Anda di halaman 1dari 3

Modern and Classic Wound Dressing Comparison in Wound Healing, Comfort and

Cost

Pendahuluan: Perawatan luka juga berkembang pesat setelah diseminasi konsep TIME (Tissue, Infection,
Moisture, dan Wound Edge) dalam modern dressing (MD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan modern dressing (MDs) dan klasik dressing (CDs) dalam hal kenyamanan pasien,
efektivitas biaya dan penyembuhan luka.

Metode: Desain penelitian prospektif dengan jumlah peserta 25 orang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah consecutive sampling. Kenyamanan pasien dinilai melalui frekuensi perawatan luka
dan skala nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Efektivitas biaya dinilai dengan menggunakan
biaya langsung dan tidak langsung. Penyembuhan luka dinilai menggunakan skor Bates-Jensen Wound
Assessment Tool (BWAT). Data dianalisis menggunakan uji t independen dan uji Mann-Whitney.

Ini adalah studi observasional klinis yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan desain prospektif
untuk membandingkan hasil perawatan luka antara MD dan CD. Subyek penelitian adalah pasien
ortopedi dan traumatologi dengan luka yang dirawat di bangsal bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada periode Maret 2018 sampai Februari 2019. Kriteria inklusi terdiri dari luka akut akibat trauma
dimana permukaan luka mentah adalah 50 -500 cm2 dan di mana kedalaman luka berkisar dari
sebagian hingga ketebalan penuh dengan hilangnya kulit hingga setinggi otot. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini meliputi luka dengan permukaan kasar kurang dari 50 cm2 atau lebih dari 500 cm2, luka
yang tidak terkena tulang, tendon, saraf, pembuluh darah dan tulang rawan dan luka pada pasien
dengan trauma multipel atau dengan penyakit penyerta.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jenis pembalut (MD dan CD) sedangkan variabel bebas
adalah (1) kenyamanan pasien dinilai dari seberapa sering dilakukan perawatan luka dan skala nyeri
setiap kali dilakukan perawatan luka, (2) biaya efektivitas dilihat dari biaya langsung dan tidak langsung
dan (3) penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan oleh residen ortopedi berdasarkan standar
operasional prosedur perawatan luka di RSUD Provinsi Surabaya. Pertama, dilakukan hand scrubbing.
Penjelasan tentang prosedur perawatan luka diberikan kepada pasien, dilanjutkan dengan identifikasi
pasien. Penggunaan sarung tangan ditekankan. Pembalut luka dilepas dengan pinset dan dibuang. Luka
dibersihkan dengan kain kasa dan NaCl 0,9% dari dalam ke luar. Kondisi luka dicatat dan
didokumentasikan. Luka ditutup dengan balutan primer, diikuti dengan balutan sekunder. Kasa kotor
dibuang dan pinset dibersihkan dalam larutan klorin 0,5%.

Kesimpulan: Penerapan MD memiliki efektivitas biaya yang sama dengan CD dengan hasil yang lebih
memuaskan untuk luka dalam hal kenyamanan dan penyembuhan
A pharmacoeconomicstudy:cost-
utilityanalysisofmodernwounddressingsvsconventionalwounddressingsinpatientswithdiabetic
footulcer

Penelitian ini membandingkan utilitas dan biaya dari dua perawatan untuk ulkus kaki diabetik, yaitu
pembalut luka modern dan pembalut luka konvensional. Data utilitas rata-rata dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner DQOL, sedangkan data biaya diperoleh dari total biaya rata-rata dari perspektif
pasien. Komponen biaya yang dihitung terdiri dari biaya medis dan non medis langsung serta biaya tidak
langsung. Kemudian dilakukan analisis cost-utility dengan menghitung nilai incremental cost-utilityratio
(ICUR).

Sampel akhir termasuk 16 pasien; 11 menggunakan pembalut luka modern, dan 5 menggunakan
pembalut luka konvensional. Kualitas hidup pasien dipantau mulai dari kunjungan pertama ke klinik
atau puskesmas hingga sembuh atau tidak lagi membutuhkan pembalut luka. Oleh karena itu, rata-rata
utilitas dan biaya dihitung berdasarkan jumlah kunjungan, yaitu 75 kunjungan dengan rincian sebagai
berikut: 55 kunjungan pasien dengan balutan luka modern dan 20 kunjungan pasien dengan balutan
luka konvensional.

Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis farmakoekonomi dan cost-utility penggunaan pembalut luka
modern dibandingkan pembalut luka konvensional dengan menggunakan kualitas hidup pasien DFU
yang diukur dengan kuesioner DQOL (Diabetic Quality of Life) dan total biaya rata-rata. dari setiap
pembalut luka. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis cost-utility antara pembalut luka
modern versus konvensional pada pasien ulkus kaki diabetik untuk menentukan alternatif pembalut luka
yang hemat biaya yang akan memberikan utilitas atau kualitas hidup terbaik bagi pasien ulkus kaki
diabetik.

Perhitungan biaya dilakukan berdasarkan perspektif pasien. Komponen biaya yang diperhitungkan
adalah biaya medis langsung (biaya pembalut luka dan biaya perawatan luka), biaya non medis langsung
(biaya perawatan di rumah untuk pasien pembalut luka modern dan biaya transportasi untuk pasien
pembalut luka konvensional), dan biaya tidak langsung (biaya kehilangan produktivitas). ). Kerugian
biaya produktivitas dihitung berdasarkan pendekatan human capital, yaitu jumlah hari yang hilang
karena sakit atau pengobatan sesuai dengan pendapatan harian (Setiawan, Endarti, & Suwantika, 2017).

Tabel II menunjukkan bahwa biaya pengobatan langsung pembalut luka konvensional adalah Rp 0 sejak
pasien menjalani perawatan luka di puskesmas secara gratis. Biaya pengobatan langsung ditanggung
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pasien hanya mengeluarkan biaya non
medis langsung berupa biaya transportasi dari rumah ke puskesmas. Bahkan jika perawatan diberikan
secara gratis, biaya tidak langsung (kehilangan biaya produktivitas) menciptakan beban keuangan.
Sementara itu, biaya non-medis langsung dari pembalut luka modern tinggi karena pasien menerima
perawatan luka di rumah.

Nilai CUR dan ICUR dihitung setelah mendapatkan hasil perhitungan utilitas dan biaya. Hasil CUR (Tabel
III) menunjukkan bahwa pembalut luka modern berada pada kuadran 1, sedangkan pembalut luka
konvensional berada pada kuadran 3, sehingga dilakukan analisis cost-utility dengan menghitung nilai
ICUR. Pembalut luka modern memberikan kualitas hidup yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih tinggi
daripada pembalut luka konvensional. Hasil ICUR menunjukkan biaya lebih dari Rp 22.813 untuk
mengganti pembalut luka konvensional ke modern dan meningkatkan 1 unit kualitas hidup, tetapi
pasien memperoleh tambahan 13,15 kualitas hidup. Studi lebih lanjut yang membandingkan PDB per
kapita, atau nilai ambang batas, atau kesediaan membayar diperlukan untuk menentukan apakah
penambahan itu sepadan atau tidak.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya pembalut luka modern per kunjungan adalah Rp 347.131,
sedangkan pembalut luka konvensional adalah Rp 47.140. Kualitas hidup dengan pembalut luka modern
vs konvensional berbeda secara signifikan (p <0,05).

Nilai incremental cost utility ratio (ICUR) adalah Rp 22.813 per quality of life (QoL).

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pembalut luka modern memberikan kualitas hidup yang
lebih tinggi dengan biaya yang lebih tinggi. Memang membutuhkan biaya lebih dari Rp 22.813 untuk
mengganti pembalut luka konvensional ke modern dan meningkatkan 1 unit kualitas hidup, tetapi
pasien memperoleh tambahan 13,15 kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai