BAB 5 - Analisis Pendapatan LRA Ok PDF
BAB 5 - Analisis Pendapatan LRA Ok PDF
Setelah membaca materi ini diharapkan pembaca mampu memahami dan melakukan
analisis terhadap pendapatan-LRA pada Laporan Realisasi Anggaran pemerintah
daerah
Materi :
Analisis Pendapatan - LRA:
1. Analisis Pertumbuhan Pendapatan-LRA
2. Analisis Varians Anggaran Pendapatan-LRA
3. Analisis Rasio Efektivitas Pendapatan
4. Analisis Rasio Efisiensi Pendapatan
5. Analisis Kontribusi Pendapatan
6. Analisis Derajat Desentralisasi
7. Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
8. Analisis Rasio Kemandirian Keuanga Daeah
9. Analisis Derajat Kontribusi BUMD
10. Analisis Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
11. Analisis Debt Service Ratio
1|Analisis Pendapatan-LRA
Pertumbuhan Anggaran Pendapatan tahun t ke tahun t+1 =
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai positif maka
anggaran pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan yang negatif maka anggaran pendapatan tahun t+1 memiliki
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai positif maka
realisasi pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan
dengan realisasi pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh hasil perhitungan
yang negatif maka realisasi pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih
kecil dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai persentase
positif maka anggaran pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan persentase yang negatif maka anggaran pendapatan tahun
2|Analisis Pendapatan-LRA
t+1 memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran
pendapatan tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai lebih besar
dari 100, maka anggaran pendapatan tahun t+i memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh hasil
perhitungan memiliki nilai kecil dari 100, maka anggaran pendapatan tahun t+i
memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran pendapatan
tahun t.
3|Analisis Pendapatan-LRA
Angka Indeks Realisasi Pendapatan tahun t+i =
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai lebih
besar dari 100, maka realisasi pendapatan tahun t+i memiliki jumlah yang lebih
besar dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan memiliki nilai kecil dari 100, maka realisasi pendapatan tahun
t+i memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan realissi pendapatan
tahun t.
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Sanyaman diperoleh
data sebagai berikut :
Jawab
a. Pertumbuhan dengan menggunakan angka absolut
1) Pertumbuhan anggaran pendapatan
Pertumbuhan anggaran pendapatan dari tahun 2014 ke tahun 2015
= Rp 688.689.157.825,00 - Rp 608.862.187.995,00
= Rp 79.826.969.830,00
4|Analisis Pendapatan-LRA
Pertumbuhan anggaran pendapatan dari tahun 2017 ke tahun 2018
= Rp 1.002.816.125.825,00 – Rp 898.297.415.700,00
= Rp 104.518.710.125,00
5|Analisis Pendapatan-LRA
Perbandingan pertumbuhan angka absolut antara anggaran pendapatan dan
realisasi pendapatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.2. Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan
Pertumbuhan Anggaran Pertumbuhan Realisasi
Tahun Pendapatan Pendapatan
Melihat tabel 5.2, kita melihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2014 ke tahun
2015, pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi dari pertumbuhan anggaran
pendapatan. Selanjutnya pada tahun 2015 ke tahun 2016, pertumbuhan anggaran
pendapatan lebih tinggi dari pada pertumbuhan realisasi pendapatan. Dari tahun
2016 ke tahun 2017, pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan anggaran pendapatan sedangkan pada tahun 2017 ke tahun
2018, pertumbuhan anggaran pendapatan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
realisasi pendapatan.
Pertumbuhan anggaran pendapatan dan pertumbuhan realisasi pendapatan
diperlukan untuk melihat pergerakan anggaran dan realisasi yang terjadi dari tahun
ke tahun.Semakin tinggi pertumbuhan anggaran pendapatan dan pertumbuhan
realisasi pendapatan, maka akan semakin baik.
= Rp 688.689.157.825,00 - Rp 608.862.187.995,00
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Rp 608.862.187.995,00
= 13,11 %
6|Analisis Pendapatan-LRA
Pertumbuhan anggaran pendapatan dari tahun 2017 ke tahun 2018
= Rp 1.002.816.125.825,00 – Rp 898.297.415.700,00
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Rp 898.297.415.700,00
= 11,64 %
= 14,09 %
= 11,10%
7|Analisis Pendapatan-LRA
Tabel 5.3. Persentase Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan
2014 ke 2015
13,11% 14,09%
2015 ke 2016
16,41% 16,20%
2016 ke 2017
12,05% 12,44%
2017 ke 2018
11,64% 11,10%
Melihat tabel 5.3, kita melihat bahwa persentase pertumbuhan pada tahun
2014 ke tahun 2015, persentase pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi dari
pertumbuhan anggaran pendapatan. Selanjutnya pada tahun 2015 ke tahun 2016,
persentase pertumbuhan anggaran pendapatan lebih tinggi dari pada pertumbuhan
realisasi pendapatan. Dari tahun 2016 ke tahun 2017, persentase pertumbuhan
realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan anggaran
pendapatan sedangkan pada tahun 2017 ke tahun 2018, pertumbuhan anggaran
pendapatan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan realisasi pendapatan.
Persentase Pertumbuhan anggaran pendapatan dan persentase
pertumbuhan realisasi pendapatan diperlukan untuk melihat pergerakan anggaran
dan realisasi yang terjadi dari tahun ke tahun.Semakin tinggi persentase
pertumbuhan anggaran pendapatan dan persentase pertumbuhan realisasi
pendapatan, maka akan semakin baik.
Rp 688.689.157.825,00
= ---------------------------------- x 100
Rp 608.862.187.995,00
= 113,11
8|Analisis Pendapatan-LRA
Pertumbuhan anggaran pendapatan dari tahun 2017 ke tahun 2018
Rp 1.002.816.125.825,00
= ----------------------------------- x 100
Rp 608.862.187.995,00
= 164,70
Angka indeks tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 memiliki nilai lebih dari 100,
artinya pertumbuhan anggaran pendapatan untuk tahun 2015, 2016, 2017
dan 2018 memiliki niai positif dan lebih tinggi dari anggaran pendapatan
tahun 2014.
= 114,09
= 149,07
= 165,62
Angka indeks tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 memiliki nilai lebih dari 100,
artinya pertumbuhan realisasi pendapatan untuk tahun 2015, 2016, 2017 dan
2018 memiliki niai positif dan lebih tinggi dari realisasi pendapatan tahun
2014.
9|Analisis Pendapatan-LRA
2. Analisis Varians Anggaran Pendapatan-LRA
Analisis Varians Pendapatan-LRA merupakan selisih antara realisasi
pendapatan-LRA dengan yang dianggarkan. Informasi selisih antara realisasi
dengan anggaran tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam
memahami dan menganalisis kinerja keuangan pendapatan. Pemerintah
daerah dikatakan memiliki kinerja keuangan pendapatan yang baik apabila
mampu memperoleh pendapatan sama atau melebihi jumlah yang
dianggarkan (target anggaran). Sebaliknya, apabila realisasi pendapatan
berada dibawah jumlah yang dianggarkan, maka hal tersebut dinilai kurang
baik. Apabila target pendapatan dapat dicapai bahkan terlampaui, maka hal
itu tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya demikian. Apabila
selisih antara realisasi pendapatan dengan anggaran bernilai positif atau
selisih lebih maka disebut selisih menguntungkan (Favourable Variance),
sedangkan apabila selisih antara realisasi pendapatan dengan anggaran
pendapatan bernilai negatif atau selisih kurang maka disebut selisih yang tidak
menguntungkan (Unfavourable Variance).
Berikut adalah contoh penyajian anggaran pendapatan dan realisasi
pendapatan pada laporan LRA:
Gambar 5.2 Contoh Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan pada LRA
10 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Untuk menghitung varians pendapatan maka digunakan rumus:
Contoh
Berdasarkan Gambar 5.2 hitunglah varians pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah
dan jumlah pendapatan asli daerah untuk tahun 2017 !
Jawab
Varians pajak daerah memiliki nilai positif sehingga memiliki selisih yang
menguntungkan karena realisasi pendapatan lebih tinggi daripada anggaran
11 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
pendapatan, artinya pencapaian realