Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN PANCASILA

4/4/2017
UMAR ANWAR, SH., M.Si., M.H.
1
Pengertian Filsafat
 Filsafat berasal dari istilah kata yang berasal dari
bahasa Yunani Philosophia.
Filsafat berasal dari dua suku kata yakni :
kata philo, philos, philein dan sophia, philo
artinya cinta/pecinta/mencintai / orang yang
mencintai, dan sophia adalah kebijaksanaan,
kearifan, hakikat kebenaran atau hikmah,
Dari tata bahasanya filsafat berarti orang yang
mencintai atau mendambakan masalah-masalah
yang terkait dengan kebijaksanaan dan
kebenaran (a loveer of wisdom).
4/4/2017 2
Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H.
Arti Filsafat Secara Etimologi
Philein dan sophos artinya mencintai hal-
hal yg bersifat bijaksana
 Bijaksana dimaksudkan sbg kata sifat
Philos (cinta atau suka) dan sophia
(kebijaksanaa, pengetahuan, hikmah)
Philosophia artinya Cinta pd kebijaksanaan
Kebijaksanaan dimaksud sbg kata benda

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 3
M.H.
Ciri-ciri Berpikir Filsafat
Radikal; sampai ke akar persoalan
Kritis; tanggap thd persoalan yg berkembang
Rasional; sejauh dpt dijangkau akal manusia
Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi.
Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
Koheren; runtut, berurutan.
Konsisten; berpikir lurus/tdk berlawanan.
Sistematis; saling berkaitan.
Metodis; ada cara utk memperoleh kebenaran.
Komprehensif; menyeluruh
Bebas & bertanggungjawab

Pancasila, Dosen: Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 4


Filsafat dilihat dr pengertian praktis

• Filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir


• Berfilsafat artinya berfikir
• Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan
sunguh-sungguh
• Filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang
mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya
• Jadi dengan kata lain bahwa : Filsafat adalah ilmu yg
mempelajari dg sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu.
Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,
4/4/2017 5
M.H.
FILSAFAT SEBAGAI ILMU
• Dikatakan filsafat sbg ilmu krn dlm pengertian
filsafat terkandung 4 pertanyaan ilmiah yaitu:
– bagaimanakah
– mengapakah
– ke manakah
– apakah
• Ilmu-ilmu yg lain selain filsafat bergerak dari
tidak tahu kepada tahu selanjutnya kpd
hakekat

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 6
M.H.
Filsafat

Pertama kali digunakan oleh Phytagoras


(582-496 SM).
Seorang ahli pikir dan pelopor matematika
yang menganggap bahwa intisari dan
hakikat dari semesta ini adalah bilangan.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 7
M.H.
Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat:

1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata


heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran tersebut
mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika
ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama
bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar terbatas
pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 8
M.H.
Orang yang mencintai pengetahuan bijaksana
adalah orang yang mencintai kebenaran.
Cinta kebenaran adalah karakteristik dari setiap
filsuf dari dahulu sampai sekarang.
Filsuf dalam mencari kebijaksanaan,
mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-
dalamnya.
Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya
diharapkan merupakan pengetahuan yang paling
bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati
kesempurnaan.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 9
M.H.
Beberapa pengertian filsafat menurut beberapa
filsuf, yaitu antara lain:
1) Plato (427-347 SM); filsafat adalah pengetahuan tentang
segala yang ada atau ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli;
2) Aristoteles (384-322 SM); filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda;
3) Marcus Tullius Cicero (106-43 SM); filsafat adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-
usaha untuk mencapainya;

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 10
M.H.
Lanjutan ………….
4) Immanuel Kant (1724-1804); filsafat itu ilmu
pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya empat
persoalan, yaitu: “apakah yang dapat kita
ketahui? (dijawab oleh metafisika), apakah
yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh
etika), sampai di manakah pengharapan kita?
(dijawab oleh antropologi)”.

4/4/2017 Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 11


Dalam pengertiannya sebagai pengetahuan yang menembus dasar-
dasar terakhir dari segala sesuatu, filsafat memiliki empat cabang
keilmuan yang utama, yaitu:
1) Metafisika; cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang-
ada dan yang mungkin-ada.
 Metafisika terdiri atas metafisika umum yang selanjutnya disebut sebagai
ontologi, yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu yang ada, dan
metafisika khusus yang terbagi dalam teodesi yang membahas adanya
Tuhan, kosmologi yang membahas adanya alam semesta, dan antropologi
metafisik yang membahas adanya manusia.
2) Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan.
Dalam epistemologi, terkandung pertanyaan-pertanyaan mendasar
tentang pengetahuan, seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita
untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu yang kita percaya
dapat diketahui, dan apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan
yang dianggap benar.

4/4/2017 Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 12


3) Aksiologi; cabang filsafat yang menelusuri hakikat nilai.
Dalam aksiologi terdapat etika yang membahas hakikat nilai
baik-buruk, dan estetika yang membahas nilai-nilai keindahan.
Dalam etika, dipelajari dasar-dasar benar- salah dan baik-
buruk dengan pertimbangan- pertimbangan moral secara
fundamental dan praktis. Sedangkan dalam estetika, dipelajari
kriteria-kriteria yang mengantarkan sesuatu dapat disebut
indah.
4) Logika; cabang filsafat yang memuat aturan-aturan
berpikir rasional. Logika mengajarkan manusia untuk
menelusuri struktur-struktur argumen yang mengandung
kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan
manusia berdasarkan bukti-buktinya. Bagi para filsuf, logika
merupakan alat utama yang digunakan dalam meluruskan
pertimbangan-pertimbangan rasional

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,
4/4/2017 13
M.H.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
• Pancasila merupakan
Hasil perenungan itu secara
filsafat bangsa Indonesia
resmi disahkan bersamaan
mengandung pengertian
dengan Undang-Undang
sebagai hasil perenungan
Dasar Negara Republik
mendalam dari para tokoh
Indonesia (UUD NRI) tahun
pendiri negara (the
1945 oleh Panitia Persiapan
founding fathers) ketika
Kemerdekaan Indonesia
berusaha menggali nilai-
(PPKI) pada 18 Agustus 1945
nilai dasar dan merumuskan
sebagai Dasar Filsafat Negara
dasar negara untuk di
Republik Indonesia.
atasnya didirikan negara
Republik Indonesia.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 14
M.H.
Nilai-Nilai Pancasila dirumuskan dari sumber nilai
utama yaitu:

1. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal,


mutlak, dan abadi pada Tuhan Yang Maha Esa yang
tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran
agama dalam kitab suci.
2. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang
merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur
budaya masyarakat (inti kesatuan adat-istiadat
yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

4/4/2017 Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 15


Pengertian suatu sistem memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) suatu kesatuan bagian-bagian;
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi
sendiri-sendiri;
3) Saling berhubungan, saling ketergantungan;
4) kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan bersama (tujuan sistem); dan
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang
kompleks.

4/4/2017 Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 16


• Kelima sila tersebut saling berhubungan
membentuk satu kesatuan sistem yang
dalam proses bekerjanya saling melengkapi
dalam mencapai tujuan.
• Meskipun setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, memiliki
fungsi sendiri-sendiri, namun memiliki tujuan
tertentu yang sama, yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 17
M.H.
Menurut Darmodihardjo (1979: 86), Pancasila adalah
ideologi yang memiliki kekhasan, yaitu:
1) Kekhasan pertama, Tuhan Yang Maha Esa
sebab Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti
bahwa manusia Indonesia percaya adanya Tuhan;
2) Kekhasan kedua, penghargaan kepada sesama
umat manusia apapun suku bangsa dan bahasanya;
3) Kekhasan ketiga, bangsa Indonesia menjunjung
tinggi persatuan bangsa;
4) Kekhasan keempat, kehidupan manusia
Indonesia bermasyarakat dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi; dan
5) Kekhasan kelima, keadilan sosial bagi hidup bersama.
Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,
4/4/2017 18
M.H.
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki dasar
ontologis, epistemologis, dan aksiologis, seperti
diuraikan di bawah ini:
1. Dasar Ontologis Pancasila
 Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa
pengetahuan filsafat itu sebenarnya.
 Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak mono-pluralis.
 Manusia Indonesia menjadi dasar adanya Pancasila.
 Manusia Indonesia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas
susunan kodrat raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan, 2002:72).

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 19
M.H.
2. Dasar Epistemologis Pancasila
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalan dan radikal tentang asal mula pengetahuan, structure,
metode, dan validitas pengetahuan.
Epistemologi Pancasila terkait dengan sumber dasar pengetahuan
Pancasila. Eksistensi Pancasila dibangun sebagai abstraksi dan
penyederhanaan terhadap realitas yang ada dalam masyarakat bangsa
Indonesia dengan lingkungan yang heterogen, multikultur, dan
multietnik dengan cara menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan
kesamaan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
bangsa Indonesia .
Dasar epistemologis Pancasila juga berkait erat dengan dasar ontologis
Pancasila karena pengetahuan Pancasila berpijak pada hakikat manusia
yang menjadi pendukung pokok Pancasila .
Menurut tinjauan epistemologis, Pancasila mengakui kebenaran
pengetahuan yang bersumber dari wahyu atau agama serta kebenaran
yang bersumber pada akal pikiran manusia serta kebenaran yang
bersifat empiris berdasarkan pada pengalaman.
Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,
4/4/2017 20
M.H.
3. Dasar Aksiologis Pancasila
 Aksiologi adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai.
 Dari aspek aksiologi, Pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia
Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila bukan nilai yang ada
dengan sendirinya (given value) melainkan nilai yang diciptakan (created
value) oleh manusia Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa
dimengerti dengan mengenal manusia Indonesia dan latar belakangnya.
 Nilai intrinsik Pancasila adalah hasil perpaduan antara nilai asli milik
bangsa Indonesia dan nilai yang diambil dari budaya luar Indonesia, baik
yang diserap pada saat Indonesia memasuki masa sejarah abad IV
Masehi, masa imperialis, maupun yang diambil oleh para kaum
cendekiawan Soekarno, Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan para
pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil nilai-nilai modern saat
belajar ke negara Belanda.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 21
M.H.
 Pancasila sebagai nilai instrumental (Ekstrinsik) mengandung imperatif
dan menjadi arah bahwa dalam proses mewujudkan cita-cita negara bangsa,
seharusnya menyesuaikan dengan sifat- sifat yang ada dalam nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Sebagai nilai instrumental, Pancasila tidak hanya mencerminkan identitas
manusia Indonesia, melainkan juga berfungsi sebagai cara (mean) dalam
mencapai tujuan, bahwa dalam mewujudkan cita-cita negara bangsa,
Indonesia menggunakan cara-cara yang berketuhanan, berketuhanan yang
adil dan beradab, berpersatuan, berkerakyatan yang menghargai
musyawarah dalam mencapai mufakat, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 Pancasila juga mencerminkan nilai realitas dan idealitas. Pancasila
mencerminkan nilai realitas, karena di dalam sila-sila Pancasila berisi nilai
yang sudah dipraktekkan dalam hidup sehari-hari oleh bangsa Indonesia. Di
samping mengandung nilai realitas, sila-sila Pancasila berisi nilai-nilai
idealitas, yaitu nilai yang diinginkan untuk dicapai.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 22
M.H.
Hakikat Sila-Sila Pancasila
 Kata ‘hakikat’ dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu dan yang mewujudkan
sesuatu itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
1. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat
umum yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak
berubah. Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata:
 Ketuhanan,
 Kemanusiaan,
 Persatuan,
 Kerakyatan, Dan
 Keadilan.
Menurut bentuknya, Pancasila terdiri atas kata-kata dasar Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil yang dibubuhi awalan dan akhiran, berupa
ke dan an.

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 23
M.H.
2. Hakikat pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus, artinya
terikat kepada barang sesuatu. Hakikat pribadi Pancasila
menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada
bangsa Indonesia, yaitu
adat istiadat,
nilai-nilai agama,
nilai-nilai kebudayaan,
sifat dan
karakter yang melekat pada bangsa Indonesia sehingga
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain di
dunia.
Sifat-sifat dan ciri-ciri ini tetap melekat dan ada pada bangsa
Indonesia. Hakikat pribadi inilah yang realisasinya sering
disebut sebagai kepribadian, dan totalitas kongkritnya disebut
kepribadian Pancasila.
Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,
4/4/2017 24
M.H.
3) Hakikat kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana
dalam kenyataannya.
• Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila
sebagai dasar filsafat negara.
• Dalam realisasinya, Pancasila adalah pedoman praktis, yaitu
dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara,
bangsa dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan
sehari- hari, tempat, keadaan dan waktu.
• Dengan realisasi hakikat kongkrit itu, pelaksanaan Pancasila
dalam kehidupan negara setiap hari bersifat dinamis,
antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan,
serta perubahan zaman

Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si.,


4/4/2017 25
M.H.
TERIMA KASIH

4/4/2017 Pancasila, Dosen : Umar Anwar, S.H., M.Si., M.H. 26

Anda mungkin juga menyukai