Anda di halaman 1dari 40

LOMBA KARYA TULIS CHAMPIONSHIP REGENERATION 2012 INSTITUT MANAJEMEN TELKOM JUDUL PROGRAM: Optimalisasi OVOP (One Village

One Product) melalui Penerapan ( ) Cooperative Online Marketing berbasis Web 2.0 BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

Diusulkan Oleh: Hafidz Mulyansyah Putra Dea Ratna Dewi Camilla MBTI/ 109400269/ 2009 / MBTI/ 109400257/ 2009 /

Institut Manajemen Telkom Bandung 2012

HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-AI Judul Kegiatan : Optimalisasi OVOP (One Village One Product) melalui Penerapan Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 Bidang kegiatan Ketua kelompok a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi Anggota kelompok 1 a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi Dosen Pembimbing : Hafidz Mulyansyah Putra : 109 400 269 : MBTI : Insititut Manajemen Telkom : Dea Ratna Dewi Camilla : 109 400 257 : MBTI : Insititut Manajemen Telkom : PKM-AI

a. Nama Lengkap dan Gelar : Astrie Krisnawati, S.Sos., Msi.M b. NIP : 10790577 Bandung, 20 April 2012 Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

(Astrie Krisnawati, S.Sos., Msi.M ) NIP. 10790577

(Hafidz Mulyansyah Putra) NIM. 109 400 269

Menyetujui, Kepala Bagian Kemahasiswaan

(Herry S. Hadori) NIP.

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa penulis telah selesai menuliskan gagasan yang berjudul Optimalisasi OVOP (One Village One Product) melalui Penerapan Cooperative Online Marketing berbasis Web 2.0. Dalam penyusunan karya tulis ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis yang telah turut memberi support mental dalam menyelesaikan penelitian ini. 2. Dan berbagai pihak yang memberikan informasi terkait program OVOP dan web 2.0. Sehingga gagasan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Bandung, 16 Mei 2012

Dea Ratna Dewi Camilla (109 400 257)

Hafidz Mulyansyah Putra (109 400 269)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ..................................................................................... Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi ..................................................................................................... Daftar Tabel ............................................................................................... Daftar Gambar ............................................................................................ Ringkasan ................................................................................................... Pendahuluan Latar Belakang ................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penulisan ............................................................................. Manfaat Penulisan ........................................................................... Tinjauan Pustaka Tinjauan Umum tentang Cooperative Online Marketing...............

i ii iii iv v 1

3 5 6 6

Tinjauan Umum tentang web 2.0 ..................................................... 9 Metode Penulisan Jenis Penelitian ................................................................................ Pengumpulan Data ......................................................................... Sasaran Penulisan ............................................................................ Tahapan Penulisan ........................................................................... Pembahasan Akses Pasar Ekspor UMKM Indonesia ...................................... Penerapan Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 dalam Mengoptimalkan Program OVOP untuk Pengembangan Akses Pasar Ekspor UMKM Indonesia ........................................ Manfaat Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 dalam Mengoptimalkan Program OVOP untuk Pengembangan Akses Pasar Ekspor UMKM Indonesia .................................................... Penutup Kesimpulan ..................................................................................... Saran ............................................................................................... 30 31
4

12 12 12 13

14

16

29

Akhir Daftar Pustaka ............................................................................... Daftar Riwayat Hidup ................................................................... 32 34

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1. Perkembangan ekspor dan impor non migas nasional 2006-2010 ............................................................................... Tabel 4. 2. Perkembangan pangsa pasar ekspor dan impor non migas nasional 2006-2010 ............................................................................... 15 14

TABEL GAMBAR

Gambar 2. 1 Tahapan pembangunan situs ...................................................... 11 Gambar 4. 1 Rantai nilai proses bisnis ekspor UMKM .................................. 17 Gambar 4. 2 Sistematika Pemenuhan Pesanan untuk Produk OVOP .......... 18 Gambar 4. 3 Arsitektur Umum Sistem .......................................................... 21 Gambar 4. 4 Sitemap www.ovop.or.id .......................................................... 22 Gambar 4. 5 Layout halaman katalog (Bahasa).......................................... 24 Gambar 4. 6 Layout halaman buy (English) ............................................... 24 Gambar 4.7 Layout halaman Shopping Cart (English) .............................. 25 Gambar 4. 8 Layout halaman pay with Credit Card (English) .................. 26 Gambar 4. 9 Skema pendaftaran Website OVOP ...................................... 27

RINGKASAN

ASEAN China Free Trade Agreement atau yang lebih dikenal dengan ACFTA adalah perjanjian penghapusan tarif perdagangan antara China dan negara-negara anggota ASEAN yang telah di implementasikan sejak tanggal 1 Januari 2010 lalu. Perjanjian ini menimbulkan kekhawatiran dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia karena harus berkompetisi langsung dengan produsen luar negeri yang memiliki modal lebih besar. Ini terlihat dari daya saing produk kerajinan Indonesia ke China hanya 5,6% berdaya saing kuat dan hampir 48% berdaya saing lemah (Pariaman Sinaga 2010, h. 2). Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan competitive advantage UMKM, salah satunya adalah program One Village One Product (OVOP) yang dikelola oleh Kementerian Perindustrian sejak tahun 2009. Program ini dibuat untuk mengembangkan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik, khas daerah dan sumber daya lokal. Tantangan yang timbul saat ini yaitu pemasaran produk OVOP yang belum maksimal untuk menjangkau pasar ekspor di negara peserta ACFTA terutama China, Thailand, dan Singapura. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan solusi kreatif kepada pihak UMKM maupun pemerintah agar dapat memanfaatkan peluang pasar luar negeri secara maksimal khususnya konsumen di China dan ASEAN. Salah satu cara untuk memperluas akses pasar ekspor di negara tersebut adalah dengan kerjasama antar UMKM pada masing-masing OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri melaui metode cooperative online marketing berbasis web 2.0. Cooperative online marketing adalah kesepakatan antara 2 pihak atau lebih untuk bersama-sama melakukan usaha pemasaran di segmen pasar tertentu melalui internet untuk menghasilkan uang. Web 2.0 dapat dijadikan media untuk memasarkan produk dengan mudah karena sifatnya yang user friendly dan pemasaran pun dapat menjangkau pasar secara global karena menggunakan internet dimana Global Reach merupakan salah satu keunikannya. Dengan metode

penelitian terapan (Applied Research), diharapkan penerapan cooperative online marketing berbasis web 2.0 dapat mengoptimalkan usaha para UMKM dalam meningkatkan permintaan pasar luar negeri terutama di China dan ASEAN. Kata Kunci : acfta, ovop, cooperative online marketing, web 2.0

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ASEAN China Free Trade Agreement atau yang disingkat ACFTA merupakan suatu perjanjian ekonomi antara negara-negara ASEAN dan China yang telah dimulai sejak 1 Januari 2010 lalu. Perjanjian mengenai ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) yang membahas tentang kerangka perjanjian awal telah ditandatangani pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh, Kamboja. Inti dari perjanjian ini yaitu produk dari masing-masing negara-Indonesia, Malaysia, Singapura, Fhilippina, Brunei Darussalam, Thailand, Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja dan China-dikenakan pengurangan atau penghapusan tarif menjadi nol persen dalam jangka waktu tiga tahun (Herawati, 2009: 23). Dengan diberlakukannya ACFTA, maka diharapkan akan tercipta competitive advantage dari setiap UMKM dengan melakukan pengembangan produk dan penetrasi pasar. Namun dibalik itu semua, muncul respon pro dan kontra dari masyarakat khususnya pemilik usaha UMKM. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 78/M-IND/PER/9/2007, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang jadi dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri. Terdapat beberapa jenis industri di Indonesia, di antaranya adalah industri mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mengacu kepada UndangUndang Republik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, bahwa kriteria industri UMKM adalah sebagai berikut. a. Industri Mikro: Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan b. Industri kecil: Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan

10

c. Industri Menengah: Memiliki kekayaan bersih lebih dari sampai Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan

Rp. 500 juta

UMKM saat ini sedang menghadapi 3 masalah besar, antara lain pendanaan, kualitas sumber daya manusia dan akses pasar. Ketimpangan jumlah kepemilikan modal antara UMKM di Indonesia dengan China menghasilkan perbedaan harga pada unit produk. Selain itu tata kelola manajemen UMKM yang belum mumpuni mengakibatkan munculnya economic high cost. Jumlah UMKM yang mencapai 52 juta pun masih lemah dalam hal akses pasar ekspor. Salah satu penyebab lemahnya akses pasar ekspor UMKM di Indonesia adalah keterbatasan informasi mengenai kondisi pasar di luar negeri, baik itu kebutuhan, permintaan, dan selera pasar serta akses menuju pasar itu sendiri, khususnya di antara negera-negara ACFTA. Keterbatasan ini berdampak pada hadirnya pihak ketiga atau intermediaries. Pihak ketiga yang memiliki informasi dan akses pasar ekspor mengumpulkan barang-barang dengan harga yang lebih murah untuk diekspor dengan harga yang lebih tinggi. Dampaknya adalah produk dijual dengan harga yang mahal kepada pelangggan akhir. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan secara berkelanjutan turut serta dalam membantu pelaku UMKM untuk menghadapi persaingan ini. Berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri serta sumber daya manusia dalam UMKM terus dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan diberlakukannya program One Village One Product (OVOP) pada tahun 2009 lalu. Menurut SK Menteri Perindustrian No. 78/M-IND/PER/9/2007 tentang Peningkatan Efektifitas Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product-OVOP) di Sentra, bahwa OVOP adalah suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dan sumber daya lokal. Program OVOP telah dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, Jawa Barat dan Bali. Tantangan yang timbul saat ini adalah, mengenai upaya pemasaran produk OVOP yang belum maksimal agar dapat melakukan ekspor ke negara peserta ACFTA terutama China.

11

Program OVOP yang diterapkan sejak tahun 2009 lalu dirasa kurang maksimal karena bentuk pencapaian berupa pameran ekspor atau temu usaha di dalam dan luar negeri belum mampu mendongkrak akses pasar ekspor UMKM secara signifikan. Ini terlihat dari daya saing produk kerajinan Indonesia ke China hanya 5,6% berdaya saing kuat dan hampir 48% berdaya saing lemah (Sinaga, 2010: 2). Begitu juga pada produk-produk UMKM lainnya seperti industri, manufaktur, pangan, sandang, batu mulia, dan lainnya. Dengan diberlakukannya ACFTA, maka ruang lingkup pesaing untuk pasar ekspor UMKM nasional sejenis tidak lagi produsen lokal, melainkan produsen dari 10 negara peserta ACFTA yang memproduksi barang yang sama dengan harga dan kualitas yang berbeda. Sehingga dengan mekanisme kerjasama

(cooperative marketing) antar UMKM sejenis yang mengikuti program OVOP dan strategi penjualan berbasis web 2.0 (e-commerce) dalam mengoptimalkan program OVOP untuk pengembangan akses pasar ekspor UMKM, penulis mengharapkan jumlah permintaan produk dari China dan 9 negara ASEAN lain terhadap produk UMKM Indonesia meningkat tanpa menurunkan penawaran terhadap pasar domestik. 2. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas rumusan masalah ini, akan diuraikan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 2. 1 2. 2 Bagaimana perkembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia? Bagaimana cooperative online marketing berbasis web 2.0

mengoptimalkan program OVOP untuk pengembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia? 2. 3 Apa manfaat cooperative online marketing berbasis web 2.0 dalam mengoptimalkan program OVOP untuk pengembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia?

12

3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain: 3. 1 3. 2 Menjelaskan perkembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia. Menjelaskan cooperative online marketing berbasis web 2.0 dalam mengoptimalkan program OVOP untuk pengembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia. 3. 3 Menjelaskan manfaat cooperative online marketing berbasis web 2.0 dalam mengoptimalkan program OVOP untuk pengembangan akses pasar ekspor UMKM Indonesia. 4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain: 4. 1 Bagi Penulis Penulisan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan, pengalaman dan mengolah kemampuan berpikir penulis untuk menciptakan penyelesaian masalah yang solutif dan kreatif. 4. 2 Bagi UMKM Karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk UMKM sebagai masukan untuk melakukan penetrasi pasar secara lebih luas. 4. 3 Bagi Pemerintah Karya tulis ilmiah ini bermanfaat sebagai ide untuk mengatasi masalah utama yang terjadi pada UMKM di Indonesia, terutama dalam hal akses pasar ekspor.

13

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum tentang Cooperative Online Marketing 1. 1 Definisi Cooperative Online Marketing West (2008:1) menyatakan bahwa salah satu contoh cooperative marketing itu adalah jika anda dan tetanggamu setuju untuk bersamasama menjual suatu produk di tepi jalan. Ketika menggunakan cooperative sebagai kata sifat, maka berkaitan dengan kebiasaan atau persetujuan dari 2 pihak atau lebih untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Aturan mengenai cooperative marketing ini biasanya tidak baku dan tidak memiliki aturan terikat antara pihak yang terlibat. Cooperative marketing ini dapat berlangsung selama setahun atau lebih tergantung kesepakatan. Tapi bagaimanapun,

keberlangsungan suatu kelompok bisa saja menjadikan kesepakatan tersebut tidak sesuai dan tidak berfungsi lagi untuk beberapa pihak. Ada banyak alasan kenapa suatu kelompok membentuk cooperative business atau berpartisipasi dalam perjanjian cooperative marketing. Menurut Tesoriero (2000:1), cooperative marketing as an arrangement where two or more organizations work together to combine assets for the objective of reaching a defined market segment for a benefit they individually desire. In plain English this means you and another business owner work together or share in the cost of marketing to potential customers to make more money. Menurut Mulia (2008:4), online marketing adalah cara memasarkan produk lewat internet. Jadi cooperative online marketing adalah kesepakatan antara 2 pihak atau lebih untuk bersama-sama melakukan usaha pemasaran di segmen pasar tertentu melalui internet untuk menghasilkan uang.

14

1. 2

Manfaat Cooperative Marketing Menurut West (2008:1), manfaat dari cooperative marketing yang bisa diperoleh oleh masing-masing pihak yang bekerjasama antara lain: 1. 2. 1 Economic of Scale Ada skala ekonomi yang bisa diperoleh dari usaha kolektif dari gabungan kekuatan marketing sebagai kelompok. Akan lebih murah bagi produsen daging untuk bersama-sama memasok anak sapi dalam jumlah yang cukup besar daripada secara individu memasoknya sendiri. Intinya adalah ketika membeli bahan baku, pemesanan secara massal akan lebih murah daripada secara individual membeli bahan baku dengan jumlah sedikit. 1. 2. 2 Bargaining Power Upaya secara kelompok bisa mengkombinasikan

ketersediaan dari produk atau jasa yang ditawarkan yang memungkinkan kelompok memiliki kekuatan penawaran. Jika anda memiliki 2 karung tomat, anda memiliki sedikit kekuatan untuk bernegosiasi harga dengan retailer, tapi jika sebagai grup anda memiliki 140 karung tomat, anda bisa menawarkan harga yang lebih baik karena kuantitas yang dapat ditawarkan oleh grup. 1. 2. 3 Flow of Product Retail market memerlukan konsistensi dalam mengalirkan produk mereka. Sebagai individual dengan 12 kambing, anda tidak bisa menjamin akan ada 2 anak kambing perbulan selama setahun. Tapi jika anda bergabung dengan 20 produsen lainnya, dan secara kelompok memiliki 240 kambing, anda bisa menjamin 40 kambing perbulan kepada konsumen. Anda akan menarik perhatian mereka dan bisa bernegosiasi harga sesuai dengan kesepakatan kelompok.

15

1. 2. 4

Preserving Market Banyak pasar yang berusaha untuk mengurangi biaya dalam memperoleh produk atau jasa. Sebuah pengaturan dalam cooperative marketing akan mempertahankan banyak pasar yang anda miliki di masa depan dimana proses bisnisnya dapat memotong sebagian biaya yang berhubungan dengan pengadaan barang dan jasa.

1. 2. 5

Acces to Professional Banyak produsen memperoleh manfaat dari penggunaan jasa profesional dalam marketing. Jika anda produsen apel, anda mungkin akan bertahan di dalam bisnis tersebut karena handal dalam memproduksi apel, tapi anda jarus menjual apel tersebut agar mendapat keuntungan. Jika anda tidak handal dalam pemasaran dan penjualan, anda merupakan mayoritas hanya sebagai pengusaha agrikultur saat ini. Jika anda bergabung dalam kelompok cooperative marketing yang memiliki manajer pemasaran, maka yang harus dilakukan hanyalah fokus untuk meningkatkan kualitas produksi apel anda.

2. Tinjauan Umum tentang Web 2.0 2. 1 Definisi Web 2.0 Banyak cara yang dapat digunakan untuk memasarkan produk. Dengan teknologi yang semakin berkembang, pemasaran produk dapat dilakukan menggunakan internet. Menurut Laudon & Traver dalam bukunya E-Commerce (2009:3), Internet merupakan jaringan

interkoneksi ribuan jaringan yang menghubungkan jutaan komputer bisnis, lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan individu. Teknologi internet semakin berkembang, sehingga pemasaran untuk mendapatkan akses pasar dapat dioptimalkan salah satunya melalui web 2.0.

16

Infrastruktur internet broadband saat ini telah memperluas layanan yang tersedia untuk para pengguna. Kemampuan ini dapat membentuk dasar untuk model bisnis baru. Berbagai inovasi telah dilakukan dalam konteks konten digital dan komunikasi digital. Pada era Web 1.0, interaksi hanya besifat one-to-many artinya pengguna hanya dapat mencari informasi, namun tidak dapat berinteraksi langsung dengan penyedia informasi. Sedangkan pada era Web 2.0 memungkinkan pengguna untuk tidak hanya mendapatkan informasi namun dapat saling berinteraksi dengan mudah dengan penyedia informasi dan pengguna lain (many-to-many). Menurut Ribes dalam Fauzan (2008:10), web 2.0 adalah semua aplikasi dan layanan internet yang memiliki database yang dapat dimodifikasi oleh para penggunanya, baik dalam konten database (menambah, merubah atau menghapus informasi, atau juga mengasosiasikan metadata dengan informasi yang sudah ada), dalam cara penampilan konten tersebut, atau sinkronisasi konten dan aspek internal secara simultan . Web 2.0 dapat dijadikan media untuk memasarkan produk dengan mudah karena sifatnya yang user friendly dan pemasaran pun dapat menjangkau pasar secara global karena menggunakan internet dimana Global Reach merupakan salah satu keunikan teknologi internet. Filosofi dari web 2.0 dimana pengunjung bisa berpartisipasi aktif di website juga dapat membangun dan mencerdaskan komunitas pelanggan dan dapat menimbulkan niat melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Titik berat strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 adalah mewujudkan produk usaha yang partisipatif dengan menjalin komunikasi dua arah antara pelanggan dan produsen dalam hal ini adalah UMKM via web 2.0. Dengan demikian yang terjadi tidak hanya otomatisasi pemasaran produk saja , tetapi lebih dari itu terjadi efisiensi serta peningkatan citra produk di hadapan pelanggan yang akan dijadikan target pasar produknya sehingga pelanggan melakukan keputusan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh usaha kecil dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing industri kecil.
17

2. 2

Tahap-Tahap Pembangunan Situs Untuk pembangunan situs berbasis web 2.0 sama halnya dengan merancang suatu aplikasi peranti lunak (software). Ada tahapantahapan yang harus dilakukan untuk membuat sistemnya berjalan dengan baik. Secara garis besar, tahapan dalam pembangunan situs berbasis web 2.0 seperti pada gambar di bawah.
Website System Planning Designing Scripting Testing Promotion maintainance

Gambar 2.1. Tahapan Pembangunan Situs Sumber: Prihatna, 2005

18

METODE PENULISAN

1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah tipe Penelitian Terapan (Applied Research). Menurut Sugiyono (2011:4), penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis, dalam hal ini penulis ingin memberikan solusi kreatif berupa gagasan keilmuan dan teori yang sudah ada mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang bisnis dan pemasaran, khususnya UMKM di Indonesia agar dapat meningkatkan daya saing bangsa menghadapi tantangan global. Dalam hal ini solusi yang diberikan oleh penulis berupa optimalisasi OVOP (One Village One Product) melalui pengembangan Cooperative Online Marketing berbasis Web 2.0 2. Pengumpulan Data Menurut Zikmund (2010:161), bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan sumber sekunder, yaitu melalui dokumen-dokumen seperti buku, skripsi, jurnal, laporan, modul dan internet. 3. Sasaran Penulisan Karya Tulis ini ditujukan kepada UMKM yang telah menjalankan program OVOP di 34 daerah yang tersebar di Indonesia (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2011:1), Kementerian Prindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kadin Indonesia.

19

4. Tahap Penulisan Menurut Wallas dalam Budiwati (2012:6), proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu sebagai berikut: 4. 1 Persiapan Tahap ini merupakan tahap dimana penulis menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran terhadap realitas yang

dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya. 4. 2 Inkubasi Dalam tahap ini, penulis memproses informasi yang dimiliki sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicari. 4. 3 Iluminasi Tahap iluminasi adalah tahap dimana penulis mendapatkan inspirasi atau insight, yaitu berupa gagasan mengenai pemecahan masalah. 4. 4 Verifikasi Tahap ini merupakan tahap dimana apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Pada tahap ini, penulis membagi bagian mana yang perlu ditambahkan atau dihilangkan. Selain itu, pada tahap ini penulis memilih kata-kata yang sesuai, tanpa menghilangkan esensi dari kalimat tersebut.

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Akses Pasar Ekspor UMKM di Indonesia Berdasarkan Laporan Statistik Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2011, pasar ekspor Indonesia terbagi dalam dua kategori, yaitu ekspor migas dan non migas. Ekspor migas terdiri dari Minyak Mentah/ Oil & Gas Consist of Crude Oil, Hasil Minyak/ Oil Products & Gas. Sedangkan ekspor non migas terdiri dari Kayu Lapis & olahannya/ Plywood & other manufactures, Tekstil & Pakaian Jadi/ Textile & Garment, Logam tidak mengandung Besi/ Base metals not containing of Iron, Minyak & Lemak Nabati/ Vegetable Oil & Fat, Besi & Baja/ Iron & Steel, Kaca & Barang dari Kaca / Glass & Glassware, Kertas & Barang dari Kertas/ Paper & Paper Products dan Hasil Industri lainnya/ Other Industrial Products. Tabel 4.1 Perkembangan ekspor dan impor non migas nasional 2006-2010 Sumber: Laporan Statistik Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2011
Negara China Singapura Malaysia Fhilipina Brunei Thailand Vietnam Kamboja Laos Myanmar Ekspor nonmigas nasional ($US)
06 5.467 7.824 3.790 1.377 38 2.054 1.022 104 4 137 07 6.664 8.990 4.593 1.829 43 2.647 1.355 122 4 262 08 7.787 10.105 5.985 2.051 60 3.215 1.673 174 4 249 09 8.920 7.948 5.636 2.357 75 2.598 1.454 201 5 175 10 14.081 9.554 7.754 3.117 61 4.054 1.946 217 6 284

Impor nonmigas nasional ($US)


06 5.502 3.733 1.605 281 4 2.962 212 1 0 20 07 7.957 3.908 2.150 358 4 4.195 609 1 3 30 08 14.948 11.096 3.931 719 6 6.270 568 2 0 30 09 13.491 9.237 3.184 541 3 4.571 478 3 0 29 10 19.688 10.053 4.522 703 7 7.421 1.108 5 1 32

21

Masalah yang paling dikhawatirkan adalah pengaruh ACFTA terhadap keberlangsungan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berkonsentrasi pada pasar dalam negeri. Tentu UKM tersebut yang terkena imbas paling parah dengan membanjirnya produk-produk China dan negara ASEAN lain. Berdasarkan data ekspor dan impor nonmigas nasional pada Statistik Perdagangan BPS, tahun 2006-2010 Indonesia mengalami ketidakseimbangan antara ekspor nasional terhadap impor dari beberapa negara, antara lain China, Singapura, dan Thailand. Rata-rata perkembangan ekspor nonmigas nasional terhadap China, Singapura, dan Thailand berturut-turut mencapai 27,7%, 6,3%, dan 21,7%, namun rata-rata perkembangan ekspor 3 negara tersebut terhadap Indonesia mencapai 42,2%, 44,9%, dan 31,5%. Ini menunjukkan bahwa jumlah produk ketiga negara tersebut lebih banyak membanjiri pasar dalam negeri daripada sebaliknya. Tabel 4.2 Perkembangan pangsa pasar ekspor dan impor non migas nasional 2006-2010 Sumber: Laporan Statistik Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2011 Pangsa Pasar Ekspor Negara
06

Pangsa Pasar Impor nonmigas (%)


10 10,85 7,36 5,98 2,40 0,05 3,13 1,50 0,17 0,00 0,22 06 13,07 8,87 3,81 0,67 0,01 7,04 0,50 0,00 0,00 0,05 07 15,14 7,44 4,09 0,68 0,01 7,98 1,16 0,00 0,01 0,06 08 15,15 11,25 3,99 0,73 0,01 6,36 0,58 0,00 0,00 0,03 09 17,33 11,86 4,09 0,69 0,00 5,87 0,61 0,00 0,00 0,04 10 18,19 9,29 4,18 0,65 0,01 6,86 1,02 0,00 0,00 0,03

nonmigas (%)
07 7,24 9,77 4,99 1,99 0,05 2,88 1,47 0,13 0,00 0,28 08 7,22 9,37 5,55 1,90 0,06 2,98 1,55 0,16 0,00 0,23 09 9,15 8,15 5,78 2,42 0,08 2,67 1,49 0,21 0,00 0,18 6,87 9,83 4,76 1,73 0,05 2,58 1,28 0,13 0,01 0,17

China Singapura Malaysia Fhilipina Brunei Thailand Vietnam Kamboja Laos Myanmar

22

Berdasarkan Top Rencana Kegiatan Peningkatan Daya Saing Ekspor Dinas Perindustrian Jawa Barat 2011, upaya pengembangan kegiatan perdagangan ekspor dapat dilakukan melalui pendekatan tidak langsung yang akan berdampak pada sisi penawaran dan pendekatan langsung dalam arti mempengaruhi sisi permintaan. Dalam pendekatan tidak langsung,

pengembangan pemasaran diarahkan pada upaya peningkatan daya saing (pelaku bisnis, produk, iklim usaha/ infrastruktur pendukung/ regulasi). Sedangkan pendekatan langsung pengembangan pemasaran diarahkan pada kegiatan promosi, seperti pameran dalam dan luar negeri, serta temu usaha. Beberapa pameran dalam negeri yang mengikutsertakan produk UMKM antara lain IKM Expo, K-UMK Expo, GPPD Expo, dan HARKOPNAS Expo, dan untuk pameran luar negeri yaitu SMESCO International Expo, Indonesia International Communication expo, dan Trade Expo indonesia. Namun dilihat dari perkembangan pangsa pasar tahun 2006-2010, pasar Indonesia masih lemah terhadap China, Singapura, dan Thailand. pada tahun 2010 Indonesia hanya memiliki 10,85% pangsa pasar dari China, sedangkan China memiliki 18,19% pangsa pasar dari Indonesia. Begitu juga pada Singapura dan Thailand yang memiliki pangsa pasar Indonesia sebesar 9,29% dan 6,86%. Ini menunjukkan bahwa pendekatan langsung melalui usaha pameran dan temu usaha belum optimal memperluas akses pasar ekspor bagi UMKM Indonesia. 2. Penerapan Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 dalam

Mengoptimalkan Program OVOP untuk Pengembangan Akses Pasar Ekspor UMKM Indonesia 2. 1 Analisis Situasi Pemasaran UMKM untuk Memperoleh Informasi Pemasaran. Beberapa proses bisnis ekspor UMKM saat ini memiliki rantai nilai yang berawal dari Suppliers, Manufacture, Broker, Consumer, dan berakhir di costumer. Suppliers adalah pihak yang memasok bahan mentah untuk diproduksi menjadi barang jadi. Manufacture adalah bagian produksi dari bisnis UMKM yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Broker adalah pihak ketiga yang berperan
23

mengumpulkan barang jadi untuk diekspor. Consumer adalah pihak yang menjual produk langsung kepada konsumen, seperti toko asesoris, toko bunga, toko kerajinan, dan lain-lain. Costumer adalah pelanggan sebagai end user. Dari proses bisnis ini, ruang lingkup pemasaran ekspor UMKM terbatas hingga pihak ketiga atau broker. Kurangnya informasi dan akses pasar yang dimiliki pelaku UMKM mengakibatkan munculnya pihak ketiga yang mengumpulkan barang-barang dengan harga lebih murah untuk diekspor dengan harga yang lebih mahal (Isnawati, 2010:1).

Suppliers

Manufacture

Broker/ Mediator

Consumer

Costumer

Gambar 4.1. Rantai nilai proses bisnis ekspor UMKM Sumber. Data Pengolahan oleh Panulis 2. 2 Analisis Strategi Pemasaran UMKM yang Dapat Diimplementasikan. Dampak dari rantai nilai di atas akan menyebabkan harga produk akan meningkat tiap melewati satu rantai nilai. Dengan menerapkan cooperative online marketing berbasis web 2.0 akan menghilangkan peran broker/ pihak ketiga, sehingga akan meningkatkan keuntungan dengan menjual langsung kepada konsumen (Direct to Costumer). Selain itu, dengan menjual secara online, pelaku UMKM akan dapat memperluas pangsa pasarnya tanpa harus bergantung pada broker, terutama pangsa pasar di 10 negara peserta ACFTA, yaitu China, Thailand, Singapura, Fhilippina, Brunei Darussalam, Malaysia, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja. Target pengunjung pada situs web 2.0 yang diterapkan adalah consumer dan costumer luar negeri yang mengimpor produk yang dihasilkan UMKM dari program OVOP, seperti produk asesoris, produk tanaman, produk kerajinan, dan produk lainnya.

24

2. 3

Model Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 yang Dapat Diimplementasikan 2. 3. 1 Mekanisme Marketing Pemenuhan Pesanan melalui Cooperative

UMKM kuota UMKM Produk A membeli pembeli Produk B Harga : Kuantitas : Pembayaran: kuota UMKM kuota UMKM kuota UMKM kuota

Produk C

OVOP

Gambar 4.2. Sistematika Pemenuhan Pesanan untuk Produk OVOP Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis Mekanisme sistem cooperative marketing yang diusulkan penulis adalah seperti bagan di atas. Penjelasannya yaitu: a. 1 OVOP terdiri dari beberapa UMKM yang menjual produk sejenis. b. 1 OVOP memiliki 1 grup cooperative marketing. c. 1 grup cooperative marketing terdiri dari beberapa UMKM sejenis yang tergabung dalam OVOP yang sama. Tidak semua UMKM di dalam 1 OVOP diharuskan mengikuti grup cooperative marketing. d. 1 grup cooperative marketing memiliki 1 divisi pemasaran khusus pasar luar negeri, dimana terdiri dari 1 orang manajer pemasaran dan beberapa staf pemasaran. Manajer pemasaran dapat direkrut dari salah satu pihak UMKM yang terlibat atau outsource.

25

e. Divisi pemasaran bertugas untuk memasarkan produk secara online dengan target pasar konsumen luar negeri. f. Ketika ada penjualan, mekanisme pemenuhan

permintaanya dilakukan secara bergilir dengan kuota yang sama tiap UMKM. Misal: pada tanggal 8 April 2012, terdapat pesanan dari retailer China terhadap kerajinan lampu hias dari bahan enceng gondok yang dikelola oleh OVOP Endok. OVOP Endok terdiri dari 25 UMKM sejenis. Pesanan dari China berjumlah 200 buah lampu hias. Sedangkan kuota pemenuhan pesanan masingmasing UMKM adalah 50 buah. Maka UMKM pertama mendapat jatah memenuhi pesanan berjumlah 50 buah, lalu 50 pesanan berikutnya dilanjutkan oleh UMKM kedua, dan begitu seterusnya hingga total jumlah pesanan terpenuhi. Ketika ada pesanan berikutnya, maka

pemenuhan permintaan dimulai dari UMKM yang mendapat giliran selanjutnya dengan jatah yang sama. 2. 3. 2 Analisa Sistem Tahap analisis sistem yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan dari sistem yang akan digunakan untuk mengembangkan model sistem pemasaran online berbasis web 2.0. website yang diusulkan penulis untuk dijadikan pusat pemasaran produk-produk OVOP secara online adalah www.ovop.or.id yang saat ini dikelola oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Masing-masing OVOP memiliki part domain dengan format:

www.namaovop.ovop.or.id,misalnya www.endok.ovop.or. id. Untuk memaksimalkan pemasaran, part domain ini juga terhubung dengan situs penting lainnya seperti situs milik Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,

Kadin, dan situs lainnya. Pihak-pihak yang terlibat didalam part domain website ini antara lain:

26

a. Administrator Berperan sebagai user yang memiliki hak akses tertinggi kedalam sistem (super user). Memiliki

wewenang untuk mengatur konten website, memasukkan informasi kluster OVOP di Indonesia, dan pelaku industri. Penulis mengusulkan Kementerian perindustrian yang merupakan pengelola OVOP sejak tahun 2009 atau Kementerian Koperasi dan UKM yang merupakan perintis program OVOP sejak tahun 2008 dan pengelola website www.ovop.or.id sebagai Administrator website yang akan dijadikan sebagai tools untuk pemasaran dengan target konsumen luar negeri terutama negara peserta ACFTA. b. Dinas UMKM Terkait Dinas terkait seperti Dinas Perindustrian Provinsi berperan sebagai user yang bertugas untuk membuat aktivitas dan men untuk pelaku industri UMKM, seperti pameran luar negeri. c. Pelaku Industri UMKM yang Tergabung dalam OVOP Pelaku Industri UMKM berperan sebagai user yang memiliki account yang dapat masuk ke dalam sistem. Masing-masing account memiliki akses untuk

menginputkan produk-produk yang dijual, memasarkan produk mereka, berkomunikasi dengan guest, dan melakukan proses jual beli secara online. d. Guest Pengunjung atau tamu yang mengakses website untuk mendapatkan informasi umum produk dan melakukan pembelian secara online.

27

2. 3. 3

Desain Sistem Tahap desain sistem bertujuan untuk menetapkan entitas data yang dibutuhkan oleh sistem, pemodelan sistem dengan gambaran proses dan aliran data yang terjadi. a. Arsitektur dan Infrastruktur Sistem Pihak-pihak yang terlibat dalam arsitektur sistem antara lain administrator (super user), dinas terkait, pelaku UMKM, dan end user sebagai pembeli online. Hasil dari perancangan ini diharapkan dapat ditranslasikan ke dalam kode program.

Gambar 4.3. Arsitektur Umum Sistem Sumber: Pengolahan Data oleh Pengusaha

Performa website sangat bergantung pada konektivitas, database dan infrastruktur yang dimiliki. Konektivitas jaringan harus 24 jam dan dapat diakses dimana dan kapan saja. Database yang dipillih harus mampu mengakomodasi trafik dan transaksi besar yang masuk, baik dipasang secara standalone, maupun menggunakan konsep replikasi. Beberapa penyedia database server yang dapat digunakan antara lain mySQL (data sangat besar), SQL server (data besar), Oracle (data sedang), dan Ms. Acces (data kecil). Komputer server bisa menggunakan mainframe, personal komputer, atau mikro
28

komputer, seperti IBM, MAC, dan sebagainya. Sedangkan untuk konfigurasi servernya bisa menggunakan sistem operasi Linux ataupun Windows. b. Pembuatan Sitemap Sitemap adalah susunan menu atau hierarki menu dari situs yang menggambarkan isi dari setiap halaman dan link atau navigasi tiap halaman pada suatu situs web (Prihatna, Henky 2006, Webmaster Profesional, hal 51). Sitemap dari halaman web dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4. Sitemap www.ovop.or.id Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis

29

b. 1

Home, merupakan halaman muka dari sistem yang bisa dilihat oleh user atau guest. Tampilan halaman muka berbeda-beda tergantung dari aktor yang mengakses.

b. 2

Tentang OVOP, merupakan halaman yang berisi informasi mengenai inkubator bisnis.

b. 3

Produk OVOP, merupakan part domain dari grup OVOP yang menerapkan cooperative online marketing. Tiap OVOP memiliki sitemap yang sama, terdiri dari deskripsi produk, katalog produk, kontak OVOP dan halaman untuk membeli produk. Untuk melakukan kegiatan pembelian, guest harus login terlebih dahulu untuk masuk ke account pribadi. Deskripsi dan katalog produk dapat diakses tanpa harus login terlebih dahulu.

b. 4

Sign Up, merupakan halaman untuk mendaftarkan diri menjadi anggota. Sign up dapat dilakukan oleh administrator, dinas terkait, pelaku UMKM yang tergabung dalam grup OVOP, dan guest yang ingin melakukan pembelian.

b. 5

Login,

merupakan

file

yang

menangani

proses

authentifikasi user pada sistem. Bila username/ password tidak cocok dengan database, maka sistem akan menolak. Bila username/ password cocok dengan database, maka user akan masuk ke dalam account pribadinya. b. 6 Konten lainnya, seperti bahasa, pencarian, forum diskusi, info terbaru, dan lainnya. c. Desain User Interface Web Desain web disesuaikan dengan sitemap yang telah dirancang. Pada part domain yang dimiliki tiap OVOP memiliki user interface seperti Gambar 4.5. Pada halaman katalog produk terdapat deskripsi masing-masing produk yang dijual, lengkap dengan gambar, harga, tombol beli, dan komentar tentang produk.
30

Gambar 4.5. layout halaman katalog (Bahasa) Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis

Gambar 4.8 Layout halaman buy (English) Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis

31

Penerapan penjualan berbasis web 2.0 ada pada entitas beli di halaman katalog masing-masing part domain OVOP (Gambar 4.6), dimana akan menampilkan halaman transaksi permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Tawar menawar dilakukan secara langsung dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh skala pelaku UMKM maupun oleh pelanggan, seperti bahasa Inggris umum. Pada halaman beli, terdapat kolom-kolom yang berisi product, price/ unit, quantity, dan total price yang diisi oleh penjual dan pembeli. Karena salah satu target pasarnya adalah consumer, maka sebaiknya dibuat halaman yang berisi kolom tawar menawar antara penjual dan pembeli. Kolom tawar menawar ini dibuat untuk memfasilitasi consumer yang memesan dalam jumlah banyak agar mendapatkan harga lebih murah tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan kekuatan penawaran dan permintaan. Dengan adanya kolom tersebut, akan menghasilkan interkasi antara penjual dan pembeli sampai pada titik keseimbangan. Setelah harga disepakati/ deal oleh masingmasing pihak, maka akan muncul layout seperti Gambar 4.7.

Gambar 4.7. layout halaman "shopping cart" (English) Sumber: Pengolahan Data oleh Sumber

32

Produk yang dibeli akan dipindahkan ke keranjang pembelian atau shopping cart. Pelanggan bisa membatalkan pembelian pada pilihan remove. Setelah memperbaiki list pembelian, maka pembeli melanjutkan dengan mengisi formulir pembayaran seperti pada Gambar 4.8.

Gambar 4.10. Layout halaman Pay with Credit Card (english) Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis Setelah merancang semua layout yang diperlukan, maka dilanjutkan dengan tahap scripting, yaitu mengubah hasil design ke dalam bahasa web, atau pemograman. Scripting dapat dibuat dengan menggunakan jasa IT programmer.

33

d. Pengujian Web Pengujian web adalah serangkaian aktivitas yang dapat direncanakan dan dilakukan secara sistematis untuk menemukan kesalahan (Pressman, 2010: 450). Pengujian ini merujuk pada pertanyaan apakah web 2.0 untuk program OVOP telah dibangun dengan benar (verification) dan apakah programmer membangun website tersebut yang benar (validation). Pengujian ini dapat dilakukan oleh programmer yang merancang bahasa pemograman web maupun pengguna. Pengujian ini dilakukan agar fungsi-fungsi yang ada didalamnya dapat berjalan dengan baik. 2. 4 Pelatihan kepada UMKM Pelatihan yang diberikan antara lain mengenai cara implementasi, tawar menawar melalui internet, bertransaksi melalui kartu kredit atau PayPal, dan pemeliharaan website. Karena setiap OVOP terdiri dari beberapa UMKM, maka setelah web 2.0 berhasil dibangun dan diuji, pemerintah membuka pendaftaran bagi setiap UMKM masing-masing OVOP yang ingin bergabung dan menjalankan kerjasama marketing dalam satu website yang terhubung dengan website induk, yaitu www.ovop.or.id.

Gambar 4.11. Skema Pendaftaran OVOP Sumber: Pengolahan Data oleh Penulis
34

Pelatihan hanya diberikan kepada UMKM yang bergabung dalam menjalankan website. Pelatihan ini diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM atau Kementerian Perindustrian sebagai pihak yang bertugas untuk mengembangkan OVOP dalam rangka meningkatkan kompetensi sumber daya manusia UMKM di bidang teknologi. Skema pendaftaran dapat dilihat pada gambar 4.11. 2. 5 Implementasi Cooperative Online Marketing berbasis Web 2.0 Implementasi hanya dapat dilakukan setelah web memenuhi standar kualitas dan suskesnya pelatihan yang diberikan. Standar kualitas web tersebut antara lain kualitas konten, fungsi, kehandalan, kesesuaian, daya tahan, layanan, dan persepsi (Pressman, 2010: 401). Mekanisme pemenuhan pesanan dapat dipahami oleh pelaku UMKM setelah diberikan pelatihan implementasi. Setelah memenuhi standar tersebut, maka masing-masing OVOP dapat mengimplementasikan websitenya. 2. 6 Promosi Setelah web siap untuk digunakan dan UMKM telah mendapatkan pelatihan, maka tahap promosi sangat penting untuk dilakukan. Pada tahap ini, output yang diharapkan adalah pengunjung yang banyak dan tepat, artinya website OVOP dikunjungi oleh consumer dan costumer dari 10 negara peserta ACFTA. Tahap promosi ini dapat dilakukan secara gratis maupun komersil. Promosi website gratis, seperti mencantumkan link website OVOP pada web milik instansi pemerintahan seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, KADIN, dan sebagainya. Selain itu, pameran dan temu usaha yang diikuti UMKM bisa menjadi peluang untuk melakukan promosi website. Promosi website komersil dapat dilakukan dengan cara memasang iklan di website yang bersifat global seperti www.yahoo.com, www.qq.com dan www.taobao.com yang merupakan salah satu toko online terbesar di China.
35

2. 7

Pemeliharaan dan Keamanan Web Dunia web tidak hanya memberikan keuntungan bagi banyak orang, seperti pebisnis, praktisi IT, sampai kalangan profesional, namun juga mengakibatkan meningkatnya usaha-usaha pelanggaran dalam beragam bentuk (Prihatna, 2006: 285). Beberapa hal yang bisa mengamankan web server dengan tindakan preventif dan korektif antara lain seperti memasang firewall, antivirus, internet monitoring, back up data, enkripsi data, disaster planning, security awareness program, secure sign on, dan lain-lain.

3. Manfaat

Cooperative

Online

Marketing

Berbasis

Web

2.0

dalam

Mengoptimalkan Program OVOP untuk Pengembangan Akses Pasar Ekspor UMKM Indonesia. Cooperative Online Marketing Berbasis Web 2.0 memiliki beberapa manfaat untuk meningkatkan akses pasar ekspor UMKM, antara lain : 3. 1 Teknologi internet dapat menghilangkan batasan ruang dan waktu sehingga memberikan kesempatan bagi setiap UMKM untuk

memasarkan dan menjual produknya di pasar luar negeri, terutama pasar ASEAN dan China. 3. 2 Web 2.0 memungkinkan pengguna untuk tidak hanya mendapatkan informasi, namun dapat saling berinteraksi dengan mudah antar pengguna lain (many-to-many). 3. 3 Tampilan yang user friendly akan memberikan kemudahan transaksi bagi pengelola dan pengguna yang dalam hal ini merupakan penjual dan pembeli. 3. 4 Menghilangkan peran broker/ pihak ketiga sehingga kenaikan harga produk dapat dikurangi. Dengan harga yang lebih murah, maka UMKM mampu bersaing secara harga dengan produk luar negeri yang sejenis. 3. 5 Dengan implementasi penjualan ekspor yang berbasis kerjasama pemasaran (cooperative online marketing), maka akan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM lokal sejenis yang tergabung dalam OVOP.

36

PENUTUP

1.

Kesimpulan Kesimpulan karya tulis ini antara lain: 1. 1 Program OVOP adalah suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dan sumber daya lokal. Pemerintah juga memiliki Top Rencana Kegiatan Peningkatan Daya Saing Ekspor berupa pendekatan langsung dan tidak langsung untuk

memaksimalkan program OVOP ini. Sehingga diharapkan terjadi peningkatan jumlah ekspor nasional terhadap negara peserta ACFTA. Namun setelah diberlakukan sejak tahun 2009, OVOP belum mampu meningkatkan pangsa pasar ekspor UMKM di 10 negara ASEAN dan China. Ini terlihat dari perbandingan tingkat ekspor Indonesia ke 3 negara, yaitu China, Thailand, dan Singapura yang lebih lebih kecil dibanding impornya. Begitu juga dengan pangsa pasar Indonesia terhadap 3 negara tersebut. 1. 2 Rantai nilai yang umumnya dimiliki UMKM saat ini masih memanfaatkan pihak ketiga untuk memenuhi permintaan luar negeri. ini menyebabkan harga lebih mahal karena melewati perantara pihak ketiga. Untuk itu diperlukan kerjasama antar UMKM sejenis di masing-masing OVOP untuk memenuhi permintaan luar negeri melalui metode pemenuhan bergilir (cooperative marketing) dengan penjualan berbasis web 2.0 yang bersifat many to many dan user friendly. 1. 3 Kerjasama pemasaran yang dilakukan UMKM dalam satu OVOP dapat mengurangi biaya, seperti biaya promosi, pengadaan bahan baku, dan biaya lainnya. Penerapan penjualan berbasis web 2.0 terlihat dari kolom tawar menawar antar UMKM dan consumer di halaman beli. Dengan adanya kolom tersebut, akan menghasilkan interaksi secara langsung sampai pada titik keseimbangan. Pada akhirnya
37

melalui cooperative online marketing, produk UMKM akan dapat bersaing di pasar luar negeri karena terjadi peningkatan efisiensi biaya dan kemudahan usaha pemasaran. 2. Saran Ide dalam karya tulis ilmiah ini dapat memberi masukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini adalah pihak UMKM dan pihak Pemerintah. Pelaku UMKM yang ikut serta dalam program OVOP dapat mempertimbangkan untuk mengikuti kerjasama melalui metode pemenuhan bergilir dengan penjualan berbasis web 2.0 agar dapat meningkatkan pangsa pasar luar negeri, terutama China, Thailand, dan Singapura. UMKM pun sebaiknya memanfaatkan momen-momen penting yang bisa meningkatkan kesadaran konsumen akan website penjualan yang dimiliki, seperti saat pelaksanaan pameran dalam dan luar negeri. Sedangkan bagi pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan UKM sebagai pengelola OVOP harus ikut mendukung implementasi ide ini dengan cara menyediakan domain, hosting, server, dan infrastruktur lain yang mendukung web 2.0 serta memberikan pelatihan peningkatan kompetensi SDM, terutama dalam bidang IT kepada UMKM yang bergabung.

38

AKHIR

1. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Perdagangan. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Chaffey, D. (2002). E-business and e-commerce management. Harlow, UK: Financial Times/Prentice Hall. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. (2010). Sosialisasi dan Pembekalan Materi Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) Beasiswa. Bandung: Kementerian Perindustrian RI. Fauzan, Erich Emmerling. (2008). Pengaruh Implementasi Konsep Web 2.0 Pada Portal Web Terhadap Jumlah Pengunjung Dan Perkembangan Portal. Thesis Master pada BINUS Jakarta. Herawati, Vica. (2010). Analisis Pengaruh ACFTA terhadap Kinerja Keuangan yang dilihat dari Kinerja Keuangan yang Dilihat dari Penjualan pada UKM Tekstil di Pekalongan. Bandung: Repository UPI. Isnawati. (2010). Akses Pasar Ekspor UKM Masih Lemah. [online] http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/04/11/51626 April 2012]. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (2011). Program OVOP akan cakup 100 daerah. [online] [8

http://www.depkop.go.id/index.php?option= com_content&view=article&id=594:program-ovop-cakup-100daerah&catid =50:bind-berita&Itemid=97 [7 April 2012]. Laudon, Kenneth C dan Traver, Carol Guercio. (2009). E-commerce. New Jersey: Prentice Hall.

39

Mulia, Welly. (2008). 1 Juta Rupiah Pertama Anda lewat Internet. [Online] www.1jutarupiah.com/special-report-1-juta-rupiah-pertama.pdf [6 April 2012]. Pressman, Roger. (2010). Software Engineering. Singapore: Mc Graw Hill. Prihatna, Henky. (2005). Kiat Praktis Menjadi Webmaster dan Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sinaga, Pariaman. (2010). Kajian Awal terhadap Kebijakan ACFTA dan Kaitannya dengan KUKM. Makalah Kebijakan ACFTA, Jakarta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Tesoriero, Anthony. (2000). Coperative Marketing. [Online].

www.lookingfit.com/ articles/2000 /02/cooperative-marketing.aspx [6 April 2012] Wallas, Graham (1926). The Art of Thought dalam Neti Budiwati (2012), Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. [online] http://file.upi.edu/ Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/1963022119870 32-NETI_BUDIWATI/Model_Pembelajaran_Ekonomi-Neti_Budiwati.pdf [15 April 2012] West, Travis. (2008). Cooperative Marketing: What does It Take? Is It for You?. Ohio: The Ohio State University. Zikmund, William G. (2010). Business Research Methods. Canada: South Western.

40

Anda mungkin juga menyukai