Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN STRATEGI JOYFULL LEARNING DALAM MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 9 PADA MATA PELAJARAN


FIQIH DI MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL PONOROGO TAHUN AJARAN
2022-2023

Dibuat oleh :

Muhammad Fajar 402019111024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

2022 1443 H
A. Latar belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa
dan Negara.1

Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seharusnya aspek ini menjadi
perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat indonesia
yang berkualitas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di
sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan
adanya peencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha
perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal
dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi
harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap
ilmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah
melalui proses pembelajaran di sekolah.2

Proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan aktivitas


dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pendekatan pendekatan yang diberikan
oleh guru untuk pengembangan kreativitas peserta didik. Namun pada kenyataannya guru
lebih menekankan kegiatan pembelajaran dalam ranah kognitif saja sehingga aspek-aspek
lainnya seperti ranah afektif dan psikomotorik kurang mendapatkan perhatian oleh guru
dan peserta didik hanya memfokuskan pembelajarannya pada taraf pengetahuan saja.3

1
UU SISDIKNAS, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SPN,
(Bandung: Fokusmedia, 2006), h. 2.
2
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003 ), h. 123
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 50
Pada dasarnya pekerjaan guru adalah mengkomunikasikan pengalaman kepada
siswa tetapi kerap kali guru mengajarkan dengan menggunakan ceramah, yakni hanya
dengan menggunakan kata-kata saja yang akibatnya siswa kurang memahami hal-hal
yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain, siswa terjebak dalam kondisi pengajaran
yang verbalistik.4

Menurut Dryden dan Vos yang dikutip oleh Darmansyah mengungkapkan bahwa
bila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang kelas dapat menjadi
“rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencari
tempat mereka belajar, mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami
kegembiraan dan kepuasaan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. 5 Dari uraian di
atas, strategi pembelajaran harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, seperti kutipan di atas mampu menjadi “rumah” yang memberikan
suasana yang nyaman tempat mengalami kegembiraan. Bahwa mengubah sikap negatif
siswa bisa dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan supaya membuat siswa
lebih mudah dan siap belajar.

Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi
agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mangena pada tujuan yang
diharapkan. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria


berikut :

1. Orientasi strategi pada tujuan pembelajaran


2. Relevan dengan isi/materi pembelajaran
3. Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin

4
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 201
5
Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2011), 11.
Dicapai.
4. Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta
didik secara simultan dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.6

Pada dasarnya materi pembelajaran akan mudah diterima siswa apabila siswa
memiliki keaktifan dan rasa ingin tahu yang tinggi yang didukung oleh metode yang tepat
yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Siswa dapat menemukan ide pokok materi, memecahkan masalah dan
mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata.

Aktifitas belajar akan berhasil apabila berdasarkan motivasi pada diri peserta
didik itu sendiri. Jika guru memaksakan dalam KBM (kegiatan belajar mengajar), peserta
didik akan merasa tertekan dan hasilnya materi yang diajarkan hanya akan masuk telinga
kanan dan keluar dari telinga kiri begitu saja. Tugas guru yang berat adalah berupaya
agar peserta didik mau belajar dan memiliki keinginan belajar secara berkelanjutan tanpa
dibatasi waktu.

Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari kurikulum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Peraturan Menteri Agama RI.
Peraturan Menteri Agama RI sebagaiman dimaksud adalah kurikulum operasional yang
telah disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sehingga
kurikulum ini sangat beragam.7

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang
mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman
tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan
taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan
tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam.

6
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.3
7
Bakhrul Ulum, Mata Pelajaran Fiqih, (24 Februari 2013). http://blogeulum.blogspot.com/2013/02/mata-
pelajaran-fiqih.html
Muhammadiyah Boarding School (MBS) Jetis – Ponorogo merupakan salah satu
Pondok Pesantren Modern yang terletak di Jalan Jendral Sudirman Nomor 72 Jetis –
Ponorogo – Jawa Timur. MBS dalam praktik pendidikannya menggunakan perpaduan
Kurikulum, yaitu kurikulum Pondok Pesantren dan kurikulum Pendidikan umum. 8 MBS
sendiri memiliki banyak keunggulan seperti memadukan Pendidikan sekolah umum,
pesantren, madrasah dan menyeimbangkan kurikulum diantaranya seperti yang telah
dijelaskan , lalu meminimalisir pengaruh negatif yang terjadi di luar lingkungan ma’had,
dikarenakan santrinya mendapatkan pengawasan dan bimbingan penuh selama 24 jam,
kemudian proses pembelajarannya yang bilingual dipadukan antara Bahasa arab, Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia, terdapat juga pengembagnan minat dan bakat, dan
program tahfidz beserta terjemahannya.9
Berdasarkan hasil interview pra survey pada tanggal 15 September 2022 yang
dilakukan melalui wawancara pada Muhammadiyah Boarding School Ponorogo dengan
guru mata pelajaran Fiqh kelas 9 dalam pembelajarannya, menjelaskan bahwasannya
dalam proses belajar mengajar beliau menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan
penugasan dalam proses pembelajaran di kelas dan menggunakan media pembelajaran
whiteboard, spidol, dan buku cetak. Selain itu, juga siswa yang tidak memperhatikan guru
saat pemnbelajaran, kemudian banyak juga siswa yang masih mengantuk Ketika
pembelajaran di kelas, dan terdapat juga siswa yang diberi tugas oleh guru tetapi tidak
mengerjakannya.
Adapun jumlah siswa kelas 9 di Muhammadiyah Boarding School yaitu Dua
puluh siswa, yang terbagi menjadi tiga belas laki-laki dan tujuh perempuan. Dan
beberapa nilai dari mereka ada yang masih mendapatkan dibawah rata-rata, dihitung
terdapat sebelas siswa dan siswi yang masih mendapatkan nilai dibawah rata-rata.
Sedangkan rata-rata pada pelajaran Fiqih yaitu 5 (lima). 10 Dilihat dari keadaan tersebut
maka peneliti menerapkan strategi pembelajaran yang menyenangkan yaitu strategi
Joyfull Learning agar dapat meningkatkan dalam pembelajaran Fiqih pada kelas 9 di
Muhammadiyah Boarding.

8
https://pondokmbsjetis.wordpress.com/about/, 17 september 2022
9
https://web.facebook.com/hani.mbs, 17 september 2022
10
Hasil wawancara, 14 September 2022
Salah satu alternatif model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan
kondisi belajar yang menyenangkan, tanpa beban, dan aktif melibatkan siswa adalah
Joyful Learning atau pembelajaran menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan (Joyfull
Learning) adalah suatu poses pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat
peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses pembelajaran.
Joyful Learning dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir, membangun
sendiri konsep materi pelajaran serta kemampuan merumuskan kesimpulan pada siswa
dan menghadapkan siswa kepada suatu keadaan yang menyenangkan sehingga dapat
membuat siswa menyukai materi yang diberikan karena proses belajar didesain lebih
dinamis, menekankan hal-hal visual, dan menyenangkan. Joyful Learning berpengaruh
besar pada prestasi siswa, prestasi siswa akan meningkat dengan digunakannya Joyful
Learning. Joyful Learning merupakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan
keterampilan dan pemahaman siswa, dengan penekanan pada belajar sambil bekerja
(learning by
doing).11

Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dan


menyusun laporan dengan judul “ PENERAPAN STRATEGI JOYFULL LEARNING
DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 9
PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL
PONOROGO TAHUN AJARAN 2022-2023”

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan strategi joyfull learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
9 pada mata pelajaran Fiqih di Muhammadiyah Boarding School Ponorogo?
2. Apakah penerapan strategi joyfull learning dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas 9
pada mata pelajaran Fiqih di Muhammadiyah Boarding School Ponorogo?
11
Aprilia Intan Permatasari, Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Joyful Learning
Dengan Metode Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Siswa
Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Simo. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2017 dari situs:
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/download/3314/2330
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa setelah menerapkan strategi joyfull
learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas 9 pada mata pelajaran fiqih di
muhammadiyah boarding school ponorogo
2. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran setelah menerapkan
strategi joyfull learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas 9 pada mata
pelajaran fiqih di muhammadiyah boarding school ponorogo

D. Manfaat

1. Bagi guru
model pembelajaran Joyful Learning, dapat diterapkan oleh guru sebagai bahan proses
belajar mengajar dan upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Bagi peserta didik


diharapkan pembelajaran model pembelajaran Joyfull Learning, peserta didik mampu
memahami materi yang di ajarkan

3. Bagi peneliti
sebagai informasi dan pengalaman langsung bagaimana cara memilih pembelajaran yang
sesuai dengan materi sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran.

