Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria,
Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan
spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya
tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil
prosduksi perhektar yang lebih tinggi.
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan
kerja yang mengarahkan pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber
perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama
minyak sawit.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa
sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun
Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan
secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak
tentang kelapa sawit di afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K.
Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak
saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan
kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.
Luas Perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor
minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara - negara Eropa,
kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor

5
6

Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh
Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil
perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara
asing termasuk Belanda.
Memasuki masa pendudukan jepang, perkembangan kelapa sawit
mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa
sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari
total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia hanya
mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949. Padahal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.0000 ton minyak sawit.
Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957,
pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.
Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan.
Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi
CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit
Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung
oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti
rakyat (PIR-bun). Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh
investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor
menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit. Potensial area perkebunan Indonesia masih terbuka
luas untuk tanaman kelapa sawit. Pengembangan perkebunan tidak hanya
diarahkan pada sentra - sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan,
tetapi daerah potensi pengembangan seperti Sulawesi dan Irian Jaya terus
dilakukan. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Sampai dengan tahun 1998 tercatat lebih dari 84 produsen
minyak kelapa sawit, sedangkan jumlah pabrik mencapai 205 pabrik kelapa
sawit (crude palm oil, CPO ) mencapai 8.074 ton/TBS/ tahun yang tersebar
hampir seluruh potensi di Indonesia. (Yan Fauzi, 2002).
7

Kelapa Sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal


sebagai Dura (D), Tenera (T), dan Pisifera (P). Ketiga jenis ini dapat dibeda-
kan dengan cara memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura
memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi
minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal
serta dipakai oleh dura dan persifera, memliki cangkang tipis dengan cincin
serat yang sekeliling biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22-25%. Persifera
tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan
sebagai tanaman komersial.
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30
bulanan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan
buah segar (TBS). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur
3 - 14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15 - 25 tahun. Setiap
pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 TBS pertahun dengan berat 4 - 40 kg
pertandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 -
3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 g.
TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya.
Minyak dan Inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi.
Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti harus diolah lebih lanjut
untuk dijadikan produk jadi.
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak
sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang
terdapat pada kernel . Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi
asam lemak dan sifat fisika-kimia . Minyak yang mula-mula terbentuk dalam
buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan
setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida
yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi
pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari
tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.
8

Peningkatan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit


telah membuka peluang pula untuk pengembangan industri hilir. Dengan
demikian nilai tambah akan diperoleh sekaligus akan menambah lapangan
kerja baru. Sebagian produksi minyak sawit di ekspor guna mengisi pasar
sekaligus mempertahankan pasar Internasional dimana saham Indonesia
sekitar 20 - 25%. Upaya ini dipertahankan sebagai sumber devisa. Meskipun
sumbangannya hanya 1 - 2% saja namun pengaruhnya cukup besar dipasar
internasional. Komoditi ini juga merupakan komoditi yang diperhitungkan
dalam 10 bahan pokok. Tinggginya harga minyak goreng dapat
mempengaruhi tingkat inflasi. Komoditi ini merupakan komoditi yang cukup
tangguh mengahadapi situasi iklim. (Naibaho.,P. 1996 ).

2.2. Pengolahan Kelapa Sawit


Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan
memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau
brondolan sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya. Secara
ringkas, tahap- tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai dihasilkan
minyak diuraikan sebagai berikut :

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah


Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di
jembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di
penampungan buah (loading ramp).
a. Jembatan Timbang
Tujuan dilakukannya penimbangan bagi kebun adalah untuk
mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal
kebun, bagian, blok. Setiap truk uang mengangkut TBS ke pabrik
ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang (bridge weighing) untuk
memperoleh berat sewaktu berisi (bruto ) dan sesudah dibongkar ( tarra).
Selisih antara bruto dengan tarra adalah jumlah TBS yang diterima di
9

PKS (netto). Timbangan berfungsi untuk menimbang TBS yang telah


diterima oleh pabrik dan berfungsi untuk menimbang barang lain yang
terkait dengan aktifitas kebun. Adapun timbangan yang terdapat di PTPN
IV Kebun Tinjowan memiliki 2 timbangan yaitu timbangan digital yang
berkapasitas 30 ton dan 50 ton.

