Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL)/Direct Material Cost (DMC): 200 KG @Rp 1.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)/Direct Labour Cost (DLC): 50 Jam @Rp 500,-
Biaya Pabrikasi Tidak Langsung (BPTL)/Factory Overhead Cost (FOHC): 25% dari Prime Cost
(BBBL + BTKL)
Akan tetapi pada periode ke-2, dikehendaki untuk memproduksi produk A, sebanyak 150u.
Instruksi:
Jawaban:
281.250
= = Rp 2.812,50
100u
421.875
= = Rp 2.812,50
150 u
Catatan:
BV-BBBL = Biaya Variabel – Biaya Bahan Baku Langsung
BV-BTKL = Biaya Variabel – Biaya Tenaga Kerja Langsung
BV-BOP = Biaya Variabel – Biaya Overhead Pabrik
Instruksi:
Jawaban:
1a. Jumlah Biaya Tetap dari penyusutan mesin dengan metode Straight Line jika produksi
pertahun = 1.000u,
Rp 10.000 .000
= Rp 1.000.000,-
10tahun
Rp 1.000 .000
= Rp 1.000,-
1.000
2a. Jumlah Biaya Tetap dari penyusutan mesin jika produksi pertahun = 50.000u, ialah:
Rp 10.000 .000
= Rp 1.000.000,-
10tahun
Rp 1.000 .000
= Rp 20,-
50.000u
3a. Jika produksi pertahun dikehendaki = 120.000u, maka Jumlah Biaya Tetap dari
penyusutan mesin, akan > dari Rp 1.000.000,- per tahun karena harus dibeli mesin baru
untuk dapat memenuhi produksi 120.000u tersebut yang pada dasar-nya telah melampaui
kapasitas maksimum 100.000u. Dengan demikian pula Jumlah Biaya Tetap dari
penyusutan mesin, akan berubah dalam masa transisi itu.
3b. Biaya Tetap per Unit-nya, juga akan berubah setelah pembelian mesin itu, karena jumlah
biaya penyusutan mesin akan berubah, tidak lagi sebesar Rp 1.000.000,- Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa ‘pada saat ini’, Biaya Tetap berubah menjadi Biaya Variabel
“untuk sementara waktu”
Rangkuman:
Tidak ada satu jenis biaya pun yang dapat disebut 100% sebagai Biaya Variabel, dan
100% sebagai Biaya Tetap.
Untuk menentukan apakah suatu biaya adalah Biaya Variabel atau Biaya Tetap adalah
tidak tergantung pada sebutannya atau pridikatnya, tetapi tergantung pada perilakunya
(behaviuoral) dan dari persepsi mana biaya itu dilihat.
Contoh: Biaya Bahan Bakar ‘Bensin’, pada Perusahaan Jasa Transportasi. Jika dilihat
dari sudut pandang “Jumlah Penumpang” maka ‘Biaya Bahan Bakar -Bensin’ tersebut
adalah Biaya Tetap, sebab 10 orang penumpang dengan 2 orang penumpang, jumlah
bensin yang digunakan tidak berbeda jumlahnya alias sama banyaknya.
Rp 60.000
= Rp 60
Variable Cost per unit = 1.000 unit
2.
3. a. Alokasi SVC pada Tingkat Kapasitas Max. 2.000 Unit
Yang akan dibebankan ke dalam FC dan VC dari TSVC sebesar Rp 160.000,- itu
ialah:
KE VC = 2.000u x Rp 60 = Rp 120.000,-
KE FC = Rp 160.000 – Rp 120.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 160.000,-
Yang akan dibebankan ke dalam FC dan VC dari TSVC sebesar Rp 100.000,- itu
ialah:
KE VC = 1.000u x Rp 60 = Rp 60.000,-
KE FC = Rp 100.000 – Rp 60.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 100.000,-
FC = Rp 40.000,-
VC = 1.500u x Rp 60 = Rp 90.000,-
Total = Rp 130.000,-
3b. Contoh Kasus Alokasi Semi Variable Cost Dgn Metode
Matematis.
Dimisalkan; Pada contoh kasus sebelum-nya; Variable Cost Per Unit sebesar: Rp X,
sedangkan Total Fixed Cost sebesar: Y.
Diminta :
Penyelesaian:
P1 = 1.000x + y = 100.000
P2 = 2.000x + y = 160.000 -
= -1.000x = -60.000
X = 60
2. Alokasi Semi Variable Cost ke Variable Cost dan Fixed Cost pada Tingkat
Kapasitas Minimum 1.000 Unit.
Alokasi:
KE VC = 1.000u x Rp 60 = Rp 60.000,-
KE FC = Rp 100.000 – Rp 60.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 100.000,-
3. Alokasi SVC ke dalam Variable Cost dan Fixed Cost pada Tingkat Kapasitas
Maksimum 2.000 Unit.
KE VC = 2.000u x Rp 60 = Rp 120.000,-
KE FC = Rp 160.000 – Rp 120.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 160.000,-
FC = Rp 40.000,-
VC = 1.500u x Rp 60 = Rp 90.000,-
Total = Rp 130.000,-
Jawab Pertanyaan-Pertanyaan Yang Disediakan Pada Laman-Laman
Berikut Ini, dan Perhatikan Serta Amati Dengan Jelimat Contoh-Contoh
Perhitungan Yang Ada.
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL) / Direct Material
Cost? Berikan Contoh!
2. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) / Direct Labour
Cost? Berikan Contoh!
3. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pabrikasi Tidak Langsung (BPTL) / Factory
Overhead Cost? Berikan Contoh!
4. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pabrikasi (Manufacturing Cost) atau Biaya
Produksi (Production Cost). Berikan Contoh!
5. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Beban Komersial (Commercial Expenses) atau Beban
Operasional (Operating Expenses). Berikan Contoh!
6. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Prime Cost. Berikan Contoh!
7. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Conversion Cost. Berikan Contoh!
8. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pemasaran (Marketing Exspense / Selling
Expense). Berikan Contoh!
9. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Umum dan Administrasi (General and
Administration Expenses). Berikan Contoh!
10. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Lain-Lain (Other Expenses). Berikan Contoh!
11. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Capital Exependiture (Biaya Yang Dikapitalisasi).
Berikan Contoh!
12. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Revenue Exependiture. Berikan Contoh!
13. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Standar (Standard Cost / Pre-Determined
Cost/ Estimated Cost). Berikan Contoh!
14. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Historis (Historical Cost / Actual Cost).
Berikan Contoh!
15. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Marginal Cost (Deferential Cost). Berikan Contoh!
16. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Oportunity Cost (Biaya Peluang). Berikan Contoh!
17. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Relevant Cost (Biaya Relevan). Berikan Contoh!
18. Perhatikan contoh perhitungan di bawah ini :
Contoh Kasus: Harga Pokok Produksi Per Unit dari pembuatan 1 unit TV. adalah Rp
750.000,- Biasanya produksi per hari adalah 1 unit. Tetapi pada suatu hari ada pesanan TV
sebanyak 15 Unit, dan harus diserahkan pada hari ke 10, sejak tanggal pemesanan. Untuk
memenuhi pesanan itu, para karyawan harus bekerja lembur sehingga upah kerja naik.Setelah
dilakukan penghitugan, untuk membuat 15 u TV tersebut, harus dikeluarkan biaya sebesar Rp
11.625.000,- atau Rp 775.000/u (15 u x Rp 775.000).
Pertanyaan:
1. Hitung Berapa Besarnya Marginal Cost atau Deferential Cost!
2. Apakah pesanan tersebut DITERIMA atau DITOLAK, jika harga jual per unit-nya Rp
780.000,-
Jawaban:
Perhitungan Analisis:
KEPUTUSAN:
Contoh: Kalau yang diproduksi adalah produk ‘A’ maka keuntungan/laba yang akan
diperoleh adalah sebesar Rp 1.000.000,- Tetapi kalau yang diproduksi adalah produk ‘B’
maka keuntungan/laba yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1.500.000,- Tetapi karena
perusahaan tidak memungkinkan untuk memproduksi kedua-duanya, maka perusahaan
harus memutuskan untuk memilih satu di antara dua tersebut.
Pertanyaan:
1. Produk mana yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan, produk ‘A’ atau
‘B’?
2. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘A’?
3. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘B’?
Jawaban:
1. Produk yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan, bergantung pada Judgement dan
Motif Perusahaan. Jika perusahaan dominan bermotif Profit Entreprises, maka
sebaiknya perusahaan memilih untuk meproduksi produk yang cenderung memberikan
keuntungan/laba yang lebih besar. Berarti dalam kasus ini, sebaiknya diproduksi
produk ‘B’. Tetapi jika Orientasi perusahaan bukan pada Profit Entreprises Motif,
tetapi yang lainnya (mungkin Quality, Pangsa Pasar, dll), maka sebaik-nya
perusahaan memilih untuk meproduksi produk ‘A’.
2. Besaran Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘A’ adalah sebesar keuntungan
dari produk ‘B’ yang diabaikan, yaitu: Rp 1.500.000,-
3. Besaran Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘B’ adalah sebesar keuntungan
dari produk ‘A’ yang diabaikan, yaitu: Rp 1.000.000,-
Pertanyaan:
Jawaban:
2A. Besaran Oportunity Cost, jika pilihan jatuh degan menggunakan Truck,
adalah sebesar penghematan biaya yang hilang karena menolak biaya yang lebih
rendah, yaitu: Rp 200.000,- (Rp 900.000 – Rp 700.000).
Opportunity Cost harus diperhitungkan sebagai biaya, pada alternatif yang dipilih.
Tujuan perhitungan ini adalah untuk menentukan TRUE COST pada alternatif yang
dipilih. TRUE COST adalah jumlah biaya yang benar-benar dikeluarkan ditambah
dengan penghematan biaya yang hilang karena menolak biaya yang lebih rendah
atau Pemborosan (TRUE COST = Actual Cost + Inefisiensi)
2B. Besaran TRUE COST, jika pilihan jatuh degan menggunakan Truck, adalah
sebesar = Rp 900.000 + Rp 200.000 = Rp 1.100.000,- (Opportunity Cost tidak dicatat
dalam Buku Besar).
Pertanyaan:
Jawaban:
Jawaban:
1. Keputusan perusahaan bergantung pada Judgement dan Motif Perusahaan. Jika motif-
nya berorientasi pada Quality maka perusahaan dapat memilih mesin yang lebih
berkualitas di antara Merek Q atau P. Tetapi jika perusahaan berorientasikan pada
penghematan biaya, perusahaan lebih baik jika membeli mesin Merek P, karena Biaya
Operasional-nya hanya RP. 40.000/bulan, sedangkan jika membeli Merek Q, Biaya
Operasional Rp 50.000.- Jadi terdapat penghematan biaya sebesar Rp 10.000,- jika
membeli Merek P, dari pada Merek Q.
3. Jika Biaya Operasional Merek P, sama dengan Biaya Operasional mesin Merek Q,
yaitu Rp.50.000,- juga, maka Tidak Ada Biaya Relevan, sebab tidak ada biaya terendah
di antara dua alternatif tersebut.
4. Jadi Biaya Relevan adalah biaya operasional terendah yang akan terjadi dimasa yang
akan datang dari suatu keputusan.