Batik Ecoprint pada Siswa-Siswi SMP Negeri Satu Atap Sendang
*Penulis Hawari Nuridati
*Mahasiswa Teknik Industri Semester 7
Siswa-Siswi SMP Negeri Satu Atap Sendang, Tulungagung bersama
mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur menunjukkan hasil Batik Ecoprint.
Kampus Mengajar adalah salah satu program Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Program Kampus Mengajar ini mengajak mahasiswa untuk menjadi mitra guru dalam kegiatan pembelajaran di jenjang SD dan SMP terutama di bidang literasi dan numerasi. Melalui program ini, mahasiswa bisa menambah wawasan, relasi, kemampuan komunikasi, serta berkontribusi secara langsung dalam pendidikan di Indonesia. Salah satu program kerja yang dilaksanakan mahasiswa sebagai bentuk upaya mengenalkan seni yang masih jarang diketahui masyarakat luas yakni pembuatan Batik Ecoprint. Sesuai dengan namanya, ecoprint berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti lingkungan hayati atau alam, dan print yang artinya cetak. Batik Ecoprint merupakan salah satu jenis batik yang metode pembuatannya dilakukan dengan memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari zat warna daun, akar, atau batang tumbuhan tertentu yang diletakkan diatas sehelai kain, kemudian kain tersebut dikukus atau di steam. Program kerja ini bertujuan meningkatkan kesadaran siswa menjaga kelestarian alam menjadikan trend gaya hidup ramah lingkungan, serta memunculkan ide usaha yang terbilang masih jarang di kalangan masyarakat, dan tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar mata pelajaran seni budaya. Adapun cara pembuatan Batik Ecoprint yaitu : Pertama, proses pengolahan kain (Mordanting) yaitu merendam kain mori dengan menggunakan air tawas selama 1 jam, berfungsi untuk mempertahankan warna kain. Kedua, proses pencetakan dengan cara merentangkan kain setengah basah, lalu menata daun dan batang (daun jati, kenikir, dan lainnya). Ketiga, gulung kain sampai rapat, lalu tali agar semakin rapat. Keempat, kukus kain selama 1 jam, dan yang terakhir rendam kain mengggunakan air tawas, ini disebut dengan proses fiksasi.
Siswa-siswi SMP Negeri Satu Atap Sendang sangat antusias, karenaini
merupakan hal baru bagi mereka. Tidak hanya mempelajari materi Batik ecoprint saja, namun saya juga mengajak mereka untuk melakukan praktikum pembuatan Batik Ecoprint. Motif batik ini tidak terpaku pola tertentu, siswa cenderung bebas sehingga bisa mengkreasikan dan mencampur – padukan berbagai daun yang ada. FOTO : BAHAN