Anda di halaman 1dari 11

MATERI PRAKTEK KULIAH (3)

AKUNTANSI BIAYA SATU


TEORI+PRAKTIK

(II) PRAKTIK KULIAH (3)

Perhatikan dan Amati Dengan Jelimat Contoh-Contoh Kasus Berikut Ini :

1. Contoh Kasus Untuk Variabel Cost:


Pada periode pertama (I), Perusahaan Manufaktur X, menghasilkan produk A sebanyak 100u,
dengan menggunakan biaya-biaya sebagaimana berikut:

Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL)/Direct Material Cost (DMC): 200 KG @Rp 1.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)/Direct Labour Cost (DLC): 50 Jam @Rp 500,-
Biaya Pabrikasi Tidak Langsung (BPTL)/Factory Overhead Cost (FOHC): 25% dari Prime Cost
(BBBL + BTKL)

Akan tetapi pada periode ke-2, dikehendaki untuk memproduksi produk A, sebanyak 150u.

Instruksi:

1. a. Hitunglah jumlah biaya variabel pada periode (I)


b. Hitunglah biaya variabel per unit pada periode (I)
2. a. Hitunglah jumlah biaya variabel pada periode (II)
b. Hitunglah biaya variabel per unit pada periode (II)
3. Berikan komentar anda sehubungan pengertian dari biaya variabel baik terhadap
jumlahnya maupun terhadap biaya variabel per unit-nya.

Jawaban:

1. a. Jumlah Biaya Variabel Pada Periode (I)

BV-BBBL = 200 kg @ Rp 1.000 = Rp 200.000,-


BV-BTKL = 50 jam @ Rp 500 = Rp 25.000,-
BV-BOP = 25% X Rp 225.000 = Rp 56.250,-
Total Biaya Variabel (BV) = Rp 281.250
========
b. BV per Unit Pada Periode (I)

281.250
= = Rp 2.812,50
100u

2. a. Jumlah Biaya Variabel Pada Periode (II)

BV-BBBL = 150% x 200kg @ Rp 1.000 = Rp 300.000,-


BV-BTKL = 150% x 50jam @ Rp 500 = Rp 37.500,-
BV-BOP = 25% x Rp 337.500 = Rp 84.375,-
Total Biaya Variabel (BV) = Rp 421.875,-
========
Atau: 150% x Rp 2.812,50 = Rp 421.875,-
========

b. Biaya Variabel Per Unit Pada Periode (II)

421.875
= = Rp 2.812,50
150 u

3. Komentar sehubungan dengan pengertian biaya variabel baik terhadap jumlahnya


maupun terhadap biaya variabel per unit-nya.
Berdasarkan pada perhitungan tersebut dapat dirangkumkan bahwa:

 Jumlah biaya variabel berubah secara proporsional sebanding dengan perubahan


volume aktivitas/produksi.
 Biaya variabel per unit tidak berubah sekalipun volume aktivitas berubah.

Catatan:
 BV-BBBL = Biaya Variabel – Biaya Bahan Baku Langsung
 BV-BTKL = Biaya Variabel – Biaya Tenaga Kerja Langsung
 BV-BOP = Biaya Variabel – Biaya Overhead Pabrik

2. Contoh Kasus Untuk Fixed Cost :


Dimisalkan, PT X manufaktur membeli sebuah mesin pabrik dengan harga perolehan (cost) Rp
10.000.000,- dan ditaksir dapat dipakai 10 tahun dan disusutkan dengan metode Straight Line.
Kapasitas maksimum mesin ialah: 100.000u per tahun.

Instruksi:

1. Seandainya produksi pertahun = 1.000u, berapakah Jumlah Biaya Tetap dari


penyusutan mesin, dan Biaya Tetap per Unit-nya?
2. Seandainya produksi pertahun = 50.000u, berapakah Jumlah Biaya Tetap dari
penyusutan mesin, dan berapakah Biaya Tetap per Unit-nya?
3. Seandainya produksi pertahun dikehendaki = 120.000u, berapakah Jumlah Biaya Tetap
dari penyusutan mesin, dan berapakah Biaya Tetap per Unit-nya? Dan keputusan apa
yang harus dibuat oleh manajemen perusahaan?

Jawaban:

1a. Jumlah Biaya Tetap dari penyusutan mesin dengan metode Straight Line jika produksi
pertahun = 1.000u,

Rp 10.000 .000
= Rp 1.000.000,-
10tahun

1b. Biaya Tetap per Unit-nya, ialah:

Rp 1.000 .000
= Rp 1.000,-
1.000

2a. Jumlah Biaya Tetap dari penyusutan mesin jika produksi pertahun = 50.000u, ialah:

Rp 10.000 .000
= Rp 1.000.000,-
10tahun

2b. Biaya Tetap per Unit-nya ialah:

Rp 1.000 .000
= Rp 20,-
50.000u

3a. Jika produksi pertahun dikehendaki = 120.000u, maka Jumlah Biaya Tetap dari
penyusutan mesin, akan > dari Rp 1.000.000,- per tahun karena harus dibeli mesin baru
untuk dapat memenuhi produksi 120.000u tersebut yang pada dasar-nya telah melampaui
kapasitas maksimum 100.000u. Dengan demikian pula Jumlah Biaya Tetap dari
penyusutan mesin, akan berubah dalam masa transisi itu.

3b. Biaya Tetap per Unit-nya, juga akan berubah setelah pembelian mesin itu, karena jumlah
biaya penyusutan mesin akan berubah, tidak lagi sebesar Rp 1.000.000,- Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa ‘pada saat ini’, Biaya Tetap berubah menjadi Biaya Variabel
“untuk sementara waktu”

Rangkuman:
 Tidak ada satu jenis biaya pun yang dapat disebut 100% sebagai Biaya Variabel, dan
100% sebagai Biaya Tetap.
 Untuk menentukan apakah suatu biaya adalah Biaya Variabel atau Biaya Tetap adalah
tidak tergantung pada sebutannya atau pridikatnya, tetapi tergantung pada perilakunya
(behaviuoral) dan dari persepsi mana biaya itu dilihat.

Contoh: Biaya Bahan Bakar ‘Bensin’, pada Perusahaan Jasa Transportasi. Jika dilihat
dari sudut pandang “Jumlah Penumpang” maka ‘Biaya Bahan Bakar -Bensin’ tersebut
adalah Biaya Tetap, sebab 10 orang penumpang dengan 2 orang penumpang, jumlah
bensin yang digunakan tidak berbeda jumlahnya alias sama banyaknya.

3a. Contoh Kasus Alokasi Semi Variable Cost Dgn Metode


Maximum-Minimum.
Pada kapasitas 1.000 unit Semi Variable Cost dari PT X Manufaktur adalah Rp100.000
(Biaya Reparasi Mesin Pabrik), sedangkan pada kapasitas 2.000 unit Semi Variable Costnya
Rp160.000

Berdasarkan keterangan tersebut, diminta:

1. Tentukan Angka Variabelitas di antara Kapasitas Maksimum dengan Minimum dan


di antara Biaya Maksimum dengan Biaya Minimum.
2. Berdasarkan Angka Variabelitas di nomor satu tersebut tentukan Nilai Variabel Cost
Per Unit.
3. Alokasikan Semi Variable Cost pada Kapasitas Maksimum ke dalam Fixed Cost dan
Variable Cost.
4. Alokasikan Semi Variable Cost pada Kapasitas Minimum ke dalam Fixed Cost dan
Variable Cost.
5. Hitunglah berapa besarnya Semi Variable Cost jika Kapasitas Produksi 1.500 Unit
Penyelesaian:

1. Variabelitas di antara Cap Max-Min dengan Biaya Max-Min:

Max.Cap = 2.000 unit ; Max.Cost = Rp160 .000


Min.Cap = 1.000 unit ; Min.Cost = Rp100 .000
1. 000 unit = Rp 60 .000

Rp 60.000
= Rp 60
Variable Cost per unit = 1.000 unit
2.
3. a. Alokasi SVC pada Tingkat Kapasitas Max. 2.000 Unit

Max.Cap = 2.000 Unit; Max.Cost = Rp 160.000

Yang akan dibebankan ke dalam FC dan VC dari TSVC sebesar Rp 160.000,- itu
ialah:

KE VC = 2.000u x Rp 60 = Rp 120.000,-
KE FC = Rp 160.000 – Rp 120.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 160.000,-

b. Alokasi SVC pada tingkat kapasitas Min.1.000u


Min.Cap = 1.000 Unit; Min.Cost = Rp 100.000

Yang akan dibebankan ke dalam FC dan VC dari TSVC sebesar Rp 100.000,- itu
ialah:

KE VC = 1.000u x Rp 60 = Rp 60.000,-
KE FC = Rp 100.000 – Rp 60.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 100.000,-

Jumlah SVC pada Tingkat Kapasitas 1500unit

FC = Rp 40.000,-
VC = 1.500u x Rp 60 = Rp 90.000,-
Total = Rp 130.000,-
3b. Contoh Kasus Alokasi Semi Variable Cost Dgn Metode
Matematis.

Dimisalkan; Pada contoh kasus sebelum-nya; Variable Cost Per Unit sebesar: Rp X,
sedangkan Total Fixed Cost sebesar: Y.

Diminta :

1. Tentukan besar-nya Variable Cost Per Unit.


2. Alokasikan Semi Variable Cost ke dalam Variable Cost dan Fixed Cost pada
Tingkat Kapasitas Minimum 1.000 Unit
3. Alokasikan SVC ke dalam Variable Cost dan Fixed Cost pada Tingkat Kapasitas
Maksimum 2.000 Unit
4. Hitung Total SVC, pada Tingkat Produksi 1.500 Unit.

Penyelesaian:

1. Besar-nya Variable Cost Per Unit

P1 = 1.000x + y = 100.000
P2 = 2.000x + y = 160.000 -
= -1.000x = -60.000
X = 60

Jadi VC Per Unit = Rp 60

2. Alokasi Semi Variable Cost ke Variable Cost dan Fixed Cost pada Tingkat
Kapasitas Minimum 1.000 Unit.

Diketahui: Total SVC pada kapasitas 1.000u = Rp 100.000,-

Alokasi:

KE VC = 1.000u x Rp 60 = Rp 60.000,-
KE FC = Rp 100.000 – Rp 60.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 100.000,-

3. Alokasi SVC ke dalam Variable Cost dan Fixed Cost pada Tingkat Kapasitas
Maksimum 2.000 Unit.

Diketahui: Total SVC pada kapasitas 2.000u = Rp 160.000,-


Alokasi:

KE VC = 2.000u x Rp 60 = Rp 120.000,-
KE FC = Rp 160.000 – Rp 120.000 = Rp 40.000,-
Total = Rp 160.000,-

4. Total SVC, pada Tingkat Produksi 1.500 Unit.

FC = Rp 40.000,-
VC = 1.500u x Rp 60 = Rp 90.000,-
Total = Rp 130.000,-
Jawab Pertanyaan-Pertanyaan Yang Disediakan Pada Laman-Laman
Berikut Ini, dan Perhatikan Serta Amati Dengan Jelimat Contoh-Contoh
Perhitungan Yang Ada.
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL) / Direct Material
Cost? Berikan Contoh!
2. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) / Direct Labour
Cost? Berikan Contoh!
3. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pabrikasi Tidak Langsung (BPTL) / Factory
Overhead Cost? Berikan Contoh!
4. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pabrikasi (Manufacturing Cost) atau Biaya
Produksi (Production Cost). Berikan Contoh!
5. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Beban Komersial (Commercial Expenses) atau Beban
Operasional (Operating Expenses). Berikan Contoh!
6. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Prime Cost. Berikan Contoh!
7. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Conversion Cost. Berikan Contoh!
8. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Pemasaran (Marketing Exspense / Selling
Expense). Berikan Contoh!
9. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Umum dan Administrasi (General and
Administration Expenses). Berikan Contoh!
10. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Lain-Lain (Other Expenses). Berikan Contoh!
11. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Capital Exependiture (Biaya Yang Dikapitalisasi).
Berikan Contoh!
12. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Revenue Exependiture. Berikan Contoh!
13. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Standar (Standard Cost / Pre-Determined
Cost/ Estimated Cost). Berikan Contoh!
14. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Biaya Historis (Historical Cost / Actual Cost).
Berikan Contoh!
15. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Marginal Cost (Deferential Cost). Berikan Contoh!
16. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Oportunity Cost (Biaya Peluang). Berikan Contoh!
17. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Relevant Cost (Biaya Relevan). Berikan Contoh!
18. Perhatikan contoh perhitungan di bawah ini :

Contoh Kasus: Harga Pokok Produksi Per Unit dari pembuatan 1 unit TV. adalah Rp
750.000,- Biasanya produksi per hari adalah 1 unit. Tetapi pada suatu hari ada pesanan TV
sebanyak 15 Unit, dan harus diserahkan pada hari ke 10, sejak tanggal pemesanan. Untuk
memenuhi pesanan itu, para karyawan harus bekerja lembur sehingga upah kerja naik.Setelah
dilakukan penghitugan, untuk membuat 15 u TV tersebut, harus dikeluarkan biaya sebesar Rp
11.625.000,- atau Rp 775.000/u (15 u x Rp 775.000).

Pertanyaan:
1. Hitung Berapa Besarnya Marginal Cost atau Deferential Cost!
2. Apakah pesanan tersebut DITERIMA atau DITOLAK, jika harga jual per unit-nya Rp
780.000,-

Jawaban:

1. Besarnya Marginal Cost atau Deferential Cost


Cost Per Unit dalam Operasional Normal (1 unit per hari) Rp 750.000,-
Cost Per Unit dlm Kondisi Luar Biasa:(Rp11.625.000:15u) Rp 775.000,-
Marginal Cost atau Deferential Cost Rp 25.000,-
2. Pesanan tersebut DITERIMA atau DITOLAK?

Perhitungan Analisis:

Profit jika dalam kondisi Normal 10 hari kerja sbb:


Harga Pokok Produksi = 10u x Rp 750.000,- = Rp 7.500.000,-
Harga Jual = 10u x Rp 780.000,- = Rp 7.800.000,-
Laba = Rp 300.000,-

Profit jika dalam kondisi Luar Biasa 10 hari kerja sbb:


Harga Pokok Produksi = 15u x Rp 775.000,- = Rp 11.625.000,-
Harga Jual = 15u x Rp 780.000,- = Rp 11.700.000,-
Laba = Rp 75.000,-

KEPUTUSAN:

1. Pesanan DITOLAK, jika berorientasi Profit.


2. Pesanan DITERIMA, jika berorientasi Pengenalan Produk

19. Perhatikan contoh perhitungan di bawah ini :

Contoh: Kalau yang diproduksi adalah produk ‘A’ maka keuntungan/laba yang akan
diperoleh adalah sebesar Rp 1.000.000,- Tetapi kalau yang diproduksi adalah produk ‘B’
maka keuntungan/laba yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1.500.000,- Tetapi karena
perusahaan tidak memungkinkan untuk memproduksi kedua-duanya, maka perusahaan
harus memutuskan untuk memilih satu di antara dua tersebut.

Pertanyaan:

1. Produk mana yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan, produk ‘A’ atau
‘B’?
2. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘A’?
3. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘B’?
Jawaban:

1. Produk yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan, bergantung pada Judgement dan
Motif Perusahaan. Jika perusahaan dominan bermotif Profit Entreprises, maka
sebaiknya perusahaan memilih untuk meproduksi produk yang cenderung memberikan
keuntungan/laba yang lebih besar. Berarti dalam kasus ini, sebaiknya diproduksi
produk ‘B’. Tetapi jika Orientasi perusahaan bukan pada Profit Entreprises Motif,
tetapi yang lainnya (mungkin Quality, Pangsa Pasar, dll), maka sebaik-nya
perusahaan memilih untuk meproduksi produk ‘A’.

2. Besaran Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘A’ adalah sebesar keuntungan
dari produk ‘B’ yang diabaikan, yaitu: Rp 1.500.000,-

3. Besaran Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke produk ‘B’ adalah sebesar keuntungan
dari produk ‘A’ yang diabaikan, yaitu: Rp 1.000.000,-

20. Perhatikan contoh perhitungan di bawah ini :

Perusahaan dihadapkan untuk memutuskan memilih penggunaan Jasa Transportasi


untuk mengangkut bahan baku. Jika menggunakan Truk, Ongkos Angkutnya Rp 900.000,-
Tetapi jika menggunakan Kereta Api Ongkos Angkutnya Rp 700.000,-

Pertanyaan:

1. Perusahaan sebaiknya memutuskan untuk memilih Jasa Transportasi yang mana, By


Truck or By Train?
2. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke Truck & Berapa True Cost-Nya?
3. Berapa besar Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke Train?

Jawaban:

1. Keputusan perusahaan bergantung pada Judgement dan Motif Perusahaan. Jika


motifnya berorientasi pada keamanan maka sebaiknya memilih untuk menggunakan
Kereta Api. Jika memilih untuk lebih cepat sampai di Gudang maka sebaiknya memilih
untuk menggunakan Truck. Jika motifnya berorientasi pada efisiensi maka sebaiknya
memilih untuk menggunakan Kereta Api, karena ongkosnya lebih murah ketimbang
menggunakan Truck.

2A. Besaran Oportunity Cost, jika pilihan jatuh degan menggunakan Truck,
adalah sebesar penghematan biaya yang hilang karena menolak biaya yang lebih
rendah, yaitu: Rp 200.000,- (Rp 900.000 – Rp 700.000).
Opportunity Cost harus diperhitungkan sebagai biaya, pada alternatif yang dipilih.
Tujuan perhitungan ini adalah untuk menentukan TRUE COST pada alternatif yang
dipilih. TRUE COST adalah jumlah biaya yang benar-benar dikeluarkan ditambah
dengan penghematan biaya yang hilang karena menolak biaya yang lebih rendah
atau Pemborosan (TRUE COST = Actual Cost + Inefisiensi)

2B. Besaran TRUE COST, jika pilihan jatuh degan menggunakan Truck, adalah
sebesar = Rp 900.000 + Rp 200.000 = Rp 1.100.000,- (Opportunity Cost tidak dicatat
dalam Buku Besar).

21. Perhatikan kasus di bawah ini :


Untuk memproduksi Produk Tertentu perusahaan dihadapkan pada pemakaian Mesin X
atau Mesin Y. Jika Mesin X yang dipakai, BTK per jam Rp. 1000,- Tetapi jika Mesin Y,
BTK per jam Rp. 800,- Manager memutuskan menggunakan msein X.

Pertanyaan:

1. Berapakah Opportunity Cost-nya?


2. Berapakah True Cost-nya?

Jawaban:

1. Opportunity Cost-Nya adalah Rp.200,- (yaitu:1000-800), yaitu: sebesar


Penghematan Biaya yang Hilang karena menolak biaya yang lebih rendah.
2. TRUE COST-nya untuk pemakaian Mesin X adalah sebesar Rp. 1.200,- yaitu;
Rp.1000,- Gaji dan Upah yang akan dikeluarkan ditambah dengan Pemborosan
Rp.200,- karena menolak biaya yang lebih kecil.
3. Besar-Nya Oportunity Cost jika pilihan jatuh ke Train, yaitu: Tidak ada
Oportunity Cost, karena telah memilih biaya yang lebih kecil. Demikian juga dengan
True Cost-Nya.

Perhatikan dan Amati dengan Jelimat Contoh Perhitungan Yang Ada.


Contoh Kasus:
Perusahaan “X” sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah Mesin Fotocopy.
Perusahaan harus memutuskan untuk membeli Satu Mesin Fotocopy di antara Dua Merek
yang ada, di Merek Q dan P. Jika membeli Merek Q, Biaya Operasional-nya
Rp.50.0000/bulan, dan jika Merek P, Biaya Operasional-nya Rp. 40.000/bulan.
Pertanyaan:
• Mesin mana yang sebaiknya dibeli oleh perusahaan, Merek Q atau P?
• Dari keputusan tersebut, berapa Biaya Relevan-Nya?
• Jika Biaya Operasional Merek P = Biaya Operasional Merek Q berapa Biaya Relevan?
• Jika demikian, Apa Biaya Relevan Itu?

Jawaban:

1. Keputusan perusahaan bergantung pada Judgement dan Motif Perusahaan. Jika motif-
nya berorientasi pada Quality maka perusahaan dapat memilih mesin yang lebih
berkualitas di antara Merek Q atau P. Tetapi jika perusahaan berorientasikan pada
penghematan biaya, perusahaan lebih baik jika membeli mesin Merek P, karena Biaya
Operasional-nya hanya RP. 40.000/bulan, sedangkan jika membeli Merek Q, Biaya
Operasional Rp 50.000.- Jadi terdapat penghematan biaya sebesar Rp 10.000,- jika
membeli Merek P, dari pada Merek Q.

2. Jika keputusan-Nya adalah membeli mesin Merek P, maka Biaya Relevan-Nya


adalah: Rp. 40.000,- yaitu; sebesar Biaya Operasional mesin Merek P Per Bulan.

3. Jika Biaya Operasional Merek P, sama dengan Biaya Operasional mesin Merek Q,
yaitu Rp.50.000,- juga, maka Tidak Ada Biaya Relevan, sebab tidak ada biaya terendah
di antara dua alternatif tersebut.
4. Jadi Biaya Relevan adalah biaya operasional terendah yang akan terjadi dimasa yang
akan datang dari suatu keputusan.

Anda mungkin juga menyukai