Anda di halaman 1dari 22

P A N D U A N

ANALISA MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA


(FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS/ FMEA)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN


KABUPATEN KEBUMEN
2019
PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN
RSUD Dr. SOEDIRMAN
Jl. Lingkar Selatan-Muktisari Kebumen Telp : (0287) 3873318
Fax : (0287) 385274, Email :rsud@kebumen.go.id Kode Pos. 54351

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR : 150 TAHUN 2019

TENTANG

PANDUAN ANALISA MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA


(FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS/ FMEA)
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu


secara keseluruhan dengan terus mengurangi
risiko terhadap pasien dan staf baik dalam
proses asuhan klinis maupun lingkungan fisik;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada
huruf a, perlu ditetapkan panduan analisa
modus kegagalan dan dampaknya (failure mode
efect analysis/fmea) rumah sakit umum daerah
dr. soedirman kebumen;
c. bahwa untuk melaksanakan upaya
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b,
perlu menetapkan panduan analisa modus
kegagalan dan dampaknya (failure mode efect
analysis/fmea) dengan peraturan direktur.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
1441 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
3. Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran;
4. Permenkes Nomor 1438 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
-2-

5. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien;
6. Permenkes Nomor 012 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
7. Buku Panduan Penyusunan Dokumen
Akreditasi, Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS), Jakarta 2012;
8. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Departemen
Kesehatan Tahun 1994;
9. Panduan Nasional Keselamatan Pasien edisi 2
Tahun 2008;
10. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien edisi 2 Tahun 2008.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN TENTANG
PANDUAN ANALISA MODUS KEGAGALAN DAN
DAMPAKNYA (FAILURE MODE EFFECT
ANALYSIS/FMEA) PADA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Panduan Analisa Modus Kegagalan dan Dampaknya (Failure Mode Efect


Analysis/FMEA) Rumah Sakit Umum Daerah dr. SOEDIRMAN Kebumen
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah dr. SOEDIRMAN Kebumen ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 2

(1) Panduan Analisa Modus Kegagalan dan Dampaknya (Failure Mode


Efect Analysis/FMEA) sebagaimana terlampir dalam peraturan ini
digunakan sebagai acuan bagi setiap petugas yang bertanggung jawab
di unit/instalasi yang menjadi penanggung jawab mutu.
(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan kepada Ketua
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien untuk mensosialisasikan serta
menempatkannya dalam Perpustakaan Rumah Sakit.
-3-

BAB II
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 3

Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 9 Februari 2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

WIDODO SUPRIHANTORO
-4-

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR : 150 TAHUN 2019
TENTANG
PANDUAN ANALISA MODUS
KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA
(FAILURE MODE EFFECT
ANALYSIS/ FMEA) PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

PANDUAN ANALISA MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA


(FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS/FMEA)
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sebenarnya
dapat dicegah di rumah sakit telah lama menjadi pusat perhatian, di
Amerika the Joint Comission on Accreditation of Health Organization
(JCAHO) mewajibkan rumah sakit untuk melakukan setidaknya satu
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) setiap tahun untuk dapat
mengidentifikasi berbagai upaya pencegahan.
FMEA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
perbaikan system yang telah terbukti dapat meningkatkan
keselamatan. FMEA merupakan teknik yang berbasis tim, sistematis,
dan proaktif yang digunakan untuk mencegah permasalahan dari
proses atau produk sebelum permasalahan tersebut muncul atau
terjadi. FMEA dapat memberikan gambaran tidak hanya mengenai
permasalahan – permasalahan apa saja yang mungkin terjadi namun
juga mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.
FMEA awalnya dikembangkan di luar bidang pelayanan
kesehatan dan sekarang digunakan di pelayanan kesehatan untuk
menilai risiko kegagalan dan kesalahan pada berbagai proses serta
untuk mengidentifikasi area – area penting yang membutuhkan
-5-

perbaikan. Program perbaikan pelayanan kesehatan yang dapat


bertahan lama dan dapat mengurangi kemungkinan kegagalan hanya
dapat dicapai melalui perbaikan system. Failure mode and effect
analysis (FMEA) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
perbaikan system yang telah terbukti dapat meningkatkan
keselamatan.

B. Tujuan
1. Mencegah error dan nearmiss
2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
3. Meningkatkan pendekatan pasien safety dalam pelayanan
-6-

BAB II
DEFINISI

A. Failure Mode and Effects Analysis


1. Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah
potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal ini disesain untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
2. Metode proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi,
karena mengantisipasi kesalahan akan meninimalkan potensi
cidera.
3. Berguna untuk mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan
dampak buruk.
4. Alat yang sangat bermanfaat untuk mencegah kegagalan proses
dan produk.
5. Metode untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kegagalan
potensial, menentukan tingkat risiko dari kegagalan dan skala
prioritas untuk mengambil tindakan yang diperlukan
6. Berfungsi sebagai database pengetahuan tentang rancangan
produk dan proses manufaktur yang akan sangat berguna untuk
peningkatan berkelanjutan.

B. Kegagalan
Hilangnya fungsi dibawah kondisi yang dinyatakan

C. Modus Kegagalan
Cara tertentu atau cara dengan mana kegagalan terjadi dalam hal
kegagalan item (menjadi bagian atau (sub) sistem) fungsi diselidiki;
umumnya dapat menggambarkan cara kegagalan terjadi.

D. Risk Priority Number (RPN)


Keparahan x probabilitas (dari peristiwa yang terjadi) x deteksi
(probabilitas bahwa acara ini tidak akan terdeteksi sebelum pengguna
menyadari hal itu.
-7-

BAB III
TATA LAKSANA

A. Langkah-Langkah FMEA
1. Tentukan Topik Proses FMEA
2. Bentuk Tim
3. Gambarkan Alur Proses
4. Analisa Hazard Score
5. Tatalaksana dan Pengukuran Outcome
6. Standarisasi/Redesign proses/design control
7. Analisa dan Melakukan Uji Coba Proses Baru
8. Implementasi dan Monitoring proses yang baru

B. Pelaksanaan FMEA
1. Menentukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan
membentuk tim
a. Proses Risiko Tinggi
1) Proses baru, misalnya proses mengoperasikan alat infuse
baru untuk pasien rawat jalan.
2) Proses yang sedang berjalan, misalnya proses pengadaan
dan penyimpanan gas medis di rumah sakit.
3) Proses dalam klinis, misalnya proses pemeriksaan darah di
laboratorium.
4) Proses non klinis, misalnya proses mengkomunikasikan
hasil pemeriksaan lab kepada dokter atau proses
identifikasi pasien yang berisiko jatuh.
b. Sumber Identifikasi Proses Risiko Tinggi
1) Data performance improvement internal
2) Feedback staff
3) Feedback customer
4) Data dari RS lain (grup/RS setara local/nasional)
5) Komite keselamatan Pasien RS
6) Literatur dari Asosiasi/Society/Profesional
7) Sentinel Event Database
8) Liability insurance
-8-

c. Membentuk Tim
1) Multidisiplin
2) Tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4 – 8 orang)
3) Memiliki pengetahuan tentang proses yang dianalisis
(subject matter/process expert) dan komitmen pada
“performance improvement”.
4) Mewakili bidang yang akan dianalisis dan unit yang akan
terkena perubahan.
5) Mengikutkan orang yang tidak terlibat dalam proses tapi
memiliki “analytical skill”
6) Setidaknya ada satu pembuat keputusan (leader)
7) Satu orang yang memiliki “critical thinking” saat perubahan
akan dilaksanakan.
2. Menggambarkan alur atau diagram proses dan brainstorming
modus kegagalan
Alur atau Diagram Proses
a. Buat alur proses, bila perlu dibuat sub proses dan buat
masing–masing diagramnya.
b. Bila proses baru : bagaimana seharusnya
c. Bila proses lama : bagaimana saat ini
d. Buat flowchart untuk diagram proses
3. Analisa Hazard Score
a. Modus Kegagalan
“Perilaku yang dapat mengakibatkan kegagalan”
1) Tanyakan “bagaimana bisa gagal?”
2) Identifikasi semua modus kegagalan
b. Menentukan Dampak
Menentukan kemungkinan dampak jika kegagalan tersebut
terjadi dengan brainstorming atau diskusi diantara anggota
tim.
c. Prioritas Modus Kegagalan
Skala Peringkat modus kegagalan
-9-

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai peringkat


modus kegagalan
1) Risk Priority Number (RPN)  FMEA
Fokus pada severity, probability, dan detectibility
RPN = Severity x Probability x Detectibility
2) Hazard Score  HFMEA
Fokus pada kegawatan severity, probability
a) Hazard Score = Severity x Probability
b) Decision tree
Memilih Skala Peringkat
1) JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang
harus digunakan dalam menilai modus kegagalan
2) Pimpinan dan staf bebas memilih skala yang dipercaya
efektif dan organisasi harus menggunakannya secara
konsisten. Misal, organisasi bisa memilih skala 1 – 10 atau
1–5
3) Tidak masalah, apapun metode FMEA/ HFMEA dan
penentuan skala (1-10 atau 1-5) yang digunakan oleh tim,
anggota tim harus setuju dan mengerti skala apa yang telah
ditetapkan. Misal, jika tim sepakat menggunakan
skala 1–10, mereka harus setuju pada definisi tiap rating.
- 10 -

Analisis Hazard “Level Dampak”

MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPIK


DAMPAK
1 2 3 4
Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan
yang tidak dapat menyebabkan menyebabkan
mengganggu mempengaruhi kerugian berat kerugian besar
proses proses dan
pelayanan menimbulkan
kepada pasien kerugian
ringan
Pasien Tidak ada Cedera ringan Cedera Kematian,
cedera tidak ada luas/berat kehilangan
ada perpanjangan perpanjangan fungsi tubuh
perpanjangan hari rawat hari rawat lebih secara permanen
hari rawat lama ± >1 (sensorik/motori
bulan, k/psikologi/intel
berkurangnya ektual) misal :
fungsi operasi pada
permanen bagian atau
organ tubuh pada pasien
(sensorik/motor yang salah,
ik/psikologi/int tertukarnya
elektual) bayi.
Pengunjung Tidak ada Cedera ringan Cedera Kematian
cidera Ada luas/berat Terjadi pada
Tidak ada penanganan Perlu dirawat >6 pengunjung
penanganan ringan terjadi terjadi pada 4 –
Terjadi pada 1 pada 2 – 4 6 orang
– 2 orang pengunjung
Staf Tidak ada Cedera ringan Cedera Kematian
cedera Ada luas/berat Perawatan > 6
Tidak ada penanganan / Perlu dirawat staf
penanganan tindakan Kehilangan
Terjadi pada 1 kehilangan waktu /
– 2 staf waktu / kec. kecelakaan
Tidak ada Kerja 2 – 4 staf kerja pada 4 – 6
kerugian staf
waktu/kec
kerja
Fasilitas Kerugian < Kerugian Kerugian Kerugian
kesehatan 1.000.000 atau 1,000.000 – 10.000.000 – > 50.000.000
tanpa 10.000.000 50.000.000
menimbulkan
- 11 -

Analysis Hazard “Level Probabilitas”

LEVEL DESKRIPSI CONTOH


4 Sering (frequent) Hampir sering muncul dalam
waktu yang relative singkat
(mungkin terjadi beberapa kali
dalam 1 tahun)
3 Kadang – kadang Kemungkinan akan muncul
(occasional) (dapat terjadi beberapa kali
dalam 1 sampai 2 tahun)
2 Jarang (uncommon) Kemungkinan akan muncul
(dapat terjadi dalam >2
sampai 5 tahun)
1 Hampir tidak pernah Jarang sekali terjadi (dapat
(remote) terjadi > 5 sampai 30 tahun)

Hazard Score
Tingkat Bahaya
Katastropik Mayor Moderat Minor
4 3 2 1
Sering
16 12 8 4
4
Kadang
12 9 6 3
3
Jarang
8 6 4 2
2
Hampir tidak pernah
4 3 2 1
1

a. Menentukan Kemampuan Deteksi


1) Detectability adalah derajat dimana sesuatu dapat
ditemukan atau dicatat
2) Pertanyaannya
Jika modus kegagalan terjadi, bagaimana hal tersebut
dapat diketahui (terdeteksi) ?
Contoh : Mengidentifikasi isi gas berdasarkan label yang
tertera pada tabung. Jika label hilang maka akan sangat
berbahaya karena tidak diketahui isi tabung tersebut.
b. Prioritaskan Modus kegagalan
1) Modus kegagalan harus dilakuakn prioritas sesuai dengan
prioritas tindakan
- 12 -

2) Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat


memilih “cut of point” untuk menentukan prioritas.
a) Nilai di bawah cut of point tidak memerlukan tindakan
segera kecuali tersedia waktu
b) Nilai di atas cut of point, harus dilakukan eksplorasi.

RISK PRIORITY NUMBER (RPN)


FM# Failure Severity Frequency Detectability RPN
Mode
2 Choose
incorrect 10 7 7 490
medication
6 No double
10 7 7 490
check
4 Error due to
10 8 6 480
Baker cells
1 Poor flow of
refilling 7 10 6 420
process
10 Dispense not
documented 7 10 5 350
Cut of
point
in computer
5 Labeled
7 8 3 168
incorrectly
7 Illegible
4 10 4 160
initials
9 No double
check of bag 7 7 3 147
contents
3 Count
incorrect 2 7 10 140
quantity
8 Prescription
bagged 4 4 1 16
incorrectly

c. Identifikasi Penyebab Modus Kegagalan


1) Mencari kemungkinan penyebab modus kegagalan
2) Prinsipnya adalah kegagalan di masa datang bisa dicegah.
Kalaupun tidak dapat dicegah, pasien harus di proteksi
terhadap dampak kegagalan tersebut atau dampak di
mitigasi.
- 13 -

4. Tata Laksana dan Pengukuran Outcome


-

5. Melakukan Standarisasi/ redesign proses/ design control


a. Persiapan dalam melakukan re-design
Fokus : elemen re-design yang kritis
Pelajari RS laun bagaimana cara mengatasi hal tersebut
b. Perhatikan ada 3 level re-design
c. Desain atau desain ulang proses untuk eliminasi peluang
terjadinya kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).
d. Fokus pada mitigasi dampak error yang sampai pada pasien.

PROSES RISIKO PROSES RISIKO


TINGGI FMEA RENDAH

1. Variabel input 1. Penurunan variabilitas


2. Kompleksitas 2. Menyederhanakan
3. Non standarisasi 3. Standarisasi
4. Keterkaitan yang erat 4. Loosen coupling of
5. Ketergantungan pada process
intervensi manusia 5. Gunakan teknologi
6. Keterbatasan waktu 6. Mengoptimalkan
7. Budaya Hirarki redundansi
7. Built in fail safe
mechanism
8. Dokumentasi
9. Estabilishing a culture
of teamwork

1) Variable Input
a) Pasien
Keparahan penyakitnya
Komorbiditas
Pengobatan
Keinginan pasien
Usia
- 14 -

b) Pemberi pelayanan
Tingkat ketrampilan
Cara pendekatan melaksanakan tugas, dll
Proses pelayanan harus dapat mengakomodasi
variabilitas yang tidak dapat dihindarkan dan tidak
dapat dikontrol.
2) Kompleksitas
a) Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks,
terdiri dari puluhan langkah
b) Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin
tinggi probabilitas terjadinya kesalahan
c) Donald Berwick
Bila proses terdiri 1 langkah, kemungkinan 1%
Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
Bila proses 100 langkah, kemungkinan salahnya
63%
3) Kekurangan standarisasi
a) Variabilitas individual sangat tinggi
b) Perlu standar, misal :
SPO
Parameter
Protocol
Clinical pathways
c) Dapat membatasi pengaruh dari variabel yang ada
4) Keterkaitan yang Erat
a) Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu
berurutan tanpa jeda, sehingga seringkali baru disadari
terjadi penyimpangan pada langkah berikutnya. Misal,
LASA
b) Keterlambatan dalam suatu langkah akan
mengakibatkan gangguan pada seluruh proses.
c) Kekeliruan dalam suatu langkah akan mengakibatkan
penyimpangan pada langkah berikut (cascade of failure)
d) Kesalahan biasanya terjadi pada saat perpindahan
langkah atau adanya langkah yang terabaikan
- 15 -

e) Pada “tightly coupled” seringkali hanya member peluang


satu jenis cara untuk menyelesaikan satu langkah
tertentu.
f) Kesalahan pada satu langkah akan segera diikuti oleh
kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak
sempat dilakukan.
5) Ketergantungan kepada intervensi manusia
a) Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang
dalam proses dapat menumbulkan variasi
penyimpangan.
b) Tidak semua variasi bersifat baik ada juga yang buruk,
“creating safety at the sharpend”, misal singkatan pada
peresepan  medication error
c) Pelayanan kesehatan sangat tergantung pada intervensi
manusia
d) Petugas harus mampu mengendalikan situasi yang
tidak terduga demi keselamatan pasien.
e) Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang
memadai sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6) Budaya Hirarki
a) Suatu proses akan menghadapi risiko kegagalan lebih
tinggi dalam unit kerja dengan budaya “hirarki”
dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya
berorientasi pada team.
b) Staf enggan berkomunikasi dan berkolaborasi satu
dengan yang lain
c) Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas
farmasi tentang medikasi, dosis, serta perawatan
lainnya.
d) Budaya hirarki sering tercipta misalnya dalam
menentukan penggunaan obat, verifikasi lokasi
pembedahan oleh tim bedah.
e) Tata cara berkomunikasi antar staf dalam proses
pelayanan kesehatan sangat menentukan hasilnya.
- 16 -

7) Keterbatasan waktu
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung
meningkatkan risiko kegagalan. Misal, ket  golden period.

6. Analisa dan Melakukan Proses yang Baru


a. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan
proses FMEA yang baru untuk menguji apakah proses tersebut
masih berpotensi menimbulkan kegagalan
b. Untuk Failure Mode dengan RPN, jangan lupa mencari banyak
jalan untuk mengeliminasi/meminimalkan resiko

PDSA CYCLE

Mencoba proses ulang


1) Tim mengimplementasikan redesain dalam skala kecil,
monitor hasilnya, dan lakukan redesain sesuai kebutuhan
tanpa mengambil risiko jika diimplementasikan dalam skala
besar.
2) Kumpulkan umpan balik dari staf yang terlibat dalam
proses di skala kecil tersebut.
3) Pertimbangkan pre dan pot survey staf yang terlibat dalam
pilot testing. Hal ini akan memberikan informasi tentang
bagaimana kelompok membandingkan proses sebelum dan
sesudah redesain.
- 17 -

7. Implementasi dan Monitor Proses yang Baru


Implementasi dan monitoring proses yang baru. Ulangi beberapa
waktu, sesudah beberapa failure mode di eliminasi

CONTOH FMEA
Langkah 2. Gambarkan Alur Proses

1 2 3 4 5
Dokter Dokter Penulisan Penyerahan resep Pelayanan obat
menegakkan menetapkan resep ke farmasi di farmasi
diagnosis terapi
Sub proses :
a. Anamnesis a. Menulis di a. Perawat a. Perawat a. Skrining
status RM menulis menyerahkan resep
permintaan resep ke b. Checking 1
obat pada keluarga
kitir obat pasien (jika
pasien tunai)
b. Pemeriksaan b. Pemilihan b. Dokter c. Perawat d. Penyiapan
fisik obat menulis menyerahkan e. Labeling
obat pada resep ke
kertas resep pembantu
perawat untuk
mengantar ke
farmasi (bila
pasien
tanggungan
asuransi/peru
sahaan/via
RS)
c. Pemeriksaan d. Pemilihan c. Pemberian d. Menyerahkan e. Penyerahan
Penunjang cara identitas ke petugas /
pemberian pasien pada farmasi pengiriman
obat kertas resep obat
e. Menentukan f. Perawat g. Recheck
dosis obat menulis resep
jumlah obat
pada status
RM
f. Menentukan h. Berhitung
frekuensi
pemberian
obat
g. Pemberian i. Mutasi
terapi melalui
telepon pada
perawat
h. Pesan pada j. Posisi
perawat yang
mengantar
visite
- 18 -

BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi pelaksanaan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)


adalah pengumpulan bukti pelaksanaan:
1. SPO FMEA
2. Laporan insiden unit
3. Daftar hadir, notulen antara Tim KKPRS dan unit insiden
4. Pengorganisasian Tim kerja.
5. Hasil dokumentasi saat pengumpulan data.
6. Bukti laporan FMEA yang telah dibuat untuk satu insiden dan usulan,
rekomendasi dan solusi dari Tim yang diaporkan ke Direktur.
7. Sosialisasi hasil temuan Tim RCA kepada unit-unit
8. Bukti sosialisasi dengan bentuk informasi tertulis, bukti ekspedisi dan
koordinasi (buktinya notulen dan daftar hadir) hasil keputusan
Direktur terkait tindak lanjut yang diusulkan Tim berupa SPO
Baru/Redesain SPO/Redasain Proses dan lain-lain
- 19 -

BAB VI
PENUTUP

FMEA ini merupakan Metode perbaikan kinerja dengan


mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal ini
disesain untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Harapannya Buku Pedoman Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) yang ditetapkan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen ini, menjadi
acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan program keselamatan
pasien dan mutu pelayanan pasien. Hasil analisis akan menjadi
pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama di kemudian hari.
- 20 -

ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)


ANALISIS MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA (AMKD)/
FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)

RSUD No. Dokumen No. Revisi Halaman


Dr. SOEDIRMAN
150/001/SPO/2019 1 1/2
KEBUMEN
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh:
Direktur
09 Februari 2019
RSUD dr. Soedirman Kebumen
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Widodo Suprihantoro, MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19610621 198903 1 005
PENGERTIAN Analisis Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah
metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
analisis modus kegagalan dan dampam (AKMD/FMEA).
KEBIJAKAN Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soedirman Kebumen Nomor 150 Tahun 2019
Tentang Panduan Analisa Modus Kegagalan dan
Dampaknya (Failure Mode Effect Analysis/FMEA) pada
RSUD dr. Soedirman Kebumen.
PROSEDUR 1. Sub Komite Keselamatan Pasien menentukan topik
proses AKMD/ FMEA
2. Sub Komite Keselamatan Pasien membentuk tim
3. Sub Komite Keselamatan Pasien menggambarkan
alur proses
a. Menjelaskan proses setiap kegiatan sesuai
kebijakan dan prosedur yang berlaku
b. Mencantumkan sub proses untuk setiap
tahapan proses kejadian
4. Sub Komite Keselamatan Pasien menganalisis
hazard score
a. Tingkat bahaya
b. Tingkat probabilitas
c. Skor Hazard
d. Analisis pohon keputusan
5. Sub Komite Keselamatan Pasien melakukan
tatalaksana dan mengukur outcome
a. Tipe tindakan
b. Tindakan/alasan untuk mengakhiri
c. Ukuran Outcome
d. Yang bertanggung jawab
- 21 -

ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)


ANALISIS MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA (AMKD)/
FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)

RSUD No. Dokumen No. Revisi Halaman


Dr. SOEDIRMAN
150/001/SPO/2019 1 1/2
2/2
KEBUMEN
e. Manajemen tim
6. Sub Komite Keselamatan Pasien melakukan
standarisasi atau Re design proses
7. Sub Komite Keselamatan Pasien melakukan analisa
dan ujicoba pada proses yang baru
8. Sub Komite Keselamatan Pasien melakukan
implementasi dan monitor proses baru
UNIT TERKAIT Kepala Instalasi
Kepala Unit
Semua unit

Anda mungkin juga menyukai