(a) (b)
Gambar 2.1. Timbangan 30 Ton (a). Timbangan 50 ton (b)

b. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya
dibongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk.
Loading Ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi- kisi
plat basi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450. Kisi–kisi tersebut
berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah
yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh kemudian ditampung dalam
pembuangannya.(Pahan ,I. 2007).
Loading Ramp berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan TBS
sementara sebelum masuk ke lori diloading ramp dilakukan sortasi dengan
fraksi yang di tentukan standart operasional pabrik. Loading ramp
memiliki tipe yang sama Vickers M3000 dengan kapasitas 16 - 17 ton per
peron. Buah terlebih dahulu disortasi berdasarkan fraksi-fraksi sebagai
berikut :
10

Tabel 2. Derajat Kematangan Buah

Fraksi Jumlah Brondolan Derajat


Kematangan
00 Jumlah brondolan 0 Sangat mentah
0 Jumlah brondolan ˂ 10 Mentah
1 Buah luar ada yang membrondol Kurang matang
1-12 %
2 12,5-25% buah luar Matang 1
membrondol
3 25-50 % buah luar membrondol Matang 2
4 50-75% buah luar membrndol Lewat matang
5 75-100 % buah luar Busuk
membrondol

Gambar 2.2. Loading Ramp

1. Lori
Lori berfungsi sebagai wadah TBS yang akan direbus dengan sistem
rebusan uap kering pada sterilizer. Lori memiliki banyak pori-pori yang
bertujuan agar uap panas dapat rata pada sampai bagian buah yang
paling dalam serta sebagai saluran pembuangan air yang dapat
dihasilkan selama proses perebusan. Adapun kapasitas 1 lori adalah
±2,5 ton TBS.
11

Dalam satu kali Perebusan 8-10 lori berisi tandan buah segar untuk
mempermudah proses pengolahan buah segar menjadi Crude Palm Oil
dengan kualitas mutu yang di harapkan.

Gambar 2.3. Lori

2 .Transfer carriage
Alat transfer ada dua yaitu transfer carriage dan cap stand.
Transfer carriage berfungsi sebagai alat untuk memindahkan lori-lori buah
dari satu jalur rail track ke jalur rail track lainnya. Merk transfer carriage
yaitu CV. Simangambat Tua. Alat transfer memiliki kapasitas tiga lori
dengan berat TBS mencapai 7,5 ton. Adapun alat penarik lori untuk
menuju ke stasiun perebusan yaitu cap stand.

(a) (b)
Gambar 2.4. Transfer Carriage (a) Capstand (b)

2.2.2. Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)


12

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus


di dalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan
dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya
tekanan uap. Pada Umumnya tekanan uap yang digunakan 2,5
atmosfer dengan suhu 125 o
C. Perebusan terlalu lama dapat
menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya
perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin
banyak buah yang tidak rontok dari tandannya (Yan Fauzi, 2002).
Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama - tama buah
direbus dalam ketel rebusan dengan tujuan:

a. Menghentikan aktifitas enzim


Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi
yang tetap bekerja dengan buah sebelum enzim dihentikan dengan
pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika
dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu
yang dapat mendegradasi protein. Aktifitas enzim semakin tinggi
apabila buah mengalami kememeran (luka) .
b. Melepaskan buah dari tandan dan inti cangkang
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk
mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit ,
buah perlu dilepaskan dari tandan dengan perebusan.
c. Menurunkan kadar air
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah
dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan.
Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah
sehinga terbentuk rongga-rongga kosong sehingga mempermudah
proses pengempaan
d. Melepaskan serat dan biji
13

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan


kesulitan pelepasan serat dan biji dalam polishing drum, yang
menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.
e. Membantu Proses Pelepasan Inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga
15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap,
maka terjadi inti yang lengkang dari cangkang. Hal ini akan
membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga
pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik (Naibaho.P., 1996).

2.2.3. Stasiun Thresser


TBS yang telah direbus dimasukkan kedalam mesin pelepas buah
(Threser). Thresser berfungsi untuk memisahkan berondolan dari
janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta
mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor. Tandan akan
terpental ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi- kisi,
kemudian masuk ke bottom fruit conveyer. Dari bottom fruit conveyor
masuk ke fruit elevator, jatuh ke top fruit conveyor dan selanjutnya ke
distributor fruit conveyor untuk dibagikan ke digester.
a. Hoisting Crane
Hoisting crane berfungsi untuk mengangkat lori menuju auto
feeder untuk dilakukan proses pembantingan TBS di threser. TBS
matang diangkat menggunakan hosting crane type Demag. EL 1 EUDH
kapasitas 5 ton,dan demag ELI.DR kapasitas 5 ton.
14

Gambar 2.5. Hoisting Crane

b. Auto Feeder
Auto feeder berfungsi sebagai alat meletakkan TBS matang dan
mengumpankan buah masuk ke tromol threser sebelum dilakukan
pembantingan untuk melepaskan brondolan dari tandan kosong. Auto
feeder di kebun Tinjowan ada tiga yaitu feeder merek CV. Karya
Agung Gemilang dan feeder PMT dengn kapasitas ± 10 lori/jam.

Gambar 2.6. Auto Feeder

c. Threser
Threser berfungsi sebagai alat untuk melepaskan brondolan dari
tandannya. Ketika buah kelapa sawit yang sedang diputar di dalam
threser pada saat inilah buah tersebut akan mengalami awal proses
penebahan,maka terjadi pemisahan tandan kosong masuk ke EBC dan
brondolan masuk ke under threser.

Gambar 2.7. Threser


15

d. EBC (Empty Bunch Conveyor)


EBC berfungsi sebagai alat untuk transportasi tandan kosong
menuju tempat penyimpanan tandan kosong sementara (hooper tandan
kosong) sebelum dibawa oleh truk. EBC di PKS Kebun Tinjowan
memiliki merek PMT ukuran rantai 105 meter dan rantai 74
meter,kemudian masuk ke hooper tandan kosong atau tempat
penyimpanan tandan kosong sementara.

(a) (b)
Gambar 2.8. EBC (a) Hooper Tandan Kosong (b)

e. Under Threser
Under threser berfungsi sebagai alat untuk mentransfer brondolan
menuju bottom cross conveyor untuk dilakukan proses pengempaan.
Under threser di PKS Kebun Tinjowan ada dua tipe yaitu type PMT
dengan diamater 560 x 6760 mm dan PMT diamater 515 x 7420
mm.Kemudian ke bottom cross conveyor juga berfungsi sebagai alat
untuk membawa berondolan menuju stasiun pengempaan.

Gambar 2.9. Under Thresser Conveyor


16

2.2.4. Pelumatan ( Stasiun Digester)


Buah yang masuk kedalam digester, diaduk sedemikian rupa
sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Proses
pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila
isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan
keluar secara kontinu melaui lubang digester terhambatnya
pengeluaran minyak menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas
pisau sehingga mengurangi efektivitas pelumatan pisau digester suhu
masa digester harus selalu dipertahankan pada suhu 90 – 95 oC.
(Perdamean ,.M. 2008), digester di Kebun Tinjowan memiliki 5
digester dengan 4 type Apindo AD 3500 dengan kapasitas 3.500 ltr
dan type PMT kapasitas 3500 ltr. Setelah berondolan dilumatkan di
digester, setelah itu brondolan masuk ke screw press.

Gambar 2.10 Digester

2.2.5. Screw Press


Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari buah
secara bertahap dengan bantuan pisau pelempar dari ketel adukan.
Alat yang digunakan dalam proses ini disebut screw press, yakni alat
penekan berputar berlawanan arah. Massa buah akan tertekan ke ujung
screw dan minyak akan keluar melalui dinding silinder yang
berlubang. Minyak yang di hasilkan di tampung di sebuah talang
(crude oil tank) melalui saringan getar (vibrating screen) dan
dipompakan ke stasiun pemurnian (klarifikasi). Suhu didalam screw
17

press adalah 95-98 oC, sisa pengepressan berupa serat dan biji masuk
ke stasiun pabrik biji untuk mendapatkan kernel atau inti sawit. Biji
dan serabut yang berbentuk gumpalan diteruskan ke cake breaker
conveyer dan dipisahkan di depericarper . Biji dikirim ke tempat
penampungan biji (nut silo) , sedangkan serabut (fibre) dikirim ke
keteluap sebagai bahan bakar.

Gambar 2.11. Screwpress

2.2.6. Pemurnian Minyak (Klarifikasi)


Stasiun pemurnian yaitu satasiun pengolahan di Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak
kelapa sawit dari kotoran- kotoran seperti padatan, lumpur dan air.
Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Gambar 2.12. Flow Chart Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)


18

1. Tujuan Pemurnian
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu
dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur
(sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan /pemurnian minyak kasar
yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat
dipasarkan dengan harga yang layak ( Pahan .I, 2007).
2. Tahap –Tahap Pemurnian
Adapun tahap - tahap pemurnian minyak untuk mendapatkan
minyak yang berkualitas dan memenuhi standard haruslah melewati
beberapa alat pendukung yaitu:
2.1 Tangki Pemisahan Pasir ( Sand Trap Tank)
Sand trap berfungsi untuk menangkap pasir. Adanya pasir
mempengaruhi proses di sludge separator, karena dapat merusak
nozzle dan piringan (disk). Di dalam sand trap terdapat sekat / baffle
yang fungsinya untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar
tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada minyak
kasar mengendap. Pengendapan padatan lebih baik jika pembersihan
dasar tangki dilakukan secara terjadwal. Hal ini jarang dilakukan
karena sludge yang berada di dasar tangki mengandung minyak yang
tinggi oleh sebab itu disarankan agar sand trap dilengkapi dengan
tangki pengencer untuk mengutip minyak yang terdapat dalam
sludge.

Gambar 2.13. Sand Trap


19

Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan adalah suhu


minyak kasar 95 - 115 oC. Pembuangan pasir secara rutin seiap 4
jam dan hindarkan minyak jangan sampai terbawa.

2.2 Saringan Bergetar (Vibrating Screen )


Untuk memisahkan serat- serat halus dan kotoran kasar yang
terikut dengan minyak dilakukan dengan penyaringan pada ayakan /
saringan getar. Benda- benda padat berupa ampas yang di saring
pada saringan ini dikembalikan ketimba buah untuk di proses
kembali. Cairan minyak yang di tampung dalam tangki kasar.
Dimana minyak kasar yang sudah diendapkan pada sand trap tank
dialirkan ke vibrating screen untuk disaring lebih lanjut, dengan
tujuan untuk memisahkan benda- benda padat yang terikut ada
minyak kasar dari screw press. Saringan getar ini terdiri dari dari
dua tingkat saringan dengan luas permukaan masing-masing 2 m 2.
Tingkat atas memakai saringan dengan ukuran 30 mesh, sedangkan
pada tingkat bawah 40 mesh. Crude palm oil yang telah di encerkan
di alirkan ke vibrating screen dengan tujuan memisahkan bahan
asing seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lain yang mengandung
minyak dan dapat di kembalikan ke Digester

Gambar 2.14. Vibro Separator

2.3 Bak Raw Oil (RO)


20

Bak RO berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak


sementara dan untuk peningkatan temperatur sebelum minyak kasar
dipompakan ke CST. Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas
minyak dipertahankan 95-98oC, Oleh sebab itu dalam COT dipasang
alat pipa coil pemanas. Pemanasan dilakukan dengan closed steam
dan open steam. (Naibaho.,P. 1996),

Gambar 2.15. Bak RO

2.4 Tangki Pemisah (Continous Settling Tank)


Minyak yang berada dalam tangki ini masih bercampur dengan,
lumpur air, dan kotoran lainnya (sludge). Continous settling tank
berfungsi untuk memisahkan sludge dari minyak dengan
memanfaatkan prinsip perbedaan berat jenis (minyak berada di
bagian atas ). Minyak bersih akan di alirkan ke top oil tank
sedangkan sludge akan dialirkan ke sludge tank. Pemisahan sludge
berjalan dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah
menjadi dua fase yaitu fase ringan dan fase berat engalir dari bak
yang satu ke bak yang lainnya melaui dasar tangki sedangkan fase
ringan mengalir dari bagian atas.
Minyak yang terdapat di bagian atas dikutip dengan
menggunakan talang pengutip atau skimmer dan kemudian
dikumpulkan dan dialirkan ke oil tank masa tunggu dari cairan CST
dipengaruhi oleh ukurun CST dan jumlah cairan minyak yang di
tampung dalam CST. (Naibaho.P., 1996).
21

Gambar 2.16. CST

2.5 Oil Tank


Oil tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak
penampungan sebelum minyak masuk ke oil purifier. Dimana alat
OT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk
menaikkan suhu minyak hingga 90 oC. Tujuan pemanasan minyak
adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan
kotoran ringan dengan cara pengendapan yaitu zat yang memiliki
berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar
tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada
perlakuan selanjutnya, karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga
dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan
lanjutan seperti oil purifier dan vacuum dryer. Temperatur pada oil
tank mencapai 90 – 95 oC sehingga air menguap. Karena minyak
masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai
kadar air dan kotorannya sekecil mungkin. (Naibaho.P., 1996).

Gambar 2.17. Oil Tank


22

2.6 Oil Purifier


Proses ini merupakan proses pembersihan lanjutan
berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya - gaya sentrifugal.
Dengan gerakan 7500 putaran permenit, kotoran dan air yang berat
jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar.
Minyak yang ada di bagian tengah dapat keluar menuju vacuum
dryer.
Dimana suhu minyak dalam oil purifier 90 – 95 oC dan setelah
minyak dialirkan ke alat vacum dryer untuk dikeringkan,
sedangkan kotoran dialirkan ke parit yang kemudian dikumpulkan
di fat-fit.(Sunarko. 2007).

Gambar 2.18. Oil Purifier

2.7 Vacum Dryer dan Pompa Vakum


A. Vacuum Dryer
Vacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air minyak
dengan cara hampa udara Minyak yang keluar dari oil purifier masih
mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang
didasarkan pada mutu standart. Alat ini terdiri dari tabung yang
berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector untuk
menurunkan tekanan dalam minyak, pengisian minyak kedalam alat
ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa akan tetapi
masuknya minyak didasarkan ada kevakuman alat pengering. Oleh
sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap memerlukan
23

perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu minyak


hasil produksi.
Pemisahan air (bahan yang mudah menguap) dari minyak dalam alat
vacuum dryer dipengaruhi oleh :
Suhu minyak pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin
efektif bila suhu minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacum
dryer tidak terjadi, sehingga yang menentukan suhu minyak adalah
suhu perlakuan pada oil purifier. Tekanan dari vacuum dryer -760
mmHg. Temperatur didalam vacuum dryer sebesar 95-98oC. Pada
Kebun Tinjowan terdapat 3 buah vacuum dryer, untuk PKS 45 ton
TBS/jam Jika tekanan hampa pada vacuum dryer tidak tercapai,
lakukan pemeriksaan pada :
a. Kebocoran instalasi pemipaan vacuum.
b. Penurunan kapasitas pompa vacuum (adanya kebocoran pipa
air dan sel pompa.
c. Kran air kondensor tersumbat.
d. Interaksi suhu minyak dengan kehampaan
e. Pengaturan volume
f. Suhu minyak

Gambar 2.19. Vacuum Dryer

B. Prinsip dan cara kerja Vacuum Oil Dryer


24

Prinsip kerja Vacuum Oil Dryer yaitu memisahkan minyak dan


uap air dalam keadaan vakum, dimana uap air akan terhisap oleh
pompa vakum, sedangkan minyak akan terkumpul dibagian bawah
dari vacuum chamber dan kemudian di pompakan menuju storage
tank. vacuum oil dryer beroperasi pada suhu 95 oC dan tekanan. Suhu
dan tekanan vakum berpengaruh terhadap penguapan air.

Lampu

Input
Nozzle

Kaca

Manometer
Kaca
Manhole

Output

Gambar 2.20. Keterpasangan Alat Vacuum Oil Dryer

Prinsip kerja dari alat Vacuum Dryer yaitu:


25

Minyak yang keluar dari oil tank di injeksikan menuju feed tank,
pada feed tank terdapat taper spindle yang bekerja secara otomatis untuk
menjaga tekanan vakum dalam vacuum chamber secara terus-menerus
minyak pada feed tank di hisap ke vacuum dryer melalui enam nozzle,
enam nozzle pada vacuum chamber menginjeksikan minyak ke permukaan
deflector dalam bentuk spray minyak di injeksikan dalam bentuk spray
dan mengkabut (cloudly) akan jatuh ke permukaan plate deflector dan
terjadi proses pengkabutan (cludly) yang kedua, sementara minyak dalam
keadaan mengkabut, air akan mudah di uapkan dan di hisap oleh pompa
vakum sehingga keluar dan vacuum chamber, kemudian di pompakan
menuju hot water tank, minyak kering akan jatuh ke bagian bawah dan
dipompakan menggunakan dried oil pump menuju storage tank.
C. Pompa Vakum
Pompa Vakum adalah sebuah alat untuk mengeluarkan molekul-
molekul gas dari dalam sebuah ruangan tertutup untuk mencapai
tekanan vakum. Pompa vakum menjadi salah satu komponen penting
dibeberapa industri besar seperti pabrik lampu, vacuum coating pada
kaca, pabrik komponen-komponen elektronik pemurnian oli, bahkan
hingga alat kesehatann seperti radiotherapy, radio sugery, dan
radiopharmacy.
D. Prinsip kerja Pompa Vakum
Berdasarkan prinsip kerjanya, pompa vakum diklasifikasikan menjadi
3 yaitu:
1. Positif Displacement: menggunakan cara mmekanis untuk
mengekspansi sebuah volume secara terus-menerus mengalirkan gas
melalui pompa tersebut men-sealing ruang volume sistem, dan
membuang gas ke atmosfer.
2. Pompa Momentum Transfer: menggunakan sistem jet fluida
kecepatan tinggi, atau menggunakan sudu putar kecepatan tinggi
untuk menghisap gas dari sebuah ruang tertutup.
26

3. Pompa Etrapment: menggunakan suau zat padat atau zat adsorber


tertentu untuk mengikkat gas didalam ruangan tertutup.

Prinsip dari pompa ini adalah dengan jalan mengekspansi volume


ruang oleh pompa sehingga terjadi penurunan tekanan vakum parsial.
Sistem sealing mencegah gas masuk kedalam ruang tersebut.
Selanjutnya pompa melakukan gerakan buang, dan kembali
mengekspansi ruang tersebut, jika dilakukan secara siklis dan berkali-
kali, maka vakum akan terbentuk di ruangan tersebut.
Salah satu aplikasi pompa ini paling sederhana adalah pada
pompa air manual. Untuk mngangkat air dari dalam tanah di bentuk
ruang vakum pada sisi keluaran air, sehingga air dapat “terhisap” naik
ke atas menuju ke keluaran air vakum yang kemudian di alirkan ke hot
water tank untuk digunakan kembali.

Gambar 2.21. Rotary Vacuum Pump

Berikut adalah pompa vakum yang termasuk kedalam tipe positif


displacement:
- Rotary Vane Pump, yang paling banyak digunakan
27

- Diafragma Pump
- Liquid ring Pump
- Piston Pump
- Scroll Pump
- Screw Pump
- Wankel Pump
- External Vanne Pump
- Roots Blower
Pompa vakum ini disediakan lebih dari 1 untuk pencadangan
agar proses dapat tetap berlanjut ketika terjadi kerusakan atau
kurangnya kevakuman pada pompa, perawatan pada pompa untuk
mencegah terjadinya kerusakan berat dan memperpanjang umur
pemakaian pompa.

E. Momentum Transfer Pump


Pompa vakum dengan metode ini dapat menghasilkan tekanan
vakum yang sangat tinggi. Metodenya adalah dengan jalan
mengakselerasi molekul gas dari sisi tekanan rendah ketekanan tinggi.
Sesuai hukum dinamika fluida, molekul fluida yang berada pada
tekanan atmosfer akan saling mendorong dengan molekul tetangga
lainnya dan menciptakan aliran fluida. Namun pada saat jarak antara
molekul fluida sangat jauh, maka molekul tersebut lebih jauh, maka
molekul tersebut lebih cenderung berinteraksi dengan dinding
ruangannya daripada molekul sesamanya. Fenomena inilah yang
menjadi dasarnya penggunaan pompa momentum transfer. Yang
mana semakin vakum tekanan dalam ruang, akan semakin tinggi
efisiensi pompa ini.
Di karenakan secara desain kkontruksi pompa ini tidakk
menggunakan sistem seal antara ruang vakum-pompa-ruang luar,
maka sangat dimungkinkan akan terjadi stall padanya, untuk itu
28

penggunaanya diperlukan ruangan selanjutnya yang bertekanan lebih


rendah dari atmosfer.
2.8 Storage Tank
Tangki timbun memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara minyak CPO hasil olahan sebelum dikirim dan untuk
menjaga kualitas minyak tetap terjaga mutunya. Tangki Timbun di Kebun
Tinjowan berjumlah 6 unit, tangki 10, 11, dan 12 memiliki kapasitas
2700 ton, sedangkan tangki no 7, 8 dan 9 berkapasitas 650 ton.
Minyak yang disimpan dalam tangki timbun tidak dapat dipastikan
seberapa lama tergantung dari permintaan pasar. Suhu minyak
dibagian atas, tengah, dan bawah berbeda hanya 2. Temperatur tangki
dijaga antara 40o-50o C.

Gambar 2.22. Storage Tank

2.9 Kualitas Crude Palm Oil (CPO)


1. Kadar Air
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat
terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat
perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat di dalam
minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat
pengering. Kadar air yang tergantung dalam minyak kelapa sawit
tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO,
dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu
matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu
29

pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk


mendapatkan produk yang mutunya tinggi.
Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat
kecil (< 0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana
pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan memudahkan
terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi
ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu
kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan
menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak
(ketengikan) akibatnya mutu minyak menjadi turun.

Jika kadar air dalam minyak sawit ( >0,15%) maka akan


mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa minyak sawit
ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang
menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut. Untuk
mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka
harus dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan
penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan
terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak(Gunawan E, 2004).

1. Pengaruh Kadar Air terhadap Mutu Minyak sawit


Untuk mencegah proses hidrolisa, perlu dilakukan
pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga Crude Palm Oil
(CPO) tersebut mengandung kadar zat menguap kadar air
sebesar 0,1%.
Pengaruh dari kelebihan kadar air yang terdapat pada
minyak sawit mentah adalah sebagai berikut:
a.) Karena dengan tingginya kadar air pada CPO secara
otomatis akan mengganggu proses pemucatan dan akan
mempengaruhi warnadari CPO yaitu merah akan semakin
meningkat /semakin besar sehinnga demikian kualitas CPO
semakin menurun.
30

b.) Karena dengan semakin besarnya kadar air yang terkandung


dalam CPO secara otomatis kadar asam lemak bebas akan
semakin besar pula dan hal ini akan mengakibatkan
turunnya mutu dari CPO.
Dengan menaiknya kadar air pada CPO maka akan
mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan
terganggunya proses pemucatan pada CPO maka secara
otomatis akan mempengaruhi kualitas dari produksi dan akan
mengganggu kesinambungan proses. (Ritonga.M.Y. 1999).

Berat sampel percobaan


% Kadar Air = x 100% .......(2.1)
Berat air yag terkandung dalamCPO

Dimana :
Berat sampel percobaan = W1-W2
Berat air yang terkandung dalam CPO = W1-W.
Keterangan:
W = Berat cawan kosong
W1 = Berat cawan kosong + sampel sebelum pengeringan
W2 = Berat cawan kosong + sampel setelah pengeringan
Jadi, Kadar air dapat dirumuskan sebagai berikut:
W ₁❑−W ₂
% Kadar Air = 1 ..........(2.2)
W −W

2. Pengaruh Asam Lemak Bebas


ALB terbentuk setelah buah terlepas dari pohonnya (sejak
buah di panen). Penyebab dominan pembentukan ALB adalah
hidrolisis dan oksidasi. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar ALB dalam CPO adalah:
1) Tingkat Kematangan Buah
Semakin matang buah dipanen, semakin cepat
kenaikanALB-nya.
2) Transportasi
31

Transportasi yang lambat menyebabkan kenaikan ALB


yang paling dominan. Upayakan pengangkatan dilakukan
pada hari yang sama dengan hari panennya. Brondolan yang
jatuh tergilas kendaraan, khususnya pada lantai penerimaan
buah, harus dihindari.
3) Proses pengolahan
a) Untuk meminimalkan kenaikan ALB, buah sawit harus
diolah segera setelah panen.
b) Kebersihan instalasi pabrik seperti conveyor, elevator,
digester, pressan sangat besar pengaruhnya terhadap
kenaikan ALB.
c) Minimalkan jumlah minyak yang dikirim ke bak Fat-pit.
d) Minimalkan kandungan air dalam minyak sawit.

3. Kadar Kotoran
Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak
larut dalam pelarut. Kotoran ini penyebabnya adalah TBS kotor
dan juga proes selama di pabrik. Kadar kotoran CPO >0,02%,
Kadar kotoran merupakan bahan-bahan yang tidak larut
dalam minyak dimana dengan ukuran kecil zat ini sulit untuk
disaring, oleh karena itu perlu di murnikan terlebih dahulu
dengan oil purifier sbelum disimpan dalam tangki timbun, kadar
kotoran dan zat pelarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing
yang tidak larut dalam minyak kadar kotoran ini di murnikan
oleh oil purifier dan Decanter untuk mengurangi kadar kotoran
dalam Crude Palm Oil

