Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tri Arini Rahmatika

Nim : 2020112034

Kelas : 5A

PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN


BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Kesantunan berbahasa adalah hal memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain
dalam berbahasa,[1] baik saat menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesantunan
berbahasa merupakan bidang kajian pragmatika, yang antara lain telah dituliskan oleh Lakoff
(1973), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), Leech (1983), serta Pranowo (2009).
Robin Lakoff (1973) menyatakan "kesantunan dikembangkan oleh masyarakat guna
mengurangi friksi dalam interaksi pribadi". Menurutnya, ada tiga buah kaidah yang harus
dipatuhi untuk menerapkan kesantunan, yaitu formalitas (formality), ketidaktegasan
(hesitancy), dan kesamaan atau kesekawanan (equality atau cameraderie).[3]
1. Formalitas berarti jangan terdengar memaksa atau angkuh.
2. Ketidaktegasan berarti berarti berbuatlah sedemikian rupa sehingga mitra tutur dapat
menentukan pilihan.
3. Kesamaan atau kesekawanan berarti bertindaklah seolah-olah Anda dan mitra tutur
menjadi sama.

Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu
masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh
perilaku sosial (Yule, 1996: 104).
Fungsi kesantunan berbahasa terdapat pada menyatakan informasi, menyatakan perjanjian,
menyatakan keputusan, menyatakan keterangan, menyatakan selamat, meminta pengakuan,
meminta keterangan, meminta alasan, meminta pendapat, meminta kesungguhan, menyuruh,
melarang, meminta maaf, dan mengeritik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Sajakah Penerapan prinsip kesantunan?
2. Bagaimanakah strategi kesantunan berbicara?
3.Bagaimanakah Maksim Kebijaksaan?
4. Bagaimanakah Maksim penerimanaan
5. Bagaimanakah Maksim Kemurahaan?
6. Bagaimanakah Maksim kerendahaan hati?
7. Bagaimanakah Maksim kecocokan?
8. Bagaimanakah Maksim simpati?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Penerapan prinsip kesantunan
2. Menjelaskan bagaimana strategi kesantunan berbicara
3. Menjelaskan apa itu maksim Kebijaksaan
4. Menjelaskan apa itu maksim penerimaan
5. Menjelaskan apa itu Maksim kemurahaan
6. Menjelaskan apa itu maksim kerendahaan hati
7. Menjelaskan apa itu maksim ke cocokan
8. Menjelaskan apa itu maksim simpati

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-prinsip Kesantunan


Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, menurut Leech ada enam prinsip
kesantunan yaitu, maksim kebijaksanaan (tack maxim), maksim penerimaan (approbation
maxim), maksim kemurahan hati (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty
maxim), maksim kecocokan/pemufakatan (agreement maxim) dan maksim simpati (simpathy
maxim).
a) Maksim Kebijaksanaan (Tack Maxim)
Maksim kebijaksanaan (tact maxim), adalah prinsip yang mengacu pada pengurangan
keuntungan diri sendiri dan pemaksimalan keuntungan bagi orang lain.
b) Maksim Penerimaan / Penghargaan ( Approbation Maxim)
Maksim penghargaan menjelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila
dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain.
c) Kemurahan Hati / Kedermawanan (Generosity Maxim)
Menurut Tarigan (2009:77) inti pokok maksim kedermawanan adalah kurangi
keuntungan bagi diri sendiri, tambahi keuntungan bagi orang lain .
d) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur
diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap diri
sendiri.
e) Maksim Kecocokan / Pemufakatan (Agreement Maxim)
Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina
kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
f) Maksim Simpati (Simpathy Maxim)
Di dalam maksim kesimpatian diharapkan agar para peserta tutur memiliki rasa
simpati terhadap keadaan mitra tuturnya.

2.2 Strategi Kesantunan berbicara


Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu
masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh
perilaku sosial (Yule, 1996: 104).
Strategi tersebut berupa penggunaan dua strategi kesantunan berbahasa dalam satu tuturan.
Strategi tersebut yaitu, melakukan tindak tutur secara terus terang dan kesantunan positif,
melakukan tindak tutur secara terus terang dan kesantunan negatif.

Terdapat dua bentuk kesantunan yaitu bentuk kesantunan linguistis dan bentuk


kesantunan pragmatis. Bentuk kesantunan linguistis terdiri dari intonasi, diksi, dan struktur
kalimat sedangkan bentuk kesantunan pragmatis yaitu cara atau gaya bahasa.

2.4 Maksim Kebijaksaan

Maksim kebijaksanaan (tact maxim), adalah prinsip yang mengacu pada pengurangan
keuntungan diri sendiri dan pemaksimalan keuntungan bagi orang lain. Menurut Leech, jenis
maksim ini adalah the most important kind of politeness in society atau jenis maksim
kosopanan yang paling penting dalam masyarakat (Joan Cutting, 2002: 419)
Leech (dalam Wijana, 1996) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang
semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya.
Demikian pula tuturan dituturkan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan
dengan tututan yang diutarakan secara langsung.

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesopanan adalah bahwa para peserta
pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur
yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang
yang santun. Dengan kata lain, menurut maksim kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan
apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.

Contoh :

Ibu : ”Ayo, dimakan bakminya! Di dalam masih banyak, kok!”

Rekan ibu :”Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang ibu kepada teman dekatnya pada saat ia berkunjung ke rumahnya.

Pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan sang Ibu. Tuturan
itu disampaikan kepada sang tamu sekalipun sebenarnya satu-satunya hidangan yang tersedia
adalah apa yang disajikan kepada si tamu tersebut. Sekalipun sebenarnya jatah untuk
keluarganya sendiri sudah tidak ada.

Tuturan itu disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan senang
hati menikmati hidangan yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak sekalipun.

2.5 Maksim Penerimaan / Penghargaan ( Approbation Maxim)

Maksim penghargaan menjelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Seperti halnya maksim
kedermawanan inti dari maksim penghargaan adalah kurangi cacian pada orang lain, tambahi
pujian pada orang lain. Dengan maksim penghargaan diharapkan agar para peserta pertuturan
tidak saling mengejek, mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Peserta tutur yang

sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang
yang tidak sopan. Dikatakan demikan, karena tindakan mengejek

merupakan tindakan tidak menghargai orang lain.

Contoh:

A :”Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business English.”

B :”Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali dari sini.”

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang dosen dalam ruang kerja
dosen pada sebuah perguruan tinggi.
Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B

pada contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau
penghargaan oleh dosen A. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu
dosen B berperilaku santun terhadap dosen A.

2.6 . Maksim Kemurahan Hati / Kedermawanan (Generosity Maxim)

Menurut Tarigan (2009:77) inti pokok maksim kedermawanan adalah kurangi keuntungan
bagi diri sendiri, tambahi keuntungan bagi orang lain . Dengan maksim kedermawanan atau
maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain.
Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi orang pihak lain.

Contoh :

A : ” Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak kok yang kotor!”

B : ”Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok.”

Informasi indeksial:

Tuturan ini merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos pada sebuah rumah kos yang
memiliki hubungan persahatan yang erat.

Dari tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha
memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal
itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotor milik si B.

2.7. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan
dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap diri sendiri. Orang akan
dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan
mengunggulkan dirinya sendiri.

Contoh :

Risa :”Rian, lo ganteng banget sih!’

Rian :”Ah, biasa-biasa aja...”

Informasi Indeksal:

Pertuturan yang diucapkan Risa menyatakan bahwa Risa benar-benar memuji Rian karena
ketampanan Rian.

Dari pertuturan di atas, kita bisa melihat sikap Rian yang berusaha merendah, walapun ia
menyadari dirinya tampan, tetapi ia tidak ingin mengatakan hal yang sebenarnya.

2.8. Maksim Kecocokan / Pemufakatan (Agreement Maxim)


Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Hal ini terutama berlaku jika penutur dan mitra tutur
berbeda dalam hal umur, jabatan, dan status sosial. Masyarakat Indonesia seperti sudah
mempunyai pola bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, salah
satunya dengan mengiyakan keinginan orang yang lebih tua. Begitu pula dengan unsur jabatan,
orang yang posisinya lebih rendah dari orang lain diharapkan mematuhi keinginan orang yang
posisinya lebih tinggi.

Contoh :

Direktur : ” Urusi bagian keuangan karyawan bulan ini!”

Manajer : ”Baik Pak, saya akan segera mengurusinya.”

Informasi indeksal:

Seorang Direktur memberikan perintah kepada bawahannya, seorang manajer keuangan.

Pertuturan di atas memperlihatkan sang manajer memberikan persetujuan atas perintah yang
diberikan oleh sang direktur. Kita melihat persetujuan atau permufakatan ini sebagai hal yang
wajar. Kita menganggap aneh jika manajer itu menentang keinginan direktur. Maksim inan
direktur.

2.9. Maksim Simpati (Simpathy Maxim)

Di dalam maksim kesimpatian diharapkan agar para peserta tutur memiliki rasa simpati
terhadap keadaan mitra tuturnya. Masyarakat tutur Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa
kesimpatian terhadap orang lain di dalam komunikasi kesehariannya.

Contoh :

Gina : ”Rina, gue lagi sedih, kita gagal dapat sponsor hari ini.”

Rina : ”Sabar ya Gina...besok masih bisa kita usahain.”

Informasi Indeksal:

Gina sedang sedih karena ia tidak jadi pergi ke sebuah perusahaan yang akan ditawari kerja sama
dalam suatu acara.

Dalam pertuturan di atas, Rina menunjukkan simpatinya terhadap keadaan yang sedang dialami
Gina. Kalimat yang diutarakan Rina akan dianggap santun oleh orang Indonesia yang
mendengarnya. Seandainya Rina bersikap antipati, ia akan dianggap tidak tahu sopan santun.

Anda mungkin juga menyukai