Anda di halaman 1dari 7

22 (H3) PASKAH: KEBANGKITAN

KITA BERSAMA DENGAN KRISTUS

“Ut haec Jessu Paschalia Vita at Moribus Teneamus”

Manuskrip: Cletus Groenen, OFM


diketik oleh: Alfons S. Suhardi, OFM

Mulai diketik Selasa 26 Juli 2022 jam 16.00 sore.

Ikhtisar:

Doa Kolekta dalam Misa Dominica in Albis ................................................. 1


Makna Paskah ............................................................................................... 2
Kristus mati dan bangkit juga untuk orang lain ........................................... 2
Ikut mati dan bangkit dalam Kristus, bukan karena persetujuan kita ......... 3
Permandian: ibarat kematian dan kebangkitan Kristus................................ 4
Paskah menguatkan dan mengukuhkan hasil Permandian .......................... 4
Dalam Permandian manusia dipindahkan ke dalam dunia akhirat di mana
Kristus hidup .................................................................................... 5
Janji dalam Sakramen Permandian ............................................................... 6
Penutup: Permandian, Paskah dan seluruh hidup kita ................................ 7

Doa Kolekta dalam Misa Dominica in Albis


Saudara-saudara terkasih, Perayaan Paskah minggu yang lalu kami tutup dengan
doa yang berikut ini: “Kami mohon kepada-Mu, Allah yang Mahakuasa, berilah
supaya kami yang telah menyudahi perayaan Paskah ini, dengan anugerah-Mu
dapat meneruskannya dalam langkah laku dan hidup kami” (Doa Kolekta
Dominica in Albis). Perlulah kiranya doa ini diberi penjelasan, sebab tidak begitu
saja dan sepintas lalu maknanya yang mendalam ditangkap, melainkan orang
harus ingat akan banyak hal yang dengan amat singkat sekali dimuat teks yang
pendek ini. Lebih terdahulu orang harus ingat akan maknanya dan isinya perayaan
Paskah dan lalu apa artinya “meneruskan perayaan itu”, “vita et moribus”, dalam
tingkah laku dan hidup orang sendiri. Hidup serani nampaklah di sini sebagai
lanjutan Paskah dan Paskah ini, dalam istilah Gerejawi memuat sengsara,
kematian maupun kebangkitan. Dan oleh sebab hidup serani, kehidupan orang
masing-masing merupakan “pelanjutan Paskah”, maka kematian dan kebangkitan
tadi, bukannya kematian dan kebangkitan Kristus, melainkan kematian dan
kebangkitan orang sendiri. Dari lain sudutnya, pun dalam anggapan Gereja,
Paskah toh memuat kematian dan kebangkitan Kristus pula. Akhirnya suatu unsur
lain yang patut diperhatikan supaya doa tadi dipahami ialah lingkungan di mana
diucapkan, yakni “Dominica in Albis”. Hari Minggu dalam pakaian putih,
pakaian orang-orang yang pada malam Paskah sudah dipermandikan. Kata lain
doa ini harus dipahami pada latar belakang permandian, hingga maknanya boleh
dirumuskan juga sebagai berikut: “berilah supaya kami meneruskan permandian
(ialah Paskah) kami dalam tingkah laku dan hidup kami”. Demikianlah kita sudah
mempunyai semua unsur yang perlu untuk memahami isinya dan maknanya doa
yang ditaruh di atas konferensi ini, yakni: maknanya Paskah, maknanya
permandian, dan pelanjutannya dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Paskah
Maknanya Paskah, saudara-saudara, sejauh itu adalah suatu peristiwa di dalam
diri Kristus, tak usah diuraikan di sini dengan panjang lebar. Menurut istilah St.
Yohanes, Paskah untuk Kristus ialah: “Sudah sampailah waktunya Anak Manusia
dipermuliakan … kalau benih gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia
tinggal sendirian, tetapi kalau sudah mati, maka ia menghasilkan banyak buah.”
(Yoh. 12:23-24). “Untuk itu sampailah aku pada saat ini. Ya Bapa permuliakanlah
untuk Nama-Mu” (16:14-18). “Ya Bapa waktunya sudah sampai permuliakanlah
Putera-Mu, supaya Putera-Mu mempermuliakan Dikau” (17:1) Dan kini, ya
Bapa, permuliakanlah Aku dengan kemuliaan yang sudah kupunyai di hadirat-
Mu sebelum jadinya dunia” (15). Jadi Kristus mati untuk menghasilkan sesuatu
untuk memuliakan Allah dan lewat kemuliaan-Nya Ia kembali kepada kemuliaan-
Nya sebagai Putera Allah, kemuliaan ilahi yang nampak dalam kebangkitan-Nya.

Kristus mati dan bangkit juga untuk orang lain

Saudara-saudara, Apa yang untuk maksud kami di sini lebih penting ialah yang
berikut ini: Kristus mati dan bangkit bukannya saja untuk orang lain, hingga
mereka juga dapat mati, artinya membebaskan dirinya dari kematian sebagai
penampakan dosa dan demikian membebaskan dirinya dari dosa sendiri, dan lalu
dapat bangkit pula, artinya mendapat suatu hidup yang tidak kena oleh dosa dan
2
karena itu tidak kena oleh kematian itu, suatu hidup hebat yang serupa dengan
kehidupan Putera Allah yang bangkit. Lebih dari pada itu terjadi: Kristus memuat
di dalam dirinya sendiri semua orang dan karenanya: waktu Dia mati dan bangkit,
semua orang mati dan bangkit. Kata St. Paulus: “sebab kami yakin bahwa seorang
(yakni Kristus) telah mati karena orang sekalian, itulah sebabnya sekaliannya
telah mati” (2Kor. 5:14) dan boleh kami tambahkan sebab seorang telah bangkit
situlah sebabnya sekaliannya telah bangkit”. Memangnya sedikit sukar untuk
dipahami bagaimana Kristus memuat di dalam dirinya semua orang, dan kami di
sini melewatkan saja penjelasan lebih lanjut. Namun kami berpegang pada hal
itu: di dalam Kristus terdapat semua orang, hingga mereka pun ikut serta dalam
hal rahmat kematian dan kebangkitan Kristus. Dari sudut tertentu semua orang
sudah mati untuk bangkit, telah ikut serta dalam hidupnya yang baru; hidup kekal
dan yang tidak mati lagi atau yang tidak hina oleh dosa serta sekalian akibatnya.
Kumpulan dari anggapan ini ialah: Paskah Kristus ialah Paskah kita; kita
memperingatkan dan merayakan kematian dan kebangkitan diri kita juga.

Ikut mati dan bangkit dalam Kristus, bukan karena persetujuan kita
Akan tetapi, saudara-saudara, bahwa sekalian orang dan kita masing-masing
demikian termuat di dalam Kristus, itu terjadi tanpa persetujuan kita, hanya oleh
sebab Putera Allah menjadi manusia. Dan rahmat semua orang yang baik maupun
yang jahat, akan bangkit dan hidup untuk selama-lamanya itulah hasilnya yang
tidak dapat dicegahkan oleh siapa pun juga. Akan tetapi dalam keadaan mana
orang akan bangkit dan hidup selama-lamanya, itu tidak ditetapkan sudah. Supaya
orang ikut serta dalam keadaan Kristus yang bangkit, ia harus bersatu dengannya
oleh persetujuannya sendiri; ia harus menerimanya dengan rela dan bebas. Dan
sebabnya ialah: Kristus bangkit dalam kemuliaan, oleh karena ia menerima
dengan rela apa yang ditentukan oleh Bapanya. Dan manusia tidak dapat ikut
dalam sebabnya, di sini dalam persetujuan dengan ketetapan Allah. Nah, Allah
menghendaki bahwa manusia sebagai seorang pribadi pula dimuat di dalam
Kristus dan ia secara pribadi dimuat di dalamnya, bila ia dengan rela dan bebas
bersatu jua. Bila ia tidak bersetuju, maka ia toh akan bangkit sebab ia termuat di
dalam Kristus, hanya karena ini manusia adanya, tetapi tidaklah ia ikut dalam
keadaan ini, bukannya oleh sebab ia Putera Allah, tetapi oleh karena ia menerima
penetapan Allah.

3
Permandian: ibarat kematian dan kebangkitan Kristus
Dan di sini, saudara-saudara, Permandian memegang peranannya. Menurut St.
Paulus Sakramen ini merupakan suatu ibarat kematian dan kebangkitan Kristus.
Orang yang menerima sakramen ini menyatakan ia percaya akan Kristus yang
mati dan bangkit dan bahwa ia sendiri menyerahkan dirinya kepada Kristus itu.
Dan dengan itu ia menerangkan juga bahwa ia bersetuju dengan hal ini, bahwa ia
termuat di dalam Kristus. Dan karena itu ia berkat Sakramen dan kepercayaan
serta penyerahannya, ia ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus,
sebagaimana itu sesungguhnya terjadi, yakni kematian yang rela dan kebangkitan
yang mulia. Karena itu juga tepatnya bahwa sakramen Permandian diterimakan
dalam perayaan Paskah, dan bahwa perayaan ini merupakan juga perayaan dan
peringatan Permandian orang mereka, seperti sekarang nampak dengan terang-
terangan dalam perjanjian Permandian yang tiap tahun diulangi. Makanya
perjanjian ini ialah: orang sekali lagi bersetuju dengan Permandiannya, bersetuju
juga dengan ini dan maknanya seperti baru dijalankan, yakni persetujuan dengan
termuatnya seseorang di dalam Kristus yang mati dan bangkit.

Paskah menguatkan dan mengukuhkan hasil Permandian

Hasil Permandian, saudara-saudara, yang dikuatkan dan dikukuhkan oleh


perayaan dan perulangannya dalam upacara Paskah, ialah: Ia menanami di dalam
diri manusia benih, lembaga dan azas kehidupan Kristus yang bangkit seraya juga
membasmi benih dan asal usul kebangkitan tanpa kemuliaan, yakni dosa yang
memisahkan orang dari Kristus yang bangkit. Demikianlah apa yang paling dalam
di dalam diri insani, dan yang memikul semua yang lain, oleh Permandian sentuh
dan berubah dan sudah masuk ke dunia di mana Kristus sudah ada. Itu kan
dijelaskan oleh St. Paulus: “sebab itu jikalau kamu sudah dibangkitkan beserta
dengan Kristus, ….. dan kamu sudah mati dan hidupmu ada terlindung beserta
dengan Kristus di dalam Allah” (Kol. 3:1-3) Apa yang masuk ke dalam manusia
ialah suatu tenaga ilahi yang menghidupkan Kristus dan sekarang masih
membuatnya hidup terus dan dari sana itu memasuki juga manusia yang melihat
pada Kristus. Aku mengenal Dia dan kuasa kebangkitannya …. aku menjadi
serupa dengan Dia di dalam hal matinya, hingga aku dapat sampai kepada
kebangkitan dari antara orang-orang mati.” (Fil. 3:10-11). Allah telah
membangkitkan Tuhan kita dan akan membangkitkan kita pula dengan
kekuatannya (1Kor. 6:14). Memang Ia disalibkan karena kelemahan, tetapi Ia
hidup karena kekuasaan Allah. Karena kami ini pun lemah juga di dalam Dia,
4
tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia karena kuasa Allah” (2Kor.
18:4). “Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan
kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia
dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga.” (Ef.
1:19-20). Bila kita bertanya apa tenaga ilahi itu yang meresapi diri kita untuk
membangkitkan kita pada akhir zaman, maka St Paulus menjawab: Roh Kudus
sendiri. Katanya: “Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh
oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa
menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi
Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.”
(2Kor. 5:4-5). Roh Kudus yang dikurniakan oleh Permandian adalah suatu
jaminan untuk kebangkitan oleh sebab ia adalah tenaga Allah yang telah
membangkitkan Kristus dan karenanya membangkitkan semua orang yang
mendapat bagian di dalam Dia. Tenaga ilahi itu, Roh Kudus dengan sendirinya
akan menghasilkan dan mengerjakan kebangkitan badan orang yang kerasukan
olehnya.

Dalam Permandian manusia dipindahkan ke dalam dunia akhirat di mana


Kristus hidup

Jadi, saudara-saudara, yang paling dalam di dalam manusia yang dipermandikan


itu itulah dipindahkan ke dalam dunia akhirat di mana Kristus hidup. Itu
merupakan sifat seorang serani yang paling azasi, apalagi sifat seorang
perempuan. Di dunia akhirat manusia bebas dari kematian oleh sebab bebas dari
dosa; di sana tenaga ilahi Roh Kudus tiada terhalang lagi dan meresapi bukannya
diri manusia saja, melainkan seluruh manusia, kerohaniannya dan
kejasmaniannya. Akan tetapi oleh Permandian tenaga ilahi itu diberi hanya
sebagai benih, asal dan ia belum meresapi seluruh manusia melainkan hanya apa
yang paling dalam. Di luar itu ia masih terhalang oleh kerohanian maupun
kejasmanian manusia yang belum bebas sama sekali dari dosa atau apa yang
membimbing kepada dosa, dan karena itu semuanya itu juga belum bebas dari
kematian dan kebusukan. Namun keadaan ini tidak sewajarnya dan tidak cocok
dengan sifat azasi seorang Serani, penganut dan anggota Tuhan yang bangkit dan
yang bebas dari dosa dan akibat-akibatnya. Karenanya sifat azasi tadi
mewujudkan orang untuk dengan tenaga ilahi itu, membebaskan dirinya dari akar
dan sebab kematian dan kebusukan, yakni dosa. Dan justru kewajiban inilah yang

5
dimaksudkan oleh orang dengan berkata: supaya kami dapat meneruskan
perayaan Paskah (Paskah kita juga yang terjadi dalam permandian) dalam tingkah
laku dan kehidupan kita”. Maksudnya ialah: kita melaksanakan, menumbuhkan
benih yang ditanamkan oleh Roh Permandian di dalam diri kita, hingga hidup kita
semakin lepas dari dosa dan karenanya semakin lepas dari kematian. Kata lain:
tongkat lahir dan jalan hidup kita harus semakin diresapi oleh sifat kita yang
paling dalam, semakin cocok dengannya, hal mana terjadi bila orang semakin
bebas dari dosa dan kejahatan yang memang tidak sesuai dengan Roh Kudus yang
akan membangkitkan kita seperti Kristus dibangkitkan-Nya. Jadi doa itu
memohon agar supaya orang yang dipermandikan dapat melaksanakan
permandiannya dan mengembangkannya. Membebaskan diri dari dosa berarti
semakin mati bersama dengan Kristus dan semakin bangkit bersama Dia. Sebab
orang yang mati secara serani sungguh sama sekali bebas dari dosa dan ia akan
bangkit juga. Dan karena itu kebalikannya juga benar. Bila orang membebaskan
dirinya dari dosa, maka ia mati juga sejauh kematian itu berarti pelepasan dari
dosa dan karena itu juga benih dan azas kebangkitan bertambah besar dan kuat,
hingga orang dan akhirnya menjadi juga lebih serupa dengan Kristus yang
bangkit, lebih akan ikut serta dalam kemuliaan-Nya.

Janji dalam Sakramen Permandian

Jadi, saudara-saudara, bagian kedua doa yang diberikan pada permulaan ulasan
itu mengingatkan diri kita bahwa kita karena melaksanakan Paskah kita,
permandian, hal mana kita janjikan dalam Permandian. Dalam praktiknya itu
berarti: melepaskan diri kita dari dosa, oleh sebab itu tidak cocok lagi dengan apa
yang diciptakan oleh Permandian itu di dalam diri kita dan apa yang merupakan
sifat serani kita yang sejati. Kebenaran ini tetap dikemukakan oleh St. Paulus yang
sering kali dari penjelasan mengenai Permandian mengambil kesempatan untuk
kehidupan. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi…. Karena itu matikanlah
dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan …. Tetapi sekarang, buanglah semuanya
ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari
mulutmu.” (Kol. 3:1-8). “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-
anak yang kekasih …. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang
kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,

6
…. dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.” St. Petrus pun mengatakan yang
sama. Suratnya yang pertama merupakan suatu khotbah Permandian. Makanya
dijelaskannya sebagai berikut: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh
kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh
pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak
dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu
kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu
menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
(1Ptr. 1:3-5). Lalu dengan panjang lebar Petrus melukiskan apa yang dituntut oleh
keadaan baru di bidang kesusilaan supaya perangkai hidup cocok dengan keadaan
baru itu. Dan semuanya diringkaskan dalam kalimat ini: “Tetapi kamulah bangsa
yang terpilih, imamat yang Rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib.” (2:9).

Penutup: Permandian, Paskah dan seluruh hidup kita


Demikianlah, saudara-saudara, rahasia yang ada diri kita sendiri berkat Paskah
Kristus yang terlaksana di dalam diri kita oleh Permandian dan terus harus
dilaksanakan dan diwujudkan oleh diri kita sendiri dalam kehidupan yang mau
dianugerahkan Tuhan kepada kita. Paskah kita sungguh bukannya sesuatu yang
pernah terjadi dan lewat sudah, melainkan sesuatu yang meliputi seluruh
kehidupan kita, supaya kita semakin mati dengan Kristus untuk dosa dan
demikian semakin bangkit bersama dengan Dia dalam kemuliaan yang akan
diselesaikan dan dinyatakan oleh Tuhan sendiri pada akhir zaman.
Amin.

Selesai diketik, dikoreksi dan diberi subjudul pada hari Jumat 29 Juli 2022, jam 08.45,
pagi. Puji Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai