Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH EKONOMI MIKRO

“Teori Produksi”

Dosen Pengampu: Tohap Manurung, S.Si, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Jelita Natania Damo 211011030039
Cristhina Embong Bulan 211011030034
Chantika Nitami 211011030002

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa oleh karena Karunia dan lindungan-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Produksi” dengan baik. Makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika Ekonomi yang diampu oleh Mner Tohap
Manurung, S.Si, M.Si.
Dalam penyusunan makalah ini diucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat
dan dengan rasa rendah hati kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
dimasa yang akan datang. Harapan kami sebagai penyusun yakni semoga makalah ini dapat
berguna untuk menambah wawasan pembaca.

Manado, 23 Februari 2023

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................2
2.1 Pengertian....................................................................................................................................2
2.2 Jangka Pendek dan Jangka Panjang..............................................................................................3
2.3 Produksi dengan Satu Input Variabel............................................................................................4
2.4 Elastisitas Produksi.......................................................................................................................8
2.5 Produksi dengan Dua (Semua) Input variabel...............................................................................9
2.6 Fungsi Produksi dengan Proporsi Tetap......................................................................................12
2.7 Skala Pengembalian....................................................................................................................14
2.8 Kendala Biaya.............................................................................................................................19
2.9 Keseimbangan Produsen............................................................................................................22
2.10 Jalur Ekspansi..............................................................................................................................25
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................29
3.2 Saran...........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................iv

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mengubah input menjadi output
atau dapat dipahami dengan kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang atau jasa
dengan melibatkan nilai pada suatu barang atau jasa dengan melibatkan faktor produksi
sebagai inputnya.

Hubungan antara jumlah input dengan ouputnya dalam kurun waktu tertentu disebut
faktor produksi. Dalam teori ini terdapat penjelasan tentang producen behavior atau perilaku
produsen yang memaksimalkan keuntungan hasil produksi namun dengan penggunaan
kombinasi antara faktor produksi dengan fungsi produksi yang seefektif mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu Produksi?
 Apa saja hal-hal yang terdapat dalam teori produksi?

1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian produksi
 Menjelaskan hal-hal yang terdapat dalam teori produksi
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut
dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan
jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan
menggunakan teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut

Input Fungsi Produksi Output


(Kapital, tenaga kerja,
tanah dan sumber daya (dengan teknologi (barang atau jasa)
alam, keahlian) tertentu)
keusahawanan)

Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :


Q=F ( K , L, X , E)
Ket :
Q = Output
K , L, X , E = input (kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian keusahawan)

Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang bertanggung jawab menghasilkan barang atau
jasa menentukan kombinasi berbagai input yang akan dipakai untuk menghasilkannya.
Sebagai contoh, fungsi produksi kelapa sawit menunjukkan jumlah tandan buah kelapa
sawit yang dihasilkan dari luas kebun tertentu, jumlah bibit yang ditanam, banyaknya
pupuk dan obat-obatan yang dipakai, jam kerja karyawan dan lain-lain.

Contoh Soal :
Jika berlaku efek ’learning by doing’ maka apakah yang akan terjadi terhadap jumlah
produksi untuk kapital dan tenaga kerja tertentu sepanjang waktu?

Penyelesaian :

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa output tidak hanya tergantung dari jumlah faktor
produksi saja tetapi juga dari sejarah total produksi perusahaan. Produktivitas dari
perusahaan diperoleh dari pengetahuan sepanjang produksi (pengalaman). Sehingga fungsi
produksi dapat ditulis sebagai

2
Q = f (K, L; ∑Z)

∑Z = Pengalaman (learning by doing)

Jadi perusahaan dengan ∑Z yang lebih banyak akan mampu memproduksi lebih banyak
dibandingkan perusahaan lain yang tanpa ∑Z.

2.2 Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Untuk menghasilkan jumlah output yang tertentu, perusahaan harus menentukan
kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap perusahaan yang
melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang.
Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek
apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input).
Dalam jangka pendek tersebut perusahaan tidak dapat menambah jumlah faktor produksi
yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti
mesin dan peralatannya, bangunan perusahaan, dll. Sedangkan faktor produksi yang
dimisalkan dapat mengalami perubahan (variabel input) misalnya adalah tenaga kerja.
Waktu yang dipandang sebagai jangka pendek berbeda-beda dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya. Sebagai gambaran dapat dibandingkan perusahaan roti dengan
perusahaan angkutan udara. Katakanlah masing-masing perubahaan tersebut mengalami
pertambahan permintaan dan untuk memenuhinya harus menambah kapasitas produksinya.
Dalam beberapa bulan saja perusahaan roti telah dapat memperoleh mesin baru dan
selanjutnya menambah produksi sesuai dengan tambahan permintaan. Disisi lain
perusahaan penerbangan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk menambah
kapasitasnya karena pada umumnya diperlukan waktu beberapa tahun untuk mendapatkan
tambahan pesawat terbang baru. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah
jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang perusahaan dapat melakukan
penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi
dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya,
jenis-jenis komoditas baru dapat dihasilkan, dsb.
Sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya, dalam jangka pendek, terdapat kondisi dimana
perusahaan tidak mungkin mengubah kombinasi pemakaian input tetapnya. Sebagai contoh
untuk menaikkan produksi kelapa sawit, perusahaan mungkin tidak bisa menambah luas
lahan yang dimiliki (karena keterbatasan dana). Sebagai alternatifnya perusahaan dapat
3
menambah jam kerja karyawan untuk mengolah lahan dengan lebih intensif sehingga
produksi dapat meningkat. Jadi walaupun luas kebun tetap, perusahaan dapat menaikkan
ouputnya hanya dengan mengubah satu input saja. Input yang pemakaiannya dapat diubah-
ubah disebut input variabel (variabel input), sedangkan input yang pemakaiannya tetap
disebut input tetap (fixed input). Secara sederhana fungsi seperti ini dapat ditulis sebagai
berikut.
Q=F ( K , L )
Q = Produksi kelapa sawit (fungsi dari perubahan penggunaan L dan pemakaian K tetap)
L = jam kerja karyawan (input variabel)
K̅ = kapital dalam hal ini adalah lahan (input tetap)

Catatan : untuk selanjutnya terhadap segala sesuatu yang besarnya dianggap tetap akan
dituliskan lambang garis diatas karakter yang memiliki sifat tetap tersebut.

2.3 Produksi dengan Satu Input Variabel


Ilustrasi sebelumnya menggambarkan hubungan antara input dan output. Teori produksi
yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat produksi suatu komoditas dengan
satu faktor produksi yang variabel. Dalam hal ini perlu diingat bahwa fokus pembahasan
ditekankan pada hubungan antara satu faktor produksi yang variabel dengan output. Dalam
hubungan tersebut terdapat faktor produksi tetap yang jumlahnya tidak berubah, maka
perhatian dapat lebih ditekankan pada hubungan faktor produksi yang variabel tersebut
dengan output yang dihasilkan. Sebagai gambaran pada ilustrasi sebelumnya karena luas
tanah yang digunakan adalah tetap, maka pengamatan dapat lebih ditekankan untuk melihat
hubungan antara jam kerja karyawan dengan jumlah produksi kelapa sawit. Dengan fungsi
produksi seperti ini dapat diketahui hubungan antara Total Product (Q), Marginal Product
(MP) dan Average Product (AP).
1. Total Product
Merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Pada
umumnya Total Product dilambangkan dengan TP atau Q (quantity atau
kuantitas).
2. Marginal Product

4
Marginal Product (MP) menunjukan perubahan produksi yang diakibatkan oleh
perubahan penggunaan satu-satuan faktor produksi variabel. Pada kasus
sebelumnya faktor produksi yang berubah adalah tenaga kerja, maka MPnya
dikenal dengan MPL (Marginal Product of Labor). MPL menunjukkan perubahan
Q yang dihasilkan dari setiap perubahan pemakaian L. Jika penyebab dari
timbulnya Marginal Product adalah perubahan Kapital maka MP menjadi MPK
(Marginal Product of Kapital). Jika ∆L adalah adalah perubahan tenaga kerja dan
∆Q adalah perubahan produksi total, maka Marginal Product of Labor (MPL )
dapat diperoleh dengan menggunakan formula berikut :
∆Q
MP L =
∆L
3. Average Product
Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan
oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Jika L menunjukan tenaga kerja
yang digunakan, maka Average Productnya disebut sebagai Average Product of
labor (APL). APL Menunjukkan jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja
Q
AP L =
L
Ilustrasi tentang hubungan TP, MP, dan AP akan diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel. Produksi Dengan Satu Input Variabel

L Q MPL APL

0 0 - -

1 5 5 5

2 18 13 9

3 30 12 10

4 40 10 10

5 45 5 9

6 48 3 8

7 49 1 7

5
8 49 0 6,1

9 45 -4 5

Pada tabel diatas diasumsikan bahwa input tetap digunakan pada suatu tingkat tertentu.
Sebagai input variabel adalah tenaga kerja (L). Besarnya TP dilambangkan oleh Q. Terlihat
dari Tabel bahwa faktor produksi variabel (L) terus menerus ditambah jumlahnya, pada
mulanya pertambahan produksi total akan semakin banyak, tetapi setelah mencapai suatu
tingkat tertentu, produksi tambahan yang diperoleh akan semakin berkurang dan akhirnya
mencapai nilai negatif. Keadaan ini menyebabkan pertambahan produksi yang semakin
melambat sebelum akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.
Keadaan ini dikenal dengan hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (The law of
diminishing marginal return). Hukum ini menyatakan bahwa penambahan faktor produksi
tidak selalu memberikan peningkatan hasil yang sebanding, pada titik tertentu, penambahan
hasil akan semakin berkurang meskipun faktor produksi terus ditambah. Dalam hukum
tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan jumlah input variabel
yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:
 Tahap pertama : saat Total Product mengalami pertambahan yang semakin cepat
 Tahap kedua : saat pertambahan Total product semakin lama semakin kecil
 Tahap ketiga : saat Total Product semakin lama semakin berkurang.
Dari tabel terlihat bahwa dengan adanya tambahan input L maka Q akan terus naik hingga
unit L ke 8, dan setelah itu mengalami penurunan. Perubahan output yang disebabkan
karena peruabahn input L menunjukan marginal product dengan pola menaik lalu menurun.
Terlihat pula bahwa Average Product menunjukkan pola yang menaik kemudian menurun.
Jika data pada tabel, ditampilkan dalam bentuk kurva maka gambar dapat dibagi menjadi
3 bagian (daerah) produksi, yaitu pada saat APL naik hingga APL maksimum (daerah I); dari
APL maksimum hingga TP maksimum (daerah II); dan daerah TP yang menurun (daerah
III). Daerah I dikatakan ‘irrational region’ karena penggunaan input masih menaikkan TP
sehingga pendapatan input masih terus diperbesar (catatan : secara rasional tujuan
memproduksi adalah memaksimalkan penerimaan, berarti TP maksimum). Daerah II adalah
‘rational region’ karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum.
Pada daerah ini pula tercapai TP maksimum. Sedangkan deerah III adalah ‘irrational
region’ karena TP telah menurun.
6
Tinjauan dari pendekatan metematis menunjukan bahwa Q, MPL , dan APL maksimal akan
dicapai pada saat Q’, MPL’, APL’ = 0. Pada saat APL mencapai maksimum, MPL
berpotongan dengan APL. Hal ini disebabkan karena pola dari Marginal Product. Dari
gambar terlihat bahwa pada saat MPL naik maka APL juga naik. Pada saat MPL menurun
maka APL akan naik selama nilai MPL > APL. Pada saat MPL terus turun dan nilai MPL < APL
maka APL akan menurun. Karena pola seperti inilah maka MPL memotong APL saat APL
maksimal. Dalam contoh Tabel keadaan ini terjadi saat penggunaan L sebesar 4 orang.
Pada saat AP mencapai maksimum, tercapai kondisi Efisiensi Teknis. Dalam kaitannya
dengan konsep efisiensi teknis ini suatu tingkat pemakaian faktor produksi dikatakan lebih
efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila dapat memberikan AP yang lebih besar.
Disisi lain seringkali perusahaan lebih memfokuskan perhatian kepada konsep Efisiensi
Ekonomis dibandingkan Efisiensi Teknis. Dalam hal ini efisiensi ekonomis tercapai pada
saat pemakaian faktor produksi tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimum.

Gambar. Kurva tabel

Contoh soal :
7
Diketahui fungsi produksi suatu komoditas adalah:
2 3
Y =12 X −0.2 X

Y = produk yang dihasilkan


X = faktor produksi
Pertanyaan:
a) Bagaimana bentuk fungsi APL dan MPL?
b) Tentukan MPL dan TP maksimum
c) Buktikan bahwa kurva MPL akan memotong kurva APL pada saat APL Maksimum?
Penyelesaian:
Y
a) AP L = =12 X−0.2 X 2
X
∂Y 2
MP L = =24 X −0.6 X
∂X
b) TP maksimum diperoleh jika MPL = 0 sehingga
2
24 X−0.6 X =0
X ( 24−0.6 X )=0
X =40 unit
Tp maksimal = 12 X 2−0.2 X 3 =12 ( 40 )2−0,2 ( 40 )3 =6.400unit MP maksimum didapat
bila M P' =0 sehingga
∂Y 2
MP= =24 X −0.6 X
∂X
'
M P =24−1.2 X =0
X =20
MP maksimal ¿ 24 ( 20 ) −0.6 ( 20 )=240
c) APL maksimum dicapai pada saat APL' = 0 sehingga
2
AP L =12 X−0.2 X
'
AP L =12−0.4 X=0
X =30
APL maksimal ¿ 12 X−0.2 X 2 =12 ( 30 ) −0.2 (30 )2=180
MPL pada X =30=24 X−0.6 X 2=24 ( 30 )−0.6 ( 30 )2=180
Jadi pada saat APL maksimum MPL memotong APL

8
2.4 Elastisitas Produksi
Konsep elastisitas yang telah dipelajari sebelumnya dapat pula diterapkan dalam
produksi. Elastisitas produksi (ƞ) menunjukkan ratio perubahan relative output yang
dihasilkan terhadap perubahan relative jumlah input yang digunakan. Misalkan input yang
berubah adalah pamakaian tenaga kerja (L) maka elasitisitas produksi dapat diformulasikan
sebagai berikut :
%∆Q
Ƞ=
%∆L
∆Q L
= .
∆L Q
MP L
= AP L

Atas dasar formula tersebut diketahui bahwa:


 Pada saat MP>AP diperoleh Elastisitas Produksi>1
 Pada saat MP=AP diperoleh Elastisitas Produksi =1
 Pada saat MP=0 diperoleh Elastisitas Produksi =0
 Pada saat MP negative diperoleh Elastisitas Produksi Negatif
Kaitan antara rasionalitas daerah produksi dengan elastisitas produksi adalah sebagai
berikut:
 Daerah dengan Elastisitas Produksi >1 sampai Elastisitas Produksi =1 adalah daerah
Irrational region.
 Daerah dengan Elastisitas Produksi = 1 sampai Elastisitas Produksi = 0 adalah daerah
rational region.
 Daerah dengan Elastisitas Produksi = 0 sampai Elastisitas Produksi < 0 adalah Daerah
irrational region.

Jadi pada daerah I elastisitas produksi lebih besar satu (elastis); artinya jika input L
dinaikkan satu persen maka output akan naik lebih besar dari satu persen. Pada daerah II
nilai elastisitas produksi antara nol sampai satu. Untuk daerah III nilai elastisitas
produksinya kurang dari nol.

2.5 Produksi dengan Dua (Semua) Input variabel


Dalam jangka panjang perusahaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk merubah
pemakaian input yang tadinya tidak dapat diubah. Sebagai gambaran untuk menaikkan
produksi tandan buah kelapa sawit, perusahaan akan cukup mempunyai dana untuk
menambah lahan setelah mereka menyisihkan dana dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian input yang tadinya merupakan input tetap sekarang berubah menjadi input
variable. Inilah yang merupakan karakteristik dari fungsi produksi jangka panjang. Jadi
suatu fungsi produksi dikatakan sebagai jangka pendek atau jangka panjang adalah
tergantung dari apakah input dapat diubah menjadi variabel. Jika semua input dapat diubah
9
maka dinamakan fungsi produksi jangka panjang; tetapi jika ada satu input teta, dinamakan
fungsi produksi jangka pendek.
Dengan ciri demikian, maka perusahaan dapat mengubah kombinasi pemakaian inputnya
untuk menghasilkan jumlah output yang sama. Kurva yang menunjukkan kombinasi
pemakaian input yang berbeda tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang sama disebut
dengan isoquant.
Isoquant adalah kurva yang menunjukkan seluruh kombinasi input yang menghasilkan
output yang sama. Adapun Isoquant mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
 Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to origin) sehingga slope antara satu
titik ke titik yang lain tidaklah sama.
 Kurva bergerak dari kiri atas ke kanan bawah, memiliki slope negatif.
 Output sepanjang kurva isoquant adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada
kombinasi input
 Kurva isoquant yang lebih tinggi menunjukkan tingkat output yang lebih besar.
 Kurva isoquant tidak boleh saling berpotongan
Fungsi produksi jangka panjang dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = F (K,L)
Q = Output ( fungsi dari perubahan L dan pemakaian K tetap).
L = Tenaga Kerja ( input variabel).
K = Mesin ( input variabel)
Sebagai contoh, diketahui fungsi produksi suatu perusahaan adalah Q = 4K0,5L0,5. Jika
perusahaan ingin menghasilkan Q sebanyak 100 unit, maka perusahaan dpat mencari
berbagai kombinasi K dan L yang berbeda untuk menghasilkan output yang sama yakni
100. Jika K yang dipakai sebesar 25 unit maka L yang harus dipakai juga 25. Jika K yang
dipakai sebesar 6,25 unit berarti L yang dipakai 100 unit.
Gambar dari isoquant ditunjukkan pada gambar 5.3. makin ke kanan suatu isoquant maka
makin tinggi jumlah yang dapat diproduksi. Isoquant cembung terhadap titik asal (convex
to origin) sehingga slope antara satu titik ke titik yang lain tidaklah sama. Slope isoquant
dikenal sebagai Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) yang menunjukkan
secarateknis berapa K dan L dapat saling diubah untuk menghasilkan Output yang sama.
Dengan demikian MRTS dapat dituliskan sebagai berikut :
∆Q
∆K ∆L
MRTS = ∆ L = ∆ Q ; ∆ K 1>∆ K 2>∆ K 3; MRTS akan turun dari A ke B
∆K

10
MP L
MRTS = MP
K K

A
S ∆K
1 B
∆K C
D

2
K ISOQUANT
3

∆L ∆L ∆L L

Gambar 5.3.Isoquant Produksi


Contoh soal 1:
Tentukan apakah pernyataan berikut benar atau salah dan berikan alasannya
Jika deketahui peusahaan memiliki enam buah mesin dan empat orang pekerja dengan
MRTS -6, Apakah MRTS akan menjadi -12 jika perusahaan mempunyai dua buah mesin
dan delapan orang tenaga kerja ? Apakah jumla Output yang dihasilkan tetap sama?
Penyelesaian :
 K1= 6 ; K2= 2; L1= 4; L2= 8
∆K 4
= =−1( salah)
∆ L −4
 Tidak dapat dijawab; karena memang sepanjang kurva isoquant memiliki MRTS yang
berbeda. Apakah dapat memproduksi output yang sama tergantung dari fungsi
produksinya apakah penggunaan K= 2 dan L= 8 memang memenuhi syarat teknis
produksi.

Contoh soal 2:
Jika diketahui fungsi produksi Q= aKb Lc Xd, dengan
a= 10; b=0,2; c=0,4; dan d=1,1
Q= output (tingkat kelulusan mahasiswa)
K= suasana ruang, peralatan OHP
L= kualifikasi pengajar
X= Bahan baku (referensi)
Pertanyaan:
a. Jika K=10,L=10 dan X=10, berapakah MPk,MPL dan MPX
b. Berapakah MRTS(KL),MRTS(LX),dan MRTS(KX). Bandingkan hasilnya.
c. Berapakah skala pengembalian fungsi tersebut? Dapatkah produksi dilakukan hanya
dengan 1 input saja. Jelaskan.
d. Apakah makna angka dari a dari persamaan diatas? Manakah yang lebih penting a,b,c
atau d?
11
Penyelesaian :
Q= aKb Lc Xd = 10K0,2 L0,4X 1,1
a. K=10,L=10 dan X=10

Q=10(10)0,2 (10)0,4(10) 1,1 = 102,7=501,187


b c d
∂Q
MPK= =¿abKb-1 LcXd = b ( a K L X ) =b Q =0,2 x 501,187 =10,023
∂K K K 10
b c d
∂Q
MPL= =¿aKb cLc-1Xd=b (a K L X ) =c Q =0,4 x 501,187 =20,047
∂L K L 10
∂Q ( b c d) Q
=¿aKb Lc dXd-1 =b a K L X =d =1,1 x
501,187
=55,1305
MPX=
∂X K X 10
MP K 10,023
b. MRTS(KL)= = =0,5
MP L 20,047
MP L 20,047
MRTS(LX)= = =0,3636
MP X 55,1305
MP K 10,023
MRTS(KX)= = =0,1818
MP X 55,1305
c. Skala pengembaliannya adalah b + c + d = 1,7 (increasing return to scale karena
jumlahnya lebih dari 1)
d. Semuanya penting.

2.6 Fungsi Produksi dengan Proporsi Tetap


Pada umumnya suatu output dapat dihasilkan dengan kombinasi input yang berbeda. Hal
ini berarti terdapat beberapa cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dengan
teknologi yang efisien. Pada kasus tertentu,dijumpai bahwa suatu komoditas hanya dapat
dihasilkan dengan proporsi pemakaian input tertentu yang tetap. Misalnya untuk
menjalankan sebuah bus hanya diperlukan satu orang supir atau untuk menjalankan satu
pesawat terbang hanya diperlukan satu orang pilot. Jika hal ini digambarkan maka akan
diperoleh suatu isoquant yang patah-berbentuk L. Untuk barang-barang kimia, biasanya
produksinya juga berciri proporsi tetap.
Q=min ( aL, bK ) ,
Q Q
L= , K=
a b
a> 0 , b>0
Ket : Q = Output
L : Tenaga Kerja
K : Modal

12
Contoh soal :
Anggur hanya dapat dipanen secara manual. Fungsi produksi anggur berciri proporsi
tetap, yaitu setiap pekerja memerlukan sebuah gunting untuk memetik anggur. Seorang
pekerja yang sudah terampil dengan gunting dapat memanen 50kg anggur per jam

IQ1500
IQ1000

IQ500

a. Gambarlah isoquant produksi anggur untuk Q1= 500, Q2= 1.000, Q3=1.500 dan
tunjukkan posisi yang paling optimal
b. Misalkan pemilik perkebunan anggur mempunyai 15 buah gunting. Jika dia ingin
memaksimalkan pemakaian gunting, berapa orang pekerja harus ia pakai? Berapa kg
yang dapat dihasilkan ?
c. Seorang pekerja yang sangat mahir dapat meggunakan dua gunting sekaligus di
tangan kiri dan tangan kanan dengan produksi 75 kg per jam. Gambarlah isoquant
produksi anggur untuk Q1= 500, Q2= 1.000, Q3= 1.500 dan tunjukkan posisi yang
paling optimal

Penyelesaian:
a. APL = 50 kg/jam
Q
APL =
L
Q
L=
AP L
Q1= 500
500
L1= =10 sehingga K1= 10
50
Q2 = 1.000

13
30 IQ1500
20 IQ1000
10 IQ500

10 20 30 L
Gambar Isoquant
1.000
L2= =20 sehingga K2= 20
50
Q3= 1.500
1.500
L3= = 30 sehingga K3= 30
50
b. Jika pemilik perkebunan memiliki 15 buah gunting, maka ia harus mempekerjakan 15
orang. Sedangkan produksinya adalah 15 X 50 = 750 kg/Jam
c. APL = 75 kg/Jam
Q
APL =
L
Q
L=
AP L
Q1=500
500
L1 = =6,7sehingga K1= 13
75
Q2= 1.000
1.000
L2= =13,333 sehingga K2=26
75

40 IQ1500
26 IQ1000
13 IQ500

6,7 13 20
Gambar isoquant L

Q3= 1.500
1.500
L3= =20 sehingga K3 = 40
75

14
2.7 Skala Pengembalian
Skala pengembalian (returns to scale) merupakan hal yang ‘paling sering’ diteliti dalam
topik produksi. Skala pengembalian menunjukkan hubungan perubahan input secara
bersama-sama (dalam persentase) terhadap perubahan output.
Fungsi produksi jangka panjang yang paling umum dipakai adalah fungsi produksi Cobb-
Douglas dengan persamaan Q=aLα K β . Jumlah pangkat ¿) pada fungsi ini mempunyai
signifikansi ekonomi yaitu menunjukkan skala pengembalian. Jika nilai ¿ sama dengan
satu, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah konstan (constant returns to
scale), artinya kenaikan input akan diikuti kenaikan output secara proposional. Jika nilai ¿
lebih besar dari satu, dikatakan skala pengembalian menaik (increasing returns to scale)
artinya kenaikan input (misalkan m persen) akan diikuti kenaikan output sebesar lebih dari
m persen. Sebaliknya jika nilai ¿ kurang dari satu dikatakan skala pengembalian menurun
(decreasing returns to scale), yang menunjukkan persentase kenaikan output lebih kecil
dari persentase penambahan inputnya.
Spesialisasi pekerja dan teknologi skala besar sering disebut sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi baik increasing returns to scale ataupun decreasing returns to scale.
Sebagai ilustrasi pengalaman menunjukkan bahwa pekerja spesialis biasanya memiliki
kinerja yang membaik dengan bertambahnya waktu dan pengalaman. Tetapi bila mereka
secara terus menerus menggeluti pekerjaan tersebut kemungkinan timbul kejenuhan yang
pada akhirnya menurunkan kinerja. Teknologi skala besar terkait dengan economic of scale.
Sampai pada tingkat produksi tertentu bila kapasitas maksimal faktor produksi belum
terlampaui maka produksi masih bisa dioptimalkan, tetapi bila kapasitas optimal faktor
produksi telah terlampaui, maka penambahan produksi walaupun sangat kecil berdampak
pada peningkatan biaya produksi.

15
Secara umum increasing returns to scale muncul pada saat skala operasi perusahaan masih
kecil hingga sedang, kemudian diikuti munculnya kondisi constant returns to scale dan
selanjutnya muncul kondisi decreasing returns to scale saat skala operasi perusahaan sudah
besar. Gambar 5.5 mengilustrasikan keadaan tersebut. Dari titik A ke titik D berlaku
kondisi increasing return to scale, dari titik D ke titik F berlaku kondisi constant return to
scale dan di atas F berlaku kondisi decreasing returns to scale.
Contoh Soal:
Tentukan apakah pernyataan berikut benar atau salah dan berikan alasannya
Pada skala pengembalian yang menaik, berarti untuk menghasilkan kenaikan output
sebesar ‘m’ persen diperlukan penambahan input sebesar kurang dari ‘m’ persen.
Penyelesaian:
Jika skala pengembalian naik berarti persentase kenaikan output lebih besar dibandingkan
persentase kenaikan masing-masing input (benar).
Contoh Soal:
Tentukan apakah pernyataan berikut benar atau salah dan berikan alasannya
Jika skala pengembalian konstan maka fungsi biaya total dalam jangka panjang akan naik
secara linear dengan kenaikan output?
Penyelesaian:
Skala pengembalian konstan menunjukkan proporsi kenaikan input sama dengan kenaikan
output; berarti memang biaya akan berubah secara linear (benar).
Contoh Soal:
Diketahui fungsi produksi ikan asap adalah
Q=100 √ KL
Q = jumlah ikan asap yang diproduksi (kwintal/jam)
K = jam kerja mesin peengasap
L= jumlah pekerja

a. Berapakah pemakaian K dan L untuk menghasilkan Q=1000 serta buatlah grafiknya!


b. Jika K = 10, berapa pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan Q=1000? Berapakah
AP pekerja?
c. Kemajuan teknologi pembuatan ikan asap menggeser fungsi produksi menjadi
Q=200 √ KL, pertanyaan sama dengan pertanyaan a dan b!
d. Kesimpulan apa yang dapat anda buat dari jawaban a, b dan c?
16
Penyelesaian:
a. Q=100 √ KL
1000=100 √ KL
10=√ KL
100= KL
Jadi semua kombinasi K dan L yang perkaliannya sama dengan 100 akan menghasilkan Q
= 1000.
K L KL
1 100 100
2 50 100
4 25 100
5 20 100
. . .
. . .
. . .
25 4 100
50 2 100
100 1 100

b. Jika K = 10, maka untuk menghasilkan Q = 1000, banyaknya L yang diperlukan adalah
1000=100 √10 L
10=√ 10 L
100=10 L
L=10
17
1000
AP L = =100
10
c. Q=200 √ KL
1000=200 √ KL
5=√ KL
25=√ KL
Jadi semua kombinasi K dan L yang perkaliannya sama dengan 25 akan menghasilkan Q
= 1000.
Jika K = 10, maka untuk menghasilkan Q = 1000 diperlukan L:
1000=200 √10 L
5=√10 L
25=10 L
L=2,5
1000
AP L = =400
2,5

K L KL
1 25 25
2 12,5 25
5 5 25
. . .
. . .
. . .
25 1 25

d. Kemajuan teknologi produksi menggeser kurva isoquant ke kiri (semakin mendekati


titik asal). Berarti dengan kemajuan teknologi, untuk menghasilkan sejumlah output
yang sama diperlukan kombinasi pemakaian input yang lebih sedikit. Keadaan ini
disebabkan karena produktivitas input yang meningkat dengan kemajuan teknologi
tersebut.

18
Contoh Soal:
Diketahui suatu fungsi produksi sebagai berikut
Q=4 K 0.3 L0.5 X 0.1
Q = output; L = tenaga kerja; K = modal; X = bahan baku
Pertanyaan:
a. Jelaskan arti masing-masing koefisien
b. Berapakah perubahan output jika masing-masing input dinaikkan sebesar m persen?
c. berapakah perubahan output jika masing-masing input dinaikkan 2 kali?

Penyelesaian:
a. Pangkat K = 0,3 menunjukkan satu persen perubahan K akan menyebabkan 0,3 persen
perubahan Q; ceteris paribus. Pangkat L = 0,5 menunjukkan satu persen perubahan L
akan menyebabkan 0,5 persen perubahan Q; ceteris paribus. Pangkat X = 0,1
menunjukkan satu persen perubahan X akan menyebabkan 0,1 persen perubahan Q;
ceteris paribus. Satu persen perubahan input kapital, tenaga kerja dan bahan baku secara
bersama-sama akan menyebabkan perubahan output sebesar 0,3+0,5+ 0,1=0.9 persen.
b. Jika masing-masing input dinaikkan m kali maka:
¿ 0.3 0.5 0.1
Q =4 (mK ) (mL) ( mX )
Q¿ =4 (m¿¿ 0.3)(m¿¿ 0.5)(m¿¿ 0.1)( K ¿¿ 0.3)( L¿¿ 0.5)(X ¿¿ 0.1)¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
Q¿ =Q(m¿¿ 0.3+0.5+ 0.1)=Q( m¿¿ 0.9) ¿ ¿
c. Jika input dinaikkan 2 kali (m = 2) misal semula K = 10, L = 9, X = 15, sekarang K =
20; L = 18; X = 30 maka output akan terbentuk sebesar:
Q=4 (10¿¿ 0.3)(9¿¿ 0.5)(15¿¿ 0.1)=31,5 ¿ ¿ ¿
¿
Q =4 (20¿¿ 0.3)(18¿¿ 0.5)(30¿¿ 0.1)=58,6 ¿ ¿ ¿
Jadi
Q¿ 58,6
= =1,86
Q 31,5
Nilai tersebut adalah 20.9

19
2.8 Kendala Biaya
Kendala biaya menunjukkan ketersediaan dana untuk melakukan produksi, atau membeli
bahan baku. Kendala biaya dapat dianalogikan dengan ‘garis anggaran’. Garis anggaran
dari dana yang tersedia dapat dituliskan sebagai berikut:
C=wL+rK
C = dana yang tersedia
L= jumlah tenaga kerja yang dipakai
K = jumlah kapital yang dipakai
w = gaji per satuan tenaga kerja
r = biaya sewa per satuan mesin
Kendala biaya ini dikenal sebagai isocost, yang menunjukkan jumlah dana yang tersedia
untuk membeli berbagai kombinasi input. Perusahaan dapat mengganti kapital dengan
tenaga kerja atau sebaliknya, sebatas kombinasi tersebut masih dapat dijangkau dengan
anggaran yang ada. Pertukaran antara kapital dengan tenaga kerja dapat dilihat dengan
lebih jelas dengan garis anggaran menjadi:
C w
K= − L
r r
Persamaan ini adalah isocost karena dana yang tersedia (C) konstan pada seluruh
kombinasi kapital dan tenaga kerja yang memenuhi besar anggaran. Slope dari isocost
adalah rasio harga input dan dapat dituliskan sebagai:
∂ K −w
=
∂L r

Contoh Soal:
Diketahui saat ini sebuah perusahaan menggunakan 2 faktor produksi yakni komputer
(100 unit) dan operator (30 orang). Untuk membantu industri komputer domestik maka
pemerintah memberi- kan subsidi sebesar 10 persen (off) untuk tambahan ekstra komputer

20
jika perusahaan membelinya dari industri komputer domestik. Dengan bantuan grafik
tunjukkanlah bagaimana subsidi ini mempengaruhi garis isocost?
Penyelesaian:
Titik a menunjukkan keseimbangan (100 K dan 30L). Jika lebih dari 100 maka tingkat
harga menjadi 0,9 berarti dapat membeli K lebih banyak lagi dan titik potong terhadap
sumbu K akan naik (dari b ke c).

Contoh Soal:
Ditentukan hubungan antara produk Y dan faktor-faktor produksi X 1 dan X 2 adalah
2 3
Y = X1 X 2
Misal harga satuan X 1 5000
Misal harga satuan X 2 3000
Berapa X 1 harus dikombinasikan dengan X 2 agar biaya yang dikeluarkan menjadi
minimum untuk mencapai produk 100 satuan
Penyelesaian:
Analisis dengan La Grange Multiplier
Fungsi tujuan (Objective Functions)
Min E=P X 1 X 1 + P X 2 X 2 −λ ( X 12 X 23−100 )

¿ 5000 X 1 +3000 X 2−λ ( X 1 X 2 −100 )


2 3

Minimumkan pengeluaran E untuk penggunaan faktor produksi X 1 dan X 2 dengan syarat


tercapai produk sebesar 100 satuan menurut fungsi produksi yang telah ditentukan.

21
Derivatif pertama E terhadap X 1 , X 2 , λ = 0
Derivatif kedua harus positif
∂E 3
=5000−2 λ X 1 X 2 =0 (1)
∂ X1
5000
λ=
( 2 X 1 X 23 )
∂E 2 2
=3000−3 λ X 1 X 2 =0 (2)
∂ X2
3000
λ=
( 3 X 12 X 22 )
∂E 2 3
=−X 1 X 2 +100=0 (3)
∂λ

5000 3000
Dari (1) dan (2) diperoleh =
( 2 X 1 X 2 ) ( 3 X 1 2 X 2 2)
3

2 2 3
15000 X 1 X 2 =6000 X 1 X 2
15 X 1=6 X 2
X 2 =2,5 X 1

(3) X 12 X 22=100
X 12 ( 2,5 X 1 )3=100
5
15,625 X 1 =1,45
Jadi kombinasi X 1 ≈ 1,45 satuan
X 2 ≈ 3,625 satuan
E=P X 1 X 1 + P X 2 X 2
¿ 5000 ( 1,45 )+ 3000 (3,625 )=18,125

Contoh Soal:
Apakah kombinasi 17 K dan 90L merupakan kombinasi yang meminimumkan biaya untuk
memproduksi 500 unit? Gunakan isoquant dan isocost
Penyelesaian:
MP L =12,5

22
MP L =25
MP L 1
= =Rasio harga input
MP K 2
Jadi kombinasi 90 L dan 17 K akan menghasilkan kombinasi input dengan biaya minimum.
TC =(90× 5)+(17 x 10)=620

2.9 Keseimbangan Produsen


Keseimbangan produsen (kondisi optimal) diartikan sebagi tingkat output maksimal yang
dapat dihasilkan dengan sejumlah biaya tertentu atau jumlah dana minimal yang diperlukan
untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Perusahaan dapat meminimumkan biaya
produksi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dengan memilih kombinasi input
dimana slope dari isoquant sama dengan slope dari isocost.

slope Isoquant =slope Isocost


MP L w
=
MP K r
MP L MP K
=
w r
Persamaan ini dikenal sebagai ‘golden rule of cost minimization’. Jadi perusahaan masih
dapat menghemat biaya produksi selama persamaan tersebut belum terpenuhi. Sebagai
MP L MP K
contoh jika > maka biaya produksi dapat diturunkan jika penggunaan
w r
tenanga kerja diperbanyak atau penggunaan kapital dikurangi.

23
Contoh Soal:
Tentukan apakah pernyataan berikut benar atau salah dan berikan alasannya
Diketahui untuk menghasilkan suatu barang digunakan dua faktor produksi yaitu tenaga
kerja terampil ( L1) dan tenaga kerja tidak terampil ( L2). Jika upah L150 persen lebih tinggi
dari upah L2, maka perusahaan akan mempergunakan tenaga kerja L1 50 persen lebih
sedikit dibandingkan L2
Penyelesaian:
Jika W-L1 = 1,50 (W-L2) dapat diartikan MP-L1 = 1,50(MP-L2). Pekerja pertama lebih
produktif 1,5 kali dibandingkan pekerja kedua. Ini berarti untuk output yang sama pekerja 1
1 2
akan memerlukan waktu sebesar = waktu L2. (salah).
1,5 3
Contoh Soal:
Diketahui upah tenaga kerja turun sebesar Rp 16.000 per tenaga kerja dan perusahaan
mempunyai sepuluh tenaga kerja, sehingga per- usahaan dapat menghemat biaya sebesar
Rp 160.000 dan kemudian menggunakannya untuk menambah jumlah karyawan yang
dimiliki. Apakah dengan melakukan tindakan ini berarti perusahaan sekarang menggunakan
lebih banyak tenaga kerja dibandingkan kapital serta masih dapat memproduksi output
dengan jumlah yang sama?
Penyelesaian:
MP L MP K
Kondisi keseimbangan dicapai pada saat = dengan demikian jika w turun maka
w r
MP L MP K
> dan ini akan mendorong penggunaan L lebih banyak lagi agar memperoleh
w r
titik optimal untuk produksi yang sama.
Contoh Soal:

24
Diketahui fungsi produksi dengan dua input K dan L adalah sebagai berikut:
2 2
Q=40 L+ 150 K −L −K
Dana yang tersedia 4400 sedangkan harga satuan L adalah $20 dan harga satuan K adalah
$50. Carilah kombinasi penggunaan input yang optimal dan besarnya produksi.
Penyelesaian:
Z=f (Q)+ λ [ƒ(c )]
2 2
¿ 40 L+150 K−L −K + λ ( 4400−20 L−50 K )
∂Z
=40−2 L−20 λ=0 (1)
∂L
∂Z
=150−2 K−50 λ=0 (2)
∂K
∂Z
=440−2 L−50 K=0 (3)
∂λ
Dengan menggunakan Metode eliminasi terhadap (1), (2), (3) diperoleh L=21,7 ;
K=79,3 dan Q=6003,6

Contoh Soal:
Jika diketahui harga faktor produksi A Rp 20 per unit dan harga faktor produksi B Rp 300
per unit. MP A dan MP B masing-masing sebesar 40 dan 60 unit. Apakah perusahaan
sebaiknya menaikkan penggunaan A dan menurunkan penggunaan B untuk meminimalkan
biaya?
Penyelesaian:
MP A 40
=
PA 20
MPB 60
=
P B 300
MP A MPB
Karena > maka untuk meminimalkan biaya perusahaan harus memperbanyak
PA PB
pemakaian faktor produksi A (benar)
2.10 Jalur Ekspansi
Kondisi keseimbangan produsen (golden rule) dapat diperluas untuk beberapa input.
Kondisi optimum dicapai pada saat rasio dari marginal product dan harga untuk tiap-tiap
input itu sama. Jadi dapat dituliskan kondisi optimum jika:

25
MP1 MP 2 MP 3 MPn
= = =.. . . .=
P1 P2 P3 Pn
Jalur ekspansi (expanthion path) adalah garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi
optimum yaitu keseimbangan produsen pada berbagai tingkat output. Pada Gambar 5.8,
jalur ekspansi ditunjukkan oleh garis yang melalui titik A, B, C.

Contoh Soal:
Diketahui pada harga input tertentu, sebuah perusahaan mempunyai expantion path aa.
Setelah terjadi kenaikan upah tenaga kerja, expantion path perusahaan menjadi AA.
Dapatkah garis aa berpotongan dengan garis AA?
Penyelesaian:
Jika upah pekerja naik maka jumlah pekerja yang dipakai akan turun dan disubstitusi oleh
penggunaan kapital yang bertambah. Jadi mungkin akan terjadi perpotongan antara garis aa
dan AA seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut.

Contoh Soal:
26
Diketahui fungsi TC =2 K + 2 L sedangkan fungsi produksi Q=KL . Tunjukkan kombinasi
input yang optimal untuk setiap tingkat output yang diproduksi (Q= 100, 200, 300, 400,
500, dst) serta gambarkan jalur ekspansinya.
Penyelesaian:
V =2 K +2 L+ λ ( 100−KL )
∂V 2
=2−λL=0 sehingga λ=
∂K L
∂V 2
=2−λK =0 sehingga λ=
∂L K
2 2
Dengan demikian = sehingga L=K
L K
∂V
=100−KL=0
∂λ
Maka
100− K ( K ) =0
100− K 2=0
2
K =100
K=10
L=10

Q K L TL=2K+2L
100 10 10 40
200 14 14 56
300 17 17 68
400 20 20 80

27
Contoh Soal:
Diketahui seorang produsen menghasilkan barang Q dengan dua input K, L. Departemen
produksi memberikan informasi tentang produksi sebagai berikut:
Q K L Q K L
490 15 99 470 14 100
500 15 100 500 15 100

MP L =10 MP K =30
Jika tingkat upah $5 dan biaya kapital $10 apakah kombinasi input 15K dan 100L
menunjukkan kombinasi biaya terendah (Least cost combination)?
Penyelesaian:
MP L 10
Ekstra output per Tingkat upah L= = =2
w 5
MP K 30
Ekstra output per mesin ¿ = =3
r 10
MP L 1
MRTS= =
MP K 3
w 5 1
Rasio harga ¿ = =
r 10 2

Langkah yang harus dilakukan:


Menaikkan penggunaan input yang memiliki ekstra output yang lebih besar dan
mengurangi penggunaan input yang memiliki ekstra output yang lebih kecil. Untuk
memproduksi 500 unit input L harus dikurangi, input K dinaikkan.
28
TC (100× 5)+(15 ×10)=650

29
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi-materi yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Produksi merupakan kegiatan ekonomi yang mengubah input menjadi output atau
memberi nilai pada suatu barang atau jasa. Dalam proses produksi, terdapat faktor
produksi sebagai inputnya yaitu, modal (capital), tenaga kerja (labour), keahlian
(skill), dan tanah atau sumber daya alam (land). Antara ouput dan input dapat
dihubungkan dalam suatu persamaan fungsi yang disebut dengan Fungsi Produksi.
2. Teori produksi dibagi menjadi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam produksi jangka pendek terdapat fixed input dan variabel input. Fixed input
yang dimaksud adalah modal sedangkan variabel input adalah tenaga kerja. Untuk
meningkatkan hasil produksi dalam jangka pendek, pelaku usaha tidak bisa
menambah modal, namun mereka bisa menambah jumlah tenaga kerjanya. Tenaga
kerja yang ditambah pun tidak boleh terlalu banyak agar tetap produktif.
Sedangkan dalam produksi jangka panjang, modal dan tenaga kerja merupakan
input variabel dan tidak ada input tetapnya.

3.2 Saran
 Sebagai seorang pengusaha yang ingin membuat sebuah produk patutnyalah ia harus
memahami setiap resiko dalam menambah input untuk menghasilkan output. Karena
jika kita salah dalam perhitungan untuk membuat sebuah produk maka kerugian pasti
akan menghampiri.

30
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


Marharani Damayanti. 2005. Teori Produksi. Fakultas Sains dan Teknolgi, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai