Anda di halaman 1dari 2

Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Objek PPN diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal 16D UU Nomor 8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009.

Di antara ketiga pasal yang mengatur tentang objek PPN ini, dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Objek pajak yang penentuannya berdasarkan mekanisme umum, yaitu yang
ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) yang meliputi:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) didalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha.
b. Impor BKP
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha;
d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean, di dalam Daerah
Pabean;
e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, di dalam Daerah Pabean;
f. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP);
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP;
h. Ekspor JKP oleh PKP

2. Objek yang penentuannya berdasarkan mekanisme khusus, yaitu yang dirumuskan


dalam Pasal 16C dan Pasal 16D, sebagai berikut:
a. Pasal 16C: kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan baik yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan;
b. Pasal 16D: penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula aktiva
tersebut tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan
aktivia yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

Pembahasan objek pajak ini lebih berorientasi pada objek pajak yang diatur dalam Pasal 4
ayat (1) karena objek pajak ini ditentukan berdasarkan mekanisme umum PPN. Sedangkan
objek pajak yang diatur dalam Pasal 16C dan 16D penentuannya berdasarkan mekanisme
khusus.
Apabila dicermati, dari Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai huruf h, ternyata objek PPN
pengenaannya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1. Dari sisi yang melakukan penyerahan, yaitu yang diatur pada huruf a, huruf c, huruf f,
huruf g, dan huruf h;
2. Dari sisi yang menerima penyerahan yang dapat disebut pembeli BKP atau penerima
JKP, atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, yaitu yang diatur pada huruf b, huruf d, dan huruf e.

Pengenaan PPN terhadap objek pajak yang termasuk kelompok huruf b, tidak
menimbulkan permasalahan, karena penentuan pengenaan PPN bertolak dari pemikul beban
pajak yaitu importer.

Sebaliknya berkenaan dengan pengenaan PPN terhadap objek pajak yang termasuk
kelompok huruf a, ternyata ditemukan ada dua pola pengaturan sebagai berikut.
a. Pasal 4 ayat (1) huruf a dan huruf c menyebut sebagai subjek pajaknya adalah
“Pengusaha”
b. Pasal 4 ayat (1) huruf f, huruf g, dan huruf h, menyebutkan sebagai subjek pajaknya
adalah “Pengusaha Kena Pajak”

Sumber: https://books.google.co.id/books?
id=kBTxDwAAQBAJ&pg=PA28&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false

(Nataherwin&Widyasari. [2019]. Kupas Tuntas Tentang PPN dan PPnBM. Bandung:


CV.Rasi Terbit. Hal.28-30)

Anda mungkin juga menyukai