Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini,profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan

yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan

status keperawatan vokasional menjadi profesional. Perubahan ini tidak serta

merta diterima oleh masyarakat. Bahkan profesi kesehatan lain pun masih

belum mau disejajarkan dengan profesi perawat. Fenomena ini tentunya harus

menumbuhkan sikap optimis pada diri perawat, yang diikuti dengan

pembuktian eksistensi profesi keperawatan. Untuk mewujudkan hal tersebut,

perawat harus memiliki landasan keilmuan yang kuat dan sikap

profesionalisme didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

(Asmadi, 2008).

Kemajuan dan perkembangan dalam dunia keperawatan tentang ilmu

keperawatan, model konseptual dan teori mengacu pada kondisi perubahan

global. Teori keperawatan menuntun perawat untuk dapat melakukan

prakteknya secara profesional. Teori keperawatan mempunyai kontribusi pada

pembentukan dasar praktik keperawatan (Chin & Jacobs, 1995).

Salah satu dari banyak peran perawat adalah untuk memastikan pasien

dirawat dengan baik dan nyaman. Setelah itu banyak orang yang menjalani

pendidikan dalam keperawatan dengan tujuan untuk membantu orang lain, cara

yang lebih baik untuk membantu pasien adalah memastikan pasien memiliki

1
segala yang mereka butuhkan untuk merasa nyaman dalam proses perawatan

dan pemulihan.Teori kenyamana dari Katharine Kolcaba ini fokusnya adalah

pada kenyamanan pasien, meskipun teorinya relatif baru tampaknya

berguna dalam pengembangan ilmu keperawatan.

Comfort theory merupakan teori yang pertama kali dikembangkan

tahun 1990 oleh Katharine Kolcaba. Katharine Kolcaba lahir pada 28

Desember 1944, di Cleveland, Ohio. Beliau menikah memiliki dua anak

perempuan dan delapan cucu. Pada tahun1965, dia menerima diploma dibidang

keperawatan dan praktik paruh waktu selama bertahun- tahun dalam

keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang dan home care sebelum

kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, dia lulus RN pada kelas

MSN di case Western Reserve University (CWRU) Frances Payne Bolton

School Of nursing dengan spesialisasi digerontologi. Sementara sekolah

Kolcaba bekerja juga sebagai kepala ruangan di Unit Dimensia. Dalam konteks

praktik inilah dia mulai memikirkan teori tentang kenyamanan pasien.

Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing

setelah lulus dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan

mempertahankan gerontologinya di American Nurses Association (ANA)

Certification. Dia kembali ke CWRU untuk mengejar gelar doctor dibidang

keperawatan secara paruh waktu sambil terus mengajar. Selama 10 tahun

kedepan, dia menggunakan program kerja dalam program doktoror untuk

mengembangkan dan mengutarakan teorinya. Kolcaba mempublikasikan

konsep analisis kenyamana dengan suaminya yang ahli filsafat. ( Kolcaba,

1991 dalam Alligood 2014)

2
Dalam diagram aspek pada kenyamanan ,kenyamanan

dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan . Setelah itu kontekstual

kenyamanan dipublikasikan dalam Middle – range Theory oleh Kolcaba pada

tahun 1994, dan menguji teori dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun

1999. Saat ini, Dr Kolcaba adalah professor emeritus asosiasi keperawatan di

University of Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke siswa

MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi

Ursulinen di ketinggian Mayfield, Ohio. Tujuan dia termasuk intervensi dalam

perubahan dan dokumentasi kenyamanan untuk praktik keperawatan

berdasarkan evidence base.

B. TUJUAN

Tujuan umum : Mempelajari konsep teoritis dan kerangka skematik dari dari

penerapan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi berbagai sumber teori yang mendasari setiap

komponen dari teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine

Kolcaba.

2. Mengidentifikasi makna teori yang mendasari setiap komponen dari

teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.

3. Menjelaskan Kerangka teori Comfort yang dikembangkan oleh

Katharine Kolcaba

4. Mengidentifikasi penerimaan teori Comfort yang dikembangkan oleh

Katharine Kolcaba dari sudut teori, praktik dan penelitian.

5. Mengidentifikasi hubungan teori Comfort yang dikembangkan oleh

Katharine Kolcaba dengan paradigma keperawatan.

3
6. Menjelaskan aplikasi teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine

Kolcaba dalam studi kasus dan pembahasan.

7. Menganalisis kelebihan dan kelemahan teori Comfort yang

dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.

BAB II

MODEL KONSEP TEORI

A. Sumber Teori

Kolcaba memulai diagram teoritis praktik keperawatannya diawal studi

doctoral. Kolcaba menganalisis konsep dimulai dengan menelaah studi

4
literatur yang ada mengenai kenyamanan dari berbagai disiplin mencakup

keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiater, ergonomic, dan bahasa inggris

( terutama arti kenyamanan menurut Shakespeare dan Oxford English

Dictionary (OED). Dari OED, Kolcaba mempelajari bahwa definisi asli dari

kenyamanan adalah “ untuk memperkuat / untuk mempererat “. Definisi ini

memberikan rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan pasien

ketika pasien mampu melakukan kegiatannya dengan baik dan perawat

mendapatkan kepuasan.

Catatan sejarah tentang kenyamanan dalam keperawatan sangat banyak.

Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan terinspirasi dari pernyataan

Nightingale yang menyatakan apa yang kita lihat atau diamati akan hilang,

tetapi apa yang dilihat itu harus dapat menyelamatkan kehidupan dan

meningkatkan kesehatan serta kenyamanan hidup (Alligood,2014).

Dari tahun 1900 – 1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan

dan medis karena melalui kenyamanan, pemulihan pasien dapat dicapai

(Mcllveen & Morse,1995 dalam Alligood 2014). Perawat memiliki peranan

yang sangat penting

untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi kenyamanan pasien.

Aikens (1908) menjabarkan bahwa ada ketidakpedulian mengenai

kenyamanan pasien. Kenyamanan pasien merupakan pertimbangan pertama

dan terakhir perawat. Seorang perawat yang baik dapat membuat pasien

nyaman, dan menyediakan kenyamanan adalah faktor penentu utama

kemampuan dan karakter perawat.

5
Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berfokus untuk

memberikan lingkungan yang nyaman, dan asuhan keperawatan individu

pasien mencakup kebahagiaan, kenyamanan dan kemudahan, fisik dan mental,

disamping itu istirahat dan tidur, gizi, kebersihan dan eliminasi.

Goodnow (1953) menjabarkan dalam bukunya, The Technique of

Nursing mengenai kenyamanan pasien. Goodnow menuliskan perawat

menggunakan kemampuannya untuk memberikan kenyamanan pada pasien.

Kenyamanan mencakup baik fisik maupun mental, dan tanggung jawab

perawat tidak berakhir pada pemberian asuhan keperawatan fisik. Kenyamanan

emosional disebut kenyamanan mental dan dapat tercapai dengan memberikan

kenyamanan fisik dan memodifikasi lingkungan pasien (Mcllveen &

Morse,1995).

Kolcaba menggunakan idenya dari tiga teori keperawatan sebelumnya

untuk mensintesis atau mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisis

konsep (Kolcaba 1991 dalam Alligood 2014) yaitu:

a) Relief ( Bantuan / Dorongan ) merupakan arti kenyamanan dari

hasil penelitian Orlando (1961), yang mengemukakan bahwa

perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

b) Ease ( kemudahan ) merupakan arti kenyamanan dari hasil

penelitian Henderson (1966), yang mendeskripsikan ada 13

fungsi dasar manusia harus dipertahankan selama pemberian

asuhan.

c) Transcendence ( kelebihan ) merupakan arti kenyamanan dari

hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975),yang menjelaskan

bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya.

6
Empat konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang menerima

perawatan, berasal dari literaturkeperawatan ( Kolcaba,2003 ). Konteksnya

adalah fisik, psychispiritual, social budaya dan lingkungan. Keempat konteks

yang disandingkan dengan tiga jenis kenyamanan, menciptakan struktur

taksonomi ( matrix) yang mempertimbangkan kompleksitas kenyamanan

sebagai hasil. Berikut adalah struktur taxonomi dari teori kenyamanan

(Kolcaba,2007 dalam lligood, 2014).

Keterangan Bagan :

Jenis Kenyamanan :

a) Relief ( Bantuan ) : Keadaan pasien yang memiliki kebutuhan khusus.

b) Ease ( kemudahan ) : Keadaan tenang atau kepuasan.

c) Transcendence ( Kelebihan ) : Keadaan dimana permasalahan seorang

bertambah atau sakit.

Konteks dimana kenyamanan terjadi :

7
a) Fisik : berkaitan dengan sensasi tubuh.

b) Psikospiritual : Berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk

harga diri, konsep, seksualitas dan makna dalam kehidupan seseorang;

hubungan seseorang dengan tatanan yang lebih tinggi.

c) Lingkungan : Berkaitan dengan lingkungan eksternal, kondisi dan

pengaruh.

d) Sosial : Berkaitan dengan interpersonal, keluarga dan hubungan social.

Struktur taksonomi menyediakan peta domain pada konten

kenyamanan. Ini mengantisipasi bahwa peneliti akan merancang

instrument dimasa depan seperti kuesioner yang dikembangkan dari

taksonomi untuk akhir dari kehidupan instrument . kolcaba memasukkan

langkah – langkah di websitenya untuk adaptasi dari kuesioner

kenyamanan oleh peneliti dimasa depan.

Didalam teori Kolcaba , mereka yang menerima tindakan kenyamanan

dapat disebut sebagai penerima ( recipients ), pasien, mahasiswa, tahanan,

pekerja, orang dewasa yang lebih tua, komunitas dan institusi. Beberapa

konsep utama dalam teori ini sebagai berikut :

a) Kebutuhan Perawatan Kesehatan

Kebutuhan perawatan kesehatan merupakan kebutuhan kenyamanan

yang timbul dari situasi stress pada kesehatan yang tidak bisa dipenuhi

oleh sistem dukungan penerima secara umum ( tradisional ). Kebutuhan

manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis , psikospiritual,

sosiokultural, atau lingkungan. Hal ini dapat diidentifikasi melalui

melakukan observasi, laporan verbal atau nonverbal, dan konsultasi

keuangan dan intervensi ( Kolcaba,2003).


8
b) Intervensi Kenyamanan

Intervensi kenyamanan adalah tindakan keperawatan dan dirancang

untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik pada penerima

asuhan, termasuk fisiologis, social, buday, keuangan, psikologis, agama,

lingkungan dan intervensi fisik (Kolcaba,2001).

c) Intervensi Variabel

Intervensi variable adalah interaksi yang mana dapat mempengaruhi

persepsi penerima asuhan untuk kenyamanan sepenuhnya. Hal ini

mencakup pengalaman masa lalu, usia, sikap, keadaan emosional,

sistem pendukung, prognosis, ekonomi, pendidikan, latar belakang

budaya dan totalitas unsur dalam pengalaman penerima ( Kolcaba,

1994). Variable intervensi akan memberikan pengaruh kepada

perencanaan dan pencapaian intervensi asuhan keperawatan untuk

pasien.

d) Peningkatan Kenyamanan

Kenyamanan adalah keadaan yang dialami oleh penerima terhadap

intervensi kenyamanan yang didapatkan. Hal ini merupakan

pengalaman yang langsung dan memberikan kekuatan ketika seseorang

membutuhkannya yang terdiri dari tiga bentuk kenyamanan ( relief,

ease, dan transcendence ) dalam empat konteks ( fisik, psikospiritual,

social budaya dan lingkungan ) (Kolcaba,1994).

e) Perilaku Mencari Kesehatan

Perilaku mencari kesehatan menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai

tentang makna sehat, yakni sikap penerima berkonsultasi mengenai

kesehatannya dengan perawat. Kategori tersebut dijabarkan oleh

9
Schlotfeldt (1975) dan dijelaskan menjadi internal, eksternal, atau

peaceful death ( kematian yang damai ).

f) Integritas Kelembagaan

Perusahaan, masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, Negara dan

kota yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik,

etika dan tulus memiliki integritas kelembagaan. Ketika institusi

menampilkan integritas, menghasilkan bukti praktik terbaik dan

kebijakan terbaik ( Kolcaba,2001).

g) Praktik Terbaik

Praktik terbaik diartikan sebagai intervensi yang diberikan petugas

kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik untuk mendapatkan hasil

yang terbaik untuk pasien dan keluarga.

h) Kebijakan Terbaik

Kebijakan terbaik institusi atau kebijakan regional dimulai dari adanya

protokol prosedur dan kondisi medis yang mudah untuk diakses,

diperoleh, dan diberikan.

Berdasarkan konsep utama, dapat dikembangkan kerangka konseptual dari

teori kenyamanan sebagai berikut :

10
Kerangka konseptual diatas , menurut Kolcaba (2001) dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota

keluarga.

b) Perawat menyusun intervensi untuk memenuhi kebutuhan.

c) Variable intervensi perlu dipertimbangkan ketika menyusun intervensi.

d) Ketika intervensi dimunculkan dalam cara merawat dan efektif, dan

ketika peningkatan kenyamanan telah dicapai, intervensi itu disebut alat

ukur / pengukuran kenyamanan ( comfort measure )

e) Ketika pasien dan anggota keluarga diberikan perawatan kenyamanan

dan menggunakan perilaku mempertahankan kesehatan, mereka akan

lebih luas dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hasil kesehatan

yang lebih baik.

11
f) Ketika pasien, keluarga, dan perawat puas dengan pelayanan kesehatan

dalams ebuah institusi, public mengakui kontribusi institusi terhadap

pelayanan kesehatan yang akan membantu mempertahankan

kelangsungan dan perkembangan institusi.

B. Konsep Utama Keperawatan

Asumsi utama dari teori ini adalah :

a) Keperawatan

Keperawatan adalah salah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang

intensif, intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan

kenyamanan, dan evaluasi tingkat kenyamanan setelah implementasi

diberikan kemudian dibandingkan dengan tujuan hasil yang diinginkan.

Pengkajian dan evaluasi dapat berupa intuisi atau subjektif atau keduanya,

seperti ketika perawat menanyakan apakah pasien merasa nyaman, atau

secara objektif, seperti observasi proses penyembuhan luka, perubahan nilai

laboratorium, atau perubahan sikap / perilaku. Pengkajian diperoleh melalui

skala tingkatan verbal (klinis) atau kuesioner mengenai tingkat kenyamanan

( penelitian ), yang menggunakan instrument dari studi Kolcaba (2003).

b) Pasien

Pasien adalah penerima asuhan mungkin dapat berupaindividu , keluarga,

institusi,komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat dapat

berperan sebagai penerima intervensi terkait kenyamanan dilingkungan

tempat bekerja ketika adanya inisiatif untuk meningkatkan kondisi kerja

dibawah tekanan, seperti untuk meningkatkan magnet status

(Kolcaba,2006).

12
c) Lingkungan

Lingkungan adalah segala aspek pasien, keluarga, atau institusi yang dapat

dimanipulasi oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk

meningkatkan kenyamanan.

d) Kesehatan

Kesehatan adalah fungsi optimal seorang pasien, keluarga, pemberi asuhan

kesehatan atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok.

C. Asumsi Teori Comfort Kolcaba

a) Clarity ( Kejelasan )

Teori ini memandang pasien sebagai makhluk holistikyang memiliki respon

kompleks terhadap stimulus untuk menigkatkan kenyamanan dalam konteks

pengalaman fisik, psikospiritual, social kultural dan lingkungan.

Kolcaba menjelaskan semua konsep teorinya secara teoritis,operasional dan

jelas sehingga mudah untuk dipahami.

b) Simplicity ( Kesederhanaan )

Teori ini sederhana karena rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar

manusia dan variable – variable rasa nyaman ini dapat dijadikan tolak ukur

keberhasilan pemberian intervensi keperawatan. Dimana dasarutama dari

teori ini adalah pemberian asuhan keperawatan difokuskan pada kebutuhan

holistic pasien.

Teori ini menggunakan teknologi yang rendah, namun pada

perkembangannya dapat juga diaplikasikan menggunakan teknologi tinggi.

c) Generality ( Keumuman )

13
Teori ini mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pasien

menurut tingkat relief, ease, dan transcendence yang terintegrasi kedalam

empat konteks pengalaman holistic yang terdiri dari fisik, psikospiritual,

sosiokultural dan lingkungan.

Teori kenyamanan mudah dipahami dan dapat diaplikasikan pada semua

kelompok usia dan diterapkan diberbagai jenis praktik keperawatan.

Teori kenyamanan dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan

kenyamanan perawat didalam lingkungan praktik.

Pada institusi perawatan yang fasilitasnya tidak lengkap dan rasio jumlah

perawat yang rendah dari jumlah pasien menyebabkan penerapan teori

kenyamanan tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

d) Accessibility ( Aksessibilitas)

Kuesioner yang dimunculkan Kolcaba telah tersedia dalam berbagai bahasa

seperti bahasa Spanyol, Portugis, Italia, Turki, dan Persia sehingga mudah

diakses.

Kuesioner dapat dengan mudah digunakan perawat untuk melakukan

pengkajian serta intervensi terkait kenyamanan.

Teori kenyamanan juga dapat diterapkan pada kasus onkologi, pasien yang

mendapat terapi radiasi, pasien dengan penyakit terminal.

e) Derivable Consequence

Teori kenyamanan dapat digunakan sebagai kerangka untuk penilaian

pasien, baik menggunakan Verbal Rating Scales ( dalam klinis ) dan

Comfort Questionnaires ( dalam penelitian ). Aplikatifnya perawat dapat

menilai tingkat nyeri dan kenyamanan pasien menggunakan VRS dan GCQ.

14
Teori kenyamanan telah dimasukkan dalam sistem klasifikasi keperawatan

seperti NANDA, NIC, NOC sehingga dapat berpengaruh dalam pendidikan

keperawatan dengan mempelajari lebih lanjut tentang aplikasi rencana

keperawatan comfort.

D. Bentuk Logis

Kolcaba (2003) menggunakan tiga bentuk logika pemikiran dalam

pengembangan teori kenyamanan yaitu sebagai berikut :

1) Induksi

Induksi terjadi ketika generalisasi dibangun pada beberapa momen spesifik

pada obyek yang diobservasi ( Hardin & Bishop,2010). Ketika perawat

melakuka praktik keperawatan dan praktik keperawatan tersebut diakui

sebagai sebuah disiplin ilmu, maka perawat perlu familiar dengan konsep –

konsep, istilah-istilah, dalil-dalil, dan asumsi-asumsi implisit dan eksplisit

yang menjadi dasar praktik mereka. Perawat – perawat yang menempuh

pendidikan pascasarjana dapat ditugaskan untuk menjelaskan diagram

praktik mereka seperti Dr. Rosemary Ellis meminta Kolcaba dan mahasiswa

lainnya, dan merupakan tugas yang tampak mudah dibayangkan

dibandingkan kenyataannya.

Hal tersebut merupakan peristiwa yang terjadi selama akhir tahun 1980-an

ketika Kolcaba memulai. Pada saat itu Kolcaba adalah kepala perawat pada

unit Alzeimer dan mengenal beberapa istilah yang digunakan untuk

menjelaskan praktik perawatan demensia pada masa tersebut,seperti

lingkungan yang memfasilitasi, banyak disabilitas,dan fungsi optimal.

Namun demikian, ketika ia menarik garis hubungan di antara ketiga hal

15
tersebut, ia mengakui bahwa tiga hal tersebut tidak menjelaskan praktik

yang dilakukannya secara menyeluruh. Satu bagian penting dari

keperawatan hilang, dan ia memikirkan apa yang dilakukan perawat untuk

mencegah bertambahnya disabilitas ( selanjutnya disebut sebagai intervensi

) dan bagaimana menilai apakah intervensi tersebut efektif. Fungsi optimal

telah dikonsepkan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivitas khusus

dalamunit tersebut, seperti menyiapkan meja, menyiapkan makanan atau

salad, atau mengikuti suatu program sampai akhir. Aktivitas – aktivitas

tersebut membuat peserta merasa positif terhadap diri mereka sendiri,

seakan aktivitas tersebut merupakan kegiatan yang tepat dilakukan pada

waktu yang tepat. Aktivitas – aktivitas tersebut dilakukan hanya dua kali

sehari, karena mereka tidak dapat melakukan lebih dari itu.

2) Deduksi

Deduksi nterjadi ketika suatu kondisi spesifik didapatkan dari prinsip atau

dasar yang umum. Deduksi bergerak dari umum ke khusus. Tahapan

deduktif dari pengembangan teori menghubungkan kenyamanan dengan

konsep lain untuk menghasilkan teori. Karena karya dari 3 pencetus teori

keperawatan terdapat dalam definisi kenyamanan, Kolcaba mencari teori

lain yang dapat menjadi dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan relief,

ease, transcendence ( tiga konsep besar ). Apa yang dibutuhkan adalh

kerangka konsep yang lebih abstrak dan umum yang sesuai dengan teori

kenyamanan dan mengandung sejumlah konstruksi yang sangat abstrak.

16
Karya psikolog Henry Murray (1938) memenuhi kriteria sebagai suatu

kerangka yang tepat untuk diharmonisasikan dengan konsep keperawatan

Kolcaba. Teori Murray membahas kebutuhan manusia sehinggga dapat

diterapkan untuk pasien yang mengalami banyak stimulus dalam situasi

pelayanan kesehatan yang menyebabkan stress. Terlebih lagi, ide Murray

memberikan Kolcaba suatu gagasan bahwa meskipun kenyamanan bersifat

spesifik terhadap keadaan, jikan intervensi – intervensi yang meningkatkan

kenyamanan dilakukan terus menerus dari waktu ke waktu, rasa nyaman

pasien secara keseluruhan dapat meningkat. Tahap deduktif dari

pengembangan teori, Kolcaba memulai dari konstruksi teoritis yang abstrak

dan umum dan menggunakan proses sosiologis untuk substruksi untuk

mengidentifikasi konsep – konsep yang lebih spesifik ( tidak terlalu abstrak

) untuk digunakan dalam praktik keperawatan.

3) Retroduksi

Retroduksi berguna untuk memilih fenomena yang dapat dikembangkan

lebih jauh dan diuji,. Jenis pemikiran ini diterapkan pada bidang yang hanya

memiliki beberapa teori. Seperti penelitian mengenai hasil akhir, yang

sekarang dipusatkan dan mengumpulkan pangkalan data untuk mengukur

hasil yang dipilih dan menghubungkan hasil tersebut dengan jenis – jenis

protocol keperawatan, medis, institusional, dan komunitas. Kerangka kerja

Murray di abad ke-20 tidak dapat digunakan pada abad ke-21 yang

menekankan pada hasil akhir ditingkat ditingkat institusional dan

komunitas. Dengan menggunakan retroduksi, Kolcaba menambahakan

konsep integritas institusional kedalam teori kenyamanan pada level teori

middle-range. Penambahan istilah tersebut memperluas teori yang

17
dibutuhkan untuk mempertimbangkan hubungan antara perilaku mencari

bantuan dan integritas institusional. Bukti – bukti berdasarkan teori

menyususn dasar pengetahuan yang terbaik untuk praktik dan kebijakan.

18
BAB III

KASUS

A. Studi Kasus

Anak A berusia 10 tahun di rawat di RS pusat rujukan, berasal dari suku Minahasa,

mengalami AML ( Akut Myeloid Leukemia ) pasca pemberian Kemoterapi pada fase

profilaksis di mana kemoterapi di harapkan dapat mengejar sel-sel blast yang mungkin

lari ke otak. Pada saat pengkajian anak A mengeluh kesakitan, lemah, mual bahkan

sampai muntah dan cenderung gelisah. Aktifitas anak A sebagian dibantu perawat dan

keluarga. Anak A mengalami riwayat hospitalisasi terdahulu ketika mendapatkan

kemotrerapi pada fase induksi. Orang tua anak A sering mengeluh tentang kondisi

anaknya dan serinng bertanya kepada perawat tentang harapan anaknya. Kecemasan

juga bertambah dengan ketidakhadiran keluarga terutama orang tua karena harus

mengurus administrasi untuk biaya perawatan anaknya begitu juga ketika anak di

rawat anak merasa sedih karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya. Keluarga

yang lain juga jarang ada yang berkunjung karena alasan tempat yang jauh.

Lingkungan ruangan RS cenderung tidak tertata rapi, berbau kurang sedap dan ruangan

tidak dikondisikan untuk ruang anak di mana tidak terdapat tempat untuk bermain.

B. APLIKASI TEORI COMFORT PADA PERAWATAN ANAK

MENGGUNAKAN STRUKTUR TAKSONOMI

Untuk mengatasi stressor yang timbul selama hospitalisasi, maka perawat anak dapat

menerapkan salah satu middle range theory, yaitu theory of comfort dari Katharine

Kolcaba. Penggunaan teori ini sangat mudah diterapkan dalam praktik. Dari hasil

19
penelitian dilaporkan bahwa pasien merasa kebutuhan mereka telah dipenuhi dan

mereka merasa lebih sehat. Oleh karena itu saya tertarik untuk membahas teori

Comfort dan aplikasinya dalam asuhan keperawatan anak.

1. Pengkajian Keperawatan

Tipe kenyaman

Relief Ease Transcendence

Fisik - Keterbatasan Pengaturan posisi Pasien berfikir

mobilitas fisik yang nyaman bahwa

Adanya Nyeri nyeri yang dirasakan

dapat ditoleransi

dengan

penggunaan

analgetik

Psicospiritual Kecemasan Ketidakpastian Kebutuhan

tentang Kondisi terhadap support

spiritual dari

tenaga kesehatan

dan jaminan dari

tim perawatan

kesehatan

Lingkungan - Ruangan tidak Kurangnya Kebutuhan akan

disesain untuk ruangan yang lingkungan yang

ruang anak terapeutik untuk familiar bagi anak

20
- Ruangan tidak anak

nyaman; berbau

kurang sedap

Social - Tidak ada Hambatan dalam - Kebutuhan

kehadiran orang interaksi dengan adanya dukungan

tua dan keluarga keluarga dan dari keluarga dan

- Tidak ada teman sebayanya teman

fasilitas bermain - Kebutuhan

adanya informasi

Selain pengkajian tingkat kenyamanan pada anak dengan 4 dimensi area

pengkajian. Pengkajian pada anak juga meliputi tingkat pertumbuhan dan

perkembangan, riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat kesehatan sekarang,

bagaimana responnya terhadap perawatan, dan ada tidaknya dukungan dari support

system. Pengkajian tentang tahap perkembangan akan membantu perawat dalam

melakukan pendekatan yang tepat pada pasien sesuai dengan tingkat usianya, sehingga

akan mengurangi kecemasan pasien terkait dengan pengalaman hospitalisasi.

Pengkajian kenyamanan dilakukan segera setelah anak masuk rumah sakit,

agar perawat dapat menentukan tingkat stres yang dialami anak, menggunakan format

ceklist Kolcaba. Data tentang tersedianya dukungan orang terdekat dan bagaimana

kemampuan Anak A menggunakan dukungan ini pada saat yang tepat, merupakan data

yang penting. Kedekatan antara klien dengan dukungan yang ada sangat menentukan

kualitas dari hubungan yang telah dibangun. Hal ini bermanfaat untuk

mengidentifikasi tingkat keefektifan support system ini dalam mendukung klien

selama perawatan

21
2. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan respon yang ditunjukkan klien

berdasarkan data yang diperoleh selama pengkajian sesuai dengan tahap

perkembangan anak. Diagnosa Keperawatan yang muncul yaitu :

a. Nyeri kronik berhubungan dengan pembesaran organ intraabdominal

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan penyakit yang

mengancam kehidupan

3. Rencana Asuhan Keperawatan :

Intervensi keperawatan bertujuan untuk meningkatkan rasa nyaman. Kolcaba

(2003) intervensi memiliki tiga kategori

a. Standar intervensi kenyamanan untuk mempertahankan homeostatis dan

mengontrol rasa sakit

b. Pelatihan atau pembinaan (coaching) untuk menghilangkan rasa cemas,

memberikan jaminan dan informasi, memberikan harapan, mendengarkan

dan membantu merencanakan untuk pemulihan

c. Tindakan yang menenangkan jiwa, ada beberapa tindakan yang dapat

dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pengurangan nyeri pada anak-

anak seperti guided imagery atau pijatan

Intervensi holistic yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: guided

imagery, progressive muscle relaxation, meditasi, terapi musik atau seni, pijatan

dan sentuha terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004)

NIC untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :

a. Nyeri kronik berhubungan dengan pembesaran organ intraabdominal

22
NIC :

- Manajemen nyeri

- Patient controlled analgesic (PCA)

- Simple Massage

- Medication prescribing

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

NIC :

- Manajemen cairan

- Manajemen elektrolit

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

NIC :

- Dukungan emosional

- Manajemen energy

d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan penyakit yang

mengancam kehidupan

NIC :

- Dukungan keluarga

- Normalization promotion

- Peningkatan koping

4. Implementasi keperawatan

Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk deficit mekanisme fisiologis yang

terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasive. Kebutuhan fisik yang

tidak jelas terlihat oleh anak atau orangtua mungkin tidak disadari seperti

kebutuhan cairan atau keseimbangan elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi.

Kebutuhan fisik yang jelas terlihat seperti sakit, mual, muntah, menggigil atau

23
gatal lebih mudah ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar kenyamanan

intervensi diarahkan untuk mendapatkan kembali atau mempertahan homeostasis

(Kolcaba dan DimACRO, 2005., Wong, 2009)

Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termasuk kebutuhan untuk

kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar anak atau keluarga lebih tenang

ketika menjalani prosedur invasive yang menyakitkan atau trauma yang tidak

dapat segera asembuh. Kebutuhan ini sering dipenuhi dengan tindakan

keperawatan yang menenangkan bagi jiwa klien, serta ditargetkan untuk

transendensi seperti pijat, perawatan mulut, pengunjung khusus, sentuhan

kepedulian, fasilitas diri untuk strategi menghibur dan kata-kata motivasi

(Kolcaba dan DimACRO, 2005., Wong, 2009)

Kebutuhan kenyamanan sosiokultural adalah kebutuhan untuk jaminan

budaya, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan ini terpenuhi

melalui pembinaan/coach, yang mencakup sikap optimisme, pesan-pesan

kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan terhadap pencapaian klien,

persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi yang tepat

tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, rencana pemulangan

dan rehabilitasi. Kebutuhan social juga termasuk kebutuhan keluarga untuk

keuangan, bantuan pekerjaan, menghormati tradisi budaya (Kolcaba dan

DimACRO, 2005., Wong, 2009)

Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan,

perabotan yang nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini

termasuk perhatian dan saran pada anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan

lingkungan kamar rumah sakit (Kolcaba dan DimACRO, 2005., Wong, 2009)

24
5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan setelah impelementasi. Beberapa

instrument telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan.

Perawat dapat menggunakan beberapa instrument untuk menilai peningkatan

kenyamanan klien seperti untuk mengevaluasi seperti Behaviors Checklist (CBC)

ataupun Children’s Comfort Daisies sesuai dengan usia anak (Kolcaba dan

DimACRO, 2005., Wong, 2009)

C. PEMBAHASAN

Pada kasus An. A yang mengalami AML (Akut Myeloid Leukemi) dimana

pada saat pengkajian mengeluh kesakitan maka diperlukan pengkajian nyeri yang lebih

khusus karena An. A masih berusia 10 tahun akan berbeda ketika melakukan

pengkajian nyeri pada orang dewasa. Ada beberapa pengkajian nyeri yang bisa di

lakukan untuk pasien anak.

Menurut Ronald L Blount, PhD and Kristin A Loiselle, BS (2009) metode

penilaian perilaku yang dilakukan oleh Society of Pediatric Psychology menunjukkan

bahwa skala penilaian perilaku telah digunakan secara fleksibel untuk menilai nyeri

dalam berbagai macam situasi, seluruh populasi anak yang berbeda dan untuk pasien

dari berbagai usia. Dalam review ini, tampaknya ada dasar untuk menetapkan skala

sebagai ukuran tekanan terhadap rasa sakit, kedua komponen emosional dan sensorik

nyeri tampaknya akan dinilai oleh masing-masing timbangan. Ada tumpang tindih

antara indikator perilaku rasa sakit yang digunakan dalam skala yang berbeda. Selain

itu, kode perilaku indikasi rasa sakit dapat terjadi sebelum, selama dan setelah

peristiwa menyakitkan. Rekomendasi untuk penelitian masa depan, yang mencakup

menggunakan penilaian perilaku untuk fokus pada anak-anak mengatasi dan perilaku

25
orang dewasa, serta nyeri. Metode penilaian perilaku telah digunakan untuk sinyal

perlunya intervensi dan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.

Pada kasus diatas saat pengkajian An. A mengalami ketidaknyamanan dengan

ketidakhadiran keluarga terutama orang tua karena harus mengurus administrasi untuk

biaya perawatan. Hal ini dibuktikan oleh pemelitian Kolcaba dan DiMarco (2005)

yang menyatakan bahwa kehadiran orang tua saat anak menjalani tindakan invasif

memberikan kenyamanan psikologis dan sosiokultural pada anak. Jika rasa nyaman

anak terpenuhi maka anak akan kooperatif, tidak menangis selama tindakan, dan nyeri.

Setelah pengkajian selesai, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah

menentukan diagnosa. Pada kasus diatas diagnoga prioritas adalah nyeri. Maka

langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi untuk mengatasi nyeri. Menurut

Panduan Pengelolaan Nyeri pada Pengaturan Low-Resource oleh Andreas Kopf dan

Nilesh Patel B (2010) manajemen nyeri yang dilakukan pada anak anak adalah

disesuikan dengan karakteristik nyeri. Manajemen nyeri untuk lesi menyakitkan di

kulit atau mucosa atau selama prosedur yang menyakitkan dapat diberikan lidokain,

TAC (Tetrakain, adrenalin [epinefrin], kokain) atau LET (Lidokain, epinefrin, dan

tetrakain). Analgesik untuk rasa sakit ringan sampai sedang (seperti nyeri pasca-

trauma dan rasa sakit dari kelenturan), misalnya parasetamol (acetaminophen) atau

obat anti inflamasi (misalnya, ibuprofen atau indometasin). Opiat untuk nyeri sedang

sampai berat yang tidak merespon untuk pengobatan dengan analgesik, misalnya,

kodein (moderat nyeri, alternatif dihydrocodeine, hydrocodone, dan tramadol) dan

morfin (nyeri sedang sampai berat, alternatives adalah metadon, hidromorfon,

oxycodone, buprenorfin, dan fentanil). Catatan: aspirin tidak direkomendasikan

sebagai lini pertama analgesic karena telah dikaitkan dengan sindrom Reye, suatu

kondisi yang jarang namun serius yang mempengaruhi hati dan otak. Terutama

26
menghindari memberikan aspirin pada anak dengan ayam cacar, demam berdarah, dan

gangguan perdarahan lainnya.

Metode tambahan untuk manajemen nyeri adalah dengan dukungan emosional

(bila memungkinkan memungkinkan orangtua untuk tinggal dengan anak mereka

selama setiap menyakitkan prosedur), metode fisik (sentuhan, termasuk membelai,

pijat, goyang, dan getaran; aplikasi lokal dingin atau hangat; dikendalikan

pernapasan), kognitif metode (gangguan, seperti bernyanyi atau membaca untuk anak,

mendengarkan radio, memutar kegiatan, atau membayangkan tempat yang

menyenangkan), doa (praktek keluarga harus dihormati)

Sesuai kasus diatas manajemen nyeri yang bisa di berikan pada An. A selain

dengan farmakologis adalah dengan metode nonfarmakologis yaitu salah satunya

dengan dukungan social yaitu orang tua senantiasa menemani anak selama prosedur

tindakan dilakukan.

Setelah dilakukan intervensi maka selanjutnya adalah melakukan

impelementasi dan evaluasi. Intervensi keperawatan diimplementasikan kemudian

dievaluasi. Evaluasi menggunakan instrument yang berbeda-beda antar klien

tergantung dari tingkat perkembangan anak. Kenyamanan klien yang telah tercapai

akan dibandingkan dengan tujuan tindakan keperawatan. Kemudian perawat akan

menyusun kembali rencana keperawatan untuk meningkatkan maupun

mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level transcendence. Dengan

demikain diharapkan kenyamanan klien dan keluarga akan selalu meningkat

27
BAB IV

ANALISIS KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI

A. KELEBIHAN TEORI

Kelebihan Teori kenyamanan yang dikembangkan dalam artikel oleh Kolcaba

mudah dimengerti dan dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar

dan misi atau tujuan keperawatan tradisional yaitu kenyamanan. Kelbihan aplikasi

teori kenyamanan pada area keperawatan anak terdiri atas

a. Teori kenyamanan sederhana sehingga dapat langsung diaplikasikan pada tingkat

praktis

b. Instrument pengkajian telah disusun untuk mengukur level kenyamanan klien

sehingga dapat membantu perawat menyusun intervensi comfort

c. Instrument kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan

klien maupun keluarganya sehingga sesuai dengan filosofi keperawatan anak

yaitu family center care

d. Intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa nyaman sehingga menjadi

pengalaman yang positif bagi anak dan keluarganya, hal ini sesuai dengan filosofi

keperawatan anak yaitu atraumatic car.

B. KEKURANGAN TEORI

Kekurangan Teori Kolcaba melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi

fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek

tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal

melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi),

28
yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat. Sedangkan

kekurangan dari aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak terdiri atas

a. Tingkat perkembangan anak berbeda-beda sehingga tidak semua instrument

pengkajian kenyamanan dapat diterapkan disemua tahap usia anak

b. Diperlukan format pengkajian khusus karena keempat pengalaman nyaman anak

akan berbeda disetiap tahap perkembangan

c. Intervensi keperawatan telah dikelompokan tetapi diagnosis keperawatan belum

dikelompokkan secara khusus

29
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan anak mempunyai filosofi atraumatic care dan asuhan

berpusat pada keluarga. Stressor yang terdapat di lingkungan rumah sakit dapat

berupa stressor fisik yang muncul dari tindakan, stressor lingkungan berupa

kebisingan maupun suhu ruangan dan stressor perpisahan dengan orang tua.

Masalah dalam setiap tahap kenyamanan diatasi dengan intervensi

kenyamanan yang terdiri dari tiga komponen yaitu intervensi yang sesuai dan

tepat waktu, model perawatan yang perhatian dan empati yang berfokus pada

kenyamanan pasien. Tindakan keperawatan dikelompokkan dalam tiga jenis

tindakan yaitu

(a) intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostasis dan

mengontrol rasa sakit.

(b) pelatihan /coaching, untuk meredakan kecemasam, memberikan jaminan

dan informasi, menanamkan harapan, emndengarkan dan membantu

merencanakan pemulihan.

(c) tindakan yang menengkankan bagi jiwa, hal-hal menyenangkan yang perlu

dilakukan oleh perawat untuk membuat anak dan keluarga merasa

diperhatikan.

B. REKOMENDASI

Diharapkan Aplikasi teori ini untuk anak disajikan dengan pendekatan teori

tumbuh kembang anak sehingga spesifik dengan masalah keperawatan

anak,karena kelihatannya aplikasi teori ini hanya khusus orang dewasa tidak

siapkan untuk keperawatan anak yang lebih spesifik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aligood. M.R dan Tomey. A.N. (2009). Nursing Theorists and Their Work 7 th

Edition. Mosby Inc, USA

Aligood. M.R dan Tomey. A.N. (2006). Nursing Theory : Utilization & Application 3

th editon. Mosby Inc, USA

Andreas Kopf dan Nilesh Patel B. (2010). Pain Management in Children. International

Association for the study of Pain.

Fawcett. J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analisys and Evaluation of

Nursing Models and Theorist 2 th edition, FA Davis Company, Philadelphia

Parker. M.E. (2005). Nursing Theories and Nursing Practice 2 th edition, F.A. Davis

Company, USA

Gobet. F. (2008). Towards an alternative to Benner’s theory of expert intuition in

nursing: A discussion paper. International Journal of Nursing Studies

Kasron,Sahran,Usman (2016). Teori Keperawatan dan Tokohnya. Trans Info Media,

Jakarta

Kolcaba, K., & DiMarco, M.A. (2005). Comfort theory and its application to pediatric

nursing. A Pediatrc Nursing, 31(187-94).

Kolcaba, Katharine. 2003. Confort theory and practice: a vision for holistic health

care and research. New York: Springer Publishing Company

Peterson, Sandra J., Bredow, Timothy S. 2004. Midle range theories application to

nursing research. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins

31
Ronald L Blount, PhD and Kristin A Loiselle, BS. (2009). Behavioural assessment of

pediatric pain. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706564/.

Wong, Donna L., Eaton Maryln Hockenberry, dkk. 2009. Wong buku ajar

keperawatan pediatric. Vol 1. Jakarta : EGC

32

Anda mungkin juga menyukai