Anda di halaman 1dari 20

KOMBINASI OPTIMUM PENGGUNAAN DUA INPUT VARIABEL

DENGAN KENDALA

DISUSUN OLEH:
Ayub Novansyah ( 05011382126158)
Mifta Khairunnisa (05011382126158)
Miko Cesardi (05011382126168)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
AGRIBISNIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan atas segala rahmat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas pencapaian tugas makalah ini secara tepat waktu. Makalah ini
kami beri judul Kombinasi Optimum Penggunaan Dua Input Variabel dengan
Kendala. Dengan selesainya makalah ini, kami ingin berterima kasih kepada
Saudari Fani Setiawati Cindy Andani, dan Anisa Naviela selaku Asisten Dosen
mata kuliah Ekonomi Produksi Agribisnis, serta pihak lain yang telah ikut
membantu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban kami dalam
mengerjakan tugas kelompok oleh Asisten Dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Produksi Agribisnis. Selain itu, makalah ini juga sebagai sarana belajar
dan menambah wawasan baru bagi penulis dan para pembaca.
Dengan rendah hati kami memohon maaf jika terdapat banyak kekurangan di
dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan baik
dalam segi penulisan maupun pembahasan teori. Maka dari itu, kami juga
berharap bisa mendapatkan kritik serta saran yang dapat membangun kemampuan
kami dalam membuat makalah yang lebih berkualitas.

Palembang, 16 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 3
1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2.rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3.Tujuan .................................................................................................... 4
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................. 4
2.1.Pengertian dan kategori kendala .............................................................. 4
2.2.Kendala pembiayaan ............................................................................... 4
2.3.kombinasi optimum ................................................................................. 12
2.4.jalan perluasan usaha............................................................................... 14
BAB 3. PENUTUP ....................................................................................... 18
3.1.Kesimpulan ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi senantiasa melibatkan pilihan. Dengan kata lain pilihan


(choice) merupakan jantung ilmu ekonomi. Dalam ekonomi konsumsi atau
ekonomi perilaku konsumen, seseorang dapat memperoleh utilitas setelah memilih
sekian alternatif terbaik yang memberikan kepuasan maksimum untuknya dengan
batasan pendapatan yang dimilikinya.

Dalam ekonomi produksi, produsen dalam upaya memaksimalkan profit juga


menghadapi sejumlah pilihan yang kompleks. Produsen sebagaimana halnya
konsumen juga menghadapi masalah alokasi sumberdaya. Petani misalnya, harus
memutuskan untuk mengalokasikan sejumlah sumberdaya lahan, tenaga kerja,
beberapa macam input variabel dan peralatan yang dimilikinya untuk
mengusahakan suatu komoditi.

Faktor-faktor produksi (input) yang akan digunakan terbagi menjadi dua


macam, yaitu input tetap dan input variabel. Input variabel dapat dikombinasi
dengan input variabel lainnya, atau bisa juga disebut dengan kombinasi dua input
variabel. Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat
diubah-ubah penggunaannya di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa
kedua faktor produksi tersebut dapat saling menggantikan. Pada kombinasi dua
input variabel tersebut, ada beberapa kendala yang dihadapi. Maka dari itu,
makalah ini akan membahas lebih lanjut terkait kombinasi optimum penggunaan
dua input variabel dengan kendala.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dengan itu materi ini menjawab
tentang persoalan :
1. Apa pengertian dan kategori kendala pada kombinasi dua input variabel?
2. Apa saja kendala pembiayaan pada kombinasi optimum dua input variabel?
3. Bagaimana kombinasi optimum pada dua input variabel dengan kendala?
4. Bagaimana jalan perluasan usaha pada kombinasi optimum dua input variabel?

3
1.3 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :


1. Agar pembaca bisa memahami konsep kombinasi optimum dua input variable
dengan kendala.
2. Pembaca diharapkan dapat memahami apa saja kendala yang dihadapi produsen
jika produsen mengkombinasi dua input variabel.
3. Agar pembaca dapat mengetahui jalan perluasan usaha pada kombinasi optimum
dua input variabel.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Kategori Kendala

Keterbatasan/kendala pada dasarnya selalu dihadapi pelaku usahatani/petani


terutama usahatani dengan skala usaha relatif kecil. Kendala (constraints) yang
dihadapi pelaku produksi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kendala
dari dalam (internal constraint) dan kendala dari luar (external constraint).
Kendala dari dalam (internal constraint) adalah kendala yang terjadi akibat
keterbatasan jumlah dana/modal yang tersedia untuk membeli/menyediakan input,
disebut juga keterbatasan pembiayaan (budget constraint). Kendala dari luar
(external constraint) adalah kendala yang berasal dari luar lembaga aktivitas
usahatani atau pelaku produksi misal: lembaga pemerintah/lembaga lain yang
berwenang. Contoh kendala dari luar adalah adanya pengaturan jadwal tanam dan
skala usahatani atau penentuan harga jual produk tertentu untuk mencegah surplus
produk dan meredam fluktuasi harga akibat siklus musiman.

2.2 Kendala Pembiayaan

Kendala modal atau pembiayaan (budget constraint) adalah berupa


keterbatasan uang yang dimiliki petani untuk membeli input yang dikeluarkan
dalam proses produksi. Keterbatasan ini mengakibatkan petani tidak mampu
membeli atau memperoleh input sebanyak yang petani inginkan dalam rangka

4
meningkatkan keuntungan. Selanjutnya apabila petani menghadapi keterbatasan
pembiayaan atau dana untuk membeli input yang dinyatakan dengan Mo, maka
kendala yang dihadapi petani tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Mo = X1 Hx1 + X2 Hx2
............................................................................................................................. (
7.1)

( jika jenis input yang digunakan hanya dua)

Atau: Mo = Σ Xi Hxi
............................................................................................................................ (
7.2)

(jika jenis input yang digunakan adalah


i)dimana : Hxi = harga input ke i
Xi = input ke i ; ( i = 1, 2 , jika ada 2 input variabel).

Seandainya petani mempunyai dana sebesar Rp 100.000,- yang digunakan


untuk membeli input X1 dan X2. Harga masing-masing input setiap satuan
adalah Rp 5.000,- dan Rp 3.000,-. Pembelian kedua input dengan menggunakan
dana yang tersedia akan menghasilkan beberapa kemungkinan kombinasi
jumlah X1 dan X2 yang digunakan dan dapat diilustrasikan pada Tabel 7.1
berikut ini.
Tabel tersebut menggambarkan beberapa kemungkinan kombinasi
penggunaan input pertama dan kedua ( X1 dan X2 ) yang dapat dibeli dengan
tingkat harga tertentu dari anggaran yang tersedia (Mo= Rp 100.000,-).
Sebetulnya bisa diperoleh kombinasi input X1 dan X2 yang tak terhingga
banyaknya, terutama jika jumlah input X1 dan X2 dapat dibeli dalam bentuk
bilangan pecahan, misal pembelian pupuk sebanyak 8,33 kilogram. Akan tetapi
apabila input tersebut dibeli dalam jumlah bilangan bulat maka kombinasi
pembelian input tersebut bersifat terbatas. Misalnya pada jenis input pertama
(X1) berupa peralatan (cangkul, parang atau hand sprayer) maka pembelian
input tersebut hanya dapat dibeli, misal sebanyak 2 satuan, tidak mungkin 2,5
satuan atau 5 satuan bukan 5,8 satuan. Untuk memudahkan pembahasan maka
5
dalam tulisan ini digunakan asumsi bahwa input-input tersebut dapat dibeli
dalam bentuk pecahan.

Tabel 7.1. Penggunaan dana yang tersedia (Mo) dengan


beberapa kemungkinan kombinasi penggunaan
input
Jumlah Pembelian Input (satuan) Total
Kombinasi Pengeluaran
Input satu (X1 ) Input dua (X2 )
(Mo = Rp)
1 20,00 0,00 100.000

2 15,00 8,33 100.000

3 10,00 16,67 100.000

4 8,00 20,00 100.000

5 5,00 25,00 100.000

6 0,00 33,33 100.000

Selanjutnya apabila data hipotetis yang ada pada Tabel 7.1 diplotkan
pada sumbu salib, misal X1 pada sumbu datar dan X2 pada sumbu vertikal maka
akan diperoleh kurva atau garis yang disebut garis pembiayaan/garis anggaran
(budget line atau isocost line atau price line).

(input dua)

X2
garis anggaran
(0;33,33)B
(budget line, isocost/
outlay line, price
line)

(M0/Hx1

(input satu)
A
0
6
X1 (20;0)

Penentuan garis anggaran tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) Asumsi petani akan menghabiskan seluruh dana yang dimiliki (Mo)
untuk membeli kedua input) (X1 dan X2 ).
(2) Jika petani menghabiskan seluruh dana yang dimiliki hanya untuk
membeli input satu (X1) maka jumlah X1 yang dapat dibeli adalah
Mo
sebesar
,
Hx1

Mo Rp100.000
20satuan
contoh: Hx
1 Rp5000

7
Nilai ini bila diplotkan pada sumbu datar berupa titik A (20 ; 0)

(3) jika petani menghabiskan seluruh dana yang dimiliki hanya untuk
membeli input dua (X2 ) maka jumlah X2 yang dapat dibeli adalah
Mo
sebesar ,
Hx 2

Mo
33,33satuan
Contoh: Hx Rp100.000
2 Rp3000

Nilai ini bila diplotkan pada sumbu vertikal berupa titik B (0 ; 33,33). Jika
dihubungan kedua titik (titik A dan titik B), maka diperoleh garis
pembiayaan/garis anggaran AB.
Selanjutnya penentuan fungsi garis anggaran di atas dapat diperoleh: Mo
= X1 Hx1 + X2 Hx2, dinyatakan dalam X2 = f (X1)
sehingga : X2 Hx2 = Mo - X1 Hx1

M Hx
X2 X1 .............................................................................. (7.3)
atau o 1
Hx Hx
2 1

Hx
adalah fungsi garis anggaran dengan slope (
1 ), dimana slope bernilai

Hx
2

negatif yang dicerminkan oleh arah kurva yang bergerak dari kiri atas ke kanan
bawah (down ward sloping curve). Dari data pada Tabel 7.1 di atas maka slope
garis anggaran adalah:

tg α sisi tegak
Mo Hx 8
2
Mo Hx
1
sisidatar
Rp5000
Hx
1
1,67Rp3000
Hx
2

9
Pada contoh di atas kemiringan (slope) garis anggaran bernilai konstan sepanjang
kurva sehingga bentuk kurva berupa garis lurus. Selama dapat dipertahankan asumsi
harga input tetap (pada struktur pasar bersaing murni/sempurna) maka kendala
anggaran akan selalu mempunyai kemiringan yang konstan (constant sloping
curve). Karakteristik garis anggaran ini dengan slope konstan dapat dibuktikan
dengan cara lain yaitu jika persamaan garis anggaran: Mo = Hx1 X1 + Hx2 X2 .
Asumsi harga kedua input adalah tetap, maka diferensial total dari garis anggaran
tersebut adalah: d Mo = Hx1 dX1 + Hx2 dX2 .
Jika diasumsikan modal/dana yang dimiliki petani tetap atau
perubahannya nol maka d Mo = 0, sehingga:
d Mo = 0 = Hx1 dX1 + Hx2 dX2

Atau: - Hx1 dX1 = Hx2 dX2 ........................................................................ (7.4)

dx 2
adalah slope garis anggaran apabila X1 pada sumbu datar
dx1 Hx1
Hx 2

dan X2 pada sumbu vertikal maka nilai slope garis anggaran adalah sama dengan
negatif kebalikan resiko kedua harga input (negative inverse ratio of input prices)

Apabila jumlah dana/modal yang dimiliki petani berubah (bertambah atau


berkurang) tetapi harga input secara relatif tetap maka akan diperoleh sekumpulan
garis anggaran yang sejajar dengan garis anggaran semula. Apabila jumlah
dana/modal tersedia bertambah maka garis anggaran akan bergeser ke kanan
(menjauhi) titik nol, apabila jumlah modal tersedia berkurang maka garis anggaran
akan bergeser ke kiri (mendekati) titik nol.
Pergeseran garis anggaran ini menghasilkan sejumlah garis anggaran yang
tak terhingga banyaknya, akan tetapi sesama garis anggaran tidak akan
berpotongan satu sama lain karena mempunyai kemiringan (slope)
Hx1
.
yang sama yaitu konstan sepanjang kurva sebesar tangen α =
Hx 2

10
Penjelasan secara kurva dari uraian di atas dapat dilihat pada Gambar 7.2berikut
ini:

X2
(input kedua) M0
(jika modal bertambah)
M
1

M0 M2 (jika modal berkurang)


Slope M0, M1 dan M2 adalah

tangen α Hx1
Hx 2

M2 M0 M1 X1 (input pertama
0

11
2.3 Kombinasi Optimum

Pengertian kombinasi optimum adalah kombinasi penggunaan input yang


memberikan keuntungan maksimum dengan memperhitungkan keterbatasan modal
yang dimiliki. Kombinasi optimum (optimum combination) dapat dijelaskan secara
kurva atau secara matematik. Pembahasan secara kurva menggunakan kurva
isoproduk (isoquant) dan kurva/garis anggaran (budget line).
Setiap kurva isoproduk menjelaskan beberapa kombinasi penggunaan input
yang menghasilkan tingkat produksi tertentu. Kombinasi pada kurva iso produk
tersebut belum mencerminkan kombinasi terbaik. Garis anggaran mencerminkan
kendala modal yang dimiliki petani dan dapat dibelanjakan untuk membeli input
agar dapat digunakan untuk memproduksi output/ produk. Beberapa kombinasi
input dapat dibeli dengan jumlah modal yang sama tetapi belum mencerminkan
kombinasi mana yang terbaik. Apabila kedua kurva kita gabung maka titik singgung
kedua kurva mencerminkan kombinasi penggunaan input yang akan memproduksi
output pada jumlah tertentu sehingga memberikan keuntungan maksimum. Titik
singgung ini disebut juga titik keuntungan maksimum dengan kendala modal atau
kombinasi input dengan biaya terendah (least cost combination). Untuk lebih
jelasnya uraiandi atas perhatikan gambar 7.3 berikut ini.
Pada Gambar 7.3 a) apabila terdapat tiga kemungkinan garis anggaran dimana
Mo < M1 < M2, selanjutnya petani sudah menentukan tingkat produksi tertentu
yang akan dihasilkan (misal : Y1) yang dicerminkan oleh kurva isoproduk, maka
sesuai dengan kriteria di atas maka hanya titik C yang merupakan titik singgung
kurva isoproduk dengan garis anggaran.

12
X2 X2

.C
C. .D
.D
A. B.
Y1 A. Y1
B. Y 0
M0 M1 M2 X1 M

(a (b)

Gambar 7.3. Penentuan Kombinasi Optimum Secara Diagram

Hal ini berarti titik C adalah titik kombinasi optimum. Mengapa kita tidak
memilih titik A, B atau titik D, maka penjelasannya adalah sebagai berikut:
(4) Titik A, meskipun memerlukan modal yang lebih kecil (Mo) tetapi akan
menghasilkan tingkat produksi yang lebih rendah karena berada dibawah
(sebelah kiri) kurva isoproduk (Y1 ). Berarti kapasitas produksi yang
ditargetkan belum tercapai.

(5) Titik B, meskipun menghabiskan biaya (modal) yang sama dengan titik
C tetapi tingkat produksi yang akan dihasilkan lebih rendah (sebelah kiri)
kurva isoproduk (Y1).

(6) Titik D, akan menghasilkan tingkat produksi yang sama dengan titik C
tetapi harus dikorbankan dengan biaya yang lebih besar, karena
berpotongan dengan garis anggaran M2 ( M2 > M1).

Pada Gambar 7.3 b) apabila terdapat tiga kemungkinan kurva isoproduk,


dimana Yo < Y1 < Y2. Petani memiliki keterbatasan modal yaitu dicerminkan oleh
garis anggaran M1. berdasarkan kriteria kombinasi optimum maka hanya titik C
yang merupakan titik singgung kurva isoproduk dengan garis anggaran. Hal ini
berarti titik C adalah titik kombinasi optimum yang menghasilkan tingkat produk
sebesar Y1 dengan menggunakan modal yang tersedia sebesar M1. Titik A, B dan

13
titik D tidak dipilih dengan alasan sebagai berikut:
(1) Titik A, meskipun penggunaan modal masih bersisa akan tetapi tingkat
produksi yang dihasilkan lebih rendah (Yo < Y1 ). Proses produksi bekerja
dibawah kapasitas penuh.
(2) Titik B, meskipun penggunaan modal habis terpakai, tetapi tingkat
produksi yang dihasilkan lebih rendah (Yo < Y1). Pada
tingkatproduksi ini terjadi pemborosan sumberdaya atau proses produksi
tidak efisien.
(3) Titik C, tingkat produksi yang dihasilkan lebih tinggi (Y 2 > Y1 ) tetapi
modal yang tersedia tidak mencukupi sehingga tingkat kombinasi ini
tidak bisa dicapai kecuali ada penambahan modal.
Pembahasan kombinasi optimum dapat juga menggunakan pendekatan
matematis. Menurut Teken dan Asnawi (1981) penentu kombinasi optimum
ini memerlukan dua syarat sebagai berikut:
(1) Syarat pertama berupa syarat keharusan (necessary condition) petani

harus mengetahui dengan pasti hubungan antar input yang digunakan


sehingga dapat diketahui bentuk kurva isoproduk sekaligus Daya
Substitusinya (DDM atau DDRx1x2).
(2) Syarat kedua berupa syarat kecukupan (sufficient condition) mencari
tingkat produksi yang memberikan Daya Substitusi sama dengan rasio
harga kedua input tersebut.

2.4 jalan Perluasan Usaha

Apabila seorang pengusaha pertanian/petani akan mengembangkan


usahanya melalui peningkatan produksi atau skala usaha, maka kurva isoproduk
yang digunakannya adalah kurva isoproduk yang berada disebelah
kanan/menjauhi titik nol. Makin besar skala usaha yang dikembangkan makin
jauh letak kurva isoproduk dari titik nol.
Setiap perubahan tingkat produksi akan menghasilkan kurva isoproduk
baru/berbeda sehingga diperoleh sekumpulan kurva isoproduk (a family of isoquant).
Kombinasi optimum masing-masing tingkat produksi dicerminkan oleh titik singgung
masing-masing kurva isoproduk dengan garis anggarannya. Apabila terdapat empat

14
kurva isoproduk maka didapat empat garis anggaran yang berbeda dan empat tingkat
produksi optimum (kombinasi penggunaan input yang optimum) yang juga berbeda.
Misal titik kombinasi optimum yang diperoleh tersebut adalah titik A, B, C dan D. Jika
kita hubungkan keempat titik-titik tersebut maka akan diperoleh suatu garis yang
mewakili jalan/jalur perluasan usaha (expansion path).
Jalur Perluasan Usaha (JPU) adalah garis yang menghubungkan titik- titik yang
mempunyai slope yang sama pada sekumpulan isoproduk dimana jalur ini dipilih
karena penggunaan inputnya memerlukan biaya terendah untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu. Besarnya slope dari masing- masing titik adalah sama
dengan slope garis anggaran yaitu sebesar rasio kedua harga input tersebut. Beberapa
catatan tentang kemiringan (slope) kurva jalur perrlusan usaha (JPU). Garis JPU
sebetulnya mirip dengan garis punggung (ridge line) yang sudah dibahas pada Bab VI
sebelumnya. Perbedaannya terletak pada nilai slope dari titik-titik yang
dihubungkannya. Jika garis punggung hanya menghubungkan titik-titik dengan slope
bernilai nol (disebut Garis Punggung satu atau RL1) dan slope bernilai tak berhingga
(disebut Garis Punggung dua atau RL2), maka Garis JPU hanya menghubungkan
titik-titik dengan slope sama dengan rasio kedua harga input tersebut. Titik-titik pada
Garis JPU mencerminkan nilai slope garis anggaran dan slope kurva isoproduk
sekaligus (karena pada titik tersebut kedua kurva bersinggungan). Sedangkan titik-titik
pada Garis Punggung RL1 dan RL2 hanya mencerminkan nilai slope dari kurva-kurva
isoproduknya.

Contoh perhitungan:

(1) Jika diketahui : Y = X1 X2

Harga input pertama (Hx1) sebesar Rp 200/satuan


Harga input kedua (Hx2) sebesar Rp 500/satuan
Jumlah modal yang tersedia = (M0) = Rp 2500,-
a) Berapakan kombinasi penggunaan input yang optimum

b) Berapakah tingkat produksi optimum dan besarnya keuntungan


maksimum

Penyelesaian:

15
Penyelesaian soal ini dapat dilakukan dengan memakai pertolongan “La
Grange Multiplier” atau langsung menggunakan 3 persamaan yang diturunkan dari
fungsi tujuan maksimisasi penerimaan di atas:
Persamaan (1) : NPM1 = Hx1 Hy (PM1 ) = Hx1

(2) : NPM2 = Hx2 Hy (PM2) = Hx2

(3) : M0 = X1 Hx1 + X2 Hx2

Jika PM Y = X2 maka NPM1 = Hy X2


1 X
1

PM2 = X1 maka NPM2 = Hy X1


Y
X
2
200
X2
maka : Hy X2 = 200 Hy

500
Hy X1 = 500 X1
Hy

M0 = X1 Hx1 + X2 Hx2

500 200
2500 (200) (500)
Hy Hy
x Hy
2500 Hy = 100.000 + 100.000

200.000
Hy = 80
2500

500 500
X1 6,25 satuan
80
Hy
200 2,5 satuan
X2 200
80
Hy

16
Tingkat produksi optimum : Y = X2 X2 = (6,25) (2,5) = 15,625 satuan
(a) Jadi kombinasi penggunaan input yang optimum adalah X1 sebesar6,25 satuan

dan X2 sebesar 2,5 satuan.

Tingkat produksi optimum = 15,625 satuan

(b) Keuntungan maksimum adalah:

π = Penerimaan - Modal yang tersedia = NPT - BTFπ =

Y (Hy) – M0 = 15,625 (80) - 2500 = - 1250

Jadi tingkat produksi optimum memberikan keuntungan yang negatif ataukerugian

sebesar Rp1250,-

 Berarti nilai Rp1250,- mencerminkan kerugian yang minimum apabila

menggunakan input kombinasi sebesar X 1 = 6,25 satuan dan X2 = 2,5

satuan dengan tingkat produksi sebesar 15,625 satuan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

pada bab kombinasi optimum penggunaan dua input variabel dengan kendala ini

jadi hanya fokus pada kendala yang di hadapi saja, dan maksimisasi dilakukan dengan

memperhitungkan adanya keterbatasan sumberdaya yang digunakan oleh para petani

atau terdapat kendala di dalamnya. Ada dua kendala yang di hadapi oleh para petani

selaku pelaku produksi yaitu kendala dalam (internal constraint) dan kendala dari luar

(external constraint). Jadi pada pembahasan ini di fokuskan pada kendala-kendala yang

berasal dari dalam atau internal perusahaan/usaha tani itu sendiri tentang bagaimana

kendala-kendala itu mempengaruhi kemampuan pelaku usaha tani dalam mencapai

keuntungan maksimum. Jika semua kendala-kendala yang ada sudah bisa di

tanggulangi oleh para pelaku usahatani maka dapat di pastikan mereka akan dapat

mencapai tujuannya yaitu mendapatkan keuntungan maksimum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, M.Si. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Ekspres.

Raharja, Prathama. 2004. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FEUI

Prathama Rahardja, Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai