Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK

REVIEW
MODEL-MODEL
KONSELING

NILAI:

MODEL-MODEL KONSELING

(MODEL-MODEL KONSELING/Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd)

NAMA MAHASISWA/I : AMALIA DWI PRATIWI

NIM : 1203351016

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd

MATA KULIAH :MODEL-MODEL KONSELING (Teori Dan Praktik)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MEI 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Review (CBR)
Mata Kuliah Model-model Konseling. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana kita
membutuhkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Munir,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Model-Model Konseling dan juga
kepada semua pihak yang telah mendukung saya sehingga Critical Book Review
ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Critical Book Review ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan, karena status saya yang masih dalam tahap belajar.
Oleh karena itu sayamengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Critical BookReview ini.
Semoga Critical Book Review ini dapat memberikan informasi dan
bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Medan, 21 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………….
1.3 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………
BAB II ISI BUKU
2.1 Identitas Buku………………………………………………………………………………
2.2 Ringkasan Buku……………………………………………………………………………
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kelemahan Buku……………………………………………………………………………
3.2 Kelebihan Buku………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………
4.2 Saran……………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan bimbingan konseling di diselenggarakan dalam rangka suatu program
bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan
terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Suatu program bimbingan dan konseling
dapat disusun dengan berdasarkan pada suatu kerangka berfikir dan pola dasar
pelaksanaan tertentu.
Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk membantu klien atau anak
bimbing untuk mengatasi problematikanya dalam berbagai bidang yang dihadapinya.
Pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan perkembangan keidupan manusia
yang semakain kompleks, maka bimbingan dan konselingpun berkembang sesuai
dengan kehidupan masyarakat.
Dalam mengembangkan model-model bimbingan konseling, terbentuk beberapa
bidang bimbingan konseling yang diantaranya bimbingan individual atau perseorangan,
bimbingan sosial, dan bimbingan konseling kelompok.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memahami tentang Materi dalam Buku yang di ulas
2. Mengkritik sebuah buku yang di report
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku yang di report

1.3 Manfaat Penulisan


1. Untuk Menambah Wawasan tentang Model-Model dalam Bimbingan Konseling dari
buku yang di review
2. Untuk menambah wawasan dalam mengkritik sebuah buku
BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
Judul : Model-Model Konseling
Edisi :-
Pengarang : Prof. Dr. Abdul Munir M.Pd.
Penerbit :-
Kota terbit : Medan
Tahun terbit : 2015
Jumlah halaman : vi + 266 Halaman
ISBN :-
2.2 Ringkasan Isi Buku
BAB I : Konseling: Suatu Pengantar
Buku ini mengemukakan beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh calon
guru bimbingan dan kanseling atau calon konselor dalam memahami berbagai
konsep tentang konseling. İstilah konseling yang dipadu menjadi suatu model-
model secara lebih terarah. İstilah model konseling yang digunakan dalam bü kü
ini dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai konsep dasar tentang
pandangannya tentang tingkah laku manusia, dan pribadİ yang bermasalah,
kognisi, emosi, motivasi dan pengenalan kompetensi antar pribadi yang dapat
digunakan dalam membantu konselor memahami dirinya sendiri dan konseli
secara lebih baik dan lebih efektif. Sedangkan yang lainnya istilah "konseling”
digunakan untuk menjelaskan tentang tujuan konseling, proses bantuan, teknik
dan metode yang dapat digunakan dalam membantu konseli memahami dirinya
sendiri.
Suatu hubungan konseling, seorang konselor harus memiliki pemahaman
menyeluruh tentang konseli yang dibantunya. Pemahaman tersebut dapat
direalisasikan dengan dukungan dari pengetahuannya tentang konseling.
Pengetahuan ini dapat dipandang sebagai usaha membantu bilamana konselor
belum memiliki pemahaman tentang konseling. Di samping itu, konselor juga
harus menjaga agar suasana konseling tidak dipengaruhi oleh suasana hubungan
lain yang telah ada sebelumnya. nusalnya hubungan teman, hubungan atasan
dan bawahan, dan sebagainya.
Konseling bukan hanya sebuah peristiwa di antara dua individu, namun
juga merupakan institusi sosial yang tertanam dalam kultur masyarakat modern.
Konseling adalah sebuah pekerjaan, disiplin keilmuan atau profesi. Di Inggris,
dijumpai adanya Standing Council for Adncementr of Counselling (SCAC)
didirikan tahun 1971, kemudian berubah menjadi British Association of
Counselling (BAC) tahun 1976. Akhirnya berubah menjadi British Associaton of
Counselling and Psychotherapy (BACP) tahun 2001.
Gambaran ini menunjukkan indikasi semakin berkembangnya
pertumbuhan konseling. Di samping itu, terdapat orang-orang yang aktif di
organisasi sosial yang menawarkan konseling baik yang profesional maupun
nonprofessional. Konseling mengidentifikasikan hubungan profesional antara
konselor terlatih dengan konseli. Hubungan ini biasanya bersifat individu ke
individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang. Menurut Burk
dan Stemre (1979) menyatakan konseling didesain untuk menolong konseli
memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan dan untuk
membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination) mereka melalui
pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka, dan
melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal.
Hubungan baik yang ditandai dengan pengaplikasian satu atau lebih
model konseling dan satu set keterampilan yang dikenal, dimodifikasi melalui
pengalaman, intuisi, dan faktor interpersonal lainnya terhadap perhartian,
masalah, atau inspirasi konseli yang paling pribadi. Yang terpentmg adalah lebih
bersifat memfasilitasi ketimbang memberi saran atau menekan. Konseling dapat
terjadi dalam jangka waktu yang pendek atau panjang, mengambil tempat, baik
dalam setting organisasi maupun pribadi dan dapat atau tidak dapat tumpang
tindih dengan masalah kesehatan peribadi seseorang, baik yang bersifat praktis
maupun medis.
Menurut Feltham dan Dryden (1993) menyebutkan konseling merupakan
profesi yang nyata yang dicari oleh orang yang berada dalam tekanan atau dalam
kebingungan yang besrat berdiskusi dan mecahkan semua dalam sebuah
hubungan yang lebih terkontrol dan lebih pribadi dibandingkan petemuan, dan
mungkin lebih simpatik/tidak memberikan cap tertentu dibandingkan dengan
hubungan pertolongan dalam praktik medis tradisional atau setting psikiatrik.
Berikut ini beberapa tujuan konseling yang dinyatakan oleh Mc.Leod (2006)
sebagai berikut:
1.Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarahkan kepadda peningkatan kapasitas untuk lebih memilih
control rasional kertimbang perasaan dan tindakam
2.Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain;
misalnya dalam keluarga atau di tempat kerjm
3.Kesadaran diri: Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang
selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih
akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
BAB II : MODEL PSIKOANALISA
A. Pengantar
Psikoanalisa adalah model yang dikembangkan Sigmund Freud dan para
pengikutnya. Model ini membicarakan dan menelaah tentang fungsi dan perilaku
psikologis manusia. Sigmund Freud dilahirkan di Moravia tanggal 6 Mei 1856
dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Hampir 80 tahun
Sigmund Freud menetap di Wina dan baru meninggalkan kota Wina ketika nazi
menaklukkan Austria, Sejak usia muda beliau bercita-cita ingin menjadi ahli
pengetahuan. Dengan keinginan itu, beliau masuk fakultas kedokteran
Universitas Wina dan selesai pada tahun 1881.
Pada awalnya istilah psikoanalisa dipergunakan dalam hubungan dengan
pandangan Sigmund Freud saja. Berikutnya, teori ini banyak pengikutnya,
namun beberapa pengikut Freud kemudian menyimpang dari ajarannya dan
menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisa
dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang
terkenal adalah Carl Gustav Jung yang menciptakan nama "psikologi analitis"
(Analitycal psychology), Carl Roger dengan psikologi berpusat pada orang
(person anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini
disa/urkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya. Kateksis-kateksis pada
tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-
impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan
memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan
kepribadian, namun ia tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam
atau transisi-transisi yang mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap
yang lain. Bentuk akhir organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari
keempat tahap itu.
Pribadi yang Bermasalah
1)Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh-kekacauan dalam berfungsinya
individu yang bersumber_pada : dinamika yang tidak efektifantara id, ego, dan
super ego.
2)proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
Implikasi Model Psikoanalisa dalam Konseling
Psikoanalisa dipandang sebagai pendekatan atau metode terhadap
Bunbingan dan Konseling. Ada beberapa Implikasi teori psikoanalisa terhadap
bimbingan dan konseling. konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam
dirinya ada resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan
faktor afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal. Ada dua hal
yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling, yaitu:
l) Kontrak dan mengatur teknik Didalam kontrak dan mengatur teknik ini lebih
mengarah bagaimana seorang konselor mampu membuat kesepakatan-
kesepakatan dengan konselİ, baik dari sisi batasan waktu untuk memulai dan
mengakhiri, cara menghadapai konseli serta bagaimana konselor mampu
membuat kondisi konseli nyaman namun tidak menyebabkan kecanduan
(addict).
2) Fase pembukaan analitik Dalam fase İni merupakan fase dimana seorang
konselor dituntut untuk mampu mengungkapkan permasalahnnya, sehingga
dalam analisisnya konselor mampu membedakan konseli yang menunjukkan
gejala histeria atau obsesi konseli yang mengalami kelainan tingkah laku. Selain
daripada itü didalam konseling juga terdapat teknik-teknik untuk intervensi
konseling.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
1. Menolong individü mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada
mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri.
2. Membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan
mengembalikan hal-hal yang tak disadarı menjadi sadar kembaii, dengan
menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman
masa anakanak, terutama usia 2-5 tahtın, untuk ditata, disikusikan, dianalisis
dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagı

Deskripsi Proses Konseling


a. Fungsi konselor
1)Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis
2)Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal konseli, dan
bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehingga
konseli dengan mudah dapat memantulkan
Perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.
b. Langkah-langkah yang ditempuh :
1)Menciptakan hubungan kerja dengan konseli
2)Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya
dan melakukan transferensı.
3)Tilikan terhadap masa lalü konseli terutama pada masa kanak-kanaknya
4)Pengembangan reesitensi untuk pemahaman dirikonseli hubungan
transferensl
5)Pengembangan dengan konselor.
6)Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi
7)Menutup wawancara konseling

Proses Konseling Psikoanalisa


Tujuan konseling adalah membentuk kembali struktur karakter individu
dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri konseli. Proses
dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa
kanakkanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa, dan
ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian.
Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa terapi atau analisa bersikap
anonim(tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukan perasaan
dan pengalamanya, sehingga dengan demikian konseli akan memantulkan
perasaanya kepada konselor. Konselor terutam berkenaan dengan membantu
konseli mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribdi yang
lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melaui cara-cara realistis.
BAB III : MODEL PERSON -CENTERED
A.Pengantar
Konseling client (person) centered merupakan model yang dipelopori dan
dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers, salah seorang psikolog
klinis yang sangat menekuni bidang konseling & psikoterapi. Rogers dilahirkan
pada 1920 di Loak Park, Illinois. Rogers memiliki pandangan dasar tentang
manusia yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif,
makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki
potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke
masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment
(memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Filosofi
tentang manusia ini berimplikasi dan menjadi dasar pemikiran dalam praktek
terapi Client (person) centered. Menurut Rogers konsep inti terapi Client
(person) centered adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau
pertumbuhan perwujudan diri.

Konsep Dasar Manusia


Rogers mengungkapkan bahwa terdapat tiga unsur yang sangat esensial
dalam hubungannya dengan kepribadian, yaitu:
1. Self, merupakan persepsi dan nilai-nilai individu tentang dirinya atau hal-hal
lain yang berhubungan dengan dirinya. Suatu konsepsi yang merupakan persepsi
mengenai dirinya I atau "me " dan persepsi hubungan dirinya dengan orang lain
dengan segala aspek kehidupannya. Self meliputi dua hal, yaitu real self
(gambaran sebenarnya tentang dirinya yang nyata) dan ideal self(apa yang
menjadi kesukaan, harapan, atau yang idealisasi tentang dirinya).
2. Medan fenomenal, merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang
diterimanya baik yang disadari maupun tidak disadari. Pengalaman ada yang
bersifat internal yaitu persepsi mengenai dirinya sendiri dan pengalaman yang
bersifat eksternal yaitu persepsi mengenai dunia luarnya. Kita dapat memahami
medan fenomenal seseorang hanya dengan menggunakan kerangka pemikiran
internal individu (internalframe ofreference).
3. Organisme, merupakan keseluruhan totalitas individu, yang meliputi
pemikiran, perilaku dan keadaan fisik. Organisme mempunyai kecenderungan
dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan
mengembangkan diri. bertahun-tahun dan tcrus berubah pada saat penelitian
baru ıncndapatkan pemahaman tentang sifat dasar manusia yang terus
bertambah dan proses terapeutiknya.
Dengan demikian, pendekatan terpusat pada pribadi bukanlah
sepemngkat teknik ataupun dogma. Dengan berakar pada suatu perangkat sikap
dan kepercayaan yang didemonstmsikan oleh tempis maka terapi ini bisa
dikarakterisasikan sebagai cara keberadaan dan sebagai perjalanan yang
samasama mengungkapkan kemanusiaan masing-masing dan saling
berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.

Pribadi yang sehat dan bermasalah


Pribadi yang sehat:
l) Kapasitas untuk memberikan toleransi pada apapun dan siapapun.
2)Menerima dengan senang hati hadimya ketidakpastian dalam hidup
3)Mau menerima diri sendiri dan orang lain.
4)Spontanitas dan kreatif
5)Kebutuhan untuk tidak dicampuri orang lain dan menyendiri
6) mempunyai kepribadian yang tulus pada orang lain.
7) mempunyai rasa humor
8)Terarah dari dalam diri sendiri.
9)Mempunyai sikap yang terbuka terhadap hidup.
10)Mempercayai diri sendiri
11) Adanya keselarasan (kongruensi) antara organisme, ideal self, dan self
concept.

Pribadi bermasalah:
1)Adanya ketidaksesuaian antara persepsi diri dan pengalamannya yang riil
2)Adanya ketidaksesuaian antara bagaimana dia melihat dirinya (self-concept)
dan kenyataan atau kemampuannya.
3)Pribadi yang inkongruensi atau tidak kongruen antara ideal self, self concept,
dan organisme
4)Kesenjangan antara ideal selfdan selfconcept, jika hal ini terjadi akan
menimbulkan khayalan tinggi
5)Kesenjangan antara self concept dan organisme, sehingga dapat menimbulkan
perasaan rendah diri (minder)
6)Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang Iain, dan berbagai peristiwa yang
terjadi di lingkungannya secara objektif
7)Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya,
8)Tidak mampu mengembangkan dirinya kearah aktualisasi diri.
BAB IV : MODEL EKSISTENSIAL HUMANISTIK
A. Pengantar
Psikologi humanistik merupakan salah satu model dalam psikologi yang
muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan
eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun
1950-an, para ahli psikologi, seperti: Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark
Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji
secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang: self (diri),
aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan
sejenisnya.
Teori psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi
manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitikberatkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan.
James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari
psikologi humanistik, yaitu:
l) Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2) Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia
lainnya;

Konsep Dasar Manusia


Pendekatan eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model
utama yang lain, yaitu psikoanalisis dan behaveorisme. Kedudukan psikoanalisis
bahwa kemerdekaan terbatas pada kekuatan-kekuatan dorongan irasional dan
peristiwa yang telah lalu. Kedudukan behaviorisme bahwa kemerdekaan
terbatas oleh pengkondisian sosial budaya. Meskipun terapi eksistensial
menerima premis bahwa pilihan kita terbatas pada keadaan eksternal, terapi
menolak pendapat yang mengatakan bahwa kita ditentukan olehnya. Terapi
eksistensial berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya
bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita Jakukan.
Pandangan eksistensial didasarkan pada model pertumbuhan dan
mengkonsepkan kesehatan bukan keadaan sakit. Seperti yang ditulis Deurzen-
smith (1988), konseling eksistensial tidak dirancang untuk menyembuhkan
seperti tradisi model medis. Konseli tidak dipandang sebagai orang yang sedang
sakit melainkan sebagai orang yang merasa bosan atau kikuk dalam menjalani
konseling eksistensial-humanistik adalah hubungannya dengan konseli. Kualitas
dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus
terjadinya perubahan yang positif

Tujuan Konseling
l) Agar konseli mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar
atas keberadaan dan potensi— potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri
dan benindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai "urusan utama
psikoterapi” dan "nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik: menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang, memikul tanggung jawab untuk memilih,
meluaskan kesadaran diri konseli, dan meningkatkan kesanggupan pilihannya,
yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
2) Membantu konseli agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan
tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekadar korban kekuatan — kekuatan deterministic di luar dirinya.

Hubungan antara Konselor dan Konseli/Konseli


Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan
diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih—alih
pada teknik-teknik yang mempengaruhi konseli. Isi pertemuan terapi adalah
pengalaman konseli sekarang, bukan "masalah" konseli. Hubungan dengan orang
Iain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada ''di sini dan sekarang".
Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan
langsung (Gerald Corey. 1988). Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka
terhadap konseli, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan
keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan
perjalanan yang ditempuh konselor dan konsele/konseli, suatu perjalanan
pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan konseli.
BAB V : MODEL ADLERIAN (KONSELING INDIVIDUAL)
A. Pengantar
Alfred Adler lahir pada 7 Februari 1870 Anak kedua dari enam
bersaudara, dan tumbuh di pingglran kota Vienna. Konseling Adlerian di
kembangkan Oleh Alfred Adler dan para pengikutnya berdasarkan teori
psikologi individual Adler. Pada awalnya Adler adalah murid Freud yang
kemudian memisahkan diri bersama- sama dengan murid Freud yang Iain, Carl G
Jung, karena tidak sependa pat dengan dengan beberapa konsep teortik freud
khususnya tentang seksualitas dan determinan biologis atau genetik Jung sendiri
juga mengembangkan suatu teori psikologi yang agak berbeda dengan Freud,
yang ia beri nama psikologi analitik. Antara teori Freud dan Adler memiliki
perbedaan dalam beberapa hal. Teori freud memusatkan perhatian pada
psikodinamika individual pada individu-individu neurotik, sedangkan Adler
lebih memusatkan perhatian pada bidang sosial dan politikdan masyarakat
umum.
Pandangan Adler menekankan pada kebulatan kepribadian (unity of
personality) yang menegaskan bahwa manusia hanya dapat di pahami sebagai
suatu entitas yang lengkap dan utuh. Pandangan ini mendukung sifat keterahan
perilaku ( pada tujuan tertentu), yang menegaskan bahwa apa yang ingin dituju
maupun bersaing untuk menjadi yang pertama. Jika kemampuan anak tidak
membawa cukup pengakuan dan perhatian, dia mungkin merasa sangat kecewa.
Adler tidak menaruh aturan tetap untuk perkembangan. Sebagaimana telah
tercatat, anak tidak akan secara otomatis memperoleh satu dan hanya satu
macam sifat sebagai hasil dari urutan kelahiran. Apa yang dia sarankan adalah
kemungkinan dari perkembangan gaya hidup yang pasti sebagai fungsi dari
salah satu posisi di dalam keluarga. Individu harus selalu belajar di dalam
hubungannya dengan orang Iain, karena hubungan social secara dini digunakan
oleh diri yang kreatif dalam menata gaya hidup.

Konsep Tentang Manusia


Adler meyakini bahwa individu memulai hidupnya dengan kelemahan
fisik yang mengaktifkan perasaan inferior. Inferiorita bagi Adler diartikan
sebagai perasaan lemah dan tidak cakap dalam menghadapi tugas yang harus
diselesaikan. Inferiorita merupakan suatu perasaan yang menggerakkan orang
untuk berjuang menjadi superioritas.
Pada tahun 1908, Adler (Hall & Lindzey, 1993) telah mencapai
kesimpulan bahwa agresi lebih penting dari pada seksualitas. Kemudian impuls
agresi itu diganti dengan 'hasrat akan kekuasaan'. Adler mengidentifikasikan
kekuasaan dengan sifat maskulin dan kelemahan dengan sifat feminim. Pada
tahap pemikiran inilah dia mengemukakan ide tentang 'protes maskulin', yaitu
suatu bentuk kompensasai berlebihan yang dilakukan baik oleh pria maupun
wanita, juga mereka merasa tidak mampu dan rendah diri. Kemudian, Adler
menggantikan 'hasrat akan kekuasaan' dengan 'pequangan ke arah superioritas
yang tetap dipakainya untuk seterusnya. Jadi, ada tiga tahap dalam pemikiran
Adler tentang tujuan final manusia, yaitu menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan
menjadi superior.
Superioritas menurut Adler merupakan suatu gerak yang mengarahkan
manusia ke jenjang yang lebih sukses, terutama kesuksesan dalam konteks
sosial. Hal ini kemudian diistilahkannya dengan 'perjuangan menjadi sukses',
suatu perjuangan yang dilandasi oleh motivasi sosial yang kuat yang telah
berkembang sebelumnya. Adler menegaskan bahwa perjuangan ini pada
dasarnya merupakan bawaan, bahwa ia menjadi bagian internal dari hidup,
bahkan merupakan hidup itu sendiri. Lebih lanjut, dia berasumsi bahwa semua
perjuangan tersebut-meski memiliki motivasi yang berbeda-, tetapi semuanya
diarahkan menuju tujuan final (final goal).
BAB VI : MODEL TINGKAH LAKU BEHAVIOR
A.Pengantar
Teori Behavior adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar
dan tidak memperhatikan pada proses berpikir seseorang. Menurut teori ini,
belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan
paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon
tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses Stimulus-Respon (SR)
yaitu dorongan, rangsangan, respon serta penguatan. Menurut teori Behavior,
manusia adalah produk dan produsen (penghasil) dari lingkungannya.
Pandangan ini tidak tergantung pada asumsi deterministik bahwa manusia
adalah produk belaka dari pengkondisian sosiokultural mereka. Manusia
dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah.
Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiap perilaku dapat dipelajari.
Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkahlakunya sendiri, dan dapat
mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau
dapat mempengaruhi orang Iain. Terapi behavior bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat sehingga mereka memiliki lebih banyak pilihan untuk
merespon.

Konsep-Konsep Utama Model Behavior


Terapi tingkah laku atau behavioristik ini merupakan penerapan aneka
ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.
Teori belajar behaviorıstik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan
kematangan. Teori ini lalü berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran İni menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individü yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Teori Belajar Behavioristik


Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon- Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal Iain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakam Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konknt, yaitu
yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun
aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).Ada
tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakm (I) hukum efek; (2)
hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991).
Ciri-ciri Model Behavior
Terapi tingkah laku,berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi
lainnya. hal ini ditandai oleh: (a) Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yg
tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment,
(c) perumusan prosedur treatment yg spesifik yg sesuai dengan masalah dan (d)
penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.
Terapi tingkah laku tidak berlandaskan konsep yg sistematik, juga tidak berakar
pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik Sekalipun memiliki banyak
teknik,terapi tingkah laku hanya memiliki sedikit konsep. Ia adalah suatu
pendekatan induktif yg berlandaskan eksperimen-eksperimen, dan menerapkan
metode eksperimental pada proses terapiutik. Pertanyaan terapis boleh jadi,
”Tingkah laku spesifik apa yg oleh individu ini ingin diubah, dan tingkah laku
baru yg bagaimana yg ingin dipelajarinya?” kekhususan ini membutuhkan suatu
pengamatan yg cermat atas tingkah laku konseli.
BAB VII : MODEL REALITA
A.Pengantar
Teori realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925
dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio.
Pertumbuhannya relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai
lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke
perguruan tinggi. la memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang rekayasa
kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari case western reserve university. la
menikah setelah tamat sarjana muda dan setelah sekolah dokter ia memindah
keluarganya ke west coast karena memperoleh perumahan di UCLA. la membuat
rumah pribadi di California Selatan.
Pada tahun 1957, Glasser menduduki posisi kepala spikiatri di California,
menangani kenakalan remaja putri Ventura. la mulai menerapkan konsep-
konsepnya yang telah dimulai di V.A. Hospital. la menerapkan program yang
menempatkan tanggungjawab situasi sesaat bagi remaja-remaja putri ini dan
tanggungjawab atas masa depannya Aturanaturan di lembaga ini diperbaharui
yakni mengutamakan kebebasan dan memperlunak konsekuensi dari
pelanggaran. Hukuman dibatasi dari program. Bila remaja putri ini melanggar
peraturan tidak dihukum namun juga tidak .

Konsep Dasar Tentang Manusia


Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Yang memiliki kebutuhan
dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup
(survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi
(power or achievemenl), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or
independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). Glesser (2000) meyakini
bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai
merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya. Keberhasilan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada
dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan
individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang
memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan
prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan .reality (Ramli, 1994). Right
merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan
apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang
Iain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis
dan alamiah dari suatu perilaku.
BAB VIII: MODEL RASIONAL EMOTIF
A. Pengantar
Rational Emotive Theory (RET) mulai dikembangan di Amerika pada
tahun 1960-an Oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Alili dalam Psikologi
terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian.
Corak konseling rasional emotif berasal dari aliran pendekatan kognitif
behavioristik. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001: 92) berpandangan bahwa
RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian
menetap di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau telah
sembilan kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya
mendapat penyakit renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis
pada umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan Yang aktif
karena beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa
menjaganya. Menyadari beliau bisa mengkonseling orang dengan baik dan
gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli
psikologi. Selepas delapan tahun tamat di perguruan tinggi, beliau memasuki
program psikologi klinikal di Perguruan Columbia.

Konsep Dasar Tentang Manusia


Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan
bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
berpikir dan berongkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Rcaksi
emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan
filosofi yang disadari maupun tidak disadan. Hambatan psikologis atau
emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh
dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoieh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir
secara irrasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang
tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat
menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta
penolakan diri lituus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang
dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang
rasional. RET lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi
pada kognitif-tingkahlaku-tindakan dalam arti ia menitikberatkan berfikir,
menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. RET sangat didaktik dan
direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran
ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Rasional emotif adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek-objek yang manusia betemosi tanpa berpikir. Sebagai akibatnya,
mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di
masa \ampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan
dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau
Yang pasif.
BAB IX: MODEL ANALISA TRANSAKSIONAL
A. Pengantar
Analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1961). Eric
Berne merupakan ahli ilmu jiwa terkenal di Amerika, lahir di Montreal 10 Mei
1910, memulai kanrnya sebagai psikiatris tahun 1941 sebagai psikoanalisis.
Namun pada akhirnya berne menciptakan teori baru karena kecewa dengan
pelaksanaan psikoanalisa yang membutuhkan waktu lama sampai bertahun
tahun dalam menganalisa pasien. Gagasan tentang AT mulai dikenalkan ke
publik tahun 1949 melalui makalah yang berjudul the nature ofintuition", tetapi
dalam tulisan tersebut konsep AT belum dirumuskan dengan jelas. Konsep AT
secara resmi mulai diperkenalkan pada berbagai forum ilmiah, antara lain pada "
weatern regional meeting ofthe american group psychoteraphy association " di
Los Angles Amerika Serikat tahun 1957 melalui makalah yang berjudul "
Transctional Analysis : A New and effective Method OfGroup Therapy".
Eric berne melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan akhirnya
beme merumuskan hasil percobaanya itu dalam suatu teori yang disebut "
Analisis Transaksional dalam psikoterapi" yang diterbitkan pada tahun 1961,
selanjutnya tahunl 964 dia menulis pula tentang " games people play " dan tahun
1966 menerbitkan "Princples of Group treatment". Pengikut Eric Berne adalah
Thomas Harris, Mc Neel J. dan R.Grinkers. Sejak kematian Berne, 1970,
pengikutnya selalu berupaya mengembangkan AT ini. AT yang pada mulanya
dipergunakan Berne untuk terapi kelompok, sekarang telah meluas pula untuk
terapi Individual dan tersebar Iuas baik di Amerika Serikat maupun di Amerika
Selatan, Eropa, India atau Jepang.

Hakikat Manusia
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah
A. .Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan-dorongan
untuk memperoleh sentuhan atau "stroke"
B. Kehidupan manusia bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti
deterministik).
C. Manusia mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu &
kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan
kembali keputusan yang pernah diambil.
D. Manusia mempunyai kebebasan untuk memilih & dalam tingkat kesadaran
tertentu indivu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan hidupnya.

Pribadi sehat dan bermasalah


Pribadi sehat
Dałam pandangan teori ini kepribadian individu yang sehat adalah
sebagai berikut:
a)Memiliki posisi kehidupan I'M ok — You 're OK
b)Status ego berfungsi secara tepat
c)Relatifbebas dari script
d)Memahami dirinya dan orang lain

Pribadi bermasalah
Kepribadian yang dipandang tidak normal menurut teori ini adalah sebagai
berikut:
a)Posisi kehidupan I'am not OK — You 're OK
b)Posisi kehidupan I'am OK — You 're not OK
c)Posisi kehidupan I'am not OK — You 're not OK
d)Kontaminasi status ego
e)Eksklusi (batas status ego yang kaku)
BAB X: MODEL GESTALT
A. Pengantar
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola,
ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori
teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian
sensasi meniadi bagian-bagian kecil. Perintis teori Gestalt ini iaiah Chr. Von
Ehrenfels, dengan karyanya "Uber Gestal/qua/ü alion" (1890). Teori ini dibangun
Oleh tiga orang, Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Mereka
menyimpulkan bahwa seseorang cendetung mempersepsikan apa yang terlihat
dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang
berlawanan dengan konsepsi ahran-aliran Iain . Bagi yang mengikuti aliran
Gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi
itu yang primer ialah keseluruhan , sedangkan bagian-bagiannya adalah
sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain ;
keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Contohnya
kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejahuan yang kita
saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru melainan teman kita itu
secara keseluruhan selanjutnya baru kemudian kita saksikan adanya hal-hal
khusus (bagian-bagian) tertentu misalnya baju yang baru.

Konsep Dasar
Di Sini dan Sekarang (Here and Now)
Perls mengatakan bahwa ”kekuatan ada pada masa kini” (power is in the
present). Pendekatan gestalt mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu
tidak ada kecuali yang ada pada masa sekarang, karena masa lalu telah berlalu
dan masa depan belum sampai, hanya masa sekarang yang penting. Pendekataan
gestalt mengapresiasi pengalaman pada masa ini. Menurut gestalt, kebanyakan
orang kehilangan kekuatan masa sekarang, karena individu menginvestasikan
energłnya untuk mengeluh tentang kesalahan masa lalu dan bergulat pada
resolusi dan rencana masa depan yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itu,
kekuatan individu untuk melihat masa sekarang menjadi berkurang bahkan
hilang. Selanjutnya Perls berpendapat bahwa kecemasan yang dialami individu
terjadi karena ada jarak antara kenyataan masa sekarang deng harapan masa
yang akan datang. Menurutnya ketika individu memulai berpikir, merasa dan
bertindak dari masa kini namun dikuasai oleh harapan-harapan masa depan.
Kecemasan yang dialami individu diakibatkan oleh harapan katastropik dan
harapan anastropik. Harapan katastropik, yaitu kecemasan akan kejadian-
kejadian buruk dan tidak menyenangkan yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Harapan anastropik, yaitu harapan-harapan yang berlebihan bahwa
halhal yang baik dan menyenangkan akan terjadi di masa depan .

Teknik Konseling
Hubungan personal antara konselor dengan konseli merupakan inti yang
perlu diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu,
teknik-teknik yang dilaksanakan selama proses konsel ing berlangsung adalah
merupakan alat yang penting untuk membantu konseli memperoleh kesadaran
secara penuh.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
a)Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu konseli tetapi tidak akau bisa mengubah konseli, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak
merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting. Masa
lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula
konselor tidak pernah bertanya "mengapa".
BAB XI: MODEL KOGNITIF PERILAKU (COGNITIVE BEHAVIOR)
A. Pengantar
Menurut Gerald Corey (2005), konseling perilaku (Counselling Behavior)
adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar. Penerapan prinsip-prinsip belajar ini berakar pada teori
pengkondisian klasik dari İvan Pavlov maupun teori pengkondisian operan dari
B.F. Skinner. Konseling Kognitif Perilaku, merupakan penggabungan teknik-
teknik dari perspektif perilaku dengan teknik-teknik dari perspektif kognitif,
karena dalam perkembangannya para praktisi model konseling perilaku
menyadari, adanya keterbatasan dalam teori-teori belajar dan mengakui peran
kognisi, dalam mempengaruhi perilaku. Corey (2005) mengemukakan bahwa
dalam behaveoristik kontomporer terdapat empat konsep teori yang
mengembangkan behavioristik, yaitu: (l) classical conditioning, (2) operant
conditioning, (3) social learning theory, dan (4) cognilive behavior Iherapy.
Corey selanjutnya mengemukakan bahwa dalam perkembangan konsep ini di
tahun tahun 1980-an peran emosi ditekankan, dua hal yang sangat penting untuk
dikembangkan dalam behaviorisme adalah: (l) cognitive behavior therapy
sebagai kekuatan utama, dan (2) mengaplikasikan teknik terapi behavioral untuk
mencegah dan memberi perlakuan pada medical disorders.
Berdasarkan paparan defimsl mengenal CBT, maka dapat dtsimpulkan
bahwa CBT adalah pendekatan konseling yang menitlk beratkan pada
restrukturisasi atau pembenahan kogmtlf yang menyimpang akibat kejadian
yang merugikan dtrinya baik secara fisik maupun psikis.
CBT merupakan Layanan yang dilakukan untuk menmgkatkan dan merawat
kesehatan mental. Layanan ini akan diarahkan kepada modifikasl fungsi berpikir,
merasa dan bertindak dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil
keputusan, bertanya, bertindak dan memutuskan kembali. Sedangkan
pendekatan pada aspek behavior (perilaku) diarahkan untuk membangun
hubungan yang baik antara situasi permasaiahan dengan kebiasaan merespon
masalah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan Dan Kelemahan
A. Kelebihan
1)Dilihat dari sistematika buku, buku ini dapat dikatakan baik dikarenakan
terdapat kata pengantar sampai dengan daftar pustaka.
2) Materi mengenai model-model konseling dipaparkan dengan jelas.
3) Dikarenakan ini adalah buku tentang model-model dalam bimbingan
konseling maka dipaparkan jelas dalam buku ini 10 model-model
konseling.
B. Kelemahan
1) buku ini tidak dicantumkan ISBNnya
2) masih ada penulisan kata atau kalimat dalam buku ini yang typo.
3)buku ini terlihat sangat simple dikarenakan semua isi buku hanya
terdapat tulisan-tulisan saja tidak terdapat gambar-gambar yang dapat
menarik perhatian para pembacanya.
4) Jika dilihat dari tampilan kualitas buku, buku ini sangat mudah sekali
lepas dari lem nya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam buku ini pembahasan mengenai Model-model konseling
merupakan mata kuliah yang wajib diajarkan kepada pelajar dan mahasiswa
khususnya pada prodi bimbingan dan konseling. Mereka wajib mengetahui mulai
dari model-model konseling yang pertama sampai akhir. Karena ini sebagai
bekal bagi para calon konselor nantinya.
Konseling merupakan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang
terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien
yang mengahadapi masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang
dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan agar klien mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu tumbuhkembang ke arah yang dipilihnya,
sehingga klien mampu mengembangkan dirinya ke arahpeningkatan kualitas
kehidupan sehari-hari yang efektif (effektive daily living). Hubungan dalam
proses konseling terjadi dalam suasana profesional dengan menyediakan kondisi
yang kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.
B. Saran
Buku ini dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai sumber referensi tugas
perkuliahan. Terutama tentang Model-Model konseling. Tetapi ,jika ada buku
lain yang lebih lengkap kualitas materinya daripada buku ini,juga bisa di
gunakan sebagai sumber referensi tugas perkuliahan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Abdul Munir, Model-model Konseling Teori Dan Praktik .Medan:-.

Anda mungkin juga menyukai