Anda di halaman 1dari 3

Tanya Wahabi, “Boleh tidak mengamalkan hadits dhoif?


Oleh: Abu Hanin

Di dalam sebuah situs yang terkenal dengan dakwah wahabinya, Muhammad Abduh
Tuasikal, MSc. menuliskan pernyataannya, “Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Saat
ini telah tersebar berbagai macam perkara baru dalam agama ini (baca: bid’ah). Seperti
contohnya adalah acara tahlilan/yasinan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam dan tidak pernah pula dilakukan oleh para sahabatnya. Dan kebanyakan
bid’ah saat ini terjadi dikarenakan tersebarnya hadits dho’if/lemah di tengah-tengah umat.
Contoh dari hadits dho’if tersebut adalah tentang keutamaan surat yasin sehingga orang-orang
membolehkan adanya yasinan.” (Sumber https://rumaysho.com)

Seperti biasa, da’i- da’i penyebar wahabisme di Indonesia ini begitu gagahnya tampil di
media-media sosial, dan dengan lantang memfatwakan sesuatu yang menurut kaca mata
mereka itu salah. Apa yang telah menjadi sebuah kebiasan baik dan telah mengurat mengakar
ditengah masyarakat Indonesia kita mereka buat menjadi sebuah amal yang terkesan
menjijikan, dosa dan harus ditinggalkan. Hal ini tentu menimbulkan banyak kegaduhan di
banyak tempat. Karena pengikut-pengikut mereka, dengan garangnya menyuarakan bid’ahnya
membaca Yasinan di malam Jum’at. Dan jika dalam kondisi mereka mempunyai kuasa terhadap
sebuah masjid, karena menjabat sebagai DKM (Dewan Kemakmuran Masjid), mereka secara
paksa menghentikan program Yasinan malam Jum’at, karena menganggap kegiatan itu adalah
sebuah bid’ah, dan bid’ah adalah sebuah kesesatan. Pelaku bid’ah pantas untuk masuk ke dalam
neraka. Dan mereka (baca: wahabi) ini merasa memiliki kewajiban suci untuk menghentikan
bid’ah yang terjadi. Maka tidak jarang pengikut wahabi yang baru ngaji dua minggu pun, bisa
dengan gagah berani melarang keras orang yang membaca surat Yasin di malam Jum’at.

Dalam tulisan ini penulis tidak coba mencoba mengcounter dengan memberikan dalil-dalil
seputar membaca surat Yasin. Karena bagaimana pun, tidak akan berefek positif. Toh masing-
masing sudah punya keyakinan tersendiri, dan itu tidak akan tergoyahkan. Bagi mereka (baca:
Wahabi), dengan alasan apapun membaca surat Yasin di malam Jum’at itu tidak boleh. Bid’ah.
Karena berasal dari hadits dhoif/lemah.

1
Sebagai pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mari kita iyakan saja pendapat mereka.
Tetapi mari kita pertanyakan bersama, apakah fatwa mereka itu dapat benar-benar dijaga
konsistensinya?

Contoh: Dahulu dari kelompok mereka ini banyak menggaung-gaungkan pembacaan surat
al-Kahfi di malam Jum’at. Terindikasi ini sebagai suara cara agar menggeser tradisi umat Islam
mayoritas untuk membaca surat al-Kahfi alih-alih surat Yasin. Bahkan hal ini menjadi pembeda
dan standarisasi, bagi yang membaca surat al-Kahfi di malam Jum’at adalah ahlus sunah. Dan
bagi yang membaca surat Yasin adalah ahlul bid’ah. Promo-promo mengenai hal ini
berseliweran di berbagai medsos, sehingga orang awam pun banyak yang terpengaruh dan
perlahan meninggalkan tradisi baik yang diwarisi orangtua mereka.

Syekh shalih Fauzan, seorang ulama kebanggaan Wahabi menjelaskan dalam sebuah
video yang diunggah oleh channel shahihFiqih :

ّ ‫ض ْيلَة الشيخ وفّقكم هللا هل الصحيح‬


‫أن قراءة سورة الكهف يوم الجمع ة ليس ت بس نّة ولم يص ّح‬ ِ َ‫ف‬
‫فى ذلك الحديث ؟‬
“Syaikh Yang Mulia-wafaqokumullah-, benarkah membaca surat al-Kahfi di hari Jum’at bukan
sunah? Dan tidak ada hadits shahih mengenainya?”

Jawab Syekh:

‫هي األحاديث فيها ضعيفة ولكن يقولون أنها تتعاضد‬


“Hadits-hadits yang terdapat didalamnya adalah dhoif, tetapi mereka berkata (para ulama) bisa
jadi ada hadits yang menguatkan.”

Lebih lanjut Syekh menjelaskan :

‫أن ما هي بسنّة اليقرأه ا وال ذي ي رى أنّ ه س نّة يقرأه ا نعم األم ر فى ه ذا‬
ّ ‫الذي يرى‬
.‫واسع نعم‬
“Yang menganggap ini bukan sunah silahkan tidak membacanya. Dan yang mengganggap
ini adalah sunah silahkan membacanya, iya, dalam urusan ini luas, iya.”

2
Nah, pembaca bisa menilai sendiri tentang konsistensi pengamalan hadits pengikut
wahabisme ini. Ketika berbicara tentang pembacaan surat Yasin di malam Jum’at mereka keras
sekali menyikapi dengan stempel bid’ahnya, dan tidak boleh mengamalkannya sama sekali.
Sedangkan status hadits dhoif yang disandang surat al-Kahfi dan membacanya di hari Jum’at,
maka mereka sedikit ragu tentang boleh atau tidaknya. Maka dalam video tersebut sang Syekh
memberikan pilihan kepada mereka. Yang menggelitik adalah bahasa yang menyatakan, “yang
mengganggap ini bukan sunah silahkan tidak membacanya!”. Sedangkan kita sudah tahu dan
mafhum bahwa jika ada pernyataan “bukan sunah”, berarti hal itu adalah bid’ah dong?!. Nah
loh (tepok jidat).

Sekarang ini para pengagum fatwa wahabi terbagi dua, tidak membaca surat al-Kahfi di
malam atau di hari Jum’at karena takut “tidak sunah” atau bid’ah (red), dan mereka yang tetap
membaca surat al-Kahfi di malam dan hari Jum’at karena menganggap itu adalah sunah.

Buat kita pengikut Ahlus sunah wal jama’ah, semua ini tidak berarti apa-apa. Karena
ajaran ulama-ulama kita semisal al-Imam Ibnu Hajar Al-Atsqolani dan Imam an-Nawawi dan
banyak yang lainnya memperbolehkan mengamalkan hadits dhoif sebatas fadhoilul a’mal, atau
untuk keperluan pengamalan ibadah. Bukan untuk penentuan hukum halal, haram. Wallahu
a’lam bisshawab.

_Selesai_

Anda mungkin juga menyukai