2.10. Standart Mutu


Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk
menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang
menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam
32

minyak, kandungan asam lemak bebas warna dan bilangan


peroksida. (Ketaren.S,2008).
Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak
bebas (ALB), kandungan air, dan mudah tidaknya minyak tersebut di
jernihkan. Minyak kelapa sawit yang baik adalah yag memliki kadar
ALB, air, dan bahan-bahan kotoran lainnya sangat rendah
(Arnott,1963). Mengkategorikan kandungan bahan – bahan yang
dapat merusak kualitas minyak kelapa sawit. (lihat tabel)
Tabel.2.1. Kandungan bahan-bahan yang merusak Kualitas
Minyak Kelapa Sawit

(Sunarko.2007).

Bahan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat


rendah (%) (%) (%) Tinggi
(%) (%)
ALB <2.0 2,0-2,7 2,8-3,7 3,8-5,0 >5,0
Kadar <0.1 0,1-0,19 0,2- 0,39 4,0-0,6 >0,6
Air
Kadar <0,005 0,010-0,025 0,026-0,05 0,026-0,05 >0,05
Kotoran

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan


baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh
karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek
higienisnya harus lebih diperhatikan, rendahnya mutu minyak sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor . Faktor yang secara langsung
berkaitan dengan mutu minyak sawit seperti dalam table

Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit

(Yan, Fauzi, 2002).

Karakteristik Minyak Sawit Keterangan


33

Asam Lemak Bebas 5 Maksimal


Kadar Kotoran 0,02 Maksimal
Kadar Air 0,17 Maksimal
Bilangan Iodin 51 Minimum
Bilangan Peroksida 5,0 Maksimal

2.11. Kajian Penelitian Yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini di antara lain:
1.) Judul: Penentuan Kadar Air Crude Palm Oil (CPO) Pada Alat Vacuum
Dryer Di Stasiun Klarifikasi Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Tahun: 2011
Penelitian: Arnella Putri (USU)
Hasil Penelitian: Untuk meningkatkan mutu minyak sawit mentah
(CPO) telah dilakukan suatu pengolahan untuk menurunkan kadar air
dalam minyak, karena kandungan air ini merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi mutu minyak CPO yang dihasilkan.
Pengolahan ini dilakukan pada unit vacum dryer di stasiun klarifikasi.
Pengamatan ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (persero)
Aek Nabara Selatan Labuhan Batu. Kadar air diukur dengan
menggunakan metode penguapan. Dari hasil analisis diperoleh kadar air
rata- rata adalah 0,10%. Dimana kadar air ini masih memenuhi
standard mutu ekspor yang ditetapkan oleh Standard Nasional
Indonesia ( SNI ), yaitu 0,15%.
2.) Judul: Besarnya Tekanan Vacuum Dryer Yang Mempengaruhi Proses
Pemisahan Kadar Air Dari CPO Pada Unit Refinery Di
PT.SMART TBK Belawan
Tahun: 2019
Penelitian: Habib Pauzi
Hasil Penelitian: Pada penelitian ini tellah ditunjukkan bahwa dalam hal
mengurangi kadar air dai CPO di Dryer dengan sistem vakum
menggunakan allat ejektor steam. Dengan metode korelasi akkan di
analisis tekanan vakum yang optimal sehingga di hasilkan CPO dengan
kadar air yang optimal. Pada tekanan 60 cmHg dihasilkan kadar air
34

0,1514 % dan pada tekanan vakum 54 cmHg dihasilkan kadar air


sebesar 0,1772 % sedangkan kadar air SOP adalah 0,15 % dari hasil
beberapa analisis tekanan ditunjukkan bahwa semakin besar kadar air
pada CPO maka tekanan vakum akan semakin besar dan untuk
menghasilkan CPO yang berkualitas tekanan vakum yang optimal
adalah 60 cmHg karena masih sesuai SOP. Sehingga dapat dihasilkan
CPO dengan kadar air dan temperature serendah mungkin dan
berkualitas terbaik.

2.12. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pengambilan data pengaruh tekanan terhadap proses


pemisahan kadar air CPO di PTPN IV PKS Unit Tinjowan.

Mulai

Vacuum Dryer

Pengumpulan Data

Tekanan Vakum Temperatur

Pengambilan
Sampel CPO

Analisa Sampel
di laboratorium

Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai