A. LATAR BELAKANG.
Sukacita yang sesungguhnya bagi manusia adalah saling berperilaku ramah kepada
sesama, sehingga masing-masing mendapatkan kemurahan hati (Marcus Aurelius)
Pesan di atas menarik untuk dirujuk dalam perbincangan tentang tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak. Betapa tidak, karena saat ini kekerasan merupakan manifestasi
perilaku emosional manusia, ketimbang perilaku rasionalnya. Ini beralasan, karena di mana-
mana banyak dihadapi berbagai kasus tindak kekerasan yang korbannya adalah perempuan dan
anak-anak. Persoalannya sejauhmana kita semua ikut merasa bertanggungjawab untuk mencari
solusi pemecahan masalah ini.
Dari topik di atas, ada beberapa hal yang dapat dipercakapkan, yakni (a) apa itu
kekerasan; (b) kenapa korban kekerasan itu cenderung dialami oleh kelompok yang rentang,
seperti perempuan dan anak; dan (c) bagaimana solusinya. Ketiga hal ini patut mendapat
perhatian, karena selama ini dilihat dari segi etika, moral maupun hukum, semua orang pasti
tahu bahwa tindak kekerasan merupakan suatu perilaku manusia yang tidak pantas dilakukan.
Menariknya, diantara mereka yang tahu tentang kekerasan itu, ada diantaranya yang justru
sengaja dan pernah melakukannya, bahkan korban yang timbul terkesan dibiarkan, entah itu
disengajakan atau memang merupakan sebuah fenomena kemanusiaan di abad ini.
A. PEMBAHASAN
Menarik dari topik ini adalah, bahwa ternyata tindak kekerasan tidak hanya merupakan
masalah individual atau masalah nasional saja, tetapi sudah merupakan masalah global, bahkan
transnasional. Karena itu di dalam masyarakat dikenal berbagai istilah, seperti “violence against
women, “gender based violence”, “gender violence”, “domestic violence” yang korbannya
adalah peremuan, sementara bagi anak-anak dikenal juga istilah, “working children”, “street
childern”, “childern in Jhon D. Pasalbessy, Dampak Tindak Kekerasan…………………. Jurnal Sasi
Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010 9 armed conflict”, “urban war zones”, dan sebagainya.
Dalam konteks perlindungan HAM, sebagai manusia, perempuan dan anak juga memiliki
hak yang sama dengan manusia lainnya dimuka bumi ini, yakni hak yang dipahami sebagai hak-
hak yang melekat (inherent) secara alamiah sejak ia dilahirkan, dan tanpa itu manusia
(perempuan dan anak) tidak dapat hidup sebagai manusia secara wajar.
Atas pengakuan ini, tampak pelbagai pernyataan bahwa kekerasan terhadap perempuan
dan anak merupakan rintangan terhadap keberhasilan pembangunan. Bagaimanapun juga
tindak kekerasan akan berdampak pada kurangnya rasa percaya diri, menghambat kemampuan
perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengganggu kesehatannya, mengurangi
otonomi, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya serta fisik. Demikian juga dengan anak,
kepercayaan pada diri sendiri dalam pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan dapat
menghambat proses perkembangan jiwa dan masa depannya. Padahal Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak memberikan kewajiban bagi semua pihak termasuk
negara untuk melindunginya.
Solusi Pemcehannya
Tampaknya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan masalah
interdispliner, baik politis, sosial, budaya, ekonomis maupun aspek lainnya. bahwa tindak
kekerasan akan banyak terjadi, di mana ada kesengjangan ekonomis antara laki-laki dan
perempuan, penyelesaian konflik dengan kekerasan, dominasi lakilaki dan ekonomi keluarga
serta pengambilan keputusan yang berbasis pada laki-laki. Sebaliknya, jika perempuan memiliki
kekuasaan diluar rumah, maka intervensi masyarakat secara aktif disamping perlindungan dan
kontrol sosial yang kuat memungkinan perempuan dan anak menjadi korban kekerasan semakin
kecil.
Dari berbagai pengalaman selama ini, maka solusi terhadap penanggulangan tindak
kekerasan terhadap perempuan mesti mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran perempuan akan hak dan kewajibannya di dalam hukum
melalui latihan dan penyuluhan (legal training).
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya usaha untuk mengatasi
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan ana, baik di dalam konteks individual, sosial
maupun institusional;
3. Meningkatkan kesadaran penegak hukum agar bertindak cepat dalam mengatasi
kekerasan terhadap perempuan maupun anak;
4. Bantuan dan konseling terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan anak;
5. Melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilakukan
secara sistematis dan didukung oleh karingan yang mantap.
6. Pembaharuan hukum teristimewa perlindungan korban tindak kekerasan yang
dialami oleh perempuan dan anakanak serta kelompok yang rentang atas pelanggaran HAM.
7. Pembaharuan sistem pelayanan kesehatan yang kondusif guna menanggulangi
kekerasan terhadap perempuan dan anak;
8. Bagi anak-anak diperlukan perlindungan baik sosial, ekonomi mauoun hukum bukan
saja dari orang tua, tetapi semua pihak, termasuk masyarakat dan Negara
. 9. Membentuk lembaga penyantum korban tindak kekerasan dengan target khusus
kaum perempuan dan anak untuk diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk konsultasi,
perawatan medis maupun psikologis
10. Meminta media massa (cetak dan elektronik) untuk lebih memperhatikan masalah
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam pemberitaannya, termasuk memberi
pendidikan pada publik tentang hak-hak asasi perempuan dan anak-anak.
B. P E N U T U P
Upaya untuk mencegah dan atau menanggulangi berbagai perilaku kekerasan yang
dialami perempuan dan anak sudah mesti mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Oleh sebab itu, pendekatan dalam penanganan masalah ini mesti bersifat terpadu (integrated),
di mana selain pendekatan hukum juga harus mempertimbangkan pendekatan non hukum yang
justru merupakan penyebab terjadinya kekerasan. Dengan cara meningkatkan kesadaran
perempuan akan hak dan kewajibannya di dalam hukum, meningkatkan kesadaran masyarakat
betapa pentingnya usaha untuk mengatasi terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak,
meningkatkan kesadaran penegak hukum agar bertindak cepat dalam mengatasi kekerasan
terhadap perempuan maupun anak, memberikan bantuan dan konseling terhadap korban
kekerasan terhadap perempuan dan anak, melakukan pembaharuan sistem pelayanan
kesehatan yang kondusif guna menanggulangi kekerasan terhadap perempuan dan anak, Bagi
anak-anak diperlukan perlindungan baik sosial, ekonomi maupun hukum. Disampin itu bantuan
media massa (cetakdan elektronik) untuk lebih memperhatikan masalah tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak dalam pemberitaannya, termasuk memberi pendidikan publik
tentang hak-hak asasi perempuan dan anakanak.