Anda di halaman 1dari 127

STUDI PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK RESISTIVITAS PADA DAERAH POS LINTAS BATAS


NEGARA (PLBN) NAPAN DI DESA NAPAN, KECAMATAN BIKOMI
UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata KuliahTugas Akhir


Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Nusa Cendana

Oleh:
ILLY MARCHWEL ZACHARIAS PANDIE
1506100007

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
KUPANG
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi :“Studi Pendugaan Potensi Air Tanah Menggunakan Metode

Geolistrik Resistivitas Pada Daerah Pos Lintas Batas

Negara (PLBN) Napan Di Desa Napan, Kecamatan Bikomi

Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara”

Nama : Illy Marchwel Zacharias Pandie

Nim : 1506100007

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan

pada hari Kamis, 11 Februari 2021.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Fani K. Y. Serangmo, ST.,MT Ika F. Krisnasiwi,S.Si.,M.Sc


NIP. 19800611 200812 1 003 NIP. 19790201 201404 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Noni Banunaek, ST.,MT


NIP : 196812061995031001
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : “Studi Pendugaan Potensi Air Tanah Menggunakan Metode

Geolistrik Resistivitas Pada Daerah Pos Lintas Batas

Negara (PLBN) Napan Di Desa Napan, Kecamatan Bikomi

Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara”

Nama : Illy Marchwel Zacharias Pandie

Nim : 1506100007

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan dewan penguji pada hari
....................................................... dan dinyatakan LULUS.

Pembimbing :

1. Pembimbing I : Fani K. Y. Serangmo, ST.,MT (.........................)

2. Pembimbing II : Ika F. Krisnasiwi, S.Si.,M.Sc (.........................)

Tim Penguji :

1. Fani K. Y. Serangmo, ST.,MT (.........................)

2. Ika F. Krisnasiwi, S.Si.,M.Sc (.........................)

3. Noni Banunaek, ST.,MT (.........................)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Sains Dan Ketua Jurusan Teknik


Teknik Pertambangan

Drs.Herry Leo Sianturi, M.Si Noni Banunaek, ST.,MT


NIP : 196812061995031001 NIP : 196812061995031001

iii
STUDI PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS PADA DAERAH POS LINTAS BATAS
NEGARA (PLBN) NAPAN DI DESA NAPAN, KECAMATAN BIKOMI
UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
Illy M. Z. Pandie, Fani K. Y. Serangmo, Ika F. Krisnasiwi, xxi + 87 halaman +
15 halaman
Email: illy.p@yahoo.com

ABSTRAK

Air tanah merupakan air yang bergerak di dalam bumi yang menempati ruang butir
atau ruang pori-pori. Akuifer merupakan formasi batuan yang menyimpan air dalam
jumlah besar. Penelitian tentang pendugaan adanya potensi air tanah di desa Napan
perlu dilakukan untuk menunjang keberlangsungan hidup masyarakat di sekitar daerah
penelitian tersebut. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah yang pertama
bagaimana keadaan litologi bawah permukaan pada daerah Pos Lintas Batas Negara
(PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah
Utara? dan yang kedua adalah Bagaimana pendugaan potensi air tanah dengan
menggunakan metode geolistrik resistivitas pada daerah Pos Lintas Batas Negara
(PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah
Utara?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan litologi bawah
permukaan pada daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di Desa Napan,
Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara dan mengetahui
Mengetahui pendugaan potensi air tanah menggunakan metode geolistrik resistivitas
pada daerah Pos Lintas Batan Negara (PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan
Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode geolistik resistivitas konfigurasi Schlumberger tipe sounding.
Akuisisi data dilakukan menggunakan seperangkat alat resistivitymeter NANIURA
NRD 300. Data yang diperoleh adalah kuat arus (I), beda potensial (V), besarnya
hambatan (R). Pengolahan data menggunakan software IPI2WIN diperoleh nilai
resistivitas (ρ), kedalaman (d), ketebalan lapisan (h) serta pola distribusi lapisan
penyusun. Adapun batuan yang berpotensi sebagai pembawa air adalah batugamping.
Terdapat 4 titik lintasan geolistrik dengan panjang masing-masing lintasan adalah 200-
300 m. Hasil interpretasi menunjukan bahwa daerah penelitian memiliki susunan
litologi yang terdiri dari lapisan penutup (soil), lempung dan batugamping. Titik
lintasan geolistrik yang berpotensi dilakukannya pemboran adalah titik sounding 02
dengan ketebalan 11 m dan kedalaman 26 m sampai 37,5 m.
Kata Kunci : air tanah, lapisan akuifer, geolistrik, desa napan

iv
STUDY OF POTENTIAL OF GROUND WATER USING GEO-ELECTRIC
RESISTIVITY METHOD IN NAPAN CROSS-BORDER POST AREA IN NAPAN
VILLAGE, NORTH BIKOMI DISTRICT, NORTH CENTRAL TIMOR
REGENCY
Illy M. Z. Pandie, Fani K. Y. Serangmo, Ika F. Krisnasiwi, xxi + 87th page +
15th page
Illy Marchwel Zacharias Pandie
Email: illy.p@yahoo.com

ABSTRACT

Ground water is moving water in the earth that occupies grain space or pore
space. Aquifers are rock formations that store large quantities of water. Research on
the estimation of ground water potential in napan village needs to be carried out to
support the survival of the communities around the research area. The purpose of this
research is to know the condition of subsurface lithology and to know depth and
thickness of the aquifer layer based on the resistivity value based on geo-electric
measurement results of the sounding type schlumberger configuration. The data
acquisition was carried out using a set of resistivitymeter naniura nrd 300. The data
obtained are current strenght (i), potential difference (v), and resistance (r). Data
processing using ipi2win software obtained resistivity value (ρ), depth (d), thickness
(h) and the distribution pattern of constituent layer. The rock that have the potential as
a water carrier are limestone. There are 4 geo-electric track points with a length of
each track is 200-300 m. The results of the interpretation show that the study area has
lithological structure consisting of top soil, clay and limestone. Geo-electric track
point that have potential to do drilling is sounding point 02 with a thickness of 11 m
and a depth of 26 m to 37,5 m.

Keywords : napan village, geo-electric, ground water, aquifer layer

*) Mining Engineering Student, Nusa Cendana University

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Kedua orang tua, Bapa Sam dan Mama Lily

3. Kakak Delfi, adik Axel dan adik Fito

4. Semua Keluarga terkait

5. Teman-teman INTIME 15, Kakak-kakak Senior

Pertambangan Undana dan semua teman-teman

yang mendukung saya

vi
MOTTO

“Jalani Hidup Yang Menurut Anda Adalah Versi


Terbaik Dari Diri Anda”

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

atas berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Studi Pendugaan Potensi Air Tanah

Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Pada Daerah Pos Lintas Batas Negara

(PLBN) Napan Di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah

Utara” ini dengan baik.

Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Teknik pada jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik,

Universitas Nusa Cendana. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Noni Banunaek, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan,

Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana.

2. Kedua dosen pembimbing, Bapak Fani K. Y. Serangmo, ST. MT dan Ibu Ika

F. Krisnasiwi, S.Si., M.Sc. yang telah membimbing, membantu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Noni Banunaek, ST. MT selaku dosen penguji.

viii
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang

bersifat membangun dari setiap pembaca.

Kupang, Juni 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .......................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iii

ABSTRAK ....................................................................................................................... iv

ABSTRACT ...................................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah .......................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

1.5.1 Bagi Mahasiswa ................................................................................. 4

x
1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi ....................................................................... 4

1.5.3 Bagi Masyarakat ................................................................................. 5

BAB II : DASAR TEORI .............................................................................................. 6

2.1 Air Tanah ...................................................................................................... 6

2.2 Akuifer ......................................................................................................... 11

2.3 Porositas dan Permeabilitas .......................................................................... 15

2.4 Resistivitas Batuan ....................................................................................... 16

2.5 Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivitas) ........................................... 20

2.6 Konfigurasi Elektroda Metode Schlumberger .............................................. 24

2.7 Deskripsi Wilayah Penelitian ....................................................................... 27

2.7.1 Letak Geografis .................................................................................. 27

2.7.2 Tinjauan Geologi ................................................................................ 27

2.8 Hidrogeologi ................................................................................................. 28

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 32

3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 32

3.2 Peralatan ....................................................................................................... 33

3.3 Metode Penelitian ......................................................................................... 36

3.4 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 37

3.4.1 Studi Literatur .................................................................................... 37

xi
3.4.2 Pengumpulan Data ............................................................................. 37

3.5 Pelaksanaan .................................................................................................. 38

3.5.1 Persiapan ............................................................................................ 38

3.5.2 Pengolahan Data ................................................................................. 43

3.6 Diagram Alir Penelitian................................................................................ 56

3.7 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 57

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 58

4.1 Hasil.............................................................................................................. 58

4.1.1 Daerah Penelitian ............................................................................... 58

4.1.2 Akuisisi Data ...................................................................................... 59

4.1.3 Pengolahan Data ................................................................................. 61

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 62

4.2.1 Geologi Daerah Penelitian ................................................................. 63

4.2.2 Hidrogeologi Daerah Penelitian ......................................................... 64

4.3 Hasil Pengambilan Data Geolistrik .............................................................. 65

4.4 Hasil Pengambilan Data Sumur Gali............................................................ 81

4.5 Pemetaan Penyebaran Akuifer Air Tanah .................................................... 85

BAB V : PENUTUP ....................................................................................................... 88

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 88

xii
5.2 Saran ............................................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 89

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pengisian Air Tanah ke Dalam Akuifer ............................................ 8

Gambar 2.2 Skema Lapisan Air Tanah ............................................................................ 10

Gambar 2.3 Akuifer Bebas ............................................................................................... 11

Gambar 2.4 Akuifer Terkekang ........................................................................................ 12

Gambar 2.5 Akuifer Setengah Terkekang ........................................................................ 13

Gambar 2.6 Akuifer Menggantung ................................................................................... 14

Gambar 2.7 Silinder Konduktor ....................................................................................... 23

Gambar 2.8 Skema Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 25

Gambar 2.9 Peta Geologi Lokasi Penelitian ..................................................................... 27

Gambar 2.10 Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian .......................................................... 29

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian ................................................. 32

Gambar 3.2 Resistivity Meter NANIURA NRD 300 ....................................................... 33

Gambar 3.3 Lembaran Pengukuran Geolistrik ................................................................. 39

Gambar 3.4 Lembaran Pengukuran Geolistrik yang Sudah Diisi .................................... 40

Gambar 3.5 Sketsa Pengukuran Sumur Gali .................................................................... 42

Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian ................................................................................ 56

Gambar 4.1 Peta Topografi Daerah Penelitian ................................................................. 58

Gambar 4.2 Resistivitymeter Naniura NRD 300 .............................................................. 60

xiv
Gambar 4.3 Peta Geologi Lokasi Penelitian ..................................................................... 63

Gambar 4.4. Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian .......................................................... 64

Gambar 4.5 Peta Arah Lintasan Titik Pengukuran Geolistrik .......................................... 65

Gambar 4.6 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Software IPI2WIN pada

Titik Sounding 1 ............................................................................................ 66

Gambar 4.7 Penampang Litologi Titik Sounding Napan 01 ............................................ 68

Gambar 4.8 Hasil Pengolahan Data menggunakan Software IPI2WIN pada

Titik Sounding 2 ............................................................................................ 70

Gambar 4.9 Penampang Litologi titik sounding Napan 02 .............................................. 72

Gambar 4.10 Hasil Pengolahan Data menggunakan Software IP2WIN pada

Titik sounding 3 .......................................................................................... 74

Gambar 4.11 Penampang Litologi Titik Sounding 3........................................................ 76

Gambar 4.12 Hasil Pengolahan Data menggunakan software IPI2WIN pada

titik sounding 4 ............................................................................................ 78

Gambar 4.13 Penampang Litologi titik sounding 4 .......................................................... 80

Gambar 4.14 Sketsa Pengukuran Sumur Gali .................................................................. 82

Gambar 4.15 Peta Sebaran Sumur Gali di Daerah Penelitian .......................................... 83

Gambar 4.16 Korelasi Titik Sounding 02 – 03 – 04......................................................... 87

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Resistivitas Batuan .................................................................................. 19

Tabel 2.2 Resistivitas batuan Beku dan batuan Metamorf ............................................... 19

Tabel 2.3 Resistivitas batuan sedimen .............................................................................. 20

Tabel 3.1 Spesifikasi Resistivity Meter NANIURA NRD 300......................................... 33

Tabel 3.2 Peralatan di Lapangan ...................................................................................... 34

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................................. 57

Tabel 4.1 Titik Pengukuran Geolistrik Sounding di Daerah Penelitian ........................... 65

Tabel 4.2 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik Sounding 1 .............. 67

Tabel 4.3 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik Sounding 2 .............. 71

Tabel 4.4 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik Sounding 3 .............. 75

Tabel 4.5 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik Sounding 4 .............. 79

Tabel 4.6 Titik Pengambilan Muka Air Tanah Dangkal Musim Kemarau ...................... 82

Tabel 4.7 Titik Pengambilan Muka Air Tanah Dangkal Musim Hujan ........................... 83

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang baik untuk air bersih

dan air minum, dibandingkan dengan sumber daya air lainnya. Air tanah dibagi

menjadi dua klasifikasi yaitu air permukaan dan air tanah bawah permukaan. Air

permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi seperti sungai, danau, air

yang tertampung di bendungan, waduk, dan sebagainya. Sedangkan air tanah adalah

air yang terdapat di pori-pori/rongga atau rekahan dalam lapisan batuan di bawah

permukaan tanah, seperti air sumur, sungai bawah tanah, dan sebagainya. Air tanah

dapat ditemukan pada lapisan jenuh air atau akuifer. (Asdak, 2007)

Kebutuhan air tanah yang selalu meningkat seiring dengan laju

pertumbuhan penduduk yang pesat seperti sekarang ini sering membuat orang lupa

bahwa daya dukung alam mempunyai batas dalam memenuhi kebutuhan air.

Misalnya, seperti pada musim hujan kandungan air pada akuifer meningkat

sedangkan pada musim kemarau kandungan air menurun (Asdak, 2007). Hal ini

umumnya terjadi pada wilayah dengan curah hujan yang rendah, seperti di Nusa

Tenggara Timur. Sebagai salah satu daerah dengan musim hujan yang singkat yaitu

selama empat bulan (Desember-Maret). Nusa Tenggara Timur selalu mengalami

kekeringan akibat dari kemarau panjang yang berlangsung selama delapan bulan

(April-November). (BPS NTT, 2019)

Di Pulau Timor, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara yakni, Desa

Napan, merupakan daerah yang memiliki sedikit ketersediaan air permukaan,

1
sementara itu air tanah tidak terdapat di semua tempat, melainkan dikontrol oleh

kondisi hidrogeologi daerah tersebut. Berdasarkan data profil Desa Napan tahun

2016, terdapat sumber air bersih yang digunakan masyarakat berupa sumur gali

berjumlah 41 unit yang dipakai oleh 207 Kepala Keluarga, tetapi kering pada

musim kemarau (Profil Desa Napan, 2016). Hal ini menyebabkan masyarakat

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di daerah tersebut. Oleh karena itu

perlu dilakukan upaya-upaya eksplorasi air tanah guna mengetahui potensi air tanah

di daerah tersebut, terutama daerah-daerah yang tidak memiliki ketersediaan atau

kecukupan air permukaan. Upaya pemanfaatan potensi air tanah perlu segera

dilakukan mengingat sangat sedikit sekali ketersediaan air permukaan bahkan

adanya kecenderungan ketersediaan air permukaan semakin lama semakin menurun

baik kuantitas maupun kualitasnya sementara kebutuhan air bersih semakin

meningkat.

Salah satu cara untuk menduga potensi air tanah adalah dengan

menggunakan metode geolistrik resistivitas. Prinsip pengukuran geolistrik

dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dan mengukur

nilai beda potensial yang dihasilkan (Bisri, 2012). Proses injeksi arus dan

perekaman beda potensial yaitu dengan menggunakan dua buah elektroda arus yang

posisinya di sisi luar dan dua buah elektroda potensial yang ada di sisi dalam.

Elektroda-elektroda tersebut ditancapkan kedalam tanah dengan jarak elektroda

tertentu. Untuk menjangkau target yang lebih dalam, maka jarak antar elektrodanya

diperlebar hingga mencapai panjang bentangan maksimal yang diinginkan.

Pengaturan letak elektroda yang biasa digunakan dalam pendugaan geolistrik slaah

satunya adalah menggunakan konfigurasi schlumberger. Ruang lingkup yang

2
dibahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan air di dalam

tanah dan kedalaman lapisan dimana terdapat air tanah tersebut dengan

menggunakan metode geolistrik secara sounding konfigurasi schlumberger.

Penelitian ini dilakuakan karena minimnya keberadaan air bersih pada

musim kemarau di daerah sekitar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan, Desa

Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara. Melalui

penelitian ini diharapkan nantinya dapat menemukan potensi air tanah, kedalaman

yang tepat agar dapat direkomendasikan sebagai titik bor serta direncanakan

pemanfaatan potensi air yang mungkin ada di daerah tersebut untuk memenuhi

kebutuhan air bersih di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul

: “STUDI PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH MENGGUNAKAN

METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS PADA DAERAH POS LINTAS

BATAS NEGARA (PLBN) NAPAN DI DESA NAPAN, KECAMATAN

BIKOMI UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA”

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang penulis jadikan acuan dalam melakukan

penelitian diantaranya :

1. Bagaimana jenis litologi bawah permukaan pada daerah Pos Lintas Batas

Negara (PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara,

Kabupaten Timor Tengah Utara?

3
2. Bagaimana pendugaan potensi air tanah dengan menggunakan metode

geolistrik resistivitas pada daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan

di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, adapun tujuan yang hendak dicapai sebagai

berikut :

1. Mengetahui jenis litologi bawah permukaan pada daerah Pos Lintas Batas

Negara (PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara,

Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Mengetahui pendugaan potensi air tanah menggunakan metode geolistrik

resistivitas pada daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di Desa

Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara.

1.4 Batasan Masalah

1. Metode yang digunakan adalah metode geolistrik resistivitas sounding

dengan konfigurasi Schlumberger.

2. Pengolahan data dengan menggunakan software IP2Win.

3. Area penelitian pada daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di

Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara.

4
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Kesempatan yang baik untuk mempraktekan teori yang didapat di

bangku kuliah dengan keadaan riil di lapangan terkhusus dalam bidang

geolistrik.

1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi

Untuk menambah referensi dan literatur dalam pembelajaran dan praktek

sehingga dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai

mekanisme, fungsi, dan manfaat dari geolistrik konfigurasi

Schlumberger.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi, melengkapi data secara rinci yang bisa

dikembangkan pada tahap selanjutnya.

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam

ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung

membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui

oleh air diisi oleh tanah disebut lapisan permeabel, seperti lapisan yang terdapat

pada pasir dan kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut

lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung. Lapisan impermeabel terdiri

dari dua jenis yakni lapisan kedap air dan lapisan kebal air. Lapisan yang

menahan air seperti lapisan batuan (rock) disebut lapisan kebal air (aquifuge),

sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti lapisan lempung disebut

lapisan kedap air (aquiclude) (Todd, 1995).

Air tanah berasal dari bermacam sumber. Air tanah berasal dari

peresapan air permukaan disebut air meteorik (meteoric water). Selain berasal

dari air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada

waktu pembentukan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate

water). Aktifitas magma di dalam bumi dapat membentuk air tanah, karena

adanya unsur hidrogen dan oksigen yang menyusun magma. Air tanah yang

berasal dari aktivitas magma ini disebut air juvenil (juvenile water). Dari ketiga

sumber air tanah tersebut air meteorik merupakan sumber air tanah terbesar

(Wuryantoro, 2007).

6
Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih

dari 97% terdiri dari air tanah. Tampaknya bahwa peranan air tanah di bumi

adalah penting. Air tanah dapat dijumpai hampir di semua tempat di bumi. Air

dapat ditemukan di bawah gurun pasir yang paling kecil sekalipun. Demikian

juga di bawah tanah yang membeku karena tertutup lapisan salju atau es.

Sumbangan terbesar air tanah berasal dari daerah arid dan semi arid serta

daerah lain yang mempunyai formasi geologi paling sesuai untuk

penampungan air tanah (Asdak, 1995).

Air tanah merupakan aspek yang sangat luas dalam kaitannya dengan

siklus hidrologi. Untuk dapat mengikuti karakteristik air tanah, distribusi, sifat-

sifat fisik dan kimia serta pengaruhnya terhadap lingkungan dan manusia

diperlukan dasar-dasar yang mendalam tentang sifat-sifat aliran air dalam

tanah. Oleh karena itu, dalam hal ini akan dijelaskan beberapa aspek penting

yang perlu diperhatikan dalam analisis hidrologi, yang mungkin akan dekat

kaitannya dengan hidrologi air permukaan. Beberapa aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pemakaian air tanah disebutkan berikut ini (Harto, 1993):

1. Pengambilan air tanah untuk berbagai kepentingan seperti air rumah

tangga, industri dan irigasi, yang menyangkut kualitas dan kuantitas

airnya. Pemakaian air tanah mempunyai beberapa keuntungan seperti

jumlah yang relatif sangat besar, kualitas yang relatif tetap dan

perlindungan terhadap kontaminasi yang baik terhadap pengaruh

permukaan.

2. Kerusakan yang terjadi akibat penurunan muka air tanah.

3. Sifat dan perilaku air tanah dalam perancangan pipa air tanah.

7
4. Pengeringan air tanah dalam galian-galian pelaksanaan konstruksi

tertentu.

Sumber: Plummer and Geary, 1995

Gambar 2.1 Proses Pengisian Air Tanah ke Dalam Akuifer (Plummer

and Geary, 1995)

Pada gambar 2.1 menunjukan bahwa lapisan akifer cenderung mengikuti

topografi. Model aliran air tanah akan dimulai pada daerah resapan/ daerah

imbuhan (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada

di permukaan tanah, baik air hujan maupun air permukaan mengalami proses

penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang atau ruag antar butiran

tanah/batuan (pori) atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Imbuhan air tanah

adalah proses masuknya air ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu

garis khayal yang disebut sebagai garis muka air tanah (water table) dan

berasosiasi dengan mengalirnya air dalam kondisi jenuh tersebut ke arah

daerah imbuhan (Freeze dan Cherry, 1979) sumber utama pengimbuhan adalah

8
air hujan, tubuh air permukaan seperti sungai, danau, rawa, dan irigasi. Dari

proses ini diketahui bahwa keterdapatan air tanah sangat berkaitan dengan

komponen-komponen lingkungan lainnya dalam siklus tersebut seperti iklim

(curah hujan, temperatur), vegetasi serta jenis lapisan tanah dan batuan

(Triyoga, 2016).

Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi 2, yakni air tanah

permukaan (air tanah dangkal/freatik) dan air tanah dalam (Todd dalam Pengki

Irawan, 2012).

1. Air Tanah Dangkal (Freatik)

Air tanah dangkal (freatik) adalah air tanah yang terjadi dari air hujan

yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul di atas lapisan kedap air

(impermeable). Air tanah jenis ini terletak pada lapisan jenuh air (zone of

saturation) atau pada lajur freatik (phreatic zone) dan akuifernya tidak

tertekan (unconfined aquifer) karena berada di atas lapisan kedap air.

Kedalaman air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 15 meter di bawah

permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini hanya

cukup untuk keperluan rumah tangga. Penggunaan air tanah dangkal dapat

diperoleh dengan cara membuat sumur berdinding semen atau sumur bor.

Secara fisik, air tanah dangkal terlihat jernih dan tidak berwarna (bening),

karena telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan tanah. Kualitas air

tanah dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai air minum. Namun,

kuantitas air tanah dangkal ini dipengaruhi oleh musim. Pada musim

hujan, jumlah air tanah dangkal sangat melimpah. Pada musim kemarau,

jumlah air tanah dangkal sangat terbatas.

9
2. Air Tanah Dalam (Artesis)

Air tanah dalam (artesis) adalah air tanah yang terdapat di bawah

lapisan tanah/batuan yang tidak tembus air (impermeable) atau akuifer

tertekan dengan kedalaman 100-300 meter dibawah permukaan tanah. Air

tanah dalam sangat jernih dan sangat baik digunakan sebagai air minum

karena telah mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan

tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah

dangkal. Secara kuantitas, air tanah dalam cukup besar dan tidak

dipengaruhi oleh musim.

Sumber : Plummer and Geary, 1995

Gambar 2.2 Skema Lapisan Air Tanah

Pada gambar 2.2 dapat digambarkan bahwa air tanah dapat

dikelompokan menjadi dua, yaitu: Air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air

tanah dangkal adalah air tanah yang terletak di atas lapisan batuan yang tidak

tembus (kedap) air, dan air tanah dangkal ini sering disebut air tanah freatis dan

dan letaknya tidak begitu dalam sebagaimana ditunjukan pada gambar.

Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang terletak diantara dua lapisan

10
batuan yang tidak tembus (kedap) air, dan letaknya lebih dalam dibandingkan

air tanah dangkal (Soekamto, 1995).

2.2 Akuifer

Formasi-formasi batuan yang berisi/menyimpan air tanah disebut sebagai

akuifer. Akuifer juga dapat diartikan sebagai lapisan tanah/batuan lulus air

yang menyimpan dan mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup (Bisri,

2012).

Berdasarkan susunan lapisan geologi (litologinya) dan besarnya

koefisien kelulusan air (K), akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu

akuifer bebas (uncofined aquifer), akuifer terkekang (confined aquifer), akuifer

setengah terkekang (semiconfined aquifer), dan akuifer menggantung (perched

aquifer).

1. Akuifer Bebas

Sumber: Bisri, 2012

Gambar 2.3 Akuifer Bebas (Bisri, 2012)

Akuifer bebas (unconfined aquifer atau water-table aquifer) merupakan

akuifer dengan hanya memiliki satu lapisan pembatas kedap air yang terletak

11
dibagian bawahnya. Pada gambar 2.3 menunjukan muka air tanah merupakan

bidang batas sebelah atas dari daerah jenuh air dan pada bagian bawahnya

merupakan lapisan kedap air. Akuifer ini disebut juga sebagai phreatic aquifer.

Sedangkan nilai (K) lapisan tidak kedap air = (K) akuifer bebas.

2. Akuifer Terkekang

Sumber: Bisri, 2012

Gambar 2.4 Akuifer Terkekang (Bisri, 2012)

Akuifer terkekang (confined aquifer) merupakan suatu akuifer jenuh air

yang pada lapisan atas dan bawahnya merupakan lapisan kedap air sebagai

pembatasnya. Pada lapisan pembatasnya dipastikan tidak terdapat air yang

mengalir (no flux). Pada akuifer ini tekanan airnya lebih besar dari tekanan

atmosfer. Oleh karena itu akuifer ini disebut juga dengan pressure aquifer atau

non-leaky aquifer. Sedangkan nilai (K) lapisan kedap air = 0, (K) akuifer

tertekan > (K) lapisan kedap air. Pada gambar 2.4 menunjukan letak akuifer

terkekang yang bagian atas dan bagian bawah adalah lapisan kedap air.

12
3. Akuifer Setengah Terkekang Atau Akuifer Bocor

Sumber: Bisri, 2012

Gambar 2.5 Akuifer Setengah Terkekang (Bisri, 2012)

Akuifer setengah terkekang (semiconfined aquifer) ialah suatu akuifer

jenuh air, dengan bagian atas dibatasi oleh lapisan setengah kedap air (nilai

kelulusan terletak antara akuifer dan akuitar) dan pada bagian bawah dibatasi

oleh lapisan kedap air. Pada lapisan pembatas dibagian atasnya dimungkinkan

masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut. Akuifer ini disebut juga

dengan leaky-artesian aquifer. Pada gambar 2.5 bagian atas dari akuifer

setengah tertekan adalah lapisan setengah kedap air dan pada bagian bawahnya

adalah lapisan kedap air.

4. Akuifer Menggantung

Akuifer menggantung (perched aquifer) merupakan akuifer yang massa

air tanahnya terpisah dari air tanah induk. Dipisahkan oleh suatu lapisan yang

relatif kedap air yang begitu luas dan terletak di atas daerah jenuh air. Kadang-

kadang lapisan bawahnya tidak murni kedap air, namun berupa akuitar yang

juga bisa memberikan distribusi air pada akuifer di bawahnya.

13
Sumber: Bisri, 2012

Gambar 2.6 Akuifer Menggantung (Bisri, 2012)

Pada gambar 2.6 menunjukan bahwa akuifer ini terpisah dari akuifer

bebas dan letaknya berada di atas muka air tanah akuifer bebas, dan akuifer ini

juga dibatasi oleh lapisan yang relatif kedap air.

Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan

potensi akuifer. Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan

berpengaruh terhadap akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer, serta

kedudukan air tanah. Jenis dan umur batuan juga berpengaruh terhadap daya

hantar listrik, dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada mulanya air

memasuki akuifer melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada

lebih tinggi daripada daerah buangan (discharge area). Daerah tangkapan

biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan daerah buangan terletak di

daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir kebawah karena pengaruh gaya

gravitasi melalui pori-pori akuifer. Air yang berada di bagian bawah akuifer

mendapat tekanan yang besar oleh berat air di atasnya, tekanan ini tidak dapat

hilang atau berpindah karena akuifer terisolasi oleh akiklud di atas dan di

14
bawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan konduktivitas hidrolik

sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya (Wuryantoro,

2007).

2.3 Porositas dan Permeabilitas

Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan.

Secara definisi porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang

terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara

keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam fraksi. Besar kecilnya suatu batuan

akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Porositas () adalah

perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan

(Nurwidiyanto, 2006).

Setiap batuan memiliki pori-pori yang dapat terhubung dangan pori-pori

batuan lain dengan jalur yang ada di dalam batuan. Pori-pori ini dapat

melewatkan fluida tanpa merusak bentuk batuan karena tekanan fluida

mengarah pada batuan diloloskan oleh pori-pori yang terhubung itu. Chapman

(1981) dalam Vebrianto (2016) menyebutkan bahwa porositas efektif adalah

porositas dalam batuan yang saling terkoneksi satu sama lain. Porositas juga

sangat berpengaruh pada aliran dan jumlah air tanah. Porositas adalah jumlah

atau persentase pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen.

Porositas dapat dibagi menjadi dua yaitu porositas primer dan prorsitas

sekunder. Porositas primer adalah porositas yang ada sewaktu bahan tersebut

terbentuk sedangkan porositas sekunder dihasikan oleh retakan-retakan dan

alur yang terurai. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klastik dan bahan

15
butiran lainnya. Pori berukuran kapiler dan membawa air yang disebut air pori.

Aliran melalui pori adalah laminar (Wuryantoro, 2007).

Permeabilitas (k) adalah kemampuan medium berpori untuk meluluskna

atau mengalirkan fluida. Air tanah melewati rongga-rongga yang kecil,

semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya dangat

kecil, akan mengakibatkan molekul ai tetap timggal. Kejadian ini terjadi pada

lempung. Permeabilitas sangat penting untuk menentukan besarnya cadangan

fluida yang dapat diproduksikan. Keadaan material bawah tanah sangat

mempengaruhi aliran dan jumlah air tanah. Jumlah air tanah yang dapan

disimpan dalam batuan dasar, sedimen dan tanah sangat bergantung pada

permeabilitas. Batuan yang memiliki permeabilitas yang baik bisa dijadikan

acuan untuk mengetahui bahwa daerah tersebut memiliki potensi akuifer atau

reservoir air tanah yang baik (Wuryantoro, 2007)

2.4 Resistivitas Batuan

Resistivitas (tahanan jenis) batuan adalah daya hambat dari batuan

terhadap aliran listrik dengan satuan unit: ohm-m. Batuan di bumi umumnya

mempunyai sifat kelistrikan berupa daya hantar listrik dan konstanta dielektrik.

Konstanta dielektrik merupakan polarisasi material dalam suatu medium

listrik. Konstanta dielektrik menentukan kapasitas induktif efektif dari suatu

material batuan dan merupakan respon statik untuk medan listrik AC maupun

DC (Dobrin, 1998).

Resistivitas memperlihatkan nilai yang sangat variatif dari semua sifat

fisika dan mineral. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10-8

Ωm – 107 Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang

16
bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang bervariasi pula.

Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah 1,6 x 10-8 Ωm

(perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni). Konduktor biasanya

didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas 10-8 Ωm, sedangkan

isolator memiliki resistivitas lebih dari 107 Ωm. Dan diantara keduanya adalah

bahan semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas

dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada semikonduktor, jumlah

elektrom bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan ionik sehingga

elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak (Wuryantoro, 2007).

Resistivitas ini mencerminkan batuan dan fluida yang terkandung di

dalam pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon akan mempunyai

tahanan jenis lebih tinggi (lebih dari 10 Ωm), sedangkan apabila terisi oleh air

formasi yang mempunyai salinitas tinggi maka harga tahanan jenisnya hanya

beberapa ohmmeter. Suatu formasi yang porositasnya sangat kecil (tight) juga

akan menghasilkan tahanan jenis yang sangat tinggi karena tidak mengandung

fluida konduktif yang dapat menjadi konduktor alat lsitrik (Schlumberger,

1989).

Tiap lapisan penyusun batuan merupakan suatu material batuan yang

mempunyai hambatan jenis yang berbeda. Besar hambatan jenis batuan

ditentukan oleh beberapa syarat antara lain (Yatini, 2006):

1. Kandungan air

Kandungan air yang ada dalam batuan akan menurunkan harga

resistivitas sehingga nilai daya hantar listrik pada batuan tersebut akan

semakin besar.

17
2. Porositas batuan

Batuan yang pori-porinya mengandung air mempunyai hambatan jenis

yang lebih rendah daripada batuan kering.

3. Kelarutan garam dalam air dan dalam batuan

Kelarutan garam di dalam air dan di dalam batuan, akan mengakibatkan

meningkatnya kandungan ion dalam air, sehingga hambatan jenis

batuan menjadi rendah.

4. Suhu

Resistivitas suatu batuan berbanding terbalik dengan suhunya. Apabila

suhu naik maka resistivitas akan turun secara eksponensial. Untuk

resistivitas yang mengandung fluida di dalam batuan.

Secara umum, berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan

mineral dapat dikelompokan menjadi tiga (Telford W. And Sheriff, 1990),

yaitu:

1. Konduktor Baik : 10-8 <  < 1m

2. Konduktor Pertengahan : 1 <  < 107 m

3. Isolator :  > 107 m

Kebanyakan mineral membentuk batuan penghantar listrik yang tidak

baik walaupun beberapa logam dan grafit menghantarkan listrik. Resistivitas

terukur ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori fluida.

Air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat menambah

kemampuannya untuk menghanarkan listrik, meskipun bukan merupakan

konduktor listrik yang baik (Santoso, 2002).

18
Verhoef (1989), memaparkan nilai resistivitas batuan seperti tabel

berikut:

Table 2.1 Nilai Resistivitas Batuan

Jenis batuan Resistivitas (m)


Gambut dan Lempung 8 – 50
Lempung dan Pasiran dan Lapisan Kerikil 40 – 250
Pasir dan Kerikil Jenuh 40 – 100
Pasir dan Kerikil Kering 100 – 3000
Lempung, Napal dan Serpih 8 – 100
Batu Pasir dam Batu Kapur 100 – 4000
Sumber : Verhoef, 1989

Sedangkan menurut Telford, 1990 kisaran nilai resistivitas material yang

terdapat di bawah permukaan adalah seperti tabel berikut:

Tabel 2.2 Resistivitas batuan Beku dan batuan Metamorf


Batuan Resistivitas (m)
Granite 3 x 102 – 106
Granite porphyry 4,5 x 103 (basah) – 1,3 x 106 (kering)
Feldspar porphyry 4 x 103 (basah)
Albite 3 x 103 (basah) – 3,3 x 103 (kering)
Syenite 102 – 106
Diorite 104 – 105
Diorite porphyry 1,9 x 103 (basah) – 2,8 x 104 (kering)
Porphyrite 10 – 5 x 104 (basah) – 3,3 x 103 (kering)
Carbonatized porphyry 2,5 x 103 (basah) – 6 x 104 (kering)
Quartz porphyry 3 x 103 – 3 x 10 5
Quartz diorite 2 x 104 – 2 x 105 (basah) – 1,8 x 105 (kering)
Porphyry (Various) 60 x 104
Dacite 2 x 104 (basah)
Andesite 4,5 x 104 (basah) – 1,7 x 102 (kering)
Diabase porphyry 103 (basah) – 1,7 x 105 (kering)
Diabase (Various) 20 – 5 x 102
Lavas 102 – 5 x 104
Gabbro 103 – 105
Basalt 10 – 1,3 x 107 (kering)
Olivin norite 103 – 6 x 104 (basah)
Peridotite 3 x 103 (basah) – 6,5 x 103 (kering)
Hornfels 8 x 103 (basah) – 6 x 103 (kering)
Schists 20 – 104

19
Tults 2 x 103 (basah) – 105 (kering)
Graphite schists 10 – 102
Slates (Various) 6 x 102 – 4 x 107
Gneiss (Various) 6,8 x 104 (basah) – 3 x 106 (kering)
Marble 102 – 2,5 x 108 (kering)
Skarn 2,5 x 102 (basah) – 2,5 x 108 (kering)
Quartzites (Various) 10 – 2x 108
Sumber : Telford et al., 1990 : 454

Tabel 2.3 Resistivitas batuan Sedimen


Batuan Resistivitas (m)
3
Consolidated Shales 20 – 2 x 10
Argilites 10 – 8 x 10-2
Konglomerat 2 x 103 – 104
Batu Pasir 1 – 6,4 x 108
Batu Gamping 50 – 107
Dolomite 3,5 x 102 – 5x 103
Unconsolidated Wet Clay 20
Marls 3 – 70
Lempung 1 – 100
Alluvium dan Pasir 10 – 800
Oil Sands 4 – 800

Sumber : Telford et al., 1990 : 455

2.5 Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivitas)

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang

mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara

mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran

potensial dan pengukuran arus yang terjadi secara alamiah maupun akibat

injeksi arus ke dalam bumi. Oleh karena itu metode geolistrik mempunyai

macam, salah satunya metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas)

(Hendrajaya dkk, 1990).

Metode geolistrik merupakan metode menggunakan aliran listrik dalam

menyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Aliran arus listrik dalam menglir

di dalam tanah melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya air

20
tanah dan garam yang terkandung di dalam batuan serta hadirnya mineral

logam maupun panas yang tinggi. Oleh karena itu, metode geolistrik dapat

digunakan pada penyelidikan hidrogeologi seperti penentuan akuifer dan

adanya kontaminasi, penyelidikan mineral, survey arkeolog dan deteksi hot

rocks pada penyelidikan panas bumi. Berdasarkan asal sumber arus lsitrik yang

digunakan, metode resistivitas dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok

yaitu (Rahim, 2010):

1. Metode pasif

Metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam

tanah/batuan yang timbul akibat adanya aktifitas elektrokimia dan

elektromekanika dalam materi-materi penyusun batuan. Metode yang

termasuk dalam kelompok ini diantaranya Potensial Diri/Self Potential dan

Magneto Teluric.

2. Metode aktif

Yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan ke di dalam batuan kemudian efek

potensial yang ditimbulkan arus batuan tersebut diukur di permukaan.

Metode yang termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya metode

resistivitas dan induced polarization.

Metode tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik

yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan bumi. Dalam

kajian ini meliputi besaran medan potensial, medan elektromagnetik yang

diakibatkan oleh arus listrik secara alamiah (pasif) ataupun secara batuan

(aktif) (Wahyudi, 2001).

21
Metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering digunakan dari

sekian banyak metode yang ada. Metode ini prinsipnya bekerja dengan

menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga

menimbulkan beda potensial. Dan beda potensial yang terjadi diukur melalui

dua buah elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi

harga tahanan jenis lapisan bawah titik ukur. Metode ini lebih efektif dan cocok

digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan

informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki, sehingga metode ini

jarang digunakan utnuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan

dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar,

pencarian reservoir air, dan eksplorasi panas bumi (Wahyudi, 2001).

Pendugaan geolistrik merupakan salah satu cara penelitian dari

permukaan tanah untuk mengetahui lapisan-lapisan batuan. Model pendugaan

ini prinsip bahwa lapisan batuan atau material mempunyai tahanan yang

bervariasi, yang disebut dengan tahanan jenis (resistivity atau ρ). Besarnya

resistivitas diukur dengan mengalirkan arus lsitrik ke dalam bumi dan

memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar arus. Setiap material

atau batuan memiliki kisaran resistivitas yang berbeda dengan material lain.

Struktur geologi, litologi (jenis batuan) penting untuk mempelajari kondisi

daerah survey. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan

potensialnya, dikenal beberapa jenis konfigurasi, antara lain konfigurasi

Schlumberger, konfigurasi Wenner dan Dipole-dipole (Wahyudi, 2001).

Studi hambatan listrik dan geofisika dapat dipahami dalam konteks dari

aliran arus melalui medium di bawah permukaan yang terdiri dari lapisan bahan

22
dengan resistivitas yang berbeda. Untuk sederhananya, semua lapisan

diasumsikan horizontal. Resistivitas ρ dari bahan adalah pengukuran seberapa

baik bahan menghambat aliran arus listrik (Herman, 2006).

Sumber : Djukarna, 2012

Gambar 2.7 Silinder Konduktor

Jika ditinjau silinder konduktor dengan panjang L, luas penampang A dan

resistansi R, maka dapat dirumuskan:

R=ρ 2.1

Dimana ρ adalah resistivitas (Ωm), L adalah panjang silinder konduktor (m),

A adalah luas silider konduktor (m2), dan R adalah resistansi (Ω). Sedangkan

menurut hukum Ohm, resistansi dirumuskan:

= 2.2

Dimana R adalah resistansi, V adalah beda potensial (V). I adalah kuat arus

(A).

Dari kedua persamaan tersebut didapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:

ρ=R 2.3

23
2.6 Konfigurasi Elektroda Metode Schlumberger

Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan

sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi

ini, maka harusnya resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya

dan tidak bergantung pada spasi elektroda. Namun pada kenyataannya bumi

terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda sehingga potensial

yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga

resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan

saja, tetapi beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar

(Wuryantoro, 2007).

Prinsip konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-

kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah tetapi karena

keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar

maka jarak MN hendaknya diubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih

besar dari 1/5 jarak AB (Asra, 2012).

Adapun kelemahan dari konfigurasi Schlumberger adalah pembacaan

tegangan pada elektroda MN lebih kecil terutama ketika AB yang relatif jauh,

sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik High

Impedance dengan mengatur tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang

koma atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang

mempunyai tegangan DC yang sangat tinggi. Keunggulan konfigurasi

Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-

homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan

24
nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN (Parinata,

2015).

Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka

ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar.

Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB,

yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil,

misalnya 1.0 miliVolt. Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila

telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1:20.

Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1:50 bisa dilakukan bila mempunyai

alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat

besar, misalnya 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur

pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 miliVolt (Parinata, 2015).

Sumber: Maemunah, 2017

Gambar 2.8 Skema Konfigurasi Schlumberger

Menurut Damtoro (2007), untuk menghitung nilai resistivitas semu

diperlukan suatu bilangan faktor geometri (K) yang tergantung pada jenis

konfigurasi, jarak AB/2 dan MN/2. Faktor geometri atau sering dilambangkan

dnegan K merupakan besaran penting dalam pendugaan tahanan jenis vertikal

maupun horizontal. Perhitungan bilangan konstanta (K) ini berdasarkan rumus

(Santoso, 2002):

25
R1 = C1P1 = − = −

R2 = C2P1 = + = +

R3 = C1P2 = + = +

R4 = C2P2 = − = −

ρα = K 2.4

K= 2.5

K= 2.6
! !

K= 2.7
( ) ( )
!

K= 2.8
( ) ( )
!

($ %)($ %)
K= 2.9

($ % )
K= 2.10

Keterangan Rumus:

AM : Jarak antara elektroda arus (A) dan tegangan (M) (meter)


BM : Jarak antara elektroda arus (B) dan tegangan (M) (meter)
AN : Jarak antara elektroda arus (A) dan tegangan (N) (meter)
BN : Jarak antara elektroda arus (A) dan tegangan (N) (meter)
π : 3.141592654
ρα : Resistivitas Semu (ohm meter)
K : Faktor Geometri (meter)
V : Tegangan Listrik pada elektroda MN (mV)
I : Arus listrik yang diinjeksikan melalui elektroda AB (mA)

Dengan ρα adalah resistivitas semu yang bergantung pada spasi

elektroda.

26
2.7 Deskripsi Wilayah Penelitian

2.7.1 Letak Geografis

Letak geografis dari lokasi penelitian berada di daerah sekitar Pos Lintas

Batas Negara (PLBN) Napan yang termasuk dalam kawasan Desa Napan,

Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara.

2.7.2 Tinjauan Geologi

Geologi daerah di sekitar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan Desa

Napan berdasarkan peta geologi lembar Kupang – Atambua, Timor 2015 skala

1:250.000 yang tersusun atas beberapa formasi sebagai berikut:

Sumber: 1. Peta RBI Bali, Nusa Tenggara 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona
UTM -51s
2.Peta Geologi Lembar Kupang –Atambua, Timor 2015 Skala 1:250.000 Sistem
Koordinat DMS, Zona UTM -51s

Gambar 2.9 Peta Geologi Lokasi Penelitian

1. Formasi Maubisse/Batu Gamping (TRPml) : Formasi ini berumur Perem Awal-

Perem Akhir dengan litologi penyusunnya adalah biokalkarenit merah-ungu,

27
packstones, boundstones yang kaya akan rombakan cangkang koral, krinoida,

byrozoida, brachipoda, cephalopoda dan fusilinida serta batuan beku ekstrusif

yang merupakan batuan tertua di pulau Timor (Bachir dkk, 1995).

2. Kompleks Bobonaro (Tmb) : Kompleks Bobonaro atau Bobonaro Scaly Clay

(Audley-Charles, 1968) merupakan batuan campur aduk (chaotic rock) yang

tersusun oleh matriks lempung bersisik yang mengandung bongkahan batuan

berumur lebih tua, yaitu berkisar dari Perem sampai Miosen Awal (Audley-

Charles, 1968). Sebagian besar batuan campur-aduk di Timor diduga merupakan

hasil longsoran bawah laut, atau olistotrom, yang mungkin berkaitan dengan

proses tumbukanbusur dan benua pada Neogen. Pada waktu terjadinya

tumbukan tersebut diduga terbentuk pula bancuh tektonik yang hanya

membentuk sebagian kecil dari Kompleks Bobonaro. Di bagian Timor Barat,

juga terjadi pembentukan batuan campur-aduk yang disebabkan oleh diapirisme

serpih atau kegiatan poton. Poton-poton tersebut membawa berbagai fragmen

batuan yang diterobosnya, dan masih aktif sampai sekarang (Bachir dkk, 1995).

2.8 Hidrogeologi

Pemetaan Hidrogeologi dilakukan secara detail, terutama pada areal yang

dilakukan pengukuran geolistrik untuk menambah atau melengkapi data

geologis/hidrogeologis sebelumnya (yang diperoleh dari survei tinjau) sebagai

data yang saling melengkapi atau mendukung dalam analisis terpadu,

khususnya dalam interpretasi data geolistrik. Pemetaan ini juga dimaksudkan

untuk memperoleh data dari singkapan batuan yang akan digunakan dalam

menyusun peta geologi, stratigrafi, struktur geologi dan sebaran air tanah bebas

maupun pola alirannya melalui pengamatan sumur galian penduduk atau

28
sumber mata air. Perolehan data stratigrafi dan karaktek geologi permukaan

yang diperoleh akan digunakan sebagai referensi analisis geologi daerah

sebaran geolistrik.

Karakter hidrologi dapat dikenali berdasarkan dari pengamatan sumber air,

berupa sumber mata air permukaan atau sumur gali masyarakat, sumur bor

sekitar lokasi; berguna untuk mengkorelasikan kondisi air tanah permukaan

atau air tanah dalam suatu daerah dengan daerah lain, menentukan aliran air

berdasarkan elevasi muka air tanah.

Sumber : 1. Peta Geospasial Administrasi Desa Kab. TTU 2020


2. Peta Hidrogeologi Lembar Kupang - Kefamenanu

Gambar 2.10 Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian

Hidrogeologi pulau timor berdasarkan keterdapatan airtanah dan

produktifitas dibagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu :

29
1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

Akuifer dengan aliran rnelalui ruang antar butir, akuifer setempat

produktif, dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat

beragam, dan debit sumur pada umumnya bervariasi dimana tergantung lapisan

batuan dibawah permukaan, akifer tipe ini dibagai atas:

• Akuifer produktif dengan penyebaran luas

Tipe akuifer ini mempunyai keterusan sedang, muka airtanah umumnya

diatas atau dekat permukaan, debir sumur lebih dari 5 l/dtk.

• Akuifer Produktif sedang dengan penyebaran luas

Tipe akuifer ini mempunyai keterusan sedang sampai rendah, muka airtanah

umumnya beragam, debir sumur kurang dari 5 l/dtk.

• Akifer produktif dengan peyebaran setempat.

Tipe akuifer ini tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya, muka

airtanah umumnya dabgkal, debir sumur kurang dari 5 l/dtk.

Litologi penyusunnya berupa endapan aluvial yang merupakan bahan

lepas atau setengah padu yang terdiri atas lempung pasiran, lumpur, pasir, dan

kerakal. Aliran air tanah di wilayah ini melalui sistem akuifer ruang antarbutir

dengan produktivitas akuifer umumnya sedang.

2. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran

Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran, biasaya

didapati pada lapisan batugamping koral (coral limestone), dimana

mempunyai porositas sekunder (rongga besar) yang diakibatkan oleh pelarutan

air hujan yang melalui batuan tersebut.

Berdasarkan produktivitasnya akuifer tipe ini dibagai atas :

30
• Akuifer dengan produktivitas tinggi

Aliran airtanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan,

muka airtanah umumnya dalam, debit sumur dan mataair beragam dalam

kisaran yang besar, mataair dijumpai berlimpah, beberapa debitnya

mencapai 500 l/dtk.

• Akuifer dengan produktivitas sedang

Aliran airtanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan,

muka airtanah umumnya dalam, debit sumur dan mataair beragam dalam

kisaran yang besar, mataair umumnya jarang.

• Akuifer dengan produktivitas sedang, setempat

Aliran airtanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan,

muka airtanah umumnya dalam, debit mataair umumnya kecil.

3. Akuifer (bercelah atau sarang) dengan tingkat kelulusan rendah

• Akuifer dengan produktivitas rendah

Aliran airtanah ini umumnya keterusan rendah, setempat airtanah dangkal

dalam jumlah terbatas, dapat diperoleh didaerah - daerah rendah pada zona

pelapukan.Lapisan batuan yang terdapat pada areal ini adalah Breksi

vulkanik, aglomerat, lava dan tuff.

• Daerah airtanah langka

Aliran airtanah tidak mempunyai keterusan, lapisan batuan yang terdapat

pada areal ini adalah batulempung dan lava bantal.

• Akuifer produksi rendah menutupi akuifer batugamping berproduksi

31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Letak geografis dari lokasi penelitian berada di Desa Napan yang

termasuk dalam wilayah Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah

Utara. Lokasi penelitian dapat dijangkau dengan menempuh perjalanan darat

sejauh 208 km dalam waktu 5 jam menggunakan kendaraan roda empat. Lokasi

kesampaian daerah penelitian dapat dilihat pada peta berikut :

Sumber : Peta RBI Bali, Nusa Tenggara 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona UTM

-51s

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian

32
3.2 Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah resistivity meter

NANIURA NRD 300, yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur tahanan

jenis di bawah permukaan bumi, dengan spesifikasi seperti pada tabel 3.1

berikut :

Sumber: dutapersada.co.id, 2020

Gambar 3.2 Resistivity Meter NANIURA NRD 300

Tabel 3.1 Spesifikasi Resistivity Meter NANIURA NRD 300

Pemancar (Transmitter) Spesifikasi

1. Catu Daya 12 Volt, minimum 6 AH

2. Daya 300 W untuk > 20 A

3. Tegangan Keluar Maksimum 500 V

4. Arus Keluar Maksimum 2000 mA

5. Ketelitian arus 1 mA

Penerima (Receiver) Spesifikasi

1. Impedansi 10 m-Ohm

2. Batas ukur pembacaan 0.1 mV hingga 500 V

33
3. Ketelitian 0,1 mV

4. Kompensator :

 Kasar 10 X putaran (precision multiturn

potensiometer)

 Halus 1 X putaran (wire wound resistor)

Dalam melakukan pengukuran menggunakan metode geolistrik tahanan

jenis juga dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang tersaji pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Peralatan di Lapangan

No Nama Alat Jumlah Kegunaan Gambar

1. Elektroda 2 buah Sebagai alat untuk

Stainless menginjeksikan arus

Steel listrik ke dalam tanah.

2. Elektroda 2 buah Sebagai alat untuk

Tembaga menerima nilai potensial

dari tanah atau batuan

yang telah diinjeksikan

oleh elektroda arus.

3. Accu 12 V 6 2 buah Sebagai baterai kering.

Ah

34
4. Kabel 300 2 buah Sebagai kabel

meter penghubung dari

(elektroda elektroda arus ke

arus) resistivity meter.

5. Kabel 200 2 buah Sebagai kabel

meter penghubung dari

(elektroda elektroda potensial ke

potensial) resistivity meter.

6. Palu 4 buah Untuk menancapkan

elektroda-elektroda ke

dalam tanah.

7. GPS 1 buah Sebagai alat untuk

GARMIN mendapatkan titik

78 CSX koordinat di lapangan.

8. Kamera 1 buah Untuk pengambilan

digital dokumentasi.

35
9. Handy 5 set Sebagai alat untuk

Talkye / HT berkomunikasi di

lapangan.

10. Alat Tulis 1 set Digunakan untuk

dan Lembar mencatat data hasil

Data pengukuran.

Penelitian

11. Kompas 1 buah Digunakan untuk

Geologi menentukan arah

bentangan dan lokasi

pengukuran

12. Meteran 1 buah Digunakan sebagai

atau pita pengukur jarak

ukur elektroda dan panjang

lintasan

3.3 Metode Penelitian

Merujuk pada latar belakang dan tujuan penelitian maka metode

penelitian yang digunakan adalah metode geolistrik resistivitas sounding

dengan konfigurasi Schlumberger.. Metode penelitian ini digunakan untuk

mengetahui nilai resistivitas batuan yang terkandung di daerah penelitian,

sehingga diperkirakan keberadaan akuifer di daerah penelitian.

36
3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari dua tahap yang dilakukan yaitu studi

literatur dan pengumpulan data.

3.4.1 Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian

yaitu kegiatan mendapatkan literatur berupa textbook, tulisan ilmiah dan

informasi yang didapat dari internet atau bacaan dari berbagai sumber

yang dapat dipakai sebagai penunjang dalam melakukan penelitian ini.

3.4.2. Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa

teknik pengambilan data diantaranya :

1. Observasi atau Pengamatan

Melakukan pengamatan keadaan lapangan sangatlah penting dan

sebaiknya dilakukan diawal, sehingga peroses penelitian dapat

berjalan dan meminimalisir penundaan pengambilan data akibat

langkah atau metode penelitian yang tak sesuai dengan keadaan

lapangan.

Data yang didapat dari observasi ini berupa data primer dan data

sekunder

 Data primer berupa :

a. Pemetaan geologi permukaan melalui pengamatan batuan dan

singkapan.

37
b. Data sumur gali, sumur bor sektar lokasi, kedalaman sumur

gali/bor dan muka air tanah pada sumur gali/bor, kondisi sumur

gali/bor pada lokasi penelitian.

 Data sekunder berupa :

a. Peta topografi dengan skala 1:250.000

b. Peta regional

c. Peta administrasi

d. Data curah hujan

2. Dokumentasi

Pengarsipan atau dokumentasi dilakukan terhadap setiap hal yang

dianggap penting untuk menunjang penelitan ini, baik itu data kualitatif

potret keadaan lokasi penelitian, maupun data kuantitatif hasil geolistrik

yang diakukan.

3.5 Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari empat (4) tahapan yaitu persiapan, penentuan

lintasan geolistrik, pengukuran geolistrik dan pengolahan data.

3.5.1 Persiapan

Tahap persiapan berupa persiapan administrasi, peralatan dan

bahan yang akan digunakan serta personil.

1. Persiapan Administrasi

a. Pembuatan Lembaran Pengukuran Geolistrik

Lembaran pengukuran geolistrik berupa tabel data-data yang akan

diambil di lapangan. Jumlah lembaran disesuaikan dengan jumlah

38
pengukuran geolistrik yang akan dilakukan. Lembaran yang belum diisi

dapat dilihat pada Gambar 3.3

Sumber : Data Olahan Penulis, 2020


Gambar 3.3 Lembaran Pengukuran Geolistrik

b. Pengisian Lembar Pengukuran Geolistrik

Lembaran pengukuran geolistrik kemudian diisi engan parameter

yang hendak diukur, seperti jarak bentangan elektroda potensial (MN),

elektroda arus (AB), dan juga nilai koefisien geometri (K), nilai K dapat

menggunakan rumus

 .

Adapun nilai bentangan yang digunakan pada pengukuran geolistrik

pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.4

39
Sumber : Data Olahan Penulis, 2020

Gambar 3.4 Lembaran Pengukuran Geolistrik yang Sudah Diisi

2. Penentuan lintasan geolistrik

Kegiatan yang dilakukan berupa penentuan koordinat titik

pengukuran geolistrik dengan mempertimbangkan data geologi regional

yang memungkinkan terdapatnya akuifer dan memperlihatkan kondisi

topografinya. Dalam penelitian kali ini dilakukan sebanyak 4 (empat)

titik.

3. Pengukuran geolistrik

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi geologi

bawah permukaan berdasarkan sebaran nilai tahanan jenis serta daerah

yang berpotensi mengandung akuifer. Teknik pengukuran didasarkan

pada tabel lembar pengukuran yang telah dibuat, yang disesuaikan

40
dengan kondisi lapangan. Beberapa hal tahapan pengambilan data yang

dilakukan adalah :

 Jenis alat yang digunakan adalah resistivity meter, dimana hasil

bacaan berupa nilai hambatan dalam ohm.

 Menempatkan elektroda-elektroda arus dan potensial dengan

konfigurasi Schlumberger pada bentangan terpendek yang

direncanakam. Mencatat kuat arus listrik dan beda potensial yang

terukur pada lembar pengukuran.

 Memindahkan elektroda arus (elektroda potensial tetap) pada jarak

yang telah ditentukan. Mencatat I dan V yang terukur di lembar

pengukuran.

 Melakukan langkah ke-3 sampai pada pemindahan elektroda

potensial. Umumnya perpindahan elektroda arus (elektroda

potensial tetap) dapat diterapkan sampai beberapa kali (4 kali

sampai 5 kali) baru terjadi pemindahan elektroda potensial.

 Melakukan kembali langkah 3-4 berkali-kali hingga jarak

bentangan maksimum ditentukan.

Hasil dari pengukuran geolistrik ini akan digambarkan dalam

bentuk sebaran tahanan jenis batuan dari setiap titik lokasi pengukuran

yang ditulis pada lembar pengukuran seperti pada gambar 3.4 diatas.

Sebaran tahanan jenis batuan tersebut menggambarkan kondisi lapisan

batuan dan struktur geologi setempat di bawah permukaan secara

vertikal.

41
4. Pengambilan Data Sumur Gali

Pengambilan data sumur gali berupa pengukuran langsung di

daerah penelitian terbagi menjadi 2 tahap, yakni:

 Pengukuran tahap I (Kondisi sumur bulan Oktober musim


kemarau)
 Pengukuran tahap II (Kondisi sumur Bulan Februari musim
Hujan)
Tahap I telah dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020. Pengukuran

dilakukan pada musim kemarau, pada tahap ini dilakukan pengukuran

pada 5 sumur gali yang berada di daerah sekitar Pos Lintas Batas Negara

(PLBN) Napan di Desa Napan. Pada tahap ini hanya dilakukan

pengukuran kedalaman permukaan air sumur dari bibir sumur, serta letak

koordinat sumur beserta elevasinya.

Tahap II telah dilakukan pada tanggal 27 Februari 2021.

Pengukuran dilakukan pada musim hujan, pada tahap ini dilakukan

pengukuran meliputi kedalaman sumur sampai dasar dan kedalaman

permukaan air sumur dari bibir sumur.

Sumber: Data Olahan Penulis, 2021

Gambar 3.5 Sketsa Pengukuran Sumur Gali

42
5. Pengolahan Data

Data hasil pengukuran tahanan jenis akan diolah menggunakan

software IPI2WIN untuk mengetahui nilai tahanan jenis, lalu dilakukan

interpretasi berdasarkan nilai tahanan jenis, kemudian dilanjutkan

dengan pembuatan penampang tahanan jenis litologi bawah permukaan

dan pembuatan penampang yang mengandung akuifer.

6. Persiapan Peralatan

Tahap persiapan antara lain mengecek kelengkapan alat,

pengecasan ACCU, GPS (Global Positioning System), serta packing

semua peralatan yang akan dibawa.

3.5.2 Pengolahan Data

1. Input data di IPI2WIN

a. Jalankan program IPI2WIN maka akan muncul window (jendela seperti

gambar dibawah

43
b. Klik File > New VES Point (Ctrl+Alt+N), maka akan muncul New VES

Point window seperti pada gambar

Catatan :

Kolom AB/2 digunakan untuk input data AB/2 (jarak antara elektroda

arus yang menginjeksi listrik ke tanah), kolom MN digunakan untuk

input data MN (jarak antara elektroda potensial yang menangkap

sinyal listrik hasil injeksi), SP digunakan untuk input data Self

Potential, V untuk data Viltasem, I untuk data arus listrik, dan K untuk

Faktor Geometri. Kolom Rho_a merupakan kolom data apparent

resistivity (hasil perhitungan nilai resistivitas dengan factor geometri).

44
c. Sebelum data dimasukan terlebih dahulu pilih konfigurasi elektroda yang

digunakan, missal pada contoh ini dipilih konfigurasi Schlumberger.

45
d. Data dimasukan dengan klik langsung pada kolom New VES Window.

Setelah data dimasukan maka akan tampak titik pada sebelah kanan

kolom. Setelah data selesai dimasukan klik tombol OK.

Catatan : Data dapat disimpan dalam format *.txt dengan klik

tombo; Save TXT.

46
e. Akan muncul Save As Window, tentukan lokasi penyimpanan file

kemudian beri nama file yang disimpab tersebut, kemudian klik tombol

Save.

f. Akan muncul tampilan grafik dan tabel seperti pada gambar dibawah

47
Catatan :

Tabel memberikan informasi tentang resistivity layer. Kolom 

adalah nilai resistivitas tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude

atau kedalaman dari elelvasi. Kolom d memberikan informasi

tentang kedalaman dari permukaan tanah. Kolom h memberikan

informasi tentang ketebalan tiap lapisan dengan nilai resistivitas

yang berbeda. Grafik warna hitam dan merah memberikan

informasi tentang hubungan nilai AB/2 dan apparent resistivity,

grafik warna biru memberikan informasi tentang nilai resistivitas

yang ada (banyaknya lapisan yang memiliki nilai resistivitas

berbeda).

48
g. Tulisan RMS pada tepi atas tabel menunjukan tingkat kesalahan data dan

perlu dikoreksi dengan cara klik Point > Inversion

Hasilnya terjadi perubahan grafik, data pada tabel, serta nilai RMS

pada tepi atas tabel.

49
2. Join Data dan Pembuatan Pseudo Cross Section

a. Jalankan kembali program IPI2WIN kemudian klik File > Open seperti

pada gambar dibawah

50
b. Tampak window Open Data File, pilih file VES yang telah disimpan lalu

klik Open.

51
c. Muncul grafik dan tabel dari file VES yang telah dipilih, lalu klik File >

Add File untuk join data VES.

52
d. Muncul Open Data File window, pilih VES lain yang akan digabungkan

dengan file VES yang sebelumnya, klik tombol Open.

e. Muncul window Save Untitled Profile, tambahkan lokasi dimana VES

satu dan VES dua disimpan, beri nama file gabungan tersebut kemudian

klik tombol save.

53
f. Muncul window information, pada Coordinate Table kolom N adalah

jumlah titik yang digabungkan, VES name adalah nama dari tiap titik

yang dapat diganti dengan klik pada kolom VES_name, X adalah jarak

antara titik yang digabungkan, Z adalah elevasi dari masing-masing VES.

Pilih Array Type dari dua data yang digabungkan tersebut, misalnya

Schlumberger. Kemudian klik tombol OK.

g. Muncul tabel dan lapisan warna-warni yang merupakan distribusi nilai

resistivitas secara vertikal dari dau VES yang telah diinterpolasi. Lapisan

tersebut merupakan pseudo cross-section dari dua titik tersebut.

54
h. Untuk menampilkan informasi secara lengkap klik Window > IP8

i. Akan muncul tampilan Pseudo Cross-Section, resistivity Cross Section,

tabel dan grafik.

55
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Pemetaan Geologi 1. Peta Geologi Regional
Permukaan
2. Peta Administrasi
2. Data Sumur Gali di
Lokasi Penelitian 3. Data Curah Hujan

Menentukan lintasan geolistrik pada satuan yang


memungkinkan terdapat akuifer

Melakukan pengukuran geolistrik

Pengolahan data menggunakan


IPI2WIN diperoleh nilai tahanan jenis

Melakukan interpretasi
batuan dan potensi air tanah
(akuifer)

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian

56
3.7 Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian ini dilakukan selama 2 bulan seperti yang

ditunjukan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian


Bulan ke-1 Bulan ke-2

Minggu Minggu
No. Kegiatan

I II III IV I II III IV

1. Studi Literatur

2. Pengamatan

3. Pengambilan
Data
4. Pengolahan dan
Analisis Data

5. Laporan

57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Daerah Penelitian
Pengambilan data ini dilakukan pada hari Jumat dimulai pukul 07.00

sampai 16.00 WITA di daerah sekitar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan

di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan terletak di ketinggian rata-rata

500 meter diatas permukaan laut. Topografi daerah penelitian ini adalah daerah

perbukitan.

PETA TOPOGRAFI DAERAH PENELITIAN

Sumber : Peta RBI Bali, Nusa Tenggara 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona
UTM -51s

Gambar 4.1 Peta Topografi Daerah Penelitian

58
Penelitian dilakukan di 4 titik yang berbeda, yaitu titik 1 terletak pada

posisi S 0921’41.0” dan E 12423’28.3”, titik 2 terletak pada posisi S

0921’46.0” dan E 12423’32.9”, titik 3 terletak pada posisi S 0921’48.0” dan

E 12423’36.1”, dan titik 4 terletak pada posisi S 0921’49.0” dan E

12423’39.2”.

4.1.2 Akuisisi Data

Sebelum dilakukan pengambilan data, perlu dilakukan survey lapangan

untuk menentukan titik-titik pengukuran dengan menggunakan peta topografi.

Kemudian, dapat ditentukan lintasan pengukuran serta perkiraan sebaran titik

yang dibutuhkan.

Pengambilan data ini menggunakan alat Resistivitymeter merk Naniura

NRD 300 (Gambar 4.2) yang berfungsi sebagai alat pencatat beda potensial

dan sebagai sumber arus. Alat pendukung lainnya adalah elektroda, kabel roll,

meteran, GPS (Global Positioning System), palu dan alat tulis seperti kertas

dan bolpoin. Elektroda dan kabel roll berfungsi sebagai media penghantar arus

listrik dan penerima beda potensial dari arus yang di hasilkan resistivitymeter.

4 buah elektroda yang masing-masing terdiri dari 2 buah elektroda arus (C1C2)

dan 2 buah elektroda potensial (P1P2). Meteran berfungsi sebagai pengukur

jarak antar elektroda dan panjang lintasan. GPS berfungsi untuk mengukur

ketinggian dan koordinat lokasi penelitian dan titik datum.

59
Gambar 4.2 Resistivitymeter Naniura NRD 300

Penelitian ini merujuk pada aturan konfigurasi Schlumberger, yang mana

akuisisi dilakukan di daerah penelitian yang terdiri dari 4 titik sounding.

Adapun 4 lintasan yang masing-masing panjangnya 200 meter untuk mencapai

target 100 meter dan jarak tiap titik sounding adalah 100 meter. Dalam proses

pengambilan data variasi MN/2 adalah 1, 2, 10, dan 20 meter.

Data yang diperoleh saat pengambilan data adalah kuat arus (I), besar

beda potensial (V), besarnya hambatan (R). pertama, dimulai dengan

mengukur jarak antara elektroda, kemudian elektroda arus (C1C2) dan potensial

(P1P2) ditancapkan sesuai dengan aturan konfigurasi Schlumberger. Setelah itu,

diinjeksikan arus ke dalam tanah dengan kabel sebagai penghubung antar

elektroda dan resistivity meter. Lalu diperoleh data berupa nilai tegangan (V),

kuat arus (I), hambaran (R), factor geometri (K) dan jarak antar elektroda yang

sudah dicatat dalam alat resistivity meter. Pada masing-masing titik

60
pengukuran dicatat juga posisi lintang, bujur dan ketinggian lokasi penelitian

diatas permukaan laut.

4.1.3 Pengolahan Data

Pengolahan data hasil pengukuran di lokasi penelitian dilakukan

berdasarkan data geolistrik resistivitas sounding berdasarkan konfigurasi

Schlumberger. Data yang diperoleh berupa data primer yang didapatkan

dengan format .xcl.

Pada proses ini, data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan

merupakan data mentah yang harus diperoleh untuk mendapatkan nilai

resistivitas batuan, kedalaman, serta lapisan yang dapat menggambarkan yang

terjadi di dalam bumi. Data-data yang diperoleh tidak dapat langsung dijadikan

acuan dalam menginterpretasikan karena perlu diolah menggunakan software

IPI2WIN. Proses pengolahan pada software IPI2WIN, apabila memasikan

data-data berupa data arus, beda potensial dan jarak elektroda, maka otomatis

mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu (ρα). Nilai

resistivitas semu menjadi nilai yang penting untuk dijadikan acuan menentukan

nilai resistivitas batuan sesungguhnya yang berada di dalam bumi serta

perlapisan stratigrafinya.

Pengolahan data menggunakan software IPI2WIN, pertama memasukan

data panjang jarak elektroda arus (AB/2), panjang jarak elektroda potensial

(MN) dan ρ. Sehingga akan muncul kotak wilayah plot panjang spasi elektroda

dan nilai resistivitas semu, plot ini membentuk kurva lapangan. Selain kurva

lapangan, terdapat pula kurva standar, kuva standar ini digunakan sebagai

61
panduan dalam melakukan inversi data-data hasil pengukuran. Kedua,

mencocokan kurva lapangan dengan kurva standar dengan menambahkan

lapisan, menambah ketebalan dengan menarik kurva lapangan sampai

mendekati kurva teori. Pada proses ini menghasilkan informasi berupa nilai

resistivitas sebenarnya atau true resistivity (ρ), jumlah lapisan batuan,

ketebalan lapisan (h) dan kedalaman lapisan (d). Grafik dan tabel hasil

pengolahan menunjukan hubungan antara spasi elektroda dan titik pusat,

sumbu-x menunjukan elektroda potensial dan sumbu-y menunjukan nilai

resitivitas. Ketiga, yaitu membuat penampang melintang (cross-section) pada

titik-titik sounding yang berada dalam satu lintasan menggunakan software

autoCad, dengan memasukan hasil pengolahan dari software IPI2WIN berupa

kedalaman dan jenis batuan yang terdapat dalam lapisan tersebut. Kemudian

dari proses ini diperoleh penampang melintang dengan pola warna yang

menunjukan nilai resistivitas dari formasi perlapisan batuan.

4.2 Pembahasan

Informasi yang diperoleh setelah melakukan pengolahan data pada

software IPI2WIN berupa nilai resistivitas sebenarnya (ρ), kedalaman (d),

ketebalan lapisan (h). Setelah mendapatkan informasi tersebut, dapat

digambarkan yang terjadi di dalam bumi dengan menginterpretasi nilai

resistivitas sebenarnya diterjemahkan menjadi batuan yang menggambarkan

kondisi daerah penelitian.

62
4.2.1 Geologi Daerah Penelitian

Pada peta geologi lokasi penelitian termasuk dalam lembar Kupang –

Atambua, Timor dilihat pada peta geologi skala 1:250.000 khusunya di daerah

penelitian sekitar Pos Lintas Batan Negara (PLBN) Napan di Desa Napan,

Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara termasuk pada

Formasi Maubisse (TRPml) yang litologinya tersusun atas biokalkarenit

merah-ungu, packstones, boundstones yang kaya akan rombakan cangkang

koral, krinoida, byrozoida, brachipoda, cephalopoda dan fusilinida serta batuan

beku ekstrusif yang merupakan batuan tertua di pulau Timor.

Sumber: 1. Peta RBI Bali, Nusa Tenggara 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona UTM
-51s
2. Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor 2015 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat
DMS, Zona UTM -51s

Gambar 4.3 Peta Geologi Lokasi Penelitian

63
4.2.2 Hidrogeologi Daerah Penelitian

Berdasarkan peta Hidrogeologi Lembar Kupang-Kefamenanu Skala

1:250.000 sebagian lembar Kupang dan Kefamenanu, Tahun 1990 yang

dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, wilayah sekitar Pos

Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara

berada pada kelompok akuifer (bercelah atau bersarang) produktivitas kecil

dengan daerah air tanah langka, ditemukan akuifer dengan produktivitas kecil,

setempat berarti, umumnya keterusan rendah pada daerah penelitian. Air tanah

dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di daerah-daerah rendah pada

zona pelapukan.

Sumber: 1. Peta Geospasial Administrasi Desa Kab. TTU 2020


2. Peta Hidrogeologi Lembar Kupang-Kefamenanu

Gambar 4.4 Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian

64
4.3 Hasil Pengambilan Data Geolistrik

Pengambilan data geolistrik di daerah sekitar Pos Lintas Batas Negara

(PLBN) Napan di Desa Napan dilakukan pada 4 titik, dengan menggunakan

metode konfigurasi Schlumberger secara sounding yang tersebar di sekitar

daerah penelitian. Distribusi titik pengukuran geolistrik sounding dapat dilihat

pada gambar 4.5 dan tabel 4.1

Tabel 4.1 Titik Pengukuran Geolistrik Sounding di Daerah Penelitian


Koordinat
Titik Lintang Selatan (LS) Bujur Timur (BT) Elevasi (Mdpl)
01 0921’41.0” 12423’28.3” 504
02 0921’46.0” 12423’32.9”, 517
03 0921’48.0” 12423’36.1” 515
04 0921’49.0” 12423’39.2” 509
Sumber: Data Primer, 2020

Sumber: Peta RBI Bali, Nusa Tenggara 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona
UTM -51s

Gambar 4.5 Peta Arah Lintasan Titik Pengukuran Geolistrik

65
Adapun pelaksanaan Geolistrik Sounding pada setiap titik di daerah

sekitar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di Desa Napan dilanjutkan

dengan interpretasi menggunakan software IPI2WIN untuk menampilkan log

resistivity dan penampang litologi. Hasil pengukuran log resistivity serta

interpretasi litologi batuan pada Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara adalah

sebagai berikut :

a. Titik Sounding 1

Titik Sounding 1 terletak pada koordinat S 0921’41.0” dan E

12423’28.3, pada ketinggian 504 meter diatas permukaan laut. Hasil dari

pengolahan data resistivitas konfigurasi Schlumberger yang dilakukan dengan

mencocokan kurva data dan kurva standar (teori) adalah berupa lapisan

permukaan bumi titik sounding 1 sebagai berikut :

Sumber : Data Primer, 2020

Gambar 4.6 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Software IPI2WIN

pada Titik Sounding 1

Grafik diatas menjelaskan kurva hitam dengan titik-titiknya merupakan

kurva nilai resistivitas data hasil penelitian, kurva merah menunjukan kurva

66
standar, sedangkan kurva biru merupakan fambaran perlapisan bumi di area

penelitian tersebut. Untuk mendapatkan nilai error yang paling kecil dengan

mengikuti metode least square, yaitu dengan cara mencocokan kurva nilai

resistivitas data hasil dengan kurva standar. Interpretasi penelitian di titik

sounding 1 dengan pembacaan kedalaman mencapai 60,31 meter dan nilai

error sebesar 14,1%.

Berdasarkan nilai-nilai resistivitas yang dihasilkan dapat diduga litologi

batuan penyusunnya setelah dikorelasikan dengan peta geologi setempat.

Adapun hasil interpretasi nilai resistivitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik


Sounding 1
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
60,5 0,796 - 0,80 504,00
130 0,484 0,80 1,28 503,52
8,66 0,431 1,28 1,71 503,09
87,9 0,785 1,71 2,50 502,30
47,3 0,28 2,50 2,78 502,02
14,5 0,318 2,78 3,09 501,70
4,34 2,18 3,09 5,27 499,52
5,8 0,895 5,27 6,17 498,63
18,5 0,587 6,17 6,76 498,04
35,4 0,554 6,76 7,31 497,49
144 1,47 7,31 8,78 496,02
319 3,4 8,78 12,18 492,62
146 2,45 12,18 14,63 490,17
18,2 2,97 14,63 17,60 487,20
5,16 9,02 17,60 26,62 478,18
8,06 3,55 26,62 30,17 474,63
25,2 6,05 30,17 36,22 468,58
117 9,19 36,22 45,41 459,39
250 14,9 45,41 60,31 444,49
7593 60,31 60,31 444,49
Sumber : Data Primer, 2020

67
Sumber : Data Olahan Penulis, 2020

Gambar 4.7 Penampang Litologi Titik Sounding Napan 01

Hasil pengolahan data menunjukan bahwa pada titik sounding 1 terdiri

dari 20 lapisan batuan yang terdeteksi di bawah permukaan bumi dengan nilai

resistivitas yang berbeda-beda. Terlihat pada tabel 4.2 lapisan yang pertama

merupakan tanah penutup (soil) dengan nilai resistivitas sebesar 60,5 ohmm,

tebal lapisan sebesar 0,80 meter. Lapisan ini terletak di kedalaman 0-0,80 meter.

Lapisan kedua sampai kedelapan diinterpretasikan sebagai lapisan lempung

pasiran dengan nilai resistivitas berkisar antara 4,34 ohmm – 130 ohmm, tebal

lapisan sebesar 6,03 meter. Lapisan ini terletak di kedalaman 1,28 m – 7,31 m.

Lapisan kesembilan dan kesepuluh diinterpretasikan sebagai batugamping

dengan nilai resistivitas berkisar antara 144 ohmm – 319 ohmm, tebal lapisan

68
4,87 meter dengan kedalaman 7,31 – 12,18 m. Lapisan kesebelas dan kedua

belas mempunyai resistivitas sebesar 146 ohmm yang diinterpretasikan sebagai

batu gamping yang berpotensi mengandung akuifer, tebal lapisan sebesar 2,45

meter dengan kedalaman 12,18 – 14,63 m. Lapisan ketiga belas sampai kedua

puluh diinterpretasikan sebagai lempung dengan nilai resistivitas berkisar

antara 5,16 ohmm – 7593 ohmm, tebal lapisan sebesar 45,68 meter dengan

kedalaman mencapai 14,63 – 60,31 m.

Pada titik sounding 1, lapisan batuan penyusun daerah ini didominasi

oleh lempung. Lempung terletak di enam belas lapisan, kecuali di lapisan

kesembilan dan kesepuluh yang merupakan batugamping serta pada lapisan

kesebelas dan kedua belas adalah batugamping yang berpotensi mengandung

akuifer. Pada titik sounding ini diperkirakan terdapat batuan pembawa sifat air

tanah, yaitu batugamping mengandung air pada lapisan kesebelas dan kedua

belas yang terletak di kedalaman 12,18 – 14,63 meter dengan ketebalan lapisan

2,45 meter.

b. Titik Sounding 2

Titik Sounding 2 terletak pada koordinat S 0921’46.0” dan E

12423’32.9”, pada ketinggian 517 meter diatas permukaan laut. Hasil dari

pengolahan data resistivitas konfigurasi Schlumberger yang dilakukan dengan

mencocokan kurva data dan kurva standar (teori) adalah berupa lapisan

permukaan bumi titik sounding 2 sebagai berikut :

69
Sumber : Data Primer, 2020

Gambar 4.8 Hasil Pengolahan Data menggunakan Software IPI2WIN pada

Titik Sounding 2

Grafik diatas menjelaskan kurva hitam dengan titik-titiknya merupakan

kurva nilai resistivitas data hasil penelitian, kurva merah menunjukan kurva

standar, sedangkan kurva biru merupakan fambaran perlapisan bumi di area

penelitian tersebut. Untuk mendapatkan nilai error yang paling kecil dengan

mengikuti metode least square, yaitu dengan cara mencocokan kurva nilai

resistivitas data hasil dengan kurva standar. Interpretasi penelitian di titik

sounding 2 dengan pembacaan kedalaman mencapai 76,33 meter dan nilai

error sebesar 6,62%.

Berdasarkan nilai-nilai resistivitas yang dihasilkan dapat diduga litologi

batuan penyusunnya setelah dikorelasikan dengan peta geologi setempat.

Adapun hasil interpretasi nilai resistivitas adalah sebagai berikut:

70
Tabel 4.3 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik
Sounding 2
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
210 0,772 - 0,77 517,00
7,97 0,18 0,77 0,95 516,82
145 0,611 0,95 1,56 516,21
12,4 0,934 1,56 2,50 515,28
17,9 0,349 2,50 2,85 514,93
47,1 0,467 2,85 3,31 514,46
133 1,12 3,31 4,43 513,34
107 1,21 4,43 5,64 512,13
27,9 0,813 5,64 6,46 511,32
10,4 1,93 6,46 8,39 509,39
11,1 2,74 8,39 11,13 506,65
30,7 1,51 11,13 12,64 505,14
92,9 2,04 12,64 14,68 503,10
320 4,1 14,68 18,78 501,04
460 7,43 18,78 26,21 493,61
184 4,31 26,21 30,52 489,30
61,8 6,91 30,52 37,43 482,39
29,7 11,1 37,43 48,53 471,29
2,58 27,8 48,53 76,33 443,49
0,76 76,33 76,33 443,49
Sumber : Data Primer, 2020

71
Sumber : Data Olahan Penulis, 2020

Gambar 4.9 Penampang Litologi titik sounding Napan 02

Hasil pengolahan data pada titik sounding 2 terdapat 20 lapisan batuan

yang terdeteksi di bawah permukaan bumi dengan nilai resistivitas yang

berbeda-beda. Terlihat pada tabel 4.3 lapisan yang pertama dan kedua

diinterpretasikan sebagai lapisan penutup (soil) dengan nilai resistivitas

berkisar antara 7,97 ohmm – 210 ohmm, dengan ketebalan lapisan 0,77 meter

dan terletak pada kedalaman 0-0,77 meter. Lapisan ketiga sampai kedua belas

dengan nilai resistivitas berkisar antara 10,4 ohmm – 133 ohmm

diinterpretasikan sebagai lapisan lempung pasiran yang terdapat pada

72
kedalaman 1,56 – 12,64 m, ketebalan lapisan sebesar 11,08 meter. Lapisan

ketiga belas dan keempat belas diinterpretasikan sebagai batugamping dengan

nilai resistivitas berkisar antara 92,9 ohmm – 460 ohmm, ketebalan lapisan

sebesar 13,57 meter dengan kedalaman 12,64 – 26,21 m. Lapisan keenam belas

dan ketujuh belas mempunyai resistivitas berkisar antara 61,8 ohmm – 184

ohmm yang diinterpretasikan sebagai batugamping yang berpotensi

mengandung akuifer dengan ketebalan sebesar 11,22 meter dan terletak pada

kedalaman 26,21 – 37,43 m. Lapisan kedelapan belas sampai kedua puluh

diinterpretasikan sebagai lempung dengan nilai resistivitas berkisar antara 0,76

ohmm – 29,7 ohmm dan ketebalan lapisan sebsar 38,9 meter, terletak pada

kedalaman 37,43 – 76,33 m.

Pada titik sounding 2, lapisan batuan penyusun daerah ini didominasi

oleh lempung. Lempung terletak di tiga belas lapisan, kecuali di lapisan ketiga

belas dan kelimat belas yang merupakan batugamping serta pada lapisan

keenam belas dan ketujuh belas adalah batugamping yang berpotensi

mengandung akuifer. Pada titik sounding ini diperkirakan terdapat batuan

pembawa sifat air tanah, yaitu batugamping mengandung air pada lapisan

keenam belas dan ketujuh belas yang terletak di kedalaman 26,21 – 37,43 meter

dengan ketebalan lapisan 11,22 meter.

c. Titik Sounding 3

Titik Sounding 3 terletak pada koordinat S 0921’48.0” dan E

12423’36.1”, pada ketinggian 515 meter diatas permukaan laut. Hasil dari

pengolahan data resistivitas konfigurasi Schlumberger yang dilakukan dengan

73
mencocokan kurva data dan kurva standar (teori) adalah berupa lapisan

permukaan bumi titik sounding 3 sebagai berikut :

Sumber : Data Primer, 2020

Gambar 4.10 Hasil Pengolahan Data menggunakan Software IP2WIN

pada Titik sounding 3

Grafik diatas menjelaskan kurva hitam dengan titik-titiknya merupakan

kurva nilai resistivitas data hasil penelitian, kurva merah menunjukan kurva

standar, sedangkan kurva biru merupakan fambaran perlapisan bumi di area

penelitian tersebut. Untuk mendapatkan nilai error yang paling kecil dengan

mengikuti metode least square, yaitu dengan cara mencocokan kurva nilai

resistivitas data hasil dengan kurva standar. Interpretasi penelitian di titik

sounding 3 dengan pembacaan kedalaman mencapai 60,35 meter dan nilai

error sebesar 9,23%.

Berdasarkan nilai-nilai resistivitas yang dihasilkan dapat diduga litologi

batuan penyusunnya setelah dikorelasikan dengan peta geologi setempat.

Adapun hasil interpretasi nilai resistivitas adalah sebagai berikut:

74
Tabel 4.4 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik
Sounding 3
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
30,5 1,1 - 1,10 515,00
387 0,317 1,10 1,42 514,68
69,8 0,354 1,42 1,77 514,33
20,9 0,467 1,77 2,24 513,86
11,1 0,631 2,24 2,87 513,23
9,35 0,697 2,87 3,57 512,53
11,2 1,32 3,57 4,89 511,21
20,3 0,71 4,89 5,60 510,50
102 0,784 5,60 6,38 509,72
361 1,6 6,38 7,98 508,12
387 3,75 7,98 11,73 504,37
161 1,08 11,73 12,81 503,29
71,4 1,85 12,81 14,66 501,44
15,7 2,82 14,66 17,48 500,47
4,65 6,52 17,48 24,00 493,95
4,74 7,27 24,00 31,27 486,68
13,6 5,58 31,27 36,85 481,10
40,8 11,7 36,85 48,55 469,40
132 11,8 48,55 60,35 457,60
1406 60,35 60,35 457,60
Sumber : Data Primer, 2020

75
Sumber: Data Olahan Penulis, 2020

Gambar 4.11 Penampang Litologi Titik Sounding 3

Hasil pengolahan data pada titik sounding 3 terdapat 20 lapisan batuan

yang terdetekasi di bawah permukaan bumi dengan nilai resistivitas yang

berbeda-beda. Terlihat pada Tabel 4.4 lapisan yang pertama merupakan lapisan

tanah penutup (soil) dengan nilai resistivitas berkisar antara 30,5 ohmm – 387

ohmm, ketebalan lapisan sebesar 1,10 meter dan terletak di kedalaman 0 – 1,10

meter. Lapisan kedua hingga kedelapan dengan nilai resistivitas berkisar antara

9,35 ohmm – 69,8 ohmm diinterpretasikan sebagai lapisan lempung pasiran

dengan ketebalan lapisan sebesar 4,8 meter dan terletak pada kedalaman 1,42

76
– 5,60 m. Lapisan kesembilan dan kesepuluh diinterpretasikan sebagai

batugamping yang terdapat pada kedalaman 5,60 – 11,73 m dan mempunyai

nilai resistivitas yang berkisar antara 102 ohmm – 387 ohmm dan ketebalan

lapisan sebesar 6,13 meter. Lapisan kesebelas dan kedua belas

diinterpretasikan sebagai batugamping yang berpotensi mengandung akuifer,

mempunyai nilai resistivitas yang berkisar antara 71,4 ohmm – 161 ohmm

dengan ketebalan lapisan sebesar 2,93 meter dan terletak pada kedalaman

11,73 – 14,66 m. lapisan ketiga belas sampai kedua puluh diinterpretasikan

sebagai lapisan lempung yang memiliki nilai resistivitas berkisar antara 4,65

ohmm – 1406 ohmm dengan ketebalan lapisan sebesar 45,69 meter dan

memiliki kedalaman 14,66 – 60,35 m.

Pada titik sounding 3, lapisan batuan penyusun daerah ini didominasi

oleh lempung. Lempung terletak di enam belas lapisan, kecuali di lapisan

kesembilan dan kesepuluh yang merupakan batugamping serta pada lapisan

kesebelas dan kedua belas adalah batugamping yang berpotensi mengandung

akuifer. Pada titik sounding ini diperkirakan terdapat batuan pembawa sifat air

tanah, yaitu batugamping mengandung air pada lapisan kesebelas dan kedua

belas yang terletak di kedalaman 11,73 – 14,66 meter dengan ketebalan lapisan

2,93 meter.

d. Titik Sounding 4

Titik Sounding 4 terletak pada koordinat S 0921’49.0” dan E

12423’39.2”, pada ketinggian 509 meter diatas permukaan laut. Hasil dari

pengolahan data resistivitas konfigurasi Schlumberger yang dilakukan dengan

77
mencocokan kurva data dan kurva standar (teori) adalah berupa lapisan

permukaan bumi titik sounding 4 sebagai berikut :

Sumber : Data Primer, 2020

Gambar 4.12 Hasil Pengolahan Data menggunakan software IPI2WIN

pada Titik sounding 4

Grafik diatas menjelaskan kurva hitam dengan titik-titiknya merupakan

kurva nilai resistivitas data hasil penelitian, kurva merah menunjukan kurva

standar, sedangkan kurva biru merupakan fambaran perlapisan bumi di area

penelitian tersebut. Untuk mendapatkan nilai error yang paling kecil dengan

mengikuti metode least square, yaitu dengan cara mencocokan kurva nilai

resistivitas data hasil dengan kurva standar. Interpretasi penelitian di titik

sounding 3 dengan pembacaan kedalaman mencapai 74,95 meter dan nilai

error sebesar 8,77%.

Berdasarkan nilai-nilai resistivitas yang dihasilkan dapat diduga litologi

batuan penyusunnya setelah dikorelasikan dengan peta geologi setempat.

Adapun hasil interpretasi nilai resistivitas adalah sebagai berikut:

78
Tabel 4.5 Analisa Tahanan Jenis dan Interpretasi Lapisan di Titik
Sounding 4
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
45,7 1,52 - 1,52 509,00
1648 0,12 1,52 1,64 508,88
40,6 0,4 1,64 2,04 508,48
486 0,255 2,04 2,30 508,23
253 1,07 2,30 3,37 507,16
523 1,3 3,37 4,67 505,86
23,7 0,846 4,67 5,51 505,01
20,9 2,16 5,51 7,67 502,85
51,4 0,605 7,67 8,28 502,24
219 2,34 8,28 10,62 499,90
88,7 2,15 10,62 12,77 497,75
3,82 3,9 12,77 16,67 493,85
4,83 7,83 16,67 24,50 486,02
6,71 0,773 24,50 25,27 493,08
9,3 4,08 25,27 29,35 489,00
20,5 5,28 29,35 34,63 483,72
102 8,42 34,63 43,05 475,30
240 15,7 43,05 58,75 459,60
14379 16,2 58,75 74,95 443,40
77,3 74,95 74,95 443,40
Sumber : Data Primer, 2020

79
Sumber: Data Olahan Penulis, 2020

Gambar 4.13 Penampang Litologi titik sounding 4

Hasil pengolahan data pada titik sounding 4 terdapat beberapa lapisan

batuan dengan nilai resistivitas berbeda-beda. Terlihat pada tabel 4.5 lapisan

yang pertama merupakan lapisan tanah penutup (soil) dengan nilai resistivitas

sebesar 45,7 ohmm, ketebalan lapisan sebesar 1,52 meter dan terletak pada

kedalaman 0 – 1,52 m. Lapisan kedua sampai kesepuluh mempunyai nilai

resistivitas berkisar antara 20,9 ohmm – 1648 ohmm yang diinterpretasikan

sebagai batu gamping dengan ketebalan 9,1 meter dan terletak di kedalaman

1,52 – 10,62 m. Lapisan kesebelas memiliki nilai resistivitas sebesar 88,7

80
ohmm yang diinterpretasikan sebagai batu gamping yang berpotensi

mengandung akuifer dengan ketebalan 2,15 meter dan terletak pada kedalaman

10,62 – 12,77 m. Selanjutnya pada lapisan kedua belas sampai kedua puluh

diinterpretasikan sebagai lempung yang mempunyai nilai resistivitas yang

berkisar antara 3,82 ohmm – 14379 ohmm dan memiliki ketebalan 62,18 meter

dan terletak pada kedalaman 12, 77 – 74,95 m.

Pada titik sounding 4, lapisan batuan penyusun daerah ini didominasi

oleh lempung dan batugamping. Lempung dan batugamping terletak di

sembilan lapisan, kecuali di lapisan kesebelas yang merupakan batugamping

yang berpotensi mengandung akuifer. Pada titik sounding ini diperkirakan

terdapat batuan pembawa sifat air tanah, yaitu batugamping mengandung air

pada lapisan kesebelas yang terletak di kedalaman 10,62 – 12,77 meter dengan

ketebalan lapisan 2,15 meter.

4.4 Hasil Pengambilan Data Sumur Gali

Pengamatan dan pengambilan data air tanah dangkal (sumur gali)

dilakukan dengan pengukuran meliputi lokasi sumur gali berupa ketinggian

muka air tanah dan kedalaman muka air tanah. Pengukuran tinggi muka air

tanah dilakukan dengan menggunakan meteran untuk mengetahui seberapa

besar kenaikan dan penurunan air tanah yang disesuaikan oleh titik (elevasi)

permukiman di sekitar daerah penelitian di Desa Napan.

81
Sumber: Data olahan penulis, 2020

Gambar 4.14 Sketsa Pengukuran Sumur Gali

Sumur pengamatan ini merupakan sumber air yang dimanfaatkan oleh

masyarakat di sekitar daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan tersebut.

Sumur pengamatan yang digunakan berjumlah 5 sumur yang tersebar di sekitar

daerah penelitian (Gambar 4.15). Data tinggi muka air tanah dangkal musim

kemarau dan musim hujan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan 4.7.

Tabel 4.6 Titik Pengambilan Muka Air Tanah Dangkal Musim Kemarau

Koordinat Keterangan
Muka
Lintang Kedalama
Titik Bujur Timur Elevasi Air Tebal
Selatan n Sumur
(BT) (Mdpl) Tanah (m)
(LS) (m)
(m)
Sg 01 9°21'40.40 124°23'31.90 517 11 13,60 2,60
Sg 02 9°21'44.30 124°23'31.30 519 25,58 27,30 1,72
Sg 03 9°21'48.10 124°23'36.80 514 10,14 12,23 2,09
Sg 04 9°21'49.40 124°23'37.50 518 10,09 12 1.10
Sg 05 9°21'51.30 124°23'38.70 516 9,15 10,60 1,45
Sumber: Data Olahan Penulis, 2021

82
Sumber: Peta RBI Bali, Nusa Tenggara, 2019 Skala 1:250.000 Sistem Koordinat DMS, Zona
UTM -51s

Gambar 4.15 Peta Sebaran Sumur Gali di Daerah Penelitian

Tabel 4.7 Titik Pengambilan Muka Air Tanah Dangkal Musim Hujan

Koordinat Keterangan
Muka
Lintang Kedalama Tebal
Titik Bujur Timur Elevasi Air
Selatan n Sumur (m)
(BT) (Mdpl) Tanah
(LS) (m)
(m)
Sg 01 9°21'40.40 124°23'31.90 517 9,56 13,60 4.04
Sg 02 9°21'44.30 124°23'31.30 519 23,02 27,30 4,28
Sg 03 9°21'48.10 124°23'36.80 514 8 12,23 4,23
Sg 04 9°21'49.40 124°23'37.50 518 8,55 12 3,45
Sg 05 9°21'51.30 124°23'38.70 516 8,12 10,60 2,48
Sumber: Data Olahan Penulis, 2021

Pada tabel 4.6 hasil dari pengukuran musim panas pada 5 titik sumur gali

yang tersebar di sekitar daerah penelitian diketahui persebaran lokasi-lokasi

sumur dengan kedalaman permukaan air tanah yang berbeda. Dimana

83
kedalaman muka air tanah tertinggi berada pada sumur gali 02 dengan

kedalaman muka air tanah 25,58 meter pada ketinggian 519 mdpl dari

permukaan tanah dengan kedalaman sumur 27,30 meter, sedangkan kedalaman

muka air tanah terendah berada pada sumur gali 05 yakni 9,15 meter pada

ketinggian 511 mdpl dari permukaan tanah dengan kedalaman sumur 10,60

meter sehingga ada perbedaan tinggi sebesar 8 meter. Pada sumur gali 02

dengan elevasi 519 mdpl dari permukaan tanah dengan kedalaman sumur 27,30

pada musim kemarau dijumpai ketebalan 1,72 meter sedangkan pada musim

hujan dijumpai ketebalan sumur naik mencapai 2,56 meter dikarenakan posisi

sumur gali berada pada daerah dengan kemiringan landai sehingga faktor

ketinggian dan topografi sangat berpengaruh dalam membentuk fenomena

aliran air tanah di daerah penelitian.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kedalaman muka air tanah

adalah elevasi dari muka air laut, curah hujan, dan kedalaman sumur. Semakin

tinggi curah hujan di suatu wilayah maka semakin tinggi kedalaman muka air

tanah di wilayah tersebut. Tinggi rendahnya kedalaman sumur dipengaruhi

oleh seberapa dalam sumur yang digali oleh pemilik sumur. Sumur gali 02

mempunyai kedalaman sumur yang terdalam mencapai 27,30 meter dengan

kedalaman muka air tanah cukup dalam yakni 25,58 dengan elevasi 519 mdpl

sehingga elevasi mempengaruhi tingkat kedalaman sumur. Sedangkan pada

sumur gali 05 memiliki elevasi terendah sehingga kedalaman sumur mencapai

10,60 meter.

Pada tabel 4.7 berdasarkan hasil pengukuran sumur pada musim hujan

dimana tiap sumur mengalami kenaikan muka air tanah sehingga nilai

84
kedalaman muka air tanah berkurang seperti contoh sumur gali 03 yang

memiliki hasil pengukuran kedalaman muka air tanah sebelum musim hujan

sebesar 10,14 meter sedangkan hasil pengukuran kedalaman muka air tanah

setelah musim hujan sebesar 8 meter.

4.5 Pemetaan Penyebaran Akuifer Air Tanah

Pemetaan penyebaran akuifer air tanah dibuat dalam bentuk penampang

melintang dimana nilai tahanan jenis yang diperoleh, dikorelasikan antara satu

titik dengan titik lainnya. Korelasi menggunakan AutoCad 2020, pada software

ini dapat diketahui penyebaran batuan berdasarkan nilai tahanan jenisnya

secara vertikal dan horizontal dari setap lintasan geolistrik dengan membuat

penampang 2 dimensi. Hasil pengolahan data berupa penampang melintang

yang dapat dilihat pada gambar 4.16.

Penampang melintang A-A’ merupakan sayatan melintang lintasan titik

sounding 02, 03 dan 04. Dari data hasil olahan Softwere IPI2WIN dapat

dianomalikan bahwa penyebaran lapisan akuifer pada titik sounding 02 dimulai

pada kedalaman 26 – 37,5 meter mempunyai ketebalan lapisan yakni 11,5

meter dengan litologi penyusunnya berupa lempung merupakan air tanah

dangkal, dengan elevasi pada titik sounding 02 sebesar 517 m. Berdasarkan

elevasi dan kedalaman lapisan, akuifer menyebar menuju lokasi titik sounding

03 dengan kedalaman 11,7 – 14,6 meter mempunyai ketebalan lapisan yakni

2,9 meter dengan litologi penyusunnya berupa lempung dimana elevasi pada

titik sounding 03 sebesar 515 m. Berdasarkan elevasi dan kedalaman lapisan,

akuifer menyebar menuju titik sounding 04 yang diperkirakan air tanah

85
dangkal berada pada kedalaman 10,6 – 12,7 meter mempunyai ketebalan

lapisan yakni 2,1 meter dengan litologi penyusunnya berupa lempung dimana

elevasi pada titik sounding 04 sebesar 509 m.

86
87
Sumber: Data Olahan Penulis, 2020
Gambar 4.16 Korelasi Titik Sounding 02 – 03 – 04
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis litologi bawah permukaan pada daerah penelitian dengan pendugaan

litologi bawah permukaan yang berdasarkan data geologi terdiri dari Soil

(Tanah Penutup), Batugamping, Batugamping yang mengandung Akuifer, dan

Lempung.

2. Survei geolistrik dilakukan sebayak 4 (empat) titik pengukuran, dimana

berdasarkan analisa data pendugaan geolistirk didapatkan hasil bahwa titik-

titik tersebut mempunyai potensi air tanah yakni :

Titik Kedalaman Lapisan (Meter) Ketebalan Akuifer (Meter)


1 12 - 15 3
2 26 - 37,5 11
3 11,7 - 14,6 3
4 10,6 - 12,7 2

Dari hasil korelasi titik -titik geolistrik maka potensi air tanah yang

paling baik adalah pada titik geolistrik 2 (dua).

5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan interpretasi data yang

telah dilakukan di sekitar daerah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan di

Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara

terdapat saran yaitu perlu dilanjutkan penelitian di titik-titik sounding yang lain,

dan dilakukan permodelan yang lebih mudah dipahami.

88
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Asra, Arland. 2012. Penentuan Sebaran Akuifer Dengan Metode Tahanan Jenis
(Resistivity Method) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Skripsi: Tangerang Selatan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Bisri, Muhammad. 2012. AIRTANAH. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Chapman, E. Richard. 1981. Geology and Water: An Introduction to Fluid


Mechanics for Geologist. Netherland: Kluwer Academic Publisher
Group.

Dobrin, Milton B. 1998. Introduction to Geophysical Prespecting, edisi ke-4.


Singapore: McGraw Hill Book

Freeze R.A, Cherry JA. 1979. Groundwater. New York (US): Prentice-Hall,
Englewood-Cliffs, Inc.

Hendrajaya, Lilik dan Arif, Idham. 1990 Geolistrik Tahanan, Monografi: Metoda
Eksplorasi. Bandung: Laboratorium Fisika Bumi, ITB.

Herman, Danny Z. (2006). Potensi Panas Bumi dan Pemikiran Konservasinya. Sub
Direktorat Konservasi – DIM. Tersedia: http://www.dim.esdm.go.id.
(Diakses tanggal 28 Maret 2021)

https://ntt.bps.go.id/dynamictable/2018/08/27/731/jumlah-curah-hujan-mm-
menurut-bulan-di-kota-kupang-2016-2018.html diakses pada tanggal 20
Februari 2020 pukul 13.35

http://napan.desa.id/profil/profil-desa-napan/ diakses pada tanggal 17 Februari


pukul 09.44

85
Istiqamah, Nuril. 2018. Studi Potensi Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivitas (Studi Kasus di Desa Rajekwesi, Kecamatan Kendit,
Kabupaten Situbondo). Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.

Nurwidyanto. 2006. Pengaruh Ukuran Butir terhadap Porositas dan Permeabilitas


pada Batu Pasir. Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Parinata, Bangun. 2015. Eksplorasi Airtanah dengan Metode Tahanan Jenis


Menggunakan Software IPI2WIN di Desa Nagrak Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Skripsi. Bogor: IPB

Plummer, Charles and David Mc, Geary. 1995. Physical Geology. OWA New
York: Wm. C. Brown Publishers.

Pengki, Irawan. 2012. Potensi Air Tanah di Das Ciliwung. Jurnal Pascasarjana,
(September 2015). Institut Pertanian Bogor

Rahim, Azhary. 2013. Jenis-jenis Akuifer. 17 Oktober 2013.


http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/10/jenis-jenis-akuifer-html.
Diakses tanggal 3 April 2021.

Santoso, S. dan T. Suwarti. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung:


Departemen Teknik Geofisika ITB.

Schlumberger. 1989. Log Interpretation Principles/Application. Texas:


Schlumberger Educational Service.

Soekamto, Hadi. 1995. Geosfer dan Lingkungan Kehidupan. Malang: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Malang, Proyek Operasional dan
Perawatan Fasilitas IKIP Malang.

Telford, W. M. 1917. Applied Geophysics. Cambridge University press: Ney York.

Todd, David, Keith. 1990. Groundwater Hydrogeology. New York.

86
Triyoga, HS. 2016. Perbandingan Geoscanner dan Geolistrik Untuk Investigasi
Airtanah Menggunakan Metode Tahanan Jenis. Skripsi. Bogor: IPB

Vebrianto, Suhendra. 2016. Eksplorasi Metode Geolistrik: Resistivitas, Polarisasi


Terinduksi, dan Potensial Diri. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Verhoef. 1992. Geology Untuk Teknik Sipil. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wahyudi. 2001. Panduan Workshop Eksplorasi Geofisika. Yogyakarta:


Laboratorium FMIPA Universitas Gajah Mada.

Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik tahanan Jenis Untuk Menentu


Letak dan Kedalaman Akuifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temper
Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah). Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Yatini. 2006. Penerapan Metode Geolistrik Sounding untuk Mengatasi Persoalan


Air Bersih di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pasca
Gempa Tektonik 27 Mei 2006. Yogyakarta. Penelitian. Jurusan Teknik
Geofisika-FTM. UPN “Veteran”.

87
LAMPIRAN A
LEMBAR PENGUKURAN
DATA GEOLISTRIK
No. Titik : 1 Lokasi : PLBN Napan
Bentangan : N 140 E Desa : Napan
Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019 Kecamatan : Bikomi Utara
Cuaca : Cerah Kabupaten : Timor Tengah Utara
Alat Ukur : Naniura Koordinat S 09˚ 21' 41,0"
Operator : Sonny Bolu, ST E 124˚ 23' 28.3"
Geologyst : Freds Defretes, ST Elevasi 504 mdpl
AB/2 MN/2 K I (mA) V (mV) Rho (Ohm m) R (Ohm)
2,00 1,00 4,71 36,00 463,00 12,861 60,63
4,00 1,00 23,57 45,00 83,20 1,849 43,58
6,00 1,00 55,00 46,00 25,40 0,552 30,37
8,00 1,00 99,00 60,00 15,60 0,260 25,74
10,00 1,00 155,57 71,00 9,50 0,134 20,82
10,00 2,00 75,43 71,00 18,30 0,258 19,44
15,00 2,00 173,64 56,00 6,30 0,113 19,53
20,00 2,00 311,14 34,00 2,10 0,062 19,22
25,00 2,00 487,93 46,00 1,70 0,037 18,03
30,00 2,00 704,00 38,00 1,30 0,034 24,08
40,00 2,00 1.254,00 31,00 1,10 0,035 44,50
50,00 2,00 1.961,14 26,00 0,80 0,031 60,34
50,00 10,00 377,14 26,00 4,10 0,158 59,47
60,00 10,00 550,00 45,00 2,00 0,044 24,44
80,00 10,00 990,00 40,00 1,30 0,033 32,18
100,00 10,00 1.555,71 39,00 0,90 0,023 35,90
100,00 20,00 754,29 39,00 2,00 0,051 38,68
125,00 20,00 1.196,25 36,00 1,60 0,044 53,17
150,00 20,00 1.736,43 43,00 1,10 0,026 44,42

1,00 (Ohm.m) 10,00 100,00 1.000,00 10.000,00


1,00
AB/2 (m)

10,00

100,00

1.000,00
LEMBAR PENGUKURAN
DATA GEOLISTRIK
No. Titik : 2 Lokasi : PLBN Napan
Bentangan : N 135 E Desa : Napan
Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019 Kecamatan : Bikomi Utara
Cuaca : Cerah Kabupaten : Timor Tengah Utara
Alat Ukur : Naniura Koordinat S 09˚ 21' 46.0"
Operator : Sonny Bolu, ST E 124˚ 23' 32.9 "
Geologyst : Freds Defretes, ST Elevasi 517 mdpl
AB/2 MN/2 K I (mA) V (mV) Rho (Ohm m) R (Ohm)
2,00 1,00 4,71 32,00 586,00 18,313 86,33
4,00 1,00 23,57 27,00 55,00 2,037 48,02
6,00 1,00 55,00 37,00 29,60 0,800 44,00
8,00 1,00 99,00 37,00 14,80 0,400 39,60
10,00 1,00 155,57 24,00 6,00 0,250 38,89
10,00 2,00 75,43 24,00 12,50 0,521 39,29
15,00 2,00 173,64 25,00 6,00 0,240 41,67
20,00 2,00 311,14 29,00 3,90 0,134 41,84
25,00 2,00 487,93 43,00 3,40 0,079 38,58
30,00 2,00 704,00 27,00 1,60 0,059 41,72
40,00 2,00 1.254,00 36,00 1,20 0,033 41,80
50,00 2,00 1.961,14 43,00 1,30 0,030 59,29
50,00 10,00 377,14 43,00 6,70 0,156 58,76
60,00 10,00 550,00 29,00 2,90 0,100 55,00
80,00 10,00 990,00 38,00 2,40 0,063 62,53
100,00 10,00 1.555,71 30,00 1,40 0,047 72,60
100,00 20,00 754,29 30,00 3,00 0,100 75,43
125,00 20,00 1.196,25 38,00 1,90 0,050 59,81
150,00 20,00 1.736,43 64,00 1,70 0,027 46,12

1,00 (Ohm.m) 10,00 100,00 1.000,00 10.000,00


1,00
AB/2 (m)

10,00

100,00

1.000,00
LEMBAR PENGUKURAN
DATA GEOLISTRIK
No. Titik : 3 Lokasi : PLBN Napan
Bentangan : N 139 E Desa : Napan
Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019 Kecamatan : Bikomi Utara
Cuaca : Cerah Kabupaten : Timor Tengah Utara
Alat Ukur : Naniura Koordinat S 09˚ 21' 48.0"
Operator : Sonny Bolu, ST E 124˚ 23' 36.1"
Geologyst : Freds Defretes, ST Elevasi 515 mdpl
AB/2 MN/2 K I (mA) V (mV) Rho (Ohm m) R (Ohm)
2,00 1,00 4,71 63,00 561,00 8,905 41,98
4,00 1,00 23,57 36,00 75,70 2,103 49,57
6,00 1,00 55,00 36,00 28,50 0,792 43,54
8,00 1,00 99,00 38,00 16,00 0,421 41,68
10,00 1,00 155,57 34,00 8,70 0,256 39,81
10,00 2,00 75,43 33,00 17,40 0,527 39,77
15,00 2,00 173,64 58,00 11,30 0,195 33,83
20,00 2,00 311,14 40,00 4,80 0,120 37,34
25,00 2,00 487,93 29,00 3,10 0,107 52,16
30,00 2,00 704,00 48,00 3,30 0,069 48,40
40,00 2,00 1.254,00 20,00 1,10 0,055 68,97
50,00 2,00 1.961,14 33,00 1,30 0,039 77,26
50,00 10,00 377,14 33,00 6,50 0,197 74,29
60,00 10,00 550,00 44,00 4,00 0,091 50,00
80,00 10,00 990,00 29,00 1,40 0,048 47,79
100,00 10,00 1.555,71 68,00 1,70 0,025 38,89
100,00 20,00 754,29 68,00 3,50 0,051 38,82
125,00 20,00 1.196,25 43,00 1,10 0,026 30,60
150,00 20,00 1.736,43 27,00 0,80 0,030 51,45

1,00 (Ohm.m) 10,00 100,00 1.000,00 10.000,00


1,00
AB/2 (m)

10,00

100,00

1.000,00
LEMBAR PENGUKURAN
DATA GEOLISTRIK
No. Titik : 4 Lokasi : PLBN Napan
Bentangan : N 120 E Desa : Napan
Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019 Kecamatan : Bikomi Utara
Cuaca : Cerah Kabupaten : Timor Tengah Utara
Alat Ukur : Naniura Koordinat S 09˚ 21' 49.0"
Operator : Sonny Bolu, ST E 124˚ 23' 39.2"
Geologyst : Freds Defretes, ST Elevasi 509 mdpl
AB/2 MN/2 K I (mA) V (mV) Rho (Ohm m) R (Ohm)
2,00 1,00 4,71 79,00 961,00 12,165 57,35
4,00 1,00 23,57 85,00 301,90 3,552 83,72
6,00 1,00 55,00 73,00 137,80 1,888 103,82
8,00 1,00 99,00 80,00 86,90 1,086 107,54
10,00 1,00 155,57 82,00 62,00 0,756 117,63
10,00 2,00 75,43 82,00 125,10 1,526 115,07
15,00 2,00 173,64 73,00 52,30 0,716 124,40
20,00 2,00 311,14 62,00 21,30 0,344 106,89
25,00 2,00 487,93 49,00 9,20 0,188 91,61
30,00 2,00 704,00 48,00 4,70 0,098 68,93
40,00 2,00 1.254,00 34,00 1,30 0,038 47,95
50,00 2,00 1.961,14 28,00 0,90 0,032 63,04
50,00 10,00 377,14 28,00 4,70 0,168 63,31
60,00 10,00 550,00 45,00 1,80 0,040 22,00
80,00 10,00 990,00 84,00 2,10 0,025 24,75
100,00 10,00 1.555,71 76,00 1,50 0,020 30,70
100,00 20,00 754,29 76,00 3,10 0,041 30,77
125,00 20,00 1.196,25 65,00 1,80 0,028 33,13
150,00 20,00 1.736,43 67,00 1,40 0,021 36,28

1,00 (Ohm.m) 10,00 100,00 1.000,00 10.000,00


1,00
AB/2 (m)

10,00

100,00

1.000,00
LAMPIRAN B
INTERPRETASI
DATA GEOLISTRIK

No. Titik 1
Lokasi PLBN Napan
Desa Napan
Kecamatan Bikomi Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara
Geologyst Freds Defretes, ST
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
60,5 0,796 - 0,80 504,00
130 0,484 0,80 1,28 503,52
8,66 0,431 1,28 1,71 503,09
87,9 0,785 1,71 2,50 502,30
47,3 0,28 2,50 2,78 502,02
14,5 0,318 2,78 3,09 501,70
4,34 2,18 3,09 5,27 499,52
5,8 0,895 5,27 6,17 498,63
18,5 0,587 6,17 6,76 498,04
35,4 0,554 6,76 7,31 497,49
144 1,47 7,31 8,78 496,02
319 3,4 8,78 12,18 492,62
146 2,45 12,18 14,63 490,17
18,2 2,97 14,63 17,60 487,20
5,16 9,02 17,60 26,62 478,18
8,06 3,55 26,62 30,17 474,63
25,2 6,05 30,17 36,22 468,58
117 9,19 36,22 45,41 459,39
250 14,9 45,41 60,31 444,49
7593 60,31 60,31 444,49
INTERPRETASI
DATA GEOLISTRIK

No. Titik 2
Lokasi PLBN Napan
Desa Napan
Kecamatan Bikomi Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara
Geologyst Freds Defretes, ST
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
210 0,772 - 0,77 517,00
7,97 0,18 0,77 0,95 516,82
145 0,611 0,95 1,56 516,21
12,4 0,934 1,56 2,50 515,28
17,9 0,349 2,50 2,85 514,93
47,1 0,467 2,85 3,31 514,46
133 1,12 3,31 4,43 513,34
107 1,21 4,43 5,64 512,13
27,9 0,813 5,64 6,46 511,32
10,4 1,93 6,46 8,39 509,39
11,1 2,74 8,39 11,13 506,65
30,7 1,51 11,13 12,64 505,14
92,9 2,04 12,64 14,68 503,10
320 4,1 14,68 18,78 501,04
460 7,43 18,78 26,21 493,61
184 4,31 26,21 30,52 489,30
61,8 6,91 30,52 37,43 482,39
29,7 11,1 37,43 48,53 471,29
2,58 27,8 48,53 76,33 443,49
0,76 76,33 76,33 443,49
INTERPRETASI
DATA GEOLISTRIK

No. Titik 3
Lokasi PLBN Napan
Desa Napan
Kecamatan Bikomi Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara
Geologyst Freds Defretes, ST
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
30,5 1,1 - 1,10 515,00
387 0,317 1,10 1,42 514,68
69,8 0,354 1,42 1,77 514,33
20,9 0,467 1,77 2,24 513,86
11,1 0,631 2,24 2,87 513,23
9,35 0,697 2,87 3,57 512,53
11,2 1,32 3,57 4,89 511,21
20,3 0,71 4,89 5,60 510,50
102 0,784 5,60 6,38 509,72
361 1,6 6,38 7,98 508,12
387 3,75 7,98 11,73 504,37
161 1,08 11,73 12,81 503,29
71,4 1,85 12,81 14,66 501,44
15,7 2,82 14,66 17,48 500,47
4,65 6,52 17,48 24,00 493,95
4,74 7,27 24,00 31,27 486,68
13,6 5,58 31,27 36,85 481,10
40,8 11,7 36,85 48,55 469,40
132 11,8 48,55 60,35 457,60
1406 60,35 60,35 457,60
INTERPRETASI
DATA GEOLISTRIK

No. Titik 4
Lokasi PLBN Napan
Desa Napan
Kecamatan Bikomi Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara
Geologyst Freds Defretes, ST
TAHANAN JENIS 20 lapisan
r (Ohm) h (m) d (m) Elv (m)
45,7 1,52 - 1,52 509,00
1648 0,12 1,52 1,64 508,88
40,6 0,4 1,64 2,04 508,48
486 0,255 2,04 2,30 508,23
253 1,07 2,30 3,37 507,16
523 1,3 3,37 4,67 505,86
23,7 0,846 4,67 5,51 505,01
20,9 2,16 5,51 7,67 502,85
51,4 0,605 7,67 8,28 502,24
219 2,34 8,28 10,62 499,90
88,7 2,15 10,62 12,77 497,75
3,82 3,9 12,77 16,67 493,85
4,83 7,83 16,67 24,50 486,02
6,71 0,773 24,50 25,27 493,08
9,3 4,08 25,27 29,35 489,00
20,5 5,28 29,35 34,63 483,72
102 8,42 34,63 43,05 475,30
240 15,7 43,05 58,75 459,60
14379 16,2 58,75 74,95 443,40
77,3 74,95 74,95 443,40
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D

Anda mungkin juga menyukai