Anda di halaman 1dari 12

RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)

https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

TRADISI MAKEPUNG DI KABUPATEN JEMBRANA


DALAM FOTOGRAFI ESSAY
I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara1, I Made Bayu Pramana2, Anis Raharjo3
1,2,3
Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar
1
krisnaaryy@gmail.com

Abstrak

Makepung merupakan salah satu tradisi yang terdapat di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini puncak kegembiraan
kaum petani dalam mensyukuri hasil panen raya mereka. Pencipta bertujuan untuk memperkenalkan tradisi makepung
ini pada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Jembrana, melalui fotografi essay. Fotografi essay dalam genre foto
seri yang disusun dari karya fotografi murni, menjadi foto yang memiliki tulisan yang bertujuan menceritakan tradisi
tersebut. Pencipta menerapkan teknik fotografi dengan ide yang dituangkan kedalam karya foto dan dapat
menyampaikan pesan melalui karya foto essay tradisi makepung di Kabupaten Jembrana.
Metode yang pencipta gunakan ialah metode observasi dan wawancara dan proses penciptaan karya fotografi ini
bermula dari perancangan konsep yang didalamnya terdapat ide atau gagasan, tema dan objek yang akan diciptakan
yaitu tradisi makepung dalam fotografi essay. Penerapan teori EDFAT yaitu entire, detail, frame, angle, time sebagai
landasan teori penciptaan.
Berdasarkan hasil penciptaan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru kepada pencipta maupun orang
lain dalam upaya membuat karya foto essay atau foto berseri di Kabupaten Jembrana. sehingga mengatahui rangkaian
acara tradisi makepung dari awal hingga akhir.

Kata kunci : Tradisi Makepung, Fotografi Essay

Abstract
SMakepung was one of tradition contained in the Jembrana District. This tradition was a peak of happines for
farmers and the citizen in giving thanks for their harvest. The creator want to present this Makepung Tradition to the
tourist who come to the Jembrana Disctrict, with Essay Photography. Essay photography was an genre of photo series
compiled from pure photographic works, becomes photographs that have some worrds to telling the tradition. The
creator applies this photography techniques with ideas poured into photographs and can give the messages from Essay
Photography of the makepung tradition in Jembrana Regency.
The process of creating this Essay Photography work starts from designing of the concept in which there are
ideas, themes and objects which will be created to be named The Makepung Tradition in Essay Photography. The
application of EDFAT theory was entire, detail, frame, angle, time for the base of this creation theory.
Based on the results of this creation the creator expected to provide new experiences to the creator and other
people in an effort to create Essay Photography or photo series in Jembrana Regency. so they can know the series of
the events from the beginning to the end from Makepung tradition.

Keywords: Makepung Tradition, Essay Photography

Diterima: Juni 2021 | Revisi: Juni 2021 | Terbit online: Juni 2021 29
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

1. PENDAHULUAN pertanian. Sementara sekaa makepung lebih


Tradisi makepung merupakan puncak menekankan pada sisi sumber daya produksinya,
kegembiraan kaum petani didalam mensyukuri yaitu bagimana menyiapkan kerbau-kerbau
hasil panen raya. Sementara sebagai tradisi, dengan kualitas unggulan sehingga dapat
makepung sudah dimulai sejak para petani turun membajak dengan baik dan cepat di dalam
kesawah, bahkan sejak pemilihan bibit, atau bulih- kawasan sawah yang luas. Didalam makepung
bulih padi yang akan ditanam dan disemaikan. Hal atau pakepungan itu adalah sebuah tradisi yang
ini terus ditegaskan karena selama ini kita melihat kental dengan sentuhan-sentuhan agraris.
makepung hanya sebatas lomba tanpa berusaha Dalam tradisi makepung ditemukan laku
untuk mendekati sejauh mana muatan filosofi dan demokrasi berupa pengambilan keputusan dengan
nilai-nilai yang terangkum didalamnya. Selain pendekatan musyawarah mufakat. Didalam
sebagai sebuah proses yang dianut oleh Tradisi makepung, masyarakat atau krama
masyarakat petani tradisional di Kabupaten diajarkan bagaimana menjungjung tinggi
Jembrana, tradisi makepung juga ditandai dengan kejujuran, sportifitas, dan rasa persaudaraan, juga
aktualisasi-aktualisasi kultural sebagi bentuk rasa kerja sama. Tradisi makepung memiliki konsepsi
syukur atas capaian proses panjang di dalam dan filosofi tata kehidupan masyarakat Bali : Tri
mengolah tanah pertanian, juga sebagai bentuk Hita Karana yang telah diterjemahkan secara utuh.
rasa hormat dan syukur kepada”Ibu Bumi” yang Hubungan manusia dengan tuhan (parahyangan),
ditandai dengan mengadakan pesta rakyat sebagai hubungan manusia dengan sesama manusia
penerjemahan rasa gembira dan bentuk lain dari (pawongan), juga hubungan manusia dengan alam
persembahan kepada yang telah memberikan lingkungan serta segala isinya (palemahan).
keberasilan didalam panen raya. (Dinas Mulai berkembangnya prakarsa para buruh
Keperpustakaan dan Kearsipan Kabupaten angkut padi dikawasan Desa Baluk, Desa
Jembrana, Bali 2019:29). Banyubiru, dan Desa Kaliakah untuk mengadakan
Makepung diperkirakan dimulai sekitar tahun lomba adu lari cepat cikar pengankut padi hasil
1920-an. Diawali dengan perlombaan adu cepat panen itu, rupanya menarik perhatian buruh-buruh
cikar pengangkut padi hasil panenan yang angkut padi dikawasan desa lainnya. Terutama di
diprakasarai oleh para buruh angkut padi, hal itu desa-desa yang tergolong desa tua yang biasanya
kemudian berubah menjadi atraksi pekepungan disebut sebagai Jembrana ( Desa Dauhwaru, Desa
yang mendapat sentuhan-sentuhan dan beberapa Batuagung, dan Desa Dangin Tukad ). Atas rasa
perubahan dari para tuan tanah menjadi atraksi ketertarikan itulah, maka para buruh angkut padi
makepung seperti yang dikenal sekarang. dari desa diluar Desa Baluk, Banyubiru, dan
Pemakaian istilah atraksi didepan kata Kaliakah yang sudah bisa “ngampik” diantara satu
pekepungan atau makepung. Menurut Budayawan dengan yang lainnya, bersepakat untuk
I Ketut Surung, menandakan bahwa mengadakan lomba yang sama seperti apa yang
“pekepungan” atau “makepung” itu bukan sekedar dilakukan oleh para buruh tani Desa Baluk,
adu cepat atau semacam pacuan kerbau, tetapi Banyubiru, dan Kaliakah. Dengan tujuan untuk
merupakan sebuah rangkaian kegiatan teater menjaga kebersamaan dan gairah kerja diantara
sosial yang sangat lengkap diselenggarakan oleh para buruh angkut padi. Jika dicermati secara
masyarakat tradisional agraris di Kabupaten kekiniaan, desa-desa pemrakarsa lomba balap
Jembrana,Bali. cikar seperti Desa Baluk, Desa Banyubiru, dan
Atraksi pakepungan dimulai sejak para petani Desa Kaliakah yang wilayahnya terletak disebelah
turun ke sawah hingga panen tiba. Masyarakat barat sungai ijo gading sebagai pembatas wilayah
sepakat bahwa makepung itu adalah bagian dari Kota Negara yang merupakan Ibu Kota Jembrana
tradisi agraris masyarakat petani di Kabupaten dengan nol kilometer di taman patung dwinda.
Jembrana Bali, yang posisinya hampir sama dan Didalam perkembangan berikutnya, para
saling melengkapi dengan keberadaan subak. penggemar dan komunitas adu cikar (Makepung-
bahwa untuk beberapa sisi, sekaa makepung ini pen) membagi diri kedalam dua grup besar yang
memiliki posisi jauh lebih kuat daripada subak. mereka istilahkan sebagai blok yaitu blok barat
Inilah yang khas dari komunitas petani di sungai ijo gading, dan blok timur sungai ijo
Kabupaten Jembrana, Bali. Subak dikenal sebagai gading yang simpul utamanya mulai dari tiga desa
organisasi tradisional yang memiliki otoritas tua sebagai pemrakarsa yakni Desa Dauhwaru,
didalam mengatur air bagi petani dan lahan Desa Batuagung, dan Desa Dangin Tukad yang

30
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

kemudian berkembang secara pesat kedesa-desa makepung dulunya disebut dengan Bupati Cup
lainnya seperti Desa Sangkar Agung, Desa dan Gubernur Cup setelah masa jabatan Gubernur
Prancak, dan Desa Air Kuning serta Yeh Kuning. Bapak Mangku Pastika event Gubernur Cup itu
Tentang angka tahun keberadaan atraksi dihapuskan karena sudah rutin diadakan dua kali
makepung di Kabupaten Jembrana, para penutur setahun maka Gubernur Cup tersebut diganti
yang kini rata-rata berusia diatas 70 tahun menjadi Jembrana Cup. Dahulu hadiah makepung
mengatakan bahwa Atraksi makepung sudah ada ini hanya sebuah jajanan belugbug yaitu jajanan
ketika mereka masih kanak-kanak dan duduk khas Kabupaten Jembarana karena kecendrungan
dibangku sekolah rakyat. (Dinas Keperpustakaan masyarakat itu adalah bersenang-senang dan
dan Kearsipan Kabupaten Jembrana,Bali bergotong royong. Masyarakat dahulu menyambut
2019:18). makepung ini dengan berkumpul bersama dengan
Menurut Nengah Alit Tradisi makepung sebuah hiburan masyarakat drama, wayang di
merupakan kegiatan agraris pada masa bercocok arena makepung tersebut. Setelah berkembangnya
tanam, sebelum bercocok tanam istilah jaman hadiah makepung ini berupa piala dan
masyarakat jembrana menyebutnya dengan piagam penghargaan tidak lagi jajanan belugbug,
nengaluk, melasah. Pada saat melasah para petani pada masa jabatan Gubernur Bapak Wayan Koster
memproses pengolahan tanah sawah yaitu tahap saat ini Kabupaten Jembrana memulai kembali
melumatkan tanah menjadi lumpur dengan event Gubernur Cup dan baru sekali dilaksanakan
memakai lampit. Lampit ditarik oleh dua ekor pada tahun 2019. (Nengah Alit, Kepala Dinas
kerbau dan sebagai alat penghias kerbau pada Pariwisata Kabupaten Jembrana 16 April 2020).
leher kerbau tersebut dikalungi grendongan Faktor internal yang pencipta lakukan adalah
(grongseng besar), sehingga apabila kerbau dari sejak berumur 10 tahun pencipta sudah
tersebut berjalan menarik lampit akan kedengaran tertarik dengan tradisi makepung yang berada di
bunyi seperti alunan musik, sehingga disebut Kabupaten Jembarana tersebut. Salah satu orang
dengan mekepung lampit dan para petani tua yaitu ibu pencipta berasal dari Desa Budeng
melakukan hal tersebut hanya untuk bersenang- Kabupaten Jembrana setiap hari minggu ketika
senang. pencipta pulang ke kampung halaman Ibu,
Seiring berkembangnya tradisi makepung di pencipta selalu diajak menonton tradisi tersebut di
Kabupaten Jembrana masyakat menjadikan Desa Delod Berawah, Desa Kaliakah dan Desa
tradisi ini menjadi sebuah atraksi budaya lain hal Mertasari yang berdekatan dengan Desa Budeng
nya dengan makepung darat biasanya para petani kampung halaman orang tua pencipta. Hingga saat
seusai panen atau mekajang para petani yang ini tertarik menjadikan tradisi makepung ini
mempunyai cikar atau gerobak membawa padi menjadi sebuah karya fotografi yang nantinya bisa
yang telah dipanennya dengan berjalan beriringan dijadikan sebuah dokumentasi baik pribadi
dengan sepasang kerbau di sebidang lahan maupun di masyarakat luas. sehingga wisatawan
persawahan yang mereka garap yang merupakan yang berkunjung ke Kabupaten Jembrana
milik para tuan tanah dimana mereka meburuh ( mengetahui sebuah tradisi makepung tersebut
bekerja ) sebagai juru angkut padi, dengan jarak melalui karya-karya yang pencipta buat.
tempuh sepanjang Jalan Subak yang biasa mereka Faktor eksternal yang pencipta lakukan yaitu
lalui. Sambil bersorak, suasana sore menjelang membuat sebuah karya fotografi essay tradisi
petang hari, saat buruh angkut mengantarkan makepung di Kabupaten Jembrana, karena
berpikul-pikul padi hasil panen yang diangkut pencipta ingin memperkenalkan tradisi tersebut
dengan cikar menuju rumah sang tuan tanah memalui seri foto dimana pencipta membuat seri
menjadi semarak. Penuh canda tawa, tetapi tetap foto dari awal hingga akhir tradisi makepung ini
di dalam suasana bekerja, itulah yang sebut berlangsung agar Makepung dan Kabupaten
dengan makepung darat. Dari kegiatan diatas Jembrana dikenal oleh wisatawan luar yang
muncullah istilah makepung yang berarti kejar- berkunjung ke Kabupaten Jembrana. Wisatawan
kejaran. menjadi lebih memahami pelaksanaan tradisi
Dahulu masyarakat Kabupaten Jembrana makepung di setiap tahunnya karena tradisi
menyebut arena makepung itu dengan jalan makepung ini dilaksanakan setiap tahun sekali,
makepungan dan hingga saat ini bahasa tersebut dan tradisi makepung ada 2 yaitu makepung darat
sudah dianggap kuno lalu diganti menjadi sirkuit dan makepung lampit. Terkait dengan wabah
makepung. Sedangkan dalam perkembangannya pandemic covid-19 ini tradisi makepung ditahun

31
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

2020 ditiadakan oleh Pemerintah Kabupaten adanya ini suatu tradisi dapat punah.
Jembrana agar bisa lebih cepat memutus mata (Mardimin, 1994:13).
rantai penyebaran virus tersebut.
Pencipta sempat mewawancarai beberapa 2.2 Tinjauan Makepung
pihak joki makepung pada beberapa desa di Menurut Putu Libra Setiawan selaku kepala
Kabupaten Jembrana, menurut salah satu joki Desa Budeng sebagai daerah agraris penduduk
Nyoman Lendro beliau sangatlah kecewa dengan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani,
berita atau informasi yang didapat tradisi Kabupaten Jembrana juga dikenal dengan
makepung tahun 2020 ditiadakan karena wabah populasi kerbaunya yang dikembangkan oleh
Covid-19 ini telah memasuki desa-desa di masyarakat setempat. Dahulunya, kerbau tersebut
Kabupaten Jembrana. Namun pemerintah tetap dipergunakan untuk keperluan membajak sawah
mengijinkan untuk latihan rutin makepung setiap dengan pengolahan tanah sebelum musim tanam
hari sabtu dan minggu disebuah sirkuit Samblong padi. Pekerjaan ini biasanya dilaksanakan secara
Desa Delod Berawah,Kabupaten Jembrana. gotong royong oleh masyarakat sambal mengadu
Peserta latihan tersebut hanya diperbolehkan 5 kecepatan kerbau berlari dilahan basah dengan
peserta saja. Kegiatan makepung juga menguatkan menarik lampit (alat perata tanah). Selain itu,
interaksi budaya dan akulturasi-akulturasi umat kerbau dipergunakan sebagai pengangkut hasil
beragama di Kabupaten Jembrana, banyak umat panen. Dari hasil panen tesebut muncul keinginan
muslim ikut berpartisipasi dalam tradisi dari para pemilik kerbau untuk berpacu mengadu
makepung tersebut. Joki yang berumat muslim kecepatan lari kerbau dijalanan sambil menarik
maupun hindu ikut serta dalam tradisi ini. Mereka pedati masing-masing. Tradisi inilah yang disebut
pun sudah memahami peraturan makepung karena dengan tradisi makepung yang ada 2 jenis yaitu
telah bertahun-tahun di Jembrana. makepung di arena berlumpur (makepung lampit),
Berdasarkan Judul dan uraian latar belakang dan makepung daratan (jalan didaerah
di atas maka dapat saya rumuskan masalah persawahan). Menurut Nengah Alit, M.Pd. tradisi
sebagai berikut : makepung merupakan kegiatan agraris pada masa
1. Bagaimana memvisualisasikan tradisi bercocok tanam, sebelum bercocok tanam istilah
makepung dalam fotografi essay menjadi masyarakat jembrana menyebutnya dengan
karya yang unik dan menarik ? nengaluk, melasah. Pada saat melasah para petani
2. Bagaimana tahapan-tahapan tradisi memproses pengolahan tanah sawah yaitu tahap
makepung di Kabupaten Jembrana ? melumatkan tanah menjadi lumpur dengan
3. Bagaimana teknik-teknik pemotretan memakai lampit. Lampit ditarik oleh dua ekor
tradisi makepung dalam fotografi essay? kerbau dan sebagai alat penghias kerbau pada
leher kerbau tersebut dikalungi grendongan
2. TINJAUAN SUMBER TERTULIS (grongseng besar), sehingga apabila kerbau
Sumber referensi tertulis diperoleh dari tersebut berjalan menarik lampit akan kedengaran
kepustakaan, observasi serta dokumentasi yang bunyi seperti alunan musik, sehingga disebut
ada relevansinya dengan penciptaan yang dengan mekepung lampit dan para petani
dimaksud. Terkait dengan acuan yang melandasi melakukan hal tersebut hanya untuk bersenang-
tema penciptaan ini, terdapat beberapa sumber senang.
referensi antara lain : Seiring berkembangnya tradisi makepung di
Kabupaten Jembrana masyakat menjadikan
2.1 Tinjauan Tradisi tradisi ini sebuah atraksi budaya lain hal nya
Tradisi berasal dari bahasa latin : dengan makepung darat biasanya para petani
tradition yang dimaksud dengan pengertian seusai panen atau mekajang para petani yang
sederhana adalah suatu yang telah dilakukan mempunyai cikar atau gerobak membawa padi
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan yang telah dipanennya dengan berjalan beriringan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari dengan sepasang kerbau di sebidang lahan
suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama persawahan yang mereka garap yang merupakan
yang sama. Hal yang paling mendasar dari milik para tuan tanah dimana mereka meburuh (
tradisi adalah adanya informasi yang bekerja ) sebagai juru angkut padi, dengan jarak
diteruskan dari generasi ke generasi baik tempuh sepanjang Jalan Subak yang biasa mereka
tertulis maupun tidak tertulis, karena tanpa lalui. Sambil bersorak, suasana sore menjelang

32
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

petang hari, saat buruh angkut mengantarkan makepung. Dahulu sirkuit makepung terdapat
berpikul-pikul padi hasil panen yang diangkut pada Desa Delod Berawah, Desa Sangkaragung
dengan cikar menuju rumah sang tuan tanah dan Desa Samblong, 3 Desa tersebut merupakan
menjadi semarak. Penuh canda tawa, tetapi tetap regu ijo gading timur sedangkan regu ijo gading
di dalam suasana bekerja, itulah yang sebut barat hanya 2 sirkuit yaitu Desa Tuwed dan Desa
dengan makepung darat. Dari kegiatan diatas Kaliakah.
muncullah istilah makepung yang berarti kejar- Atribut bendera menunjukan regu
kejaran. (Nengah Alit, M.Pd. Kepala Dinas pakepungan tersebut, bendera merah meliputi regu
Pariwisata Kabupaten Jembrana 16 April 2020). ijo gading timur sedangkan bendera hijau meliputi
Atraksi pakepungan dimulai sejak para petani regu ijo gading barat. Sekaa makepung yang aktif
turun ke sawah hingga panen tiba. Masyarakat dalam mengikuti tradisi makepung diregu ijo
sepakat bahwa makepung itu adalah bagian dari gading timur adalah 60 pasang kerbau sama
tradisi agraris masyarakat petani di Kabupaten halnya dengan regu ijo gading barat hanya 60
Jembrana,Bali, yang posisinya hampir sama dan pasang kerbau yang mengikuti pakepungan di
saling melengkapi dengan keberadaan subak. Kabupaten Jembrana. dahulu hadiah makepung ini
bahwa untuk beberapa sisi, sekaa makepung ini hanya sebuah jajanan khas jembrana yang disebut
memiliki posisi jauh lebih kuat dari pada subak. dengan belugbug, kini hadiah tersebut berubah
Inilah yang khas dari komunitas petani di menjadi piala penghargaan dengan uang
Kabupaten Jembrana,Bali. Subak dikenal sebagai pembinaan oleh bapak Bupati maupun bapak
organisasi tradisional yang memiliki otoritas Gubernur. Makepung diadakan setiap 1 tahun
didalam mengatur air bagi petani dan lahan sekali dibulan Juli hingga bulan Oktober dan
pertanian. Sementara Sekaa makepung lebih diselenggarakan setiap 2 minggu sekali di sirkuit
menekankan pada sisi sumber daya produksinya, pakepungan yang berbeda.
yaitu bagimana menyiapkan kerbau-kerbau
dengan kualitas unggulan sehingga dapat 2.3 Kabupaten Jembrana
membajak dengan baik dan cepat di dalam Kabupaten Jembrana adalah salah satu
kawasan sawah yang luas. Didalam makepung Kabupaten di Provinsi Bali yang terletak sekitar
atau pakepungan itu adalah sebuah tradisi yang 800 km dari Kota Denpasar kearah barat. Dengan
kental dengan sentuhan-sentuhan agraris. wilayah seluar 841,80 km, secara administratif
Dalam tradisi makepung ditemukan laku terbagi menjadi 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan
demokarasi berupa pengambilan keputusan Melaya, Kecamatan Negara, Kecamatan
dengan pendekatan musyawarah mufakat. Jembrana, Kecamatan Mendoyo, dan Kecamatan
Didalam tradisi makepung, masyarakat atau Pakutatan. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana
krama diajarkan bagaimana menjungjung tinggi adalah sebanyak 311.573 jiwa, yang sebagaian
kejujuran, sportifitas, dan rasa persaudaraan, juga besar bermata pencaharian pada sektor pertanian.
kerja sama. Tradisi makepung memiliki konsepsi Sebagai daerah agraris yang sebagian
dan filosofi tata kehidupan masyarakat Bali : Tri wilayahnya masih berupa hutan alami, Jembrana
Hita Karana yang telah diterjemahkan secara menawarkan keunikan dan daya tarik tersendiri
utuh. Hubungan manusia dengan tuhan bagi para wisatawan. Dengan posisi diujung barat
(parahyangan), hubungan manusia dengan Pulau Bali dan sekaligus merupakan gerbang
sesama manusia (pawongan), juga hubungan baratnya Bali, wilayahnya meliputi daerah pesisir,
manusia dengan alam lingkungan serta segala daratan, dan pegunungan. Terlebih lagi, taman
isinya (palemahan). ( Dinas Keperpustakaan dan nasional Bali barat yang merupakan habitat asli
Kearsipan Kabupaten Jembrana,Bali 2019:18 ). jalak Bali (maskot fauna Bali) yang juga terkenal
Menurut Nyoman Lendro masyarakat Desa dengan keanekaragaman dan keindahan flora dan
Budeng Kabupaten Jembrana, makepung faunanya, sebagian wilayahnya juga berada di
merupakan pacuan kerbau antar petani yang telah Kabupaten Jembrana.
usai mengambil hasil panen mereka disawah Dibagian seni dan budaya kehidupan
dengan menggunakan cikar tradisional yang masyarakat Jembrana juga tidak terlepas dari
mereka sebut dengan gedebeg. Dengan aktifitas berkesenian dan pelestarian tradisi
perkembangan jaman muncul cikar yang budaya. Jegog misalnya, adalah kesenian khas
digunakan makepung saat ini dengan hiasan bali masyarakat Jembrana yang berupa seni karawitan,
dan ukiran maupun motif yang menunjukan ikon digunakan untuk mengiringi tari-tarian tradisional

33
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

Bali. Bahkan dapat dikolaborasikan dengan 15, Leonardo da vinvi memanfaatkan fenomena
gambelan lainnya dan alat-alat musik moderen. tersebut untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.
Tradisi makepung, yakni pacuan tradisional Hasil karyanya yang terkenal yaitu camera
menggunakan sepasang kerbau juga menjadi ciri obscura, merupakan cikal bakal kamera yang kita
khas Kabupaten Jembrana, karena memang pakai dan kira kenal pada saat ini.
produk asli yang hanya ada di Kabupaten (Leonardi,1996;1)
Jembrana dan telah tercatat sebgai salah satu Fotografi bisa diartikan seni merekam seni
warisan budaya nasional. atau mengambil gambar berdasarkan pencahayaan
Dengan komposisi penduduk yang heterogen, menggunakan alat yang disebut kamera. Fotografi
Jembrana juga mengalami alkulturasi budaya berasal dari kata “Photos” dan “Graphos” yang
yang secara umum tetap didominasi oleh budaya masing-masing kata tersebut mempunyai arti
Bali. Alkulturasi tesebut telah mampu menambah sebagai berikut : Photos yang artinya cahaya dan
keanekaragaman budaya dan seni masyarakat Graphos yang artinya melukis atau merekam.
yang selanjutnya juga menjadi daya tarik Cahaya merupakan unsur yang paling penting
tersendiri bagi wisatawan. Walaupun diwarnai dalam fotografi, sebab tanpa cahaya maka tidak
alkulturasi budaya dan besarnya komunitas ada foto yang bisa dibuat. Fotografi masuk dalam
nonHindu, Jembrana juga menyimpan bukti tataran seni sehingga sering disebut dengan seni
sejarah perkembangan hindu di Bali. Rangkaian fotografi. Seni disini berarti karya fotografi
pura yang terkait dengan perjalanan spiritual para mengandung nilai estis atau nilai keindahan baik
maha rsi adalah bukti bahwasannya sejak dahulu secara ide maupun teknik. (Soedjono,2017:49)
Jembrana adalah pintu gerbang masuknya Secara umum Fotografi dapat
pengaruh hindu dari Jawa ke Bali. Di Jembrana diklarifikasikan menjadi 3 yaitu :
bahkan terdapat situs pemukiman manusia purba a. Fotografi Ekspresi/Seni
yang telah dibuatkan museum dan difungsikan Foto seni adalah sesuatu karya foto yang
sebagai pusat studi arkeologi dan juga daya tarik memiliki nilai seni, suatu nilai estetika, baik
wisata. bersifat universal maupun lokal atau terbatas.
Dengan wilayah membentang dari Gilimanuk Karya-karya fotografi dalam kategori ini
sampai Pengeragoan, Jembrana menawarkan daya mempunyai suatu sifat yang secara minimal
tarik dan keindahan alam lainnya seperti pantai di memiliki daya simpan dalam waktu relative.
sepanjang sisi selatan yang membentang langsung b. Fotografi Komersial
dengan Samudra Indonesia yang dilengkapi oleh Fotografi komersial ditujukan untuk
keberadaan hutan mangrove, keindahan flora, keperluan komersil atau advertising. Dalam foto
fauna bawah laut, panorama alam, dan juga arena komersial dibutuhkan penguasa teknik kamera
pertanian yang membentang luas. Didukung oleh beserta menguasai teknik pencahayaan yang
sumber daya alam yang potensial, tradisi dan seni bagus. Foto komersil biasanya : Foto makanan
budaya masyarakat yang beraneka ragam serta (Food fotografi), fotografi fashion (fashion
ketersediaan sarana dan prasarana kepariwisataan, fotografi), foto pranikah dan lain-lain.
Jembrana merupakan salah satu destinasi wisata c. Fotografi Jurnalistik
menarik di pulau Bali. (Jembrana Selayang Fotografi jurnalistik adalah foto yang bernilai
Pandang,2019:10). berita atau foto yang menarik bagi pembaca, dan
informasi tersebut disampaikan kepada
2.4 Tinjauan Seni Fotografi masyarakat sesingkat mungkin (Taufan
Menurut catatatan sejarah, asal muasal Wijaya,2016;5). Syarat foto jurnalistik selain
fotografi “ditemukan” secara kebetulan oleh Ibnu mengandung berita dan secara fotografi bagus
Al Haitam pada abad ke-10, bahwa pada salah adalah foto harus mencerminkan etika atau norma
satu dinding tendanya terlihat suatu gambar, yang hukum baik dari segi pembuatannya maupun
telah diselidiki ternyata berasal dari sebuah lobang penyiarannya. Di Indonesia etika yang mengatur
kecil pada dingding tenda yang berhadapan di foto jurnalistik adalah kode etik jurnalis, yang
dalam tenda itu. Ternyata pula gambar tersebut membedakan foto jurnalistik dengan foto yang
sama dengan pemandangan yang berada diluar lain yaitu pada foto jurnalistik lebih
tenda, hanya posisinya saja yang terbalik, dan mementingkan atau mengedepankan unsur
pada abad ke-13, Roger Bacon juga melihat hal momentumnya, seperti dalam memotret aktivitas
serupa di ruangan kerjanya, namun baru abad ke- atau kejadian tertentu. Tidak seperti foto lainnya,

34
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

pada foto jurnalistik, unsur seni tidak terlalu peristiwa atau bentuk penugasan lain, untuk
ditonjolkan. Berita dituntun memenuhi unsur 5W- mengintai bagian-bagian lain ini dipilih sebagai
1H (why, what, where, when, dan how) karena objek pemotretan dalam karya tradisi makepung
tidak mampu mengedepankan keenam kaidah agar bisa menampilkan keseluruhan pemotretan
tersebut maka kehadiran kata, teks atau tradisi makepung. Dalam karya ini pencipta
keterangan yang menjelaskan sangat diperlukan menggunakan teori entire yaitu pencipta
(Sugiarta,2005;22). Oleh karena itu, biasanya foto memperlihatkan suasana makepung di Desa
jurnalistik hadir dengan keterangan foto. Dalam Samblong, Desa Kaliakah Kabupaten Jembrana.
fotografi jurnalistik terdapat dua genre fotografi b. D (Detail) suatu pilihan atas bagian
yaitu : Foto berita dan Foto Dokumenter. tertentu dan keseluruhan pandangan terdahulu
(entire). Dalam karya tradisi makepung pencipta
2.5 Tinjauan Fotografi Essay akan menampilkan Detail dari beberapa aksesoris
Foto essay adalah satu bentuk foto cerita berupa cikar, pecut yang berisi paku sebagai alat
yang berisi rangkaian argumen. Muatan opini dari untuk penyemangat saat makepung, tali tambang
fotografer sangat besar dalam bentuk ini. sebagai setir joki saat di sirkuit, kroncongan onjer,
Biasanya foto essay disertai teks panjang yang rumbing, hingga bendera yang menunjukan blok
bisa saja tidak dikerjakan sendiri oleh sang timur maupun blok barat.
fotografer, melainkan oleh seorang penulis c. F (frame) tahap dimana kita membingkai
sebagai anggota tim. Teks yang panjang sering suatu detail yang telah dipilih. Fase ini mengantar
kali berisi data, statistic, dan analisis. seseorang calon foto jurnalis mengenal arti sebuah
Foto essay panjang terdiri dari beberapa blok komposisi, pola, tekstur, dan bentuk objek
dan setiap blok memuat satu argument. Semakin pemotretan secara akurat. Dalam fase ini rasa
komplek persoalan yang diangkat, semakin artistic seseorang foto jurnalistik semakin penting.
banyak blok argumennya. (Taufan Pencipta menggunkan teori frame untuk membuat
Wijaya,2016:37). foto yang terlihat lebih berbeda dan menarik
Menurut Atok Sugiarto foto essay dengan menambahkan suatu objek yang terdapat
sesungguhnya juga foto berita dan tidak harus di sekitar objek utama seperti foto yang pencipta
dibuat oleh wartawan foto atau perkerja pers. Oleh buat, pencipta menggunakan kroncongan onjer
karena itu, tidak ada keharusan menyebarkan/ atau kalung kerbau sebagai frame dengan
mempublikasikannya sehingga mungkin saja backround joki yang sedang membawa pecut.
hanya disimpan untuk koleksi (Sugiarto,2005:19). d. A (Angle) tahap dimana sudut pandang
Fotografi essay set foto atau foto berseri yang menjadi dominan pada fase sebagai pilihan posisi
bertujuan untuk menerangkan cerita bagi orang dalam pengambilan gambar, apakah itu dengan
yang lihat foto tersebut. Fotografi essay disusun memilih sudut pengambilan dari ketinggian,
dari karya fotografi murni menjadi foto yang kerendahan, level mata, kidal, kanan dan cara lain
memiliki tulisan atau catatan kecil sampai tulisan dalam melihat sudut pandang. Pada fase ini
essay penuh disertai beberapa banyak foto yang seorang jurnalis penting untuk mengkonsepikasi
berhubungan dengan tulisan tersebut. (Budi visual apa yang diinginkannya. Dalam karya
Andana Marahimin, 2011:2). tradisi makepung pencipta juga menggunakan
angle sebagai sudut pandang pemotretan agar
3. LANDASAN TEORI terlihat indah dan menampilkan kesan dari setiap
3.1 Teori EDFAT angle saat pemotretan. Pencipta menggunkan
Teori EDFAT merupakan metode pemotretan angle untuk membuat karya tersebut yaitu angle
yang digunakan untuk melatih kepekaan dalam bird eye, frog eye, eye level dan berbagai angle
melihat sesuatu secara detail yang runtut dan yang pencipta terapkan saat membuat karya
tajam dan juga untuk membantu calon jurnalis tersebut.
ataupun fotografer pemula untuk mengambil e. T (Time) tahapan penentuan penyiaran
visual atas peristiwa yang mempunyai nilai berita dengan kombinasi yang tepat diantara diafragma
dan cerita. Berikut adalah lima bagian tahapan dan kecepatan (Shutter Speed) atas keempat
dari metode EDFAT: tingkatan metode yang telah disebutkan diatas,
a. E (Entire) adalah tahapan yang dikenal pengetahuan teknis atas keinginan pembekuan
juga sebagai Establised Shot, suatu keseluruhan gerak atau memilih ketajaman ruang adalah satu
pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu prasyarat dasar yang sangat diperlukan dalam

35
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

karya tradisi makepung pencipta tentu a. Estetika pada tataran ideational


memerlukan time yang tepat untuk memotret Secara ideational, wawancara fotografi
makepung. Dalam membuat karya ini pencipta berkembang dari kesadaran manusia sebagai
mulai melakukan pemotretan dari awal mahluk yang berbudi/berakal yang memiliki
dimulainya tradisi makepung pada pukul 07.00 kemampuan lebih dari merekayasa alam
wita hingga makepung tersebut selesai pukul lingkungan kehidupannya. Hal ini merupakan
11.00 wita. Karena pencahayaan pada pagi hari alasan yang kuat untuk memungkinkannya agar
sangatlah lembut membuat saturasi warna yang tetap survive dan menciptakan berbagai karya
menarik. Cahaya mahatari dari samping kehidupan sebagai tanda eksistensi di dunia ini.
menimbulkan bayangan sehingga foto lebih Dalam kontesks fotografi hal ini terlihat
berdimensi. bagaimana manusia menyikapi setiap fenomena
Memilih metode ini sangat praktis kiranya, alam, natural phenomenom, dengan menemukan
dan dapat dijadikan pedoman dan kebiasaan, sesuatu dan mengungkapkannya dalam berbagai
manakala seorang foto jurnalis pemula sedang bentuk konsep, teori dan wacana. Hal-hal ini yang
mendalami foto jurnalis. Metode EDFAT ini nantinya akan dikembangkan dan ditindak lanjuti
membut proses percepatan pengambilan oleh generasi penerusnya sebagai chronicles tiada
keputusan terhadap suatu kejadian atau kondisi henti dalam bentuk untaian kejadian yang bernilai
visual bernilai berita, yang cepat dan lugas, foto historis (Soedjono,2005:08)
jurnalistik memang suatu profesi yang tidak b. Estetika pada tatanan technical
sekedar menyajikan yang tersirat dalam foto yang Wacana estetika fotografi juga meliputi hal-
di publikasikan melalui beragam media canggih hal berkaitan dengan berbagai macam teknik baik
saat ini, seorang foto jurnalistik juga harus itu yang bersifat teknikal peralatan maupun yang
memiliki nurani dan tanggung jawab sosial atas bersifat teknik praktis-implementatif dalam
karya-karyanya disamping keahlian dan kecekatan menggunakan peralatan yang ada guna
yang dimiliki. Untuk menghasilkan foto-foto yang mendapatkan hasil yang di harapkan
berkualitas tentu saja dibutuhkan kesabaran dan (Soedjono,2007:14).
kerja keras, dan yang tak kalah penting seorang
foto jurnalis sebaiknya harus memahami 4. METODE PENCIPTAAN
kebiasaan-kebiasaan sosial masyarakat atau suatu Dalam karya penciptaan ini pencipta
peristiwa yang bernilai berita kecepatan dalam menggunakan metode penelitian, yaitu metode
menangkap moment juga menjadi faktor penting penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
bagi seorang foto jurnalis, karena pada dasarnya ini biasanya disebut metode penelitian naturalistic
hakekat dalam memotret itu adalah : Ada karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
fakta/peristiwa (objek yang di foto) (point of alamiah. Karena hal ini dikhusukan pada karya
interest) hal penting yang menjadi interest saat fotografi yang melengkapi produser dan teknik
memotret, penguasaan teknik fotografi penciptaan mata metode penciptaan disini
(penguasaan terhadap alat) hal ini dicapai. menggambarkan proses atau tahapan yang
dilakukan dalam penciptaan karya fotografi dari
3.2 Teori Estetika Fotografi awal sampai akhir.
Kata estetika mempunyai arti perasaan, selera Proses awal dari pembuataan karya fotografi
perasaan atau taste (rasa) yang berasal dari bangsa ini yang berjudul tradisi makepung di Kabupaten
Yunani. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Jembrana dalam fotografi essay diawali dengan
Secara sederhana, dapat diartikan sebagai ilmu proses pengumpulan data dan studi pustaka. Pada
yang membahas tentang keindahan. Di dalam proses ini pengumpulan data digunakan metode
buku Pot-Pourri Fotografi, disebutkan bahwa ada observasi. Proses observasi penciptaan ini
dua tataran yang dapat digunakan sebagai tolak dilakukan dengan cara datang ke Kabupaten
ukur dalam menentukan sebuah karya fotografi Jembrana dan menanyakan kepada kepala Dinas
yang memiliki nilai keindahan yaitu tataran Pariwisata Kabupaten Jembrana dan joki
ideational dan tataran technical: makepung tertakit dengan tradisi makepung
Soedprapto Soedjono dalam bukunya yang tersebut. Sehingga nantinya pada saat acara
berjudul pot-pourri Fotografi, yang menyebutkan makepung pencipta sudah mempunyai bayangan
bahwa ada dua aspek tataran estetika dalam pada karya yang akan pencipta buat.
fotografi yaitu :

36
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

Adapun data yang dikumpulkan dapat 5. VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA


dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan 5.1 Foto berjudul “Icon Gumi Makepung”
sekunder. Sumber data primer adalah data yang
didapatkan atau diperoleh dari hasil pengamatan
dan pemotretan langsung pada objek di lapangan.
Sedangkan data sekunder didapatkan dengan
membaca keperpustakaan berupa buku, jurnal,
majalah dan informasi yang terdapat pada situs
internet.
Data primer yang pencipta dapatkan berupa
wawancara mengenai tradisi makepung di
Kabupaten Jembrana. Menurut Nengah Alit
Tradisi makepung kegiatan agraris pada masa
bercocok tanam, sebelum bercocok tanam istilah
masyarakat Jembrana menyebutnya dengan
nengaluk, melasah. Pada saat melasah para petani Gambar 1. Icon Gumi Makepung, 2020
memperoses pengolahan tanah sawah yaitu tahap foto paper, 40cmx60cm
Sumber: I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara
melumatkan tanah menjadi lumpur dengan
menggunakan lampit. Lampit ditarik oleh dua
Patung makepung merupakan maskot
ekor kerbau dan sebagai alat penghias kerbau
Kabupaten Jembrana, keberadaan patung
maka pada leher kerbau tersebut dikalungi
makepung ini berdiri di Desa Pengragoan,
grendongan (grongseng besar) sehingga apabila
Kecamatan Pakutatan, Jembrana. Yang
kerbau tersebut berjalan menarik lampit maka
merupakan perbatasan antara Kabupaten Tabanan
akan terdengar bunyi seperti alunan musik
dengan Kabupaten Jembrana. Patung tersebut
sehingga disebut dengan mekepung lampit dan
mengisahkan kegiatan lomba balap kerbau
para petani melakukan hal tersebut hanya untuk
(makepung) yang dilakukan oleh sepasang kerbau
bersenang-senang.
dengan dua orang joki. Patung makepung ini
Pemotretan tradisi makepung ini diambil
sebagai tanda dan ucapan selamat datang di bumi
pada tanggal 10 Oktober 2019 di sirkuit Samblong
makepung bagi para pengunjung yang datang ke
Desa Delod Berawah Kabupaten Jembrana.
Kabupaten Jembrana. Patung tersebut dibuat oleh
Namun observasi telah pencipta lakukan sejak
bapak I Gede Wibawa pada tahun 2001 pada masa
pertengahan 2019 pencipta melakukan pemotretan
Pemerintahan Prof. Dr. drg. I Gede Winasa
pada pagi hari karena tradisi makepung tersebut
menjadi bupati di Kabupaten Jembrana.
dilaksanakan pukul 8 pagi hingga pukul 11 siang
Foto diatas diambil dengan komposisi eye
yang berlokasi di sirkuit Samblong, Desa Delod
level atau sejajar mata dimana pencipta membuat
Berawah Kabupaten Jembrana.
foto yang memperlihatkan seluruh objek yang ada
diantaranya pohon kelapa sebagai foreground,
objek utama atau patung makepung menjadi
middleground, dan pantai yeh leh Kabupaten
Jembrana menjadi background dari foto yang
pencipta buat.
Dalam karya ini pencipta menggunakan teori
EDFAT dan teori Technical dalam teori EDFAT
ini pencipta menampilkan entire atau suasana
patung makepung yang berada di perbatasan
Kabupaten Tabanan dengan Kabupaten Jembrana.
angle yang pencipta gunakan yaitu eye level atau
sejajar dengan mata dengan menampilkan seluruh
objek yang pencipta buat. Sedangkan teori
Technical yang pencipta gunakan saat membuat
karya diatas adalah menggunakan teknik slow
speed. Dengan pencahayaan avelibele light atau

37
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

cahaya alami dan memperlihatkan blue hour pada sirkuit makepung dengan sepasang kerbau
langit saat pencipta mambuat karya tersebut. Time lengkap dengan cikar (gerobak) yang nantinya
pengambilan foto pada pukul 18.45 WITA. digunkaan untuk makepung. Foto yang kedua
Pengambilan gambar pada karya ini, pencipta pencipta menggunakan komposisi sejajar mata
menggunakan diafragma f/14, shutter speed 1/10 atau eye level dimana pencipta memperlihatkan
sec dan ISO 400 serta dengan menggunakan lensa joki mekapung yang sedang menurunkan
16-35mm. pencipta menggunakan bukaan kecil sepasang kerbau dari mobil pick up yang
agar tampilan backround pada foto terlihat tajam membawa sepasang kerbau tersebut ke sirkuit
dan objek utama terlihat jelas. makepung. Dalam karya yang ketiga pencipta
menggunakan komposisi mata katak atau frog eye
5.2 Foto berjudul “Pagi dan Harapan” dimana memperlihatkan seorang anak pemilik
dari kerbau makepung sedang memasang
grongseng atau hiasan pada leher kerbau yang
nantinya pada saat makepungan terdengar suara
alunan grongseng tersebut semakin kencang lari
sepasang kerbau tersebut, semakin keras juga
suara grongseng tersebut. Foto keempat pencipta
menggunakan komposisi sejajar mata atau eye
level yang menampilkan hasil akhir hiasan pada
sepasang kerbau tersebut dan siap untuk
makepungan di sirkuit yang berada di Desa
Samblong, Kabupaten Jembrana. Foto kelima
pencipta menggunakan komposisi mata kata atau
frog eye dimana pencipta memperlihatkan seorang
ibu-ibu yang sedang menghaturkan sesajan untuk
memohon kepada tuhan yang maha esa agar
Gambar 2. Pagi dan Harapan, 2020
foto paper, 120cmx60cm tradisi makepung berjalan dengan lancar. Dalam
Sumber: I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara karya ini pencipta menggunakan bukaan
diafragma yang besar f/7,1 yang bertujuan untuk
Dalam karya yang berjudul “Pagi dan mempertajam objek. Bagian dari teori EDFAT
Harapan” Semangat para joki untuk yang pencipta terapkan dalam foto ini adalah
mempersiapkan kerbau serta peralatan yang bagian Entire.
digunakan dalam mengukuti tradisi pakepungan,
sebelum memasuki arena makepung tidak luput 5.3 Foto Berjudul “Persiapan Adu Cepat”
dengan persembahan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dengan menghaturkan sesajen dan doa agar
kerbau tersebut menjadi pemenang dalam ajang
Jembrana Cup yang diadakan oleh pemerintahan
Kabupaten Jembrana disetiap tahunnya. Setiap
joki wajib menghiasi kerbau dan cikar ( Gerobag )
mereka dengan hiasan khas Bali agar terlihat
menarik dan membuat wisatawan menikmati
tradisi makepung yang terdapat di Kabupaten
Jembrana. Sebanyak 200 pasang kerbau
berkumpul diarel sirkuit yang disiapkan oleh
panitia penyenggara tradisi makepung, dan setelah
itu 4 pasang kerbau menuju sirkuit untuk
mengikuti tradisi makepung.
Foto diatas diambil dengan menggunakan Gambar 3. Persiapan Adu Cepat, 2020
foto paper, 40cmx60cm
komposisi yang berbeda dengan foto yang Sumber: I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara
lainnya. Foto yang pertama pencipta
menggunakan komposisi sejajar mata atau eye
level yang memperlihatkan para joki mendatangi

38
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

Karya diatas yang berjudul “Persiapan Adu nantinya akan tercipta karya fotografi yang
Cepat” dalam karya ini memperlihatkan regu ijo memiliki nilai estetika lebih dan para penikmat
gading timur dengan regu ijo gading barat yang ataupun yang melihat foto tersebut terkesan
sedang bersiap-siap untuk mengikuti pakepungan menikmati karya yang pencipta buat. Karya
di sirkuit Desa Kaliakah Jembrana. Dimana pencipta terlihat menarik dan unik karena pencipta
panitia akan membagi 4 kategori untuk berat menampilkan tahapan makepung dari awal hingga
kerbau yang akan bersedia untuk mengikuti tradisi akhir, tahapan tersebut meliputi : Para joki
makepung tersebut. Sebanyak 200 pasang kerbau mempersiapan sepasang kerbau yang akan
yang mengikuti makepung yang dilaksanakan di digunakan untuk mengikuti tradisi makepung
sirkuit Kaliakah, Kabupaten Jembrana. dengan perawatan dan memberikan doping berupa
Dalam karya ini menggunakan teori EDFAT jamu yang berisi telur ayam delapan butir, jahe,
teori ini pencipta gunakan karena bagian dari teori dan kecap. Jamu tersebut diberikan kerbau untuk
jurnalistik, didalam karya yang pencipta buat, memperkuat stamina kerbau saat berpacu di
pencipta memperlihatkan suasana atau entire yang sirkuit, setelah itu kerbau dibawa menuju sungai
berada di sirkuit makepung Desa Kaliakah untuk dimandikan sebelum dibawa menuju
Kabupaten Jembrana tersebut. Lensa yang kandang. Sebelum berpacu kerbau tersebut
pencipta gunakan yaitu lensa 16-35mm dengan didoakan atau diberi sesajen berupa pejati untuk
bukaan f 7,1 shutter speed 1/320 sec dan ISO meminta syukur kepada Ida Sanghyang Widhi
1000 kamera yang pencipta gunakan untuk Wasa agar kerbau tersebut menjadi yang terbaik
membuat karya ini yaitu kamera Nikon D750. saat berpacu di sirkuit pakepungan. Setibanya di
Pencahayaan yang pencipta gunakan adalah sirkuit para joki kembali menghaturkan sesajen
pencahayaan avelibel light atau cahaya alami. dipura persawahan dekat sirkuit pakepungan dan
Angle yang pencipta gunakan adalah bird eye atau menunggu giliran regu untuk berpacu. Peralatan
mata burung, Time pengambilan foto pada pukul yang dibawa untuk makepung tersebut meliputi
07.00 WITA. cikar (gerobak makepung), uga (bendera regu),
Dalam karya ini pencipta mengolah foto yang rumbing (hiasan kepala pada kerbau), blongsong
pencipta buat dengan software Adobe Lightroom (selop tanduk), kroncongan onjer (kalong pada
dikarenakan program tersebut mudah digunakan kerbau), pecut. Sebelum joki mengikuti tradisi
untuk mengolah foto seperti proses editing yang makepung ini pecut yang dipakai untuk makepung
lebih cepat dan mengatur warna foto tersebut diberi doa atau sesajen yang berisi benang merah,
lebih mudah. Hal yang pencipta perhatikan dalam hitam ,putih yang biasa masyarakat bali menyebut
membuat karya ini adalah garis dan warna yang dengan benang tridatu.
terdapat pada karya tersebut dikarenakan garis Teknik yang pencipta gunakan dalam
yang ada dalam karya tersebut tidak boleh miring membuat karya tradisi makepung ini adalah teknik
garis horisontalnya dikarenakan pencipta freezing dimana pencipta memotret benda
memotret karya tersebut menggunakan angle bird bergerak yang menggunkan kecepatan yang
eye atau mata burung. sangat tinggi, seperti saat makepung disirkuit
dimana pencipta memperlihatkan sepasang kerbau
6. KESIMPULAN yang sedang berlomba untuk menggapai garis
Berdasarkan atas penjelasan-penjelasan dan finish. Teknik siluet yang pencipta ciptakan
analisis atau ulasan karya yang telah disampaikan adalah seorang joki yang sedang membawa
pada bab-bab sebelumnya, maka pencipta peratalan makepung menuju sirkuit pakepungan
mendapatkan suatu kesimpulan yang diperoleh, dengan objek yang menutupi cahaya. Teknik bulb
antara lain: yaitu teknik kecepatan rana dapat diatur sesuai
Memvisualisasikan tradisi makepung di waktu yang pencipta inginkan seperti karya foto
Kabupaten Jembrana menjadi fotografi essay ikon patung makepung yang pencipta buat dengan
adalah dengan menggunakan teknik fotografi menggunkan teknik bulb. Foto close up foto objek
yang diterapkan dari setiap fotonya, dimana foto yang dipotret dengan batasan dari atas kepala
essay merupakan foto berseri yang menampilkan hingga bahu. Seperti foto joki dengan kerbau yang
karya fotografi murni menjadi foto yang memiliki siap untuk mengikuti tradisi makepung. Foto bird
tulisan atau catatan kecil sampai tulisan essay eye pencipta buat saat berada disirkuit makepung
penuh disertai beberapa banyak foto yang dimana memperlihatkan dua joki yang beradu
berhubungan dengan tulisan tersebut. Sehingga cepat saat menggapai garis finish, pencipta

39
RETINA JURNAL FOTOGRAFI ISSN 2798-4729 (media online)
https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/ Vol. 1 | No. 1 | Juni 2021 | 29-40

memotret dengan sudut pengambilan gambar Suryahadi, A. agung. 1994. Pengembangan Kreativitas
berada pada posisi kamera diatas objek. Foto eye melalui Seni Rupa, Yogyakarta : Pusat
level atau sejajar mata pencipta memotret dengan Pengembangan Guru Seni Rupa.
sudut pengambilan normal dengan memposisikan Sugiarta. 2005, Persepsi dan Minat Perilaku. Jakarta :
Penerbit Citra.
kamera sejajar dengan objek. Foto frog eye
Wijaya, Taufan. 2016, Photo Story Handbook.
pencipta memotret tradisi makepung dengan sudut
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
pengambilan gambar dengan posisi kamera
pencipta berada dibawah objek.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Departemen Pendid ikan dan kebudayaan.
Jakarta : Balai Pustaka.
Arsana. 1993, memperjuangkan suatu ide. Denpasar :
Erlangga BAGUS 2002
Djelantik. 2004, Estetika sebuah pengantar, Jakarta :
MPSI
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Jembrana. 2019, Makepung Dari tutur ke tutur,
Kabupaten Jembrana
Kim . 2004, Computer : Hardware. Jakarta : Perintis
Koentjaraningrat. 1990, Pengantar Ilmu Antropologi,
Jakarta : Djambata
Mofit. 2003, Cara Mudah Menggambar, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Marahimin, Budi Andana, “Sekilas Esai Foto”.
Kompasiana. 22 april 2011. 10 Maret 2014.
<http://
lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/04/22/sekil
as-esai-foto/>
Mulyana. 2002, Komunikasi Tertulis : Sebuah
Keterampilan Intelektual. Jakarta :
Balai Pustaka
Mardimin, Johanes, Jangan Tangisi Tradisi
(Yogyakarta: Kanisius, 1994:13)
Nugroho, R.Amien. 2006, Kamus Fotografi,
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Raharjo, J.
Budhy. 1986, Himpunan Materi Pendidikan
Seni Rupa, Bandung : CV. Yrama
Salim, Peter dan Salim, Yenny, 1991, Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern
English Press.
Sidik, Fajar dan Aming Prayitmo. 1979, Desain
Elementer, Yogyakarta : STSRI “ASRI”.
Soedjono, soeprapto. 2007, Pot-Pourri Fotografi
Jakarta, Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.
Soelarko, R.M. 1978, Komposisi Fotografi, Bandung :
PT. Indira.
Selayang Pandang Jembrana. 2019, Tourism
Information, Jembrana : Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Jembrana
Sugiarto, Atok. Paparazzi Memahami Fotografi
Kewartawanan. 2005 Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

40

Anda mungkin juga menyukai