E. Landasan teori

Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas


berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.12

12
Zainal aqib, Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung :
Yrama Widya,2013) hal 68-69
Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,
dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks
belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam
dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan gurupeserta didik di dalam
bermacam-macam peristiwa belajar.13

1. Pengertian hasil belajar

Menurut Sudjana hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai


hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.14 Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman dan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan.15 Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misal dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Dalam definisi yang lain hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai dengan kriteria tertentu hal ini mengisyaratkan bahwa
objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Terdapat beberapa cara untuk
melihal tingkat pencapaian hasil belajar mata kuliah seseorang siswa, yaitu: (1) hasil
belajar selama di lembaga pendidikan, dan (2) hasil belajar setelah lulus dari lembaga
pendidikan. Sedang kriteria kualitas hasil belajar seseorang sewaktu menjadi siswa,

13
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1-2
14
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), h. 3.
15
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi aksara, 2004), h. 30.
seperti: (a) hasil belajar, (b) integritas, (c) jiwa ilmiah, dan (d) tanggung jawab
profesional. Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk mengukur terhadap integritas
jiwa ilmiah dan tanggung jawab profesional, maka terpaksa tenaga pengajar puas
dengan hasil belajar yang ada dalam bentuk indeks prestasi seseorang siswa.16

Maka kesimpulan yaitu hasil belajar merupakan suatu bukti keberhasilan


usaha yang dapat dicapai oleh seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
memperoleh sesuatu. Jadi hasil belajar penyebab dari suatu aktivitas yang dapat
diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap melalui uji tes atau ujian, perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat
dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan dan kemampuan. Hasil
belajar dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari
hasil belajarnya.

2. Keaktifan Siswa

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, akif adalah giat (bekerja, berusaha),
sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal di mana siswa dapat aktif.
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu
bereaksi dan berinteraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau
kegiatan.17 Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran.

Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat ciri-ciri


sebagai berikut :18
1) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran
2) Pengetahuan dipelajari, dialami dan ditemukan oleh siswa
16
Maryam, Muhammad. Pencapaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial Melalui Minat Belajar
Siswa. Lantanida Journal, Vol. 3 No. 1, 2015. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017 dari situs: http://jurnal.ar
raniry.ac.id/index.php/lantanida/article/view/1441/1057
17
Em Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja, (2014), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Difa Publisher, hal. 36
18
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm.71
3) Mencobakan sendiri konsep-konsep
4) Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya.
Siswa dikatakan aktif jika siswa melakukan sesuatu seperti menulis, membaca
buku paket ataupun literatur lain, siswa berani bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, mengungkapkan pendapat, dsb

Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran


tergolong rendah jika siswa tidak banyak bertanya, aktivitas siswa terbatas pada
mendengarkan dan mencatat, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak
memadahi, rebut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanyasudah
mengerti atau belum.

3. Pengertian strategi joyfull learning

Joyfull Learning berasal dari kata Joyfull yang berarti menyenangkan


sedangkan Learning adalah pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan Joyfull
Learning adalah suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat
peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses pembelajaran.
adapun beberapa definisi tentang model joyfull learning menurut sudut pandang para
ahli,yaitu:
1. Menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran menyenangkan
(joyfull learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya
terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa
ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure).19 Dengan kata
lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang
baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran
2. Menurut (furqon,2010) Joyful learning (pembelajaran yang
menyenangkan) sebenarnya adalah konsep, strategi, dan praktis
pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna,

19
Sidi, Rindiani Repo, and Tri Nova Yunianta. "Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VII pada
Materi Aljabar dengan Menggunakan Strategi Joyful Learning." MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 5, no.
1 (2018).
pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif
(active learning)dan psikologi perkembangan peserta didik.
3. Menurut Paulo Fraire (1997) menyatakan bahwa joyful learning adalah
pembelajaran yang di dalamnya tdk ada lagi tekanan baik tekanan fisik
maupun psiklogis. Tekanan apa pun namanya hanya akan mengerdilkan
pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat
mendorong terciptanya iklim pembelajaran ( Learning climate) yang
kondusif.

Untuk mendukung proses Joyfull Learning maka perlu menyiapkan


lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman, dan nyaman. Ini dimulai
dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan
musik. Ruangan harus terasa pas untuk kegiatan belajar seoptimal mungkin.20

Darmansyah (2011) menyatakan pembelajaran melalui pendekatan Joyful


Learning akan dilaksanakan, maka sebaiknya memperhatikan beberapa faktor sebagai
berikut :

1. Kebermaknaan

Pemahaman akan meningkat bila informasi baru, sesuai dengan gagasan dan
pengetahuan yang telah dikuasai oleh murid, apabila istilah dan konsep sering sulit
dipahami, maka pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu
sendiri

2. Penguatan

Terdiri atas pengulangan oleh guru, dan latihan oleh siswa.. Dalam
pendekatan Joyful Learning, penguatan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan.

20
Bobbi De Porter, Quantum Learning, (Bandung : Kaifa, 2000), h, 8.
3. Umpan balik

Kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang
materi belajar tersebut. Umpan balik sederhana,misalnya koreksi jawaban siswa atas
pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan siswa.

4. Pengertian Pembelajaran Fiqh


A. Pengertian Pembelajaran Fiqh

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau
pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.21 Pembelajaran juga diartikan
sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.
pengertian “Fiqih”, secara bahasa memiliki arti “tahu atau paham”. 22 Paham
yang dimaksudkan adalah upaya aqli dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari AlQur‟an dan As-Sunnah. Menurut Al-Syatibi Fiqih adalah
pemahaman tentang syariah dan penyelidikan tentang syariah atau menegakkan arti
syariah dan aturan-aturan rinci sangat diperlukan.23 Menurut Jasser Audah, Fiqih
merupakan koleksi besar para ulama (pendapat yuridis) yang diturunkan Allah,
berbagai madzhab pemikiran untuk penetapan syariah dalam kehidupan nyata.24
Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran bermuatan pendidikan agama
Islam yang memberikan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam segi hukum Syara‟
dan membimbing peserta agar memiliki keyakinan dan mengetahui hukum-hukum
dalam Islam dengan benar serta membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari.

21
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 128.
22
T.M. Hasbi Ash-Shidqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 15.
23
Muhammah Khalid, of cit
24
Jasser Audah, of cit
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran dan Fikih di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fiqih adalah suatu kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir siswa dalam bidang syari’at Islam dari segi ibadah dan muamamalah baik
dalam konteks asal hukumnya maupun praktiknya.

B. Tujuan Pembelajaran Fiqh

Pembelajaran Fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat


mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.25 Pengetahuan dan pemahaman tersebut
diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Tujuan dari pembelajaran fiqih sendiri adalah menerapkan aturanaturan atau
hukum-hukum syari‟ah dalam kehidupan. Sedangkan tujuan dari penerapan aturan-
aturan itu untuk mendidik manusia agar memiliki sikap dan karakter taqwa dan
menciptakan kemaslahatan bagi manusia.

F. Hasil Penelitian Relevan


Peneltian terdahulu yang relevan pada penelitian ini, yaitu penelitian yang
telah di lakukan oleh :
1. Hasil penelitian Nurina, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Joyfull
Learning dan Gaya Belajar terhadap hasil belajar siswa pada materi Koloid di
SMAN 1 Baitussalam Aceh Besar dalam penelitian ini menunjukkan Penerapan
model pembelajaran joyfull learning terhadap hasil belajar siswa pada materi
Koloid di SMAN 1 Baitussalam Aceh Besar memperoleh hasil yang optimal
sesuai dengan kriteria indicator yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan dari hasil uji t satu sampel (one Sample t Test) diperoleh
hasil yakni nilai signifikan (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima maka dengan demikian hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar audio dalam
25
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Ara Di Madrasah, hal 51.
menerapkan model pembelajaran joyful learning pada materi koloid di 1 SMA
Negeri 1 Baitussalam Aceh Besar. Dengan demikian, disimpulkan bahwasanya
pengaruh model pembelajaran joyfull learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi koloid.
2. Penelitian yang telah dilakukan Hendika Septiawan yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01
Kota Salatiga”. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning mampu menigkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN
Salatiga 01 Kota Salatiga yang tergambar dari sebesar 92,2% siswa lulus KKM.
Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama
menekankan pada Strategi Pembelajaran Joyful Learning dan prestasi belajar
siswa.
3. Hasil penelitian Fajar Arief Wijaya Latief, dengan judul Penerapan Strategi
pembelajaran Joyfull Learning berbantu dengan Humor untuk meingkatkan
prestasi belajar Akuntansi pada kelas XI IPS 3 di MAN 2 Madiun tahun ajaran
2014/2015. Prestasi Belajar Akuntansi secara umum mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II dengan dilaksanakannya Strategi Pembelajaran
JoyfullLearning Berbantu Dengan Humor. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan hasil Prestasi Belajar Akuntansi yang diperoleh melalui pre test dan
post test. Berdasarkan hasil post test, menunjukkan peningkatan nilai rata-rata
Prestasi Belajar Akuntansi darisiklus I sebesar 68,03 menjadi 83,03 pada siklus II,
sedangkan dari tingkat ketuntasan belajar terjadi peningkatan, terlihat dari siklus I
ketuntasan belajar kelas sebesar 57,58% menjadi 87,88% pada siklus II.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Suprianti dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Berbasis Joyful Learning untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan
Hasil Pembelajaran Akuntansi di Kelas XI.IS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disimpulkan
bahwa :
a. Penerapan Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dapatmeningkatkan Kualitas
Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi.
b. Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, Kualitas
Hasil Pembelajaran Akuntansi menunjukkan peningkatan ketuntasan dari 68,75%
pada siklus I menjadi 78,13% pada siklus II.
Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama
menekankan pada Strategi Pembelajaran Joyful Learning.

G. Hipotesis Penelitian

hipotesis sangat dibutuhkan dalam tindak penelitian yang tepat dan dapat
menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Adapun hipotesis pada penelitian ini
adalah sebagai berikut : “Penerapan Strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan
Keaktifan dan Hasil belajar siswa kelas 9 pada mata pelajaran Fiqh di
Muhammadiyah Boarding School Ponorogo tahun ajaran 2022-2023”

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan kelas (PTK), maka prosedur
penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian Tindakan kelas yang dilakukan dalam
proses berdaur atau siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, Tindakan, observasi,
dan refleksi. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang kemudian dilakukan
oleh siswa.26
Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, menurut Masnur
Muslich karakteristik PTK meliputi :27

26
Suharsimi Arikunto,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hal.3.
27
Mansur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)itu Mudah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hal
10
a. Ditinjau dari segi permasalahan, karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat
berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas
yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.
b. Penelitian Tindakan Kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap
persoalan yang terjadi ketika praktik pembelajaran berlangsung
c. Adanya rencana tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki praktik dan
proses pembelajaran di kelas
d. Adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para guru atau
peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk mengobservasi dan merumuskan
persoalan mendasar yang perlu diatasi

Arikunto mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu


pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.28 Berdasarkan jenis
penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya, rancangan atau desain PTK yang
digunakan adalah menggunakan model PTK Kemmis & Mc. Taggart yang dalam
alur penelitiannya yakni meliputi langkah – langkah :
a. Perencanaan (plan).
b. Melaksanakan tindakan (act),
c. Melaksanakan pengamatan (observe), dan
d. Mengadakan refleksi / analisis (reflection).

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan penelitian tindakan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang
guru dalam kelasnya sendiri, untuk memahami praktik pembelajaran yang telah ia
lakukan, kemudian menemukan solusi untuk memperbaiki kinerjanya melalui
refleksi diri guna memperbaiki praktik pembelajaran di kelasnya dan dapat melihat
perubahan dari solusi yang ia temukan tersebut.

a. Teknik Pengumpulan Data

28
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, hal. 3
Dalam penelitian ini sumber data yang utama diperoleh dari
keseluruhan obyek penelitian, yaitu siswa di Muhammadiyah
Boarding School Ponorogo serta guru pada mata pelajaran Fiqh.
Prosedur metode pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Observasi
b) Wawancara
c) Tes
d) Dokumentasi
2. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian Tindakan kelas ini dibagi menjadi 2 tahapan
yaitu :
a. Pendekatan Kuantitatif
Untuk mengetahui adanya peningkatan siklus yang terjadi dalam
penelitian
b. Pendekatan Kualitatif
Untuk memberikan penjelasan bagaimana hasil analisis data tersebut

Menurut Sugiyono (2007) analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
teknilk analisis data lainnya, dengan cara menggabungkan, memilih dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh orang lain.
I. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas , perlu mengikuti garis besar
sistematika yang umum dipakai dalam penelitian. Adapun bagian isi yang terdiri dari
BAB I, II,III,IV, dan V sebagaimana yang diuraikan berikut:
BAB pertama adalah bab pendahuluan meliputi Latar belakang masalah,Rumusan
Masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, Sistematika penulisan.
BAB kedua, yang berisikan landasan teori, telaah penelitian terdahulu, kerangka
berfikir dan hipotesis Tindakan
BAB ketiga merupakan metode penelitian yang berisikan objek penelitian, setting
subjek penelitian, variable penelitian, tekni dan instrument pengumpulan data,
Teknik Analisa data, prosedur penelitian, dan jadwal penelitian.

BAB keempat yaiu penyajian data, analisis dan pembahasan meliputi gambaran
lokasi penelitian, Penjelasan persiklus, penyajian data, analisis data, pembahasan

BAB kelima yaitu simpulan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian dan
saran tindak lanjut penelitian.

Anda mungkin juga menyukai