Anda di halaman 1dari 32

TEORI DAN APLIKASI PRAKTEK KEPERAWATAN CATHERINE COLCABA

1. QUSYAIRI 2214314201162 10. NUGROHO BAGUS P 2214314201181


2. LENDA KUSUMA 2214314201203 11.TUTIK DWI WINARTI 2214314201193
3. FRISTY NUR A. F. 2214314201202 12.HARNING DANASTRI 221431420240
4. YUNITA KUSMA H. 2214314201210 13.ERIK JOHAN 2214314201178
5.VIKI CANDRA I. 2214314201174 14. AGISTA PARAMITHA 214314201194
6. REZA ANDI A.W 2214314201202 15. DETI NOFFITA 2214314201163
7. SHAFIRA QANA B. 2214314201209 16. SYARVEGIO F.2214314291128
8. LINUWIH M S. 2214314201188 17. FARRISKA R.2214314201179
9.FIRA WATI 221431420120

PROGRAM STUDI KHUSUS ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah falsafah
dan teori keperawatan tentang “Katherine Kolcaba: Theory of Comfort” ini. Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal. Kami sebagai penyusun makalah berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang untuk ke depannya dapat
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa kami sebagai penyusun makalah masih terdapat kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami memohon maaf
dan menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Akhir kata
kami berharap semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesionalisme seorang perawat tidak bisa dilepaskan dari pemahamannya tentang
substansi dasar yang terkandung dalam profesi tersebut, antara lain falsafah
keperawatan, paradigma keperawatan, model konseptual serta teori-teori keperawatan.
Falsafah keperawatan memberikan keyakinan, pemikiran, atau landasan mendasar untuk
mengkaji tentang penyebab yang mendasari suatu fenomena keperawatan yang terjadi
dan paradigma keperawatan menjadi dasar penyelesaian suatu fenomena keperawatan
yang ditinjau dari pendekatan konsep manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.
Dalam hal ini terdapat suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara falsafah,
paradigma dengan model konseptual atau teori keperawatan (Tomey & Alligood, 2010).

Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari philosophical
theory atau metha theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory. Teori-
teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari
philosophical theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory yang bersifat
empiris atau lebih konkrit. (Higgins & Moore, 2000; Peterson & Bredow, 2008). Middle
range theory merupakan salah satu tingkat teori yang mulai membahas fenomena secara
lebih konkrit, spesifik, dan dapat dikembangkan untuk menyediakan pedoman pada
tatanan praktik dan penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan karena
memungkinkan untuk diuji secara empiris (Tomey & Alligood, 2010).

Salah satu tokoh keperawatan yang mengembangkan konsep teori pada tingkat middle
range theory adalah Katharine Kolcaba dengan teori kenyamanan. Kolcaba menganggap
penerapan teori kenyamanan bersifat universal dan bisa diaplikasikan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara holistik (biologis, psikologis, sosial, dan spritual).
erdasarkan hal tersebut, perawat perlu memahami hubungan antara falsafah, paradigma
dengan teori keperawatan yang dikembangkan oleh Kolcaba dengan tujuan mampu
menerapkan teori tersebut di lingkup praktik dan penelitian untuk meningkatkan kualitas
hidup klien berdasarkan salah satu kebutuhan dasarnya, yaitu kenyamanan. Pada
kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang teori kenyamanan menurut
Katherine Kolcaba.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk kerangka skematik dan konsep teoritis yang dikembangkan


oleh Katherine Kolcaba ?
2. Apa makna teori yang mendasari komponen yang dicetuskan oleh Katherine
Kolcaba?
3. Bagaimana hubungan teori Comfort oleh Katherine Kolcaba dengan Paradigma
Keperawatan?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan


2. Mempelajari konsep teoritis dan kerangka skematik teori Comfort yang
dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.
3. Mengidentifikasi makna teori yang mendasari setiap komponen dari teori
Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
4. Mengidentifikasi hubungan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine
Kolcaba dengan paradigma keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Biografi Katherine Kolcaba Katharine Kolcaba terlahir sebagai Arnold Katharine


pada 28 Desember 1944, di Cleveland, Ohio. Beliau adalah pendiri program perawat lokal
paroki dan sebagai anggota Asosiasi Perawat Amerika. Saat ini, sebagai associate professor
di University of Akron College of Nursing. Dengan riwayat pendidikan Diploma
keperawatan dari St. Luke’s Hospital School of Nursing pada tahun 1965, lulus M.S.N dari
R.N di the Frances Payne Bolton School of Nursing, Case Western Reserve University pada
tahun 1987, meraih gelar PhD in nursing dan menerima sertifikat sebagai authority clinical
nursing specialist pada tahun 1997, Spesialis dalam bidang Gerontology, Perawatan Paliatif
dan Intervensi Jangka Panjang, Studi Comfort, Pengembangan Instrumen, Teori
Keperawatan, Penelitian Keperawatan. Sebagai kepala unit dementia, berdasar pengalaman,
beliau melakukan pengembangan teori keperawatan untuk mengembangkan Teori
kenyamanan dan praktik : sebuah visi untuk perawatan dan riset kesehatan holistik Riwayat
Penghargaan dan Pengakuan

2.2 Pengembangan Empiris tentang Teori/Model Konseptual Katharine Kolcaba

2.2.1 Sejarah Perkembangan Teori Kenyamanan Kolcaba


Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh seorang
tokoh bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio pada
tanggal 8 Desember 1944. Beliau adalah doktor keperawatan yang menerima
sertifikat sebagai perawat spesialis gerontologi dengan fokus penelitian pada
perawatan paliatif dan perawatan jangka panjang di rumah. Sejak tahun 1900-
1929, sebenarnya kenyamanan klien sudah merupakan tujuan utama dari profesi
perawat dan dokter, karena kenyamanan dianggap sangat menentukan proses
kesembuhan klien. Namun, setelah dekade tersebut, kenyamanan kurang
mendapat perhatian khusus dari pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan lebih
difokuskan pada tindakan pengobatan medis untuk mempercepat kesembuhan
klien. Katharine Kolcaba merupakan tokoh keperawatan yang kemudian
membawa kembali konsep kenyamanan sebagai landasan utama dalam
memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori yaitu “Comfort Theory
and Practice: a Vision for Holistic Health Care and Research”. Saat ini
Kolcaba bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di Fakultas
Keperawatan Universitas Akron dan terus mengembangkan teori kenyamanan
ini secara empiris (March, A. & McCormack, D., 2009).

2.2.2 Konsep Teori Comfort Kolcaba


Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu
intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh ketika
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan terpenuhi (Peterson &
Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan,
intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan, perilaku
pencari kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba dan Di Marco
(2005) hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai
berikut:

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan


1. Health Care Needs Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan
sebagai suatu kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi
pelayanan kesehatan yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima
support system tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik,
psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan
monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang
berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan
dukungan serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang
kuat dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami
oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang
immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan
(relief), ketenangan (ease), dan (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat
kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan.

Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:

a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki


pemenuhan kebutuhan yang spesifik

b. Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan

c.Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas


masalahnya

Gambar 2. Strukrur Taksonomi Kolcaba

Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal


berikut :

a. Fisik,berkenaan dengan sensasi tubuh


b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang
meliputi harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan
hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.
c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari
luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
hubungan sosial.

Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori kenyamanan
terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan
penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati
dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang dirasakan
pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana seseorang individu
mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.

Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar seorang


individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan dengan mekanisme
sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh dalam
merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa alternatif untuk
memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat, merubah posisi, backrub,
kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik. Kenyamanan psikospiritual
dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi
dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-
orang terdekat selama perawatan dan melibatkan keluarga secara aktif dalam
proses kesembuhan klien. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan
dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan
terhadap informasi kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai
dengan budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural
adalah menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak
klien tanpa memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, dan memfasilitasi team work yang mengatasi
kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan dengan budaya klien.
Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang
berhubungan dengan menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan, membatasi
pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan memberikan lingkungan yang
aman bagi klien (Kolcaba, 2006). Hubungan antara tiga tipe kenyamanan dan
empat aspek pengalaman holistik tergambar dalam struktur taksonomi
(terlampir).

2.2.3 Penelitian terkait Teori Kenyamanan Kolcaba


Penelitian-penelitian yang menerapkan teori comfort Kolcaba telah banyak
dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Krinsky, Murillo dan
Johnson tahun 2014 dengan judul “ A practical application of Katharine
Kolcaba’s comfort theory to cardiac patients”. Penelitian ini memberikan
intervensi yang spesifik “quiet time” untuk memberikan kenyamanan kepada
pasien jantung. Penelitian dilakukan oleh March dan McCormack tahun 2009
dengan judul “Nursing theory-directed healthcare: modifying Kolcaba’s
comfort theory as an institution-wide approach”, penelitian ini menyimpulkan
bahwa teori comfort bisa diterapkan, bahkan pada lingkungan yang tampak
tidak nyaman seperti ICU. Di Indonesia, aplikasi teori Kolcaba juga telah
dilakukan dalam berbagai penelitian, sebagai contoh penelitian yang dilakukan
oleh Kustati Budi Lestari dengan judul “Dampak dekapan keluarga dan
pemberian posisi duduk terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan
infus”, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian dekapan keluarga
dan pemberian posisi duduk anak terhadap score distress anak.

2.3 Perbedaan antara Tingkat Philosophical Theory, Grand Theory, Middle Range
Theory, dan Practice Theory
2.3.1 Philosophical Theory
Filosofi menghadirkan nilai dan kepercayaan, serta pandangan dunia. Filosofi
keperawatan adalah suatu pernyataan yang merupakan pondasi awal dan asumsi
secara universal, kepercayaan, dan prinsip tentang dasar-dasar pengetahuan dan
kebenaran (epistemologi) dan tentang dasar dari keutuhan yang dihadirkan
dalam metaparadigma. Filosofi, teori, dan penelitian merupakan suatu hal yang
saling berhubungan. Teori keperawatan berasal dari filosofi keperawatan , atau
dari tugas disiplin ilmu lain (Tomey & Alligood, 2010).

Filosofi memberi kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan teori-teori


keperawatan. Philosophical theory memandang manusia sebagai makhluk
biologis dan memandang respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit. Teori
ini berfokus kepada respon klien terhadap suatu situasi tertentu. Philosophical
theory juga belum dapat diaplikasikan secara langsung dalam praktik
keperawatan profesional karena masih bersifat abstrak dan merupakan analisis
dari suatu fenomena. Contoh philosophical theory yang ada saat ini salah
satunya adalah Modern Nursing yang dikembangkan oleh Florence Nightingale,
Philosophy and science of caring oleh Jean Watson, 14 kebutuhan dasar
manusia oleh Virginia Handerson (Tomey & Alligood, 2010)

2.3.2 Grand Theory


Cakupan atau ruang lingkup dari grand theory sangat luas dan kompleks. Grand
theory memerlukan pernyataan teori yang lebih spesifik untuk dikaji secara
empiris dan diverifikasi sebagai teori. Perkembangan dari grand theory
menerangkan perbedaan disiplin keperawatan dari model kedokteran, stimulus
perkembangan pengetahuan keperawatan dan memberikan struktur organisasi
ilmu keperawatan secara umum (McKenna,1997 dalam Peterson, SJ & Bredow,
T.S, 2008).

McKenna (1997) menjelaskan keuntungan dan keterbatasan dari grand theory


yaitu, keuntungan grand theory: membantu dalam pembelajaran siswa, membantu
dalam pengkajian terhadap pasien, membantu memecahkan masalah,
meningkatkan kepuasan pasien, mengidentifikasi tujuan praktik, meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan, memperjelas ruang lingkup keperawatan, fokus
pengamatan pada fenomena yang penting, petunjuk dalam pelayanan
keperawatan, memperjelas tentang praktik keperawatan, penelitian langsung
terhadap kebutuhan perawatan klinis. Keterbatasan grand theory: tidak
mempersiapkan perawat untuk praktik secara nyata, panduan untuk praktik
keperawatan terlalu sedikit, terlalu abstrak, teoritis, idealistik, dan tidak relevan,
ide-ide yang dihasilkan masih sangat umum, aplikasi grand theory tidak sesuai
dalam pelaksanaan praktik saat ini. Beberapa contoh dari grand theory yaitu:
King's theory (teori pencapaian tujuan), Leininger’s theory (teori tentang budaya
dan universitas), Newman,s theory (teori tentang tingkatan kesehatan), Orem's
selfcare (teori tentang perawatan diri), Parse's theory (teori tentang manusia), dan
Roy Adaptation Model (teori adaptasi Roy).
2.3.3 Middle Range Theory
Middle range theory merupakan teori keperawatan yang keabstrakannya pada
level pertengahan dan lebih mudah untuk diaplikasikan oleh perawat. Ruang
lingkup pada middle range theory lebih sempit dan spesifik dari grand theory dan
lebih konkrit pada tingkat abstraksinya namun lebih besar dari micro theory.
Middle range theory tidak dapat digunakan untuk menjelaskan situasi kehidupan
yang kompleks. Teori ini berfokus pada konsep peminatan keperawatan yang
mencakup konsep nyeri, berduka, harapan hidup, empati, konsep diri, dan
kenyamanan ( Peterson & Bredow, 2008).

Beberapa perbedaan middle range theory dibandingkan dengan grand theory,


yaitu: ruang lingkup lebih sempit, abstrak pada level pertengahan, menerangkan
fenomena lebih spesifik, terdiri dari beberapa konsep dan bagian, representatif
terbatas pada realita keperawatan, lebih sesuai untuk uji empiris, lebih aplikatif
secara langsung dalam praktik untuk implementasi dan penjelasan.

Kelebihan dalam middle range theory memudahkan perawat untuk lebih terlibat
dalam penguasaan teori yang berdasarkan riset dan praktik. Contoh middle range
theory adalah Theory of Comfort (Kolkaba), Theory of Caring (Swanson), Self
Transcendence Theory (Reed) (Tomey & Alligood, 2010).

2.3.4 Practice Theory/Micro Theory


Practice theory merupakan pengembangan dari middle range theory, lebih
spesifik dan memiliki cakupan yang lebih sempit dari pada middle range theory.
Teori ini dapat diaplikasikan langsung atau dipraktekkan dengan pasien atau
dapat diuji secara empiris. Practice theory merupakan pernyataan yang bersifat
teoritik dan menggunakan hipotesis kerja atau perencanaan yang menjelaskan
fenomena secara detil. Ilmuan dan praktisi menggunakan perencanaan kerja untuk
kategori tentatif, penjelasan, atau pemeriksaan kesehatan dihubungkan dengan
interaksi orang dengan lingkungan. Dickhoff dan James (1968) dalam Peterson &
Bredow (2008) mengidentifikasi elemen penting, yaitu isi tujuan dispesifikkan
sebagai arahan untuk aktivitas, dan menjelaskan bahwa aktivitas dilakukan untuk
merealisasikan isi tujuan. Practice theory berkembang dari pengalaman klinis
perawat yang memiliki subjek untuk proses berfikir.
2.4 Kritisi Refleksi/Simulasi Hubungan Falsafah dan Paradigma Model Konseptual
dan Teori Keperawatan Katharine Kolcaba secara Empiris

Falsafah keperawatan memberikan keyakinan, pemikiran, atau landasan mendasar untuk


mengkaji tentang penyebab yang mendasari suatu fenomena keperawatan yang terjadi dan
paradigma keperawatan menjadi dasar penyelesaian suatu fenomena keperawatan yang
ditinjau dari pendekatan konsep manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.
Falsafah, paradigma dengan model konseptual atau teori keperawatan mempunyai suatu
hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. (Tomey & Alligood,
2010).

Kolcaba memandang teori kenyamanan sesuai dengan falsafah dan paradigma


keperawatan. Dalam teorinya Kolcaba menyampaikan asumsi dasar bahwa manusia
memiliki respon yang holistik terhadap stimulus yang kompleks (nyaman atau tidak
nyaman) (Kolcaba, 1994). Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar seorang individu
yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan
lingkungan. Hal ini sejalan dengan falsafah keperawatan yang memandang bahwa
keperawatan berfokus pada kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk holistik.

Kolcaba mendefinisikan konsep metaparadigma keperawatan sesuai dengan teori


kenyamanan yang dikembangkannya. Hal ini bisa dilihat dari pandangan Kolcaba tentang
keperawatan, manusia, lingkungan, dan kesehatan yang saling mendukung satu dengan
yang lain untuk memberi rasa nyaman pada klien. Menurut Kolcaba, keperawatan
merupakan proses mengkaji tingkat kenyamanan klien, menyusun dan
mengimplementasikan intervensi terapeutik untuk meningkatkan respon nyaman, dan
mengevaluasi tingkat kenyamanan klien secara holistik. Manusia dijelaskan sebagai
individu, keluarga, institusi, atau masyarakat yang mampu merasakan suasana nyaman
dan tidak nyaman serta membutuhkan tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang bisa dimodifikasi untuk menimbulkan rasa
nyaman pada klien. Kesehatan merupakan fungsi optimal yang bisa dicapai oleh klien,
dimana salah satunya ditentukan dari faktor kenyamanan.

2.5 Analisis Hubungan Model Konseptual dan Teori Keperawatan Katharine Kolcaba
dengan Filosofi, Falsafah, dan Paradigma Keperawatan
Aplikasi suatu teori ke lahan praktik dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebuah teori
keperawatan harus sesuai dengan nilai dan misi suatu institusi, teori bersifat sederhana,
dan mudah dipahami untuk dipakai sebagai panduan praktik (Kolcaba, 2006). Teori
Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori kenyamanan
menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat diaplikasikan langsung di
lapangan karena bersifat universal dan tidak terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap
masyarakat. Hal ini menyebabkan teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya
sesuai kebutuhan klien masing-masing (March, A. & McCormack, D., 2009).

Pada awalnya teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang berpusat pada klien dan
keluarga (family-client centered theory) yang dianggap sebagai inti dari praktik
keperawatan. Kolcaba mengobservasi bahwa ketidaknyaman yang dirasakan oleh klien
dan keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan aspek holistik
yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.

Berdasarkan model konseptual yang dikembangkan, teori kenyamanan memiliki


pandangan, bahwa bila klien dan keluarga merasa nyaman dengan pelayanan kesehatan
yang diberikan, mereka akan memiliki komitmen untuk berperilaku sehat (health seeking
behaviour) sehingga berdampak holistik pada integritas suatu institusi dalam memberikan
kebijakan dan praktik yang maksimal, antara lain adanya integrasi konsep kenyamanan
dalam proses pemberian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Proses pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien
ditinjau dari 3 fase (relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks kenyamanan
(fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Tahap berikutnya dalam penyusunan
diagnosa keperawatan, kenyamanan menjadi salah satu domain dalam merumuskan
diagnosa keperawatan menurut NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association). Kenyamanan juga menjadi salah satu priority outcome yang dinilai
berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead, S., 2008) dan juga
menentukan intervensi terapeutik mandiri perawat berdasarkan NIC (Nursing Intervention
Classification) (Dochterman, 2008). Salah satu intervensi terapeutik dalam NIC adalah
environment modification dimana perawat dapat memodifikasi lingkungan baik secara
internal dan eksternal untuk kenyamanan klien. Berdasarkan pendapat Kolcaba & Wilson
(2004), terdapat tiga intervensi untuk mencapai kenyamanan klien, yaitu standard
comfort intervention (pengkajian, vital sign, medikasi), coaching (dukungan emosional,
pendidikan kesehatan), dan comfort food for the soul (terapi musik, kunjungan orang
terdekat). Hal ini menunjukkan bahwa di setiap tindakan, teori kenyamanan ini selalu
bersifat holistik (bio, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Dengan demikian
proses kesembuhan klien akan lebih cepat sehingga dapat menurunkan biaya perawatan
dan lamanya hari perawatan, meningkatnya keamanan klien selama dirawat,
meningkatnya stabilitas ekonomi, dan banyak kepentingan publik lainnya yang bisa
terfasilitasi. Manfaat besar yang didapat dari implikasi teori kenyamanan ini juga akan
membantu institusi membuat kebijakan untuk mengembangkan suatu pusat studi dan
penelitian yang berbasis pada teori kenyamanan sehingga akan semakin banyak intervensi
berdasarkan EBN yang bisa diberikan untuk memenuhi kebutuhan holistik klien akan rasa
nyaman. Tentunya hal ini akan meningkatkan kepuasan klien sehingga institusi pelayanan
kesehatan akan diuntungkan secara materiil dan non materiil. Peran teori kenyamanan ini
juga tidak hanya terbatas pada hubungan perawat dan klien saja, tetapi juga mengatur
antara pimpinan dengan staf, dimana pimpinan institusi memiliki kewajiban menciptakan
suasana yang nyaman bagi stafnya (perawat) sehingga perawat juga mampu memberikan
pelayanan rasa nyaman yang terbaik untuk klien. Dengan demikian iklim institusi akan
berkembang dengan sehat.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara teori Kolcaba dengan
falsafah dan paradigma keperawatan, dimana teori Kolcaba juga melihat komponen
manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien secara holistik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Profesionalisme seorang perawat tidak bisa dilepaskan dari pemahamannya tentang
substansi dasar yang terkandung dalam profesi tersebut, antara lain falsafah keperawatan,
paradigma keperawatan, model konseptual serta teori-teori keperawatan, dimana antara
keempat komponen tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Dalam tingkat
perkembangan teori keperawatan, Middle Range Theory merupakan teori keperawatan
yang keabstrakannya pada level pertengahan dan lebih mudah di aplikasikan oleh
perawat. Salah satu contoh dari Middle Range Theory adalah Theory of Comfort oleh
Kolcaba. Kolcaba memandang teori kenyamanan sesuai falsafah dan paradigma
keperawatan. Hal ini terlihat dari pandangan Kolcaba tentang seorang individu dapat
merasakan kondisi nyaman dan tidak nyaman, yang dipengaruhi oleh aspek yang bersifat
holistik, meliputi fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Ketidaknyamanan
yang dirasakan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, oleh karena itu perawat
sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu memahami dan mengaplikasikan model
konseptual teori kenyamanan untuk meningkatkan status kesehatan klien.

3.2 Saran
a. Diperlukannya pengembangan penelitian keperawatan sesuai model konseptual atau
teori guna meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
b. Dalam menganalisis kasus keperawatan perlunya penggunaan pendekatan teori
keperawatan yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi klien dan lahan praktik.
CONTOH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM TEORI COMFORT CATHERINE COLCABA

a. Identitas pasien

Nama : An. L

Usia : 6 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat :-

No register :-

Tanggal pengkajian : 07 November 2022

Tanggal MRS : 10 November 2022

b. Keluhan utama

Anak mengeluh pusing dan lemas, terasa panas pada badannya, tidak mau makan dan
kadang-kadang terasa mual, anak terlihat gelisah

c. Riwayat penyakit sekarang

Demam sejak 3 hari yang lalu dan tidak kunjung turun setelah diberikan
paracetamol. Anak mengeluh pusing dan lemas, terasa panas pada badannya, tidak mau
makan dan kadang-kadang terasa mual, anak terlihat gelisah.

Setelah dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil Hb 12,8, Nilai trombosit


95.000 dan dari pemeriksaan fisik didapatkan Temperatur axilla 38,60 C, N : 88x/menit,
TD : 110/70 mmHg. Tes IgG (+), Ig M (+). Selama di RS mau makan akan tetapi hanya
makanan yang disukai yang dihabiskan karena merasa mual, minum 350 cc /hari,
dipasang IUFD NS 0,9 % 20 tetes/ menit , output urine 350 cc/4 jam warna kuning pekat.
d. Diagnosa medis

(belum diketahui)

1. PENGKAJIAN
Proses pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien ditinjau
dari 3 fase (relief, ease dan transcendence) serta meliputi 4 konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Mengacu pada 3 tipe kenyamanan (Relief,
Ease, Transcendence)
KONTEKS/TIPE RELIEF EASE TRANSCENDENCE

Fisik  Anak mengeluh pusing dan lemas, te 1. Nyeri Akut 1. Nyeri Akut
rasa panas pada badannya, tidak mau 2. Hipovolemia  Manajemen nyeri
makan dan kadang-kadang terasa mu 3. Resiko Infeksi 2. Hipovolemia
al, 4. Hipertermia  Manajemen Hipovolemia
 Suhu : 38,6oC  Manajemen syok Hipovolemia
 Nadi : 88x/menit 3. Resiko Infeksi

 TD : 110/70 mmHg  Kontrol infeksi

 Nilai trombosit 95.000 4. Hipertermia


 Manajemen hipertermi
 Tes IgG (+), Ig M (+)
 Regulasi suhu
 Minum 350 cc /hari
 dipasang IUFD NS 0,9 % 20 tetes/ m
enit
 output urine 350 cc/4 jam warna kun
ing pekat

Psikospiritual Psiko : 5. Ansietas  Reduksi ansietas


 Anak terlihat gelisah.
 Ibu terlihat cemas dan khawatir
Spiritual :
 Tidak terkaji
Lingkungan  Mengeluh tidak bisa tidur karena rua 6. Gangguan Pola tidur  Dukungan Tidur
ngan yang berisik dan lebih sering m
arah karena tidak bisa tidur
 Ruangan bangsal kelas III, terpasang
kipas dan lampu menyala di malam
hari
Sosial  Selama di rumah sakit , klien 7. Pencapaian peran  Promosi antisipasi keluarga
bersama ibunya sebagai orang tua

2. PERENCANAAN
Intervensi menurut Kolcaba mengacu pada 3 intervensi (standar kenyamanan, coaching, comfort food for the soul) dan
berdasarkan variabel intervensi pada masing-masing diagnosa keperawatan.

NO DIAGNOSA INTERVENSI TINDAKAN KEPERAWATAN


KENYAMANAN

1 Nyeri akut Standar kenyamanan Manajemen nyeri


Penyebab : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
1. Agen pencedera fisiologis (mis. intensitas nyeri
Inflamasi iskemia, neoplasma) - Identifikasi skala nyeri
2. Agen pencedera kimiawi (mis. - Identifikasi respon nyeri nonverbal
Terbakar, bahan kimia iritan) - Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat nyeri
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
amputasi, prosedur operasi, trauma, dll) - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Gejala dan tanda mayor
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif Coaching - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Tampak meringis - Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Bersikap proaktif (mis. waspada, - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
posisi menghindari nyeri) - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 sGelisah - Libatkan keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.
 Frekuensi nadi meningkat - Intruksikan klien menggunakan teknik relaksasi.
 Sulit tidur - Cepat bertindak jika terdapat panggilan.
- Bel yang harus selalu dalam jangkauan.
Gejala dan tanda minor Comforting - Fasilitasi istirahat tidur
Subjektif : - - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( missal: suhu ruangan,
Objektif pencahayaan dan kebisingan).
 Tekanan darah meningkat - Beri teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri(aromaterapi,
 Pola nafas berubah terapi pijat, hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing,

 Nafsu makan berubah teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/ dingin)

 Proses berpikir terganggu - Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan.

 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis

2 Hipovolemia Standar kenyamanan Manajemen hypovolemia


Penyebab : - Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
1. Kehilangan cairan aktif meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
2. Kegagalan mekanisme regulasi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
3. Peningkatan permiabelitas kapiler volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
4. Kekurangan intake cairan - Monitor intake dan output cairan
5. Evaporasi

Manajemen syok hypovolemia


Gejala dan tanda
- Monitor status kardiopulmogonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
Mayor
frekuensi nafas, TD, MAP)
Subjektif (tidak tersedia)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Objektif
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Frekuensi nadi meningkat
- Periksa tingkat kesadarajndan respon pupil
 Nadi teraba lemah
- Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
 Tekanan darah menurun
(deformity/ deformitas, open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri
 Tekanan darah menyempit tekan, swelling/bengkak
 Turgor kulit menurun
Coaching Manajemen hypovolemia
 Membrane mukosa kering - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Volume urin menurun - Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

 Hematocrit meningkat
Comforting Manajemen hypovolemia
 - Hitung kebutuhan cairan
Minor
- Berikan posisi mified tredelenburg
Subjektif
- Berikan asupan cairan oral
 Merasa lemah
 Mengeluh haus
Manajemen syok hypovolemia
Objektif
- Pertahankan jalan nafas paten
 Pengisian vena menurun
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Status mental berubah
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Suhu tubuh meningkat
- Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan
 Konsentrasi urine meningkat
eksternal
 Berat badan turun tiba-tiba - Berikan posisi syok (modified tredelenberg)
- Pasang jalur IV berukuran besar (mis. 14 atau 16)
Kondisi klinis terkait
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
 Penyakit adison
- Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung
 Trauma (pendarahan) - Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
 Luka bakar
 AIDS
 Penyakit crohn
 Muntah
 Diare
 Colitis ulseratif
 Hipoalbuminemia

3 Resiko Infeksi Standar kenyamanan Pencegahan infeksi


Penyebab : - Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
1. Penyakit Kronis
Coaching - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Efek prosedur Infasif
- Ajarkan cara memeriksa luka
3. Malnutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Peningkatan paparan organisme patoge
n lingkungn Comforting - Batasi jumlah pengunjung
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh per - Berikan perawatan kulit pada daerah edema
ifer : - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
 Gangguan peristltik lingkungan pasien
 Kerusakan integritas kulit - Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
 Perubahan sekresi PH
 Penurunan kerja siliaris
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum waktunya
 Merokok
 Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekun
der
 Penurunan Hemoglobin
 Imunosupresi
 Leukopenia
 Supresi Respon Inflamasi
 Faksinasi tidak adekuat

4 Hipertermia Standar kenyamanan Manajemen Hipertermia


Penyebab : - Monitor suhu tubuh.
1. Dehidrasi - Sediakan lingkungan yang dingin.
2. Terpapar lingkungan panas - Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Proses penyakit (mis. Infeksi dan - Basahi dan kipasi permukaan tubuh .
kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
Regulasi Temperatur :
lingkungan
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi.
5. Peningkatan laju metabolissme
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu.
6. Respon trauma
- Monitor warna dan suhu kulit.
7. Aktivitas berlebih
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
8. Penggunaan incubator
Coaching - Anjurkan tirah baring

Gejala dan tanda Mayor Comforting - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.
Subyektif - Berikan cairan oral
 Tidak tersedia
Obyektif
 Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda Minor


Subyektif
Tidak tersedia
Obyektif
 Kulit merah
 Kejang
 Takardi
 Tachipnea
 Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait


 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 Prematuritas

5 Ansietas Standar kenyamanan Reduksi ansietas


Penyebab : - Monitor tanda-tanda ansietas
1. Krisis situasional - Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
Coaching - Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
3. Krisis maturasional
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Ancaman terhadap konsep diri
- Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung pasien
5. Ancaman terhadap kematian
- Latih teknik relaksasi
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi fungsi keluarga Comforting - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
8. Hubungan orang tua anak tidak memu
askan
9. Faktor keturunan (temperamen, muda
h teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (semisal
toksin, polutan dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
 Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
 Sulit berkomunikasi
Objektif
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya
Objektif
 Frekuensi nafas meningkat
 Frekuensi nadi meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit kronis progresif (semisal kank
er, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosa penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

6 Gangguan Pola TIdur Standar kenyamanan Dukungan Tidur


- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Penyebab :
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
1. Hambatan lingkungan (mis. kelembapa
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
n lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
kopi, teh, alkohol, makanan mendekati waktu tidur, minum banyak
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sed
air sebelum tidur)
ap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tin
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
dakan)
2. Kurang kontrol tidur Coaching - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
3. Kurang privasi - Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
4. Restraint fisik - Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
5. Ketiadaan teman tidur - Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola

Gejala dan Tanda Mayor : tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering berubah shift bekerja)

Subjektif - Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

 Mengeluh sulit tidur Comforting - Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
 Mengeluh sering terjaga dan tempat tidur)
 Mengeluh tidak puas tidur - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
 Mengeluh pola tidur berubah - Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
 Mengeluh istirahat tidak cukup - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)

Gejala dan Tanda Minor - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk

Subjektif menunjang siklus tidur-terjaga


 Mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


 Nyeri/kolik
 Hypertirodisme
 Kecemasan
 Penyakit paru obstruktif kronis
 Kehamilan
 Periode pasca partum
 kondisi pasca operasi

7 Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua Standar kenyamanan Promosi Antisipasi Keluarga
Gejala dan tanda mayor - Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah perkembangan
Objektif : serta dampaknya pada kehidupan keluarga
 Bounding attachment optiomal - Identifikasi metode pemecahan masalah yang sering digunakan kelu
 Perilaku positif menjadi orangtua arga

 Saling berinteraksi dalam merawat


Coaching - Jelaskan perkembangan dan perilaku yang normal kepada keluarga
bayi
Comforting - Fasilitasi dalam memutuskan strategi pemecahan masalah yang diha
Gejala dan tanda minor dapi keluarga
Subjektif : - Lakukan kunjungan kepada keluarga secara berkala, jika perlu
 Mengungkapkan kepuasan dengan - Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait masalah kesehatan ya
bayi ng dihadapi
Objektif :
 Melakukan stimulasi visual, taktil
dan pendengaran terhadap bayi

3.IMPLEMENTASI
NO DX TANGGAL&JAM IMPLEMENTASI TTD PPA EVALUASI

1 7 November 2022 1) Observasi TTV dan skala Nyeri S: klien mengatakan Nyeri Kepala berkurang
Jam 10.00 2) Kaji penyebab nyeri dan mual 0:
3) Memberikan posisi dan lingkungan yang  klien tampak lebih tenang
nyaman  Skala nyeri turun
4) Ajarkan Teknik relaksasi dan distraksi  TTV normal
5) Anjurkan keluarga terdekat ada yang  Mual berkurang
menemani A: Masalah Teratasi Sebagian
6) Kolaborasi pemberian analgetic dan P: Lanjutkan Intervensi
antiemetik
2 8 November 2022 1) Observasi intake dan output cairan S: -
Jam 08.00 2) Anjurkan klien untuk minum yang cukup 0:
3) Anjurkan keluarga membantu memenuhi  Nadi meningkat
kebutuhan cairan KLien  Intake dan output cairan meningkat
4) Kolaborasi pemberian cairan tambahan  Turgor dan mukosa bibir normal
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

3 7 November 2022 1) Observasi tanda infeksi S: -


Jam 10.00 2) Batasi Jumlah pengunjung 0:
3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan  Tidak ditemukan inflamasi
seperti kepatuhan cuci tangan sebelum dan  Suhu membaik
sesudah  Hasil lab klien stabil
4) Anjurkan klien dan keluarga memakai alat A: Masalah Teratasi Sebagian
perlindungan diri P: Lanjutkan Intervensi
5) Observasi jika ada luka

4 7 November 2022 1) observasi suhu Klien S: -


Jam 09.00 2) Anjurkan keluarga untuk memberikan 0:
kompres hangat  Suhu turun
3) Berikan lingkungan yang nyaman dan dingin  Kulit klien tidak kemerahan
4) Anjurkan pasien banyak minum  Klien tampak tenang
5) Kolaborasi antipiretik A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

5 7 November 2022 1) Gali penyebab ansietas S: -


Jam 10.00 2) Bina hubungan saling percaya 0:
3) Ciptakan suasana aman dan nyaman bagi klien  Keluarga dan klien tampak tenang
dan keluarga  Tidak lagi bertanya dan bingung
4) Anjurkan untuk selalu berbagi perasaan A: Masalah Teratasi Sebagian
dengan petugas jaga jika gundah P: Lanjutkan Intervensi
5) Berikan lingkungan yang terapeutik agar klien
dan keluarga merasa aman

6 7 November 2022 1) Observasi pola tidur klien sebelum dan S: -


Jam 09.30 sesudah MRS 0:
2) Gali penyebab tidak bisa tidur  Klien mampu tidur nyenyak
3) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman  Keluarga klien terlihat tidak gelisah
sesuai keluhan klien dan keluarga A: Masalah Teratasi Sebagian
4) Berikan edukasi bahwa keadaan bangsal P: Lanjutkan Intervensi
rumah sakit agar klien dan keluarga terbiasa
5) Batasi waktu tidur siang agar malam lebih
nyenyak
6) Anjurkan minum susu hangat atau menghirup
aromaterapi agar lebih rileks
7 7 November 2022 1) Mengkaji krisis dan permasalahan orang tua S: -
Jam 10.00 2) Identifikasi solusi atas permasalahan keluarga 0:
3) KIE tentang kondisi klien dan lingkungan  Klien tenang
Rumah sakit  Keluarga klien tenang
4) Berikan suasana yang nyaman dan akrab agar  Mampu memenuhi peran sebagai
klien dan keluarga mampu memenuhi peran ibu
masing2 A: Masalah Teratasi Sebagian
5) Bantu proses adaptasi klien dan keluarga atas P: Lanjutkan Intervensi
kondisi saat ini
DAFTAR REFERENSI

Dochterman, J.M & Bulecheck G.M, (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier.

Higgins, P.A., & Moore, S.M. (2000). Levels of theoretical thinking in nursing. Nursing outlook, 48(4), 179-183. Retrieved from:
http://www.nursingoutlook.org/article.

Kolcaba, K.Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of Advance Nursing, 19, 1178-1184. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdf/1994.

Kolcaba & Wilson, L. (2004). Practical application of comfort theory in the perianesthesia setting. Journal of PeriAnasthesia Nursing,
19 (3), 164-173. Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2004.

Kolcaba, K. (2005). Comfort Theory and Its Application to Pediatric Nursing. Retrieved from:
http://medscape.com/viewarticle/507387_2

Kolcaba, K., Tilton, C., Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying framework to enhance the practice environment. The Journal of
Nursing Administration, 36(11), 538-544. Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.

March, A. & McCormack, D. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare Modifying Kolcaba’s Comfort Theory as an Institution-
Wide Approach. Holistic Nursing Practice. Retrieved from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19258847

McKenna. (1997). Nursing Theories and Models. London: Routledge

Moorhead, S. et all, (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier.

Peterson, S. J. & Bredow, T. S. (2008). Middle Range Theories : Application to Nursing Research. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Krinsky, R., Murillo, I., Johnson, J. (2014). A Practical Application of Katherine Kolcaba’s to Cardiac Patients. Retrieved from:
http://www.researchgate.net/publication/260216101.

Tomey, A. M. and Alligood. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai