Anda di halaman 1dari 19

INTERVENSI EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR

GINJAL KRONIS (PGK)


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Dosen pengampu: Muh. Fauzi, S.K.M., Ph.D.

Disusun oleh:
Kelompok 5

Arya Rizika Praditya (25000121140219)

Fadhilah Rizqi Labibah (25000121130167)

Kholifatul Anisa (25000121130156)

Muhammad Syaiful Aziz (25000121140197)

Nadhifah Sakinah (25000121140075)

Nisrina Almaida (25000121140207)

Sheirli Mei Astuti (25000119120009)

Tri Setyaningsih Retnaningtyas (25000121140206)

Yodi Amara Jati (25000121140072)

KELAS 3C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Intervensi Epidemiologi Terhadap Penyakit
Tidak Menular Ginjal Kronis (PGK)” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
epidemiologi penyakit tidak menular. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan ilmu tentang “Intervensi Epidemiologi Terhadap Penyakit Tidak Menular Ginjal
Kronis (PGK)” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muh. Fauzi, S.K.M., Ph.D., selaku dosen
bidang epidemiologi penyakit tidak menular yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan ilmu sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Serta semua pihak yang membantu kami dalam mencari data untuk memenuhi makalah ini.
Kami menyadari jika makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 22 November 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I METODE DISKUSI KELOMPOK

BAB II DAFTAR INTERVENSI TERPILIH

2.1. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School


2.2. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah
2.3. Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek Kesehatan)
2.4. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih
2.5. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah
BAB III ANALISIS SWOT

3.1. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School


3.2. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah
3.3. Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek kesehatan)
3.4. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih
3.5. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah

BAB IV PENILAIAN PRIORITAS METODE FFA

4.1. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School


4.2. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah
4.3. Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek Kesehatan)
4.4. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih
4.5. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
METODE DISKUSI KELOMPOK

Dalam menentukan program intervensi terhadap penyakit ginjal kronis (PGK),


dilakukan diskusi kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama. Diskusi kelompok
merupakan suatu upaya bertukar pikiran dan informasi berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah diperoleh untuk memecahkan suatu masalah dan mencapai suatu
kesepakatan. Keberjalanan diskusi kelompok ditandai oleh adanya tugas bersama, pembagian
kelompok dalam kelompok, serta adanya kerjasama antar anggota kelompok dalam
menyelesaikan tugas kelompok. Adapun metode diskusi kelompok yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut.
1. Brainstorming
Brainstorming merupakan suatu metode untuk mengumpulkan gagasan dari
sekelompok orang dalam waktu singkat. Dalam melakukan brainstorming, peserta
diwajibkan mengemukakan pendapatnya secara langsung yang kemudian akan dianalisis
dan dijadikan dasar dalam memecahkan masalah (Darningwati et al., 2020).
Metode brainstorming diterapkan dalam kegiatan diskusi dengan tujuan untuk
menetapkan program-program intervensi PGK. Setiap anggota kelompok berpartisipasi
secara aktif mengusulkan berbagai program intervensi PGK yang dapat dilakukan.
Selanjutnya, usulan-usulan tersebut dianalisis lebih lanjut terkait konsep dan kelayakan
program. Hasil analisis dijadikan dasar dalam menetapkan lima program intervensi PGK
yang layak dan dapat dijalankan.
2. Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan proses yang dilaksanakan dengan teratur serta
melibatkan sekelompok individu dalam sebuah interaksi yang dilakukan secara langsung
dengan tujuan untuk saling membagi informasi, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan (Fikri et al., 2021).
Diskusi kelompok kecil yang dilakukan terdiri atas 2-3 orang yang dibagi menurut
program-program yang telah ditetapkan. Masing-masing kelompok kecil melangsungkan
diskusi untuk menentukan konsep program, analisis SWOT, dan pengukuran FFA
sehingga prioritas program intervensi PGK dapat ditentukan.
BAB II
DAFTAR INTERVENSI TERPILIH

2.1. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School


a. Gambaran umum
Seseorang yang termasuk perokok akut dapat mengalami vasokonstriksi pada
beberapa pembuluh darah sehingga memiliki kemungkinan terjadinya peningkatan
ketahanan pembuluh darah ginjal yang mengakibatkan penurunan laju filtrasi
glomerulus dan fraksi filter. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh merokok
tersebut, pemerintah menetapkan upaya pembebasan asap rokok sebagai salah satu
upaya pencegahan PGK yakni CERDIK yang harus dilakukan.
Dalam mendukung strategi tersebut, diperlukan usaha untuk mengurangi
angka perokok di Indonesia. Sejak tahun 2016, pemerintah Indonesia telah
menggalakkan layanan konseling berhenti merokok yang dapat diakses via telepon.
Namun, keterjangkauan layanan tersebut belum dapat dikatakan baik sebab masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan layanan tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan inovasi baru seperti Konseling Berhenti Merokok Goes to
School untuk menjangkau masyarakat perokok yang berada di usia sekolah.
Konseling Berhenti Merokok Goes to School dilakukan dengan mengunjungi
sekolah-sekolah di tingkat SMA/sederajat secara bertahap dan berkala. Petugas
konseling akan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan skrining
siswa yang merokok dan memberikan layanan konseling.
b. Sasaran
Sasaran dari program Konseling Berhenti Merokok Goes to School merupakan
siswa-siswi di tingkat SMA/sederajat yang merokok. Hal ini disebabkan kegiatan
merokok yang biasa dilakukan sejak usia remaja dapat menimbulkan efek samping
yang berkepanjangan di kemudian hari. Oleh karena itu, kebiasaan harus
dihentikan sedini mungkin sebelum meninggalkan efek kecanduan yang lebih
parah.
2.2. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah
a. Gambaran umum
Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu penyebab penyakit
ginjal kronis. Hal ini dikarenakan, tekanan darah yang tinggi pada kapiler ginjal
secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal. Oleh karena
itu, diperlukan suatu program untuk menurunkan tekanan darah. Salah satunya,
adalah dengan menerapkan teknik slow deep breathing. Slow deep breathing
merupakan teknik pengontrolan napas dan relaksasi yang dilakukan sebanyak 6
kali per menit selama 15 menit. Teknik ini dapat meningkatkan sensitivitas
baroreseptor, menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis, dan meningkatkan
aktivitas sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
Pelaksanaan intervensi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan edukasi
pada penderita hipertensi mengenai manfaat dan cara melakukan slow deep
breathing dengan benar.
b. Sasaran
Sasaran intervensi penerapan teknik slow deep breathing adalah kelompok
penderita hipertensi. Hal ini dikarenakan, penderita hipertensi memiliki risiko
tinggi mengalami penyakit ginjal kronik sehingga diperlukan upaya pencegahan
untuk menghindari komplikasi.

2.3. Intervensi Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek
Kesehatan)
a. Gambaran umum
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi penyebab tidak langsung dari penyakit
tidak menular seperti Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Orang dengan aktivitas fisik
yang rendah mempunyai resiko lebih tinggi gagal ginjal tingkat akhir dibandingkan
orang dengan aktivitas fisik yang tinggi.
Program Gerakan Minggu Sehat adalah program yang dilaksanakan untuk
mencegah penyakit ginjal kronis. Program gerakan minggu sehat terdiri dari
rangkaian jalan sehat, senam sehat kemudian dilanjutkan dengan pengecekan
kesehatan seperti cek tensi dan cek gula darah. Program gerakan minggu sehat
dilaksanakan setiap 2 minggu sekali setiap hari minggu Pagi.
b. Sasaran
Sasaran dari intervensi gerakan minggu sehat yaitu seluruh masyarakat umum.

2.4. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih
a. Gambaran umum
Konsumsi air putih selain bermanfaat untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuh juga berguna untuk membantu menjaga kesehatan fungsi ginjal. Inovasi
smart watch dengan nama “Hydro Time” ini dapat memberikan pengingat dan
mengatur waktu penggunanya untuk mengonsumsi air putih sekitar 2 liter air atau
8 gelas per hari. Smart watch ini nantinya akan mengingatkan para pengguna
melalui bunyi sirine pada jam-jam krusial. Selain itu, smart watch ini juga didesain
untuk memiliki fitur pendeteksi lokasi, sehingga setiap akan keluar rumah para
pengguna akan diingatkan untuk membawa air minum sendiri sebagai persediaan
pribadi.
b. Sasaran
Sasaran untuk inovasi smart watch ini adalah orang-orang dengan rentang usia
produktif atau sekitar usia 21-40 tahun. Hal ini karena pada usia tersebut umumnya
orang akan memiliki aktivitas yang padat waktu, sehingga terkadang lupa untuk
mengkonsumsi air putih.

2.5. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah

a. Gambaran umum
Menjaga kesehatan ginjal penting untuk dilakukan sejak usia dini. Salah satu
cara menjaga kesehatan ginjal adalah dengan mengonsumsi makanan yang sehat
dan bergizi, seperti makan buah. Selain itu minum air yang cukup juga bermanfaat
untuk menjaga fungsi ginjal agar bekerja secara optimal. Program MBMA ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak-anak usia sekolah untuk dapat
menjaga kesehatan ginjal. Selain itu pada program ini nantinya juga akan diberikan
sosialisasi bagi anak-anak sekolah untuk mengurangi konsumsi makanan manis,
berminyak, dan berlemak. Hal ini karena selain untuk mengurangi risiko terjangkit
PGK diharapkan juga anak usia sekolah dapat mengurangi risiko terjangkit
penyakit tidak menular lainnya, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner,
hingga penyakit stroke.

b. Sasaran
Sasaran dari adanya program MBMA ini adalah anak-anak usia sekolah mulai
dari SD hingga SMA. Hal ini karena diharapkan pada rentang usia tersebut, anak-
anak dapat lebih paham dan waspada pada makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Sehingga sedari dini anak-anak sudah sadar untuk mempertahankan
kesehatan ginjalnya.

BAB III
ANALISIS SWOT

3.1. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School

Strengths Weaknesses

1. Petugas konseling merupakan 1. Tidak dapat menjangkau seluruh


konselor yang ahli di bidangnya sekolah di suatu wilayah karena
2. Menggunakan media/alat bantu keterbatasan sumber daya
yang beragam yang disesuaikan 2. Merupakan kegiatan yang terus
dengan model pembelajaran berlanjut sehingga sulit untuk
peserta konseling mengkoordinasikan sesi-sesi
konseling berikutnya

Opportunities Threats

1. Adanya dukungan dari 1. Tidak adanya motivasi siswa


pemerintah sebab program untuk berhenti merokok dan
merupakan inovasi mengikuti konseling
pengembangan dari program yang
telah diadakan oleh pemerintah
2. Adanya dukungan dari
masyarakat khususnya para orang
tua karena dapat membantu
mendidik perilaku siswa

3.2. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah
Strengths Weaknesses

1. Penerapannya tidak 1. Jika pasien sedang mengalami flu,


membutuhkan biaya atau maka slow deep breathing akan
peralatan canggih. sulit dilakukan.
2. Langkah-langkah untuk
melakukan teknik slow deep
breathing tidak rumit sehingga
dapat diikuti dan diterapkan oleh
seluruh pasien atau penderita
hipertensi.
3. Dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja.
4. Adanya keinginan dan kesadaran
pasien untuk menghindari
penyakit ginjal kronik.

Opportunities Threats

1. Adanya dukungan dari berbagai 1. Kondisi udara yang tidak


pihak seperti dokter, perawat, kondusif misalnya asap kendaraan
keluarga, dan orang terdekat dan asap rokok. Bukan hanya
pasien. mengganggu proses relaksasi,
2. Terdapat studi atau penelitian tetapi juga dapat menyebabkan
yang menunjukkan bahwa teknik penyakit lain pada pernapasan.
slow deep breathing efektif dalam 2. Adanya kebisingan yang dapat
menurunkan tekanan darah mengganggu konsentrasi dan
sehingga mengurangi risiko ketenangan pasien sehingga
penyakit gagal ginjal kronik. proses relaksasi melalui teknik
slow deep breathing tidak dapat
berjalan dengan baik.

3.3. Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek Kesehatan)

Strengths Weaknesses
1. Adanya dukungan dari tokoh 1. Rasa malas dari para peserta
masyarakat untuk mengikutinya
2. Mudah dijangkau oleh 2. Faktor kelelahan dari peserta yang
masyarakat luas mengikuti seluruh rangkaian
3. Pelaksanaan yang tidak dipungut kegiatan
biaya
4. Mudah dilakukan karena tidak
menggunakan alat-alat

Opportunities Threats

1. Tersedianya lapangan atau ruang 1. Pergantian cuaca seperti hujan di


terbuka di setiap daerah sehingga pagi hari sehingga menyebabkan
bisa dijadikan untuk kegiatan program tidak dijalankan
gerakan minggu sehat

3.4. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih

Strengths Weaknesses

1. Menggunakan teknologi dengan 1. Harga alat yang cenderung mahal


inovasi baru di bidang kesehatan 2. Keamanan data yang belum
2. Fleksibel yang mana dapat terjamin
digunakan dimana-mana untuk
aktivitas sehari-hari
3. Dilengkapi dengan fitur-fitur yang
dapat memudahkan pengguna

Opportunities Threats
1. Perkembangan revolusi industri 1. Rentan terkena peretasan data
4.0 dan maraknya aplikasi atau alat 2. Kurangnya permintaan pasar
mengenai healthcare
2. Membuat peluang investasi yang
menarik terutama di bidang
kesehatan dan teknologi

3.5. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah

Strengths Weaknesses

1. Penerapannya tidak 1. Melakukan kegiatan sosialisasi


membutuhkan biaya yang tinggi cenderung membosankan
2. Program tersebut dilakukan untuk terutama bagi siswa SD
sasaran siswa sekolah yang mana
dapat menjadi tindakan preventif
untuk permasalahan penyakit
ginjal kronik

Opportunities Threats

1. Penyakit ginjal kronis yang 1. Program tidak berkelanjutan dan


semakin meningkat tidak berjalan dalam jangka
2. Penurunan faktor risiko untuk panjang
keturunan yang memiliki penyakit 2. Ketidakkonsistenan pihak
ginjal kronik penyelenggara
BAB IV
PENILAIAN PRIORITAS METODE FFA

4.1. Metode Force Field Analysis (FFA)


Dalam melakukan identifikasi dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penyelenggaraan program perubahan secara mudah dan sederhana, maka salah satu
teknik yang dapat digunakan menurut Cordell, dkk. (2019) adalah Force Field Analysis
(FFA). Dalam FFA, semua faktor di masyarakat terkait sasaran suatu program
perubahan di masyarakat, yang diperkirakan dapat mempengaruhi penyelenggaraan
program tersebut. Menurut Murdock & Murdock (2018) perlu diidentifikasi secara
sederhana, kemudian dianalisis sehingga dihasilkan beberapa rekomendasi perbaikan
atau usulan tambahan bagi rancangan program kesehatan yang sedang disusun.
Tentunya hal ini dilakukan agar rencana program kesehatan dapat dilaksanakan tanpa
mendapatkan hambatan bermakna. Menurut Ramond-Roquin, dkk. (2015) dengan
berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor tersebut, maka program yang direncanakan
dapat menghasilkan output dan outcome yang sesuai dengan harapan, juga sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat sasaran. Jadi, metode FFA adalah metode
yang digunakan untuk menganalisis besar faktor yang mempengaruhi alternatif
intervensi seperti faktor pendorong dan faktor penghambat program.
Metode FFA dapat dilakukan dengan memberikan skor sebagai berikut:

Faktor Pendorong Faktor Penghambat

1 = tidak mendukung 1 = tidak menghambat


2 = kurang mendukung 2 = kurang menghambat
3 = cukup mendukung 3 = cukup menghambat
4 = mendukung 4 = menghambat
5 = sangat mendukung 5 = sangat menghambat

4.2. Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

5 Petugas konseling merupakan Tidak dapat menjangkau 4


konselor yang ahli di bidangnya seluruh sekolah di suatu
wilayah karena keterbatasan
sumber daya

4 Menggunakan media/alat bantu Merupakan kegiatan yang terus 3


yang beragam yang disesuaikan berlanjut sehingga sulit untuk
dengan model pembelajaran mengkoordinasikan sesi-sesi
peserta konseling konseling berikutnya

5 Adanya dukungan dari Tidak adanya motivasi siswa 5


pemerintah sebab program untuk berhenti merokok dan
merupakan inovasi mengikuti konseling
pengembangan dari program
yang telah diadakan oleh
pemerintah

4 Adanya dukungan dari


masyarakat khususnya para
orang tua karena dapat
membantu mendidik perilaku
siswa

18 Total Skor 12

GAP = 6
Program Konseling Berhenti Merokok Goes to School memperoleh total skor
18 pada faktor pendorong dan total skor 12 pada faktor penghambat. Selisih antara
faktor pendorong dan faktor penghambat adalah +6.

4.3. Penerapan Teknik Slow Deep Breathing untuk Menurunkan Tekanan Darah

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

4 Penerapannya tidak Jika pasien sedang mengalami 5


membutuhkan biaya atau flu, maka slow deep breathing
peralatan canggih. akan sulit dilakukan.

4 Langkah-langkah untuk Kondisi udara yang tidak 5


melakukan teknik slow deep kondusif misalnya asap
breathing tidak rumit sehingga kendaraan dan asap rokok.
dapat diikuti dan diterapkan oleh Bukan hanya mengganggu
seluruh pasien atau penderita proses relaksasi, tetapi juga
hipertensi. dapat menyebabkan penyakit
lain pada pernapasan.

5 Dapat dilakukan kapan saja dan Adanya kebisingan yang dapat 4


dimana saja. mengganggu konsentrasi dan
ketenangan pasien sehingga
proses relaksasi melalui teknik
slow deep breathing tidak dapat
berjalan dengan baik.

3 Adanya keinginan dan


kesadaran pasien untuk
menghindari penyakit ginjal
kronik.

5 Adanya dukungan dari berbagai


pihak seperti dokter, perawat,
keluarga, dan orang terdekat
pasien.
3 Terdapat studi atau penelitian
yang menunjukkan bahwa
teknik slow deep breathing
efektif dalam menurunkan
tekanan darah sehingga
mengurangi risiko penyakit
gagal ginjal kronik.

24 Total Skor 14

GAP = 10

Program penerapan teknik slow deep breathing untuk menurunkan tekanan darah,
pada faktor pendorong mendapatkan total skor sebesar 24 dan faktor penghambat
mendapatkan total skor sebesar 14. Selisih antara faktor pendorong dan faktor
penghambat adalah +10.

4.4. Gerakan Minggu Sehat (Jalan Sehat, Senam Sehat, dan Cek Kesehatan)
Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor
5 Adanya dukungan dari tokoh Rasa malas dari para peserta 5
masyarakat untuk mengikutinya
3 Mudah dijangkau oleh Faktor kelelahan dari peserta 3
masyarakat luas yang mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan
4 Pelaksanaan yang tidak Pergantian cuaca seperti hujan di 4
dipungut biaya pagi hari sehingga menyebabkan
program tidak dijalankan
3 Mudah dilakukan karena tidak
menggunakan alat-alat
4 Tersedianya lapangan atau
ruang terbuka di setiap daerah
sehingga bisa dijadikan untuk
kegiatan gerakan minggu sehat
19 Total Skor 12
GAP = 7
Program penerapan gerakan minggu sehat (jalan sehat, senam sehat, dan cek
kesehatan), pada faktor pendorong mendapatkan total skor sebesar 19 dan faktor
penghambat mendapatkan total skor sebesar 12. Selisih antara faktor pendorong dan
faktor penghambat adalah +7.

4.5. Hydro Time: Inovasi Smart Watch sebagai Pengingat Minum Air Putih

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

4 Menggunakan teknologi dengan Harga alat yang cenderung 4


inovasi baru di bidang kesehatan mahal

5 Fleksibel yang mana dapat Keamanan data yang belum 5


digunakan dimana-mana untuk terjamin
aktivitas sehari-hari

4 Dilengkapi dengan fitur-fitur Rentan terkena peretasan data 5


yang memudahkan pengguna

5 Perkembangan revolusi industri Kurangnya permintaan pasar 4


4.0 dan maraknya aplikasi atau
alat mengenai healthcare

3 Membuat peluang investasi yang


menarik terutama di bidang
kesehatan dan teknologi

21 Total Skor 18

GAP = 3

Program inovasi smart watch pengingat minum air putih dengan nama “Hydro
Time”, pada faktor pendorong mendapatkan total skor sebesar 21 dan faktor
penghambat mendapatkan total skor sebesar 18. Selisih antara faktor pendorong dan
faktor penghambat adalah +3.
4.6. Menciptakan Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk Anak Sekolah

Skor Faktor Pendorong Faktor Penghambat Skor

5 Penerapannya tidak Melakukan kegiatan sosialisasi 3


membutuhkan biaya yang tinggi cenderung membosankan
terutama bagi siswa SD

3 Program tersebut dilakukan Program tidak berkelanjutan 4


untuk sasaran siswa sekolah yang dan tidak berjalan dalam jangka
menjadi tindakan preventif untuk panjang
permasalahan penyakit ginjal
kronik

4 Penyakit ginjal kronis yang Ketidakkonsistenan pihak 4


semakin meningkat penyelenggara

4 Penurunan faktor risiko untuk


keturunan yang memiliki
penyakit ginjal kronik

16 Total Skor 11

GAP = 5

Program MBMA (Makan Buah Minum Air) untuk anak sekolah, pada faktor
pendorong mendapatkan total skor sebesar 16 dan faktor penghambat mendapatkan
total skor sebesar 11. Selisih antara faktor pendorong dan faktor penghambat adalah +5.
BAB V
KESIMPULAN

Penyakit ginjal kronis adalah suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi
ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi
target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Dengan mengetahui permasalahan
penyakit ginjal kronis ini, masyarakat diharapkan menjadi lebih berhati-hati dan menghindari
berbagai penyebab dari penyakit tersebut dengan menjaga kesehatan. Berbagai intervensi
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ginjal kronis seperti program Konseling Berhenti
Merokok Goes to School, penerapan teknik slow deep breathing untuk menurunkan tekanan
darah, Gerakan Minggu Sehat (jalan sehat, senam sehat, dan cek kesehatan), Hydro Time:
inovasi smart watch sebagai pengingat minum air putih, dan program MBMA (Makan Buah
Minum Air) untuk anak sekolah.

Dari kelima analisis tersebut, setelah dilakukan analisis SWOT dan penilaian dengan
metode FFA yang bertujuan untuk menentukan intervensi yang efektif dilaksanakan dapat
diketahui bahwa program prioritas yang dapat diterapkan merupakan teknik slow deep
breathing untuk menurunkan tekanan darah. Penerapan program tersebut diharapkan dapat
mengurangi risiko menderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK).
DAFTAR PUSTAKA

Darningwati, Yunda, L., dan Sulistyo, B. (2020). Keefektifan Penerapan Metode


Brainstorming untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Menulis Teks
Berita. Jurnal Kredo, 4(1): 52-66.
Fikri, A.A., et. al. (2021). Keterampilan Guru dalam Membimbing Diskusi pada
Pembelajaran Abad 21. Tanjak: Journal of Education and Teaching, 2(1): 1-7.
Maqruf, Akhmad dan Ramdhany I. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik dengan Intervensi Slow Deep Breathing dan Relaksasi Dzikir
untuk Menurunkan Tekanan Darah di Ruang Hemodialisa RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda. Karya Ilmiah Akhir Ners.
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/329/KIAN.pdf?sequence=1
Siradj, Y. (2016). Potensi Smartwatch untuk Kesehatan Smartwatch Potentials for Healtcare.
TELEKONTRAN (Vol. 4, pp. 35–41).
Siswanto, E. (2020). Penerapan Teknik Force Field Analysis (FFA) Dalam Perencanaan
Program Kesehatan. Kewidyaiswaraan, 5(2), 39–44.
https://jurnalpjf.lan.go.id/index.php/jurnalkewidyaiswaraan/article/download/78/29

Anda mungkin juga menyukai