu, pada tahun 2020, Yuan, et al kembali melakukan suatu
penelitian yang menginidikasikan potensi lendir buah okra meningkatkan kualitas formulasi
saliva buatan.
Berdasarkan uraian diatas, oleh karena itu penulis ingin membahas topik mengenai
“Okra (Abelmoschus esculentus) sebagai saliva buatan pada pasien diabetes mellitus dengan
xerostomia”.
Xerostomia merupakan suatu keluhan subjektif yang dialami pasien diabetes mellitus
(DM), yang ditandai kondisi mulut kering sering dengan penurunan laju alir saliva.
Penurunan produksi saliva akan memicu berbagai masalah seperti insidensi karies semakin
tinggi, pasien lebih rentan terhadap infeksi oral, kebersihan rongga mulut akan memburuk,
merugikan terhadap kualitas hidup seseorang yang dapat menyebabkan stres dan ansietas. 12
Oleh karena itu, kondisi xerostomia harus diberikan perhatian yang seharusnya. Penggunaan
lendir tanaman seperti lendir dari okra (Abelmoschus esculentus) dapat bermanfaat dalam
formulasi saliva buatan. Namun, masih terdapat kekurangan pengetahuan dan penelitian
mengenai alternatif herbal untuk pengganti saliva ini di Indonesia. Pada saat ini, terapi
dengan saliva pengganti masih sangat jarang di Indonesia, dikarenakan produk saliva
pengganti harus diimpor, yang membuat terapi ini mahal. Oleh karena itu, permasalahan dari
penulisan ini adalah belum jelasnya efektifitas lendir okra (Abelmoschus esculentus) sebagai
1.3 Tujuan
dengan xerostomia.
1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
dokter gigi tentang bagaimana okra dapat menjadi saliva buatan yang efektif terhadap
xerostomia pada pasien diabetes mellitus, sehingga penggunaannya dapat diterapkan kepada
masyarakat.
1.5 Metode
Metode studi kepustakaan ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul
penulisan. Sumber acuan dari penulisan ini diperoleh dari database; Ebsco, PubMed,
ScienceDirect; buku teks, e-book dan website jurnal internasional lainnya dengan kata kunci
esculentus, diabetes mellitus) yang relevan dengan judul atau topik yang dikaji dalam skripsi
ini dan merupakan terbitan 10 tahun terakhir, yaitu tahun 2010-2020. Referensi-referensi
tersebut diseleksi berdasarkan analisis referensi yang relevan dengan topik yang dikaji.
Sebagian besar sumber acuan yang dipakai berupa jurnal penelitian, artikel, buku teks dan e-
book.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saliva
Saliva adalah salah satu cairan tubuh yang paling kompleks tetapi serbaguna dan
penting. Ini berisi sejumlah sistem yang melayani spektrum kebutuhan fisiologis yang luas. 9
Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor, yaitu kelenjar parotis,
submandibular dan sublingual, yang bersama-sama memproduksi sekitar 90% dari cairan,
dan sekitar 600 sampai 1.000 kelenjar saliva minor, terutama terletak di labial, bukal, palatal,
lingual, retromolar daerah submukosa oral (Edgar, 1992; Hand, 2008). Saliva seluruh mulut
menelan makanan, berbicara, dan melindungi mukosa mulut dan gigi dari infeksi. Cairan ini
PH saliva dapat berkisar dari 5,3 hingga 7,8, dengan aliran harian pada individu yang
sehat antara sekitar 1 dan 1,5 L. Meskipun terdiri dari sekitar 99,5% air dan 0,5% padatan,
komponen utamanya adalah musin. Komposisi kimia saliva alami sangat kompleks dan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti usia, status kesehatan, atau pola makan. 13
Efisiensi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas dan perubahan laju aliran
saliva. Apabila viskositas saliva meningkat, komposisi air dalam saliva menurun dan ini akan
menyebabkan saliva menjadi kental. Viskositas saliva dapat diukur dengan meggunakan
viscometer jenis Brookfield. Pengukuran viskositas saliva dapat dilakukan secara visual yaitu
dengan kriteria: 14
a) Encer, apabila saliva terlihat bening, cair, tidak berbusa, dan bila gelas dimiringkan,
b) Normal, apabila saliva terlihat putih, berbusa, dan bila gelas dimiringkan, saliva
mengalir perlahan.
c) Kental, apabila lengket, putih, berbusa, bila gelas dimiringkan hampir tidak mengalir.
15
2.2 Xerostomia
penurunan objektif aliran saliva. Xerostomia sering dikaitkan dengan hiposalivasi, tetapi
tidak selalu. 4
Narhi melaporkan bahwa sensasi mulut kering tidak selalu berhubungan
dengan penurunan aliran saliva dan dapat dilihat pada orang dengan aliran saliva normal.
yang menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai 'sensasi mulut kering' atau xerostomia. 7
Aliran Saliva normal yang tidak distimulasi berkisar antara 0,25 hingga 0,35 mL/menit.
Aliran <0,1 mL/menit dianggap sebagai hiposalivasi. Namun, nilainya tergantung pada
variasi biologis. 16
Sreebny (1988) telah mendefinisikan xerostomia sebagai '' perasaan subjektif dari
kekeringan mulut '', akibat dari hipofungsi kelenjar ludah. 9 Xerostomia adalah suatu kondisi
yang ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya aliran saliva, dan dapat menyebabkan
hipertensi, gangguan ginjal kronis, penyakit jantung kronis, dan diabetes mellitus.
antineoplastik. 16
Pasien dengan xerostomia mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara, makan, dan
menelan. 13
Kehilangan atau pengurangan saliva dapat mengakibatkan masalah yang
signifikan seperti karies, penyakit periodontal, kesulitan memakai gigi tiruan, makan,
berbicara, sensasi rasa yang berubah, serta risiko kandidiasis dan mucositis yang lebih tinggi
berbicara dan mengunyah, inflamasi mukosa, infeksi candida dan perubahan atrofi mukosa
mulut, peningkatan akumulasi plak, penurunan kapasitas buffer saliva dan peningkatan karies
gigi. Banyak penelitian telah meneliti prevalensi lesi oral dan xerostomia pada pasien dengan
diabetes. 17
Saliva adalah zat yang dibutuhkan untuk fungsi yang memadai dari sistem
stomatognatik. Ini mendukung integritas struktur keras dan lunak rongga mulut, memberikan
Tujuan utama perawatan adalah untuk meredakan gejala klinis dan meningkatkan
kualitas hidup pasien karena tidak ada pengobatan kuratif yang tersedia untuk xerostomia.
Terapi yang tersedia untuk manajemen xerostomia termasuk sialagog dan pengganti saliva,
serta tindakan umum seperti meminum air atau mengunyah permen karet. Manajemen gejala
xerostomia diperlukan ketika produksi saliva tidak dapat dirangsang secara efektif. Dalam
kasus tersebut, pengganti saliva telah dianggap sebagai alternatif pengobatan. Sediaan saliva
buatan tersedia dalam berbagai bentuk seperti semprotan dan gel dan digunakan sebagai
Agen yang lebih umum digunakan untuk mulut kering dikategorikan menjadi permen
karet, stimulan saliva, dan pengganti saliva. Permen karet harus bebas gula untuk mencegah
karies gigi. Stimulan saliva merangsang produksi saliva, yang membantu menghilangkan
xanthan gum, musin, hidroksietilselulosa, polietilen oksida, atau minyak biji rami dapat
membantu meningkatkan viskositas saliva dengan menyerupai saliva alami. Pengganti saliva
Perawatan untuk sensasi mulut kering permanen dan progresif saat ini terbatas pada
tindakan paliatif. Ketika fungsi kelenjar ludah rusak secara signifikan, menyebabkan
kurangnya sekresi saliva, saliva substitues diindikasikan. Pengganti saliva meringankan
sensasi mulut kering dan gejala yang terkait dengan melumasi sementara struktur mulut. 7
pengganti saliva, larutan kumur yang mengandung karboksimetilselulosa (CMC) atau musin
menggunakan saliva buatan. Biasanya, formulasi saliva buatan yang tersedia secara komersial
simtomatik mulut kering, empat agen utama termasuk agen pelumas, pengental, adhesif, dan
Saliva pengganti, dalam bentuk cai 1r, gel, atau semprot, diterapkan beberapa kali
per hari di atas mukosa mulut. Pengganti saliva berbeda dalam komposisi, viskositas dan
presentasi. Komponen pelumas yang digabungkan meliputi berikut ini: musin, karboksimetil
selulosa, hidroksietil selulosa, getah xanthan, biji rami atau polietilen glikol. 7
Gambar 2.1. Contoh produk saliva substitute. Aloe vera liquid (Nature’s best) dan Aqwet
Saliva supplement. 20
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit endokrin yang ditandai dengan defisit
di seluruh dunia. 4
Prevalensi Diabetes Mellitus semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit
lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Namun,
jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2% (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentangusia 55-64 tahun dan
65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan
(1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penderita
Pada dasarnya, ada dua jenis DM: DM tipe 1 (T1DM) dan DM tipe 2 (T2DM). 4 Jenis
DM lain dapat terjadi akibat kelainan genetik, penyakit, infeksi dan/atau cedera pada
pankreas, dan penyakit endokrin lainnya. Terapi obat dengan agen tertentu, khususnya
kortikosteroid, juga dapat menginduksi DM. DM gestasional terjadi selama kehamilan dan
tergantung pada terapi insulin, sedangkan pasien tipe 2 mungkin mendapat manfaat dari
terapi insulin, tetapi tidak bergantung kepada insulin untuk bertahan hidup. 21
DM tipe 1 ditandai dengan destruksi autoimun idiopatik sel beta pankreas, biasanya
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Risiko dari DM Tipe 1 meningkat dengan riwayat
keluarga dengan DM tipe 1, menderita enteropati gluten (penyakit celiac), atau penyakit
endokrin lainnya. DM tipe 2 adalah tipe DM yang paling umum, terdiri dari 90 sampai 95%
kasus. DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin di jaringan perifer dan/atau defek sekresi
insulin oleh sel beta pancreas. Etiologi DM tipe 2 adalah multifaktorial, termasuk predileksi
Baik Diabetes Mellitus tipe 1 (DM1) dan diabetes tipe 2 (DM2) dapat menyebabkan
tingkat keparahan komplikasi diabetes umumnya proporsional dengan derajat dan durasi
adalah: mulut kering, kerusakan gigi, penyakit periodontal dan gingivitis, kandidiasis oral,
sindrom mulut terbakar (Burning Mouth Syndrome), gangguan rasa, zigomikosis rinoserebral
(mukormikosis), aspergillosis, lichen planus oral, lidah geografis dan lidah pecah-pecah,
penyembuhan luka yang tertunda, dan meningkatnya kejadian infeksi, disfungsi saliva,
perubahan rasa dan gangguan neurosensori lainnya, gangguan erupsi gigi, dan hipertrofi
parotis jinak. 22
efek fisik pada pasien. Xerostomia (sensasi mulut kering) adalah salah satu komplikasi ini. 17
Dalam sebuah penelitian, prevalensi mulut kering pada pasien diabetes dilaporkan 76,4%. 22
Kedua jenis DM, T1DM dan T2DM, sebelumnya telah dikaitkan dengan xerostomia.
Ada juga penelitian yang menunjukkan penurunan aliran saliva pada pasien DM
dibandingkan dengan pasien non-DM. Alasan untuk masalah ini bisa karena kerusakan
kelenjar parenkim, perubahan mikrosirkulasi pada kelenjar saliva, dehidrasi, dan gangguan
Banyak pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol melaporkan xerostomia dan
keberhasilan pengendalian diabetes, dengan pasien yang tidak terkontrol mengalami lebih
banyak disfungsi kelenjar saliva daripada yang terkontrol. Etiologi disfungsi kelenjar saliva
diabetik mungkin berhubungan dengan beberapa masalah, termasuk poliuria, hidrasi, atau
patologi kelenjar ludah yang mendasarinya, termasuk perubahan pada membran basal
kelenjar ludah. Kontrol glikemik yang buruk, disfungsi sistem saraf otonom, dan obat-obatan
bersamaan juga dapat menjelaskan disfungsi saliva. Keluhan xerostomia pada mereka dengan
diabetes juga bisa dikaitkan dengan rasa haus, manifestasi umum dari diabetes. 21
Pada pasien DM, xerostomia dapat dipicu oleh hiperglikemia berkepanjangan dan
poliuria yang menyebabkan dehidrasi pada pasien. Pasien DM mungkin akan mengalami
berbagai komplikasi kesehatan seperti neuropati dan angiopati yang dapat mempengaruhi
kinerja saraf otonom simpatis maupun parasimpatis. Perubahan pada saraf otonom akan
memicu perubahan pada fungsi dari glandula saliva dan menyebabkan xerostomia. 5
Penurunan laju alir saliva diduga dapat terjadi akibat efek samping penggunaan obat-
obatan. Akumulasi senyawa kimia dari obat-obatan yang berlebih dapat terakumulasi pada
kelenjar saliva dan menyebabkan toksisitas jaringan dan gangguan fungsi kelenjar saliva. 23
Pada pasien DM, xerostomia diduga terjadi akibat efek samping pengobatan yang dikonsumsi
berperan sebagai antidiabetes dengan aksi menekan glukoneogenesis hati dan meningkatkan
sensitivitas insulin. Obat Metformin dapat terakumulasi pada beberapa organ dan jaringan
tubuh salah satunya adalah kelenjar saliva. Penggun aan Metformin dalam jangka waktu lama
dapat memicu inflamasi dan nekrosis pada kelenjar saliva sehingga mampu menyebabkan
Abelmoschus esculentus L. (okra) adalah tanaman dari keluarga Malvacae. Ini adalah
bagian integral dalam makanan Afrika, India, sebagian Eropa dan Amerika, dan negara-
negara lain. 13 Meskipun tanaman ini memiliki sejarah penggunaan dari ribuan tahun sebagai
makanan dan aplikasi obat tradisional, studi efek tanaman ini relatif baru dalam literatur
ilmiah. Dalam dua dekade terakhir, , minat pada okra telah tumbuh secara signifikan dan
Salah satu tanaman yang cocok sebagai pengobatan alternatif adalah ekstrak buah
okra (Abelmoschus esculentus) karena berbagai khasiatnya yang bermanfaat antara lain:
aktivitas antiinflamasi dan, oleh karena itu, merupakan agen yang efektif dalam proses
dan alkaloid. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sathish et al., flavonoid
luka. Saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid, flavonoid, fenolat, steroid, dan glikosida dari
tanaman herbal berpotensi efektif sebagai agen penyembuhan luka yang merangsang
Tanaman okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman herbal yang tinggi akan
serat dan kandungan flavonoid sebagai antioksidan. Selain itu, tanaman okra juga
mengandung selulosa dan hemiselulosa yang termasuk ke dalam golongan serat atau dietary
fiber yang memiliki efek antidiabetes (Uraku et al, 2011). Biji okra dapat menstabilkan kadar
gula darah, hiperlipidemia, memperbaiki kadar serum insulin dan morfologi hati, dan juga
bisa menurunkan berat badan hewan uji coba dengan kondisi diabetes melitus atau sindrom
diantaranya triterpenoid, fenolik, dan flavonoid. Flavonoid yang terkandung pada buah okra
Aktivitas enzim dari alfaglukosidase inhibitor dan alfa-amilase inhibitor yang ditemukan
pada ekstrak air buah okra berperan dalam proses penghambatan pemecahan karbohidrat
menjadi monosakarida di usus. Hal inilah yang turut berperan untuk mengontrol kadar gula
sejumlah 29.5% dan 14.8%. Pada penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Zaenab
(2017) mengenai hubungan berbagai dosis infus buah okra dalam menurunkan kadar glukosa
darah juga membuktikan bahwa semakin besar dosis yang diberikan maka akan semakin
besar pula penurunan kadar gula darah (Zaenab, 2017). Menurut Gasendo et al, infus (lendir)
pada buah okra juga mengandung kedua zat hidrofilik dan hidrofobik yang memiliki potensi
untuk mengikat lemak yang terdapat di dalam usus, sehingga dapat menurunkan kadar
kolesterol total darah yang juga berhubungan dengan kadar glukosa darah (Gasendoet al,
2012). 28
Selain dapat mempercepat penyembuhan luka, okra juga memiliki efek anti-
dari buah okra juga merupakan pilihan herbal saliva buatan untuk mengurangi gejala mulut
kering. 9
Abelmoschus esculentus (okra) memiliki banyak manfaat. Hal ini karena okra mengandung
komponen metabolit sekunder, seperti alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Flavonoid yang
terdapat pada tumbuhan dikenal memiliki efek antibakteri karena kemampuannya dalam
Quercetin memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif. Efektivitas ekstrak buah okra (A. esculentus) disebabkan oleh kandungannya berupa
komponen metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan quercetin. Quercetin
memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. 27
merupakan bakteri penyebab periodontitis kronis yang ditunjukkan dengan adanya minimal
Interaksi aksi fenol dibagi menjadi 5, yang pertama adalah aksi pada membran luar
dinding bakteri. Yang kedua adalah aksi pada dinding bakteri. Yang ketiga adalah aksi pada
membran sitoplasma. Interaksi keempat terjadi pada sitoplasma dan nukleus. Kelima adalah
Flavonoid sebagai agen antimikroba yang merupakan salah satu bahan aktif ekstrak
buah okra memiliki tiga mekanisme kerja untuk mengeliminasi mikroorganisme, yaitu 1)
menghambat sintesis asam nukleat, 2) menghambat fungsi membran sel, dan 3) menghambat
mikrosom, dan lisosom sebagai akibat interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. 29
Abelmoschus esculentus (okra) sebagai saliva buatan, menunjukan bahwa lendir buah okra
memiliki sifat fisikokimia, aktivitas biologis, dan sitotoksisitas yang menyerupai saliva alami
atau bahkan lebih menguntungkan. Lendir tumbuhan dapat ditemukan di berbagai bagian
beberapa tumbuhan, yang dapat digunakan sebagai bahan pengental, pelembab, dan pelumas
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedersen AML, Sørensen CE, Proctor GB, Carpenter GH, Ekström J. Salivary
doi:10.1111/joor.12664
2. Pedersen AML, Sørensen CE, Proctor GB, Carpenter GH. Salivary functions in
mastication, taste and textural perception, swallowing and initial digestion. Oral Dis.
2018;24(8):1399-1416. doi:10.1111/odi.12867
3. Tulek A, Mulic A, Hogset M, Utheim TP, Sehic A. Therapeutic Strategies for Dry
Dent. 2021;2021:1-21.
doi:10.1155/2016/4372852
Unej). 2020;17(1):33-36.
2017;34(1):42-48. doi:10.1111/ger.12220
biological activities of Thai plant mucilages for artificial saliva preparation. Pharm
10. Putri AM. Pemanfaatan obat herbal topikal pada recurrent aphthous stomatitis dengan
Dent J. 2015;4(5):158-167.
2021;26(696):1-21.
Pintor RM. Xerostomia and aalivary flow in patients taking antihypertensive drugs. Int
J Environ Res Public Health. 2020;17(7):1-16. doi:10.3390/ijerph17072478
13. Yuan B, Ritzoulis C, Chen J. Extensional and shear rheology of okra polysaccharides
018-0029-1
15. Senawa IMW, Wowor VN, Juliatri. PENILAIAN RISIKO KARIES MELALUI
e-GiGi. 2015;3(1):162-169.
doi:10.4103/jpbs.JPBS_220_18
hyposalivation on the quality of life of patients with type II diabetes mellitus. Electron
Physician. 2017;9(11):5814-5819.
doi:10.20473/j.djmkg.v53.i4.p187-190
2021;52(2):141-156.
20. Mohsin AH Bin, Reddy SV, Kumar MP, Samee S. Aloe vera for Dry Mouth Denture
21. Glick M. Burket’s Oral Medicine. 12th editi. People’s Medical Publishing Housr;
2015.
doi:10.4317/medoral.21655
http://pdgimakassar.org/jurnal/index.php/MDJ/article/view/10
2019;1(8):28-30. doi:10.1007/978-3-319-20797-1_54-1
25. Habtemariam S. Medicinal Foods as Potential Therapies for Type-2 Diabetes and
2019. doi:10.1016/b978-0-08-102922-0.00010-9
26. Kale P. Extraction and Characterization of Okra Mucilage as a Pharmaceutical Aid. Int
esculentus) Fruit Extract during Wound Healing Process after Tooth Extraction of
29. Yuliati, Luthfi M, Rachmadi P, Cida BP, Wijayanti EH. Potency of Okra Fruit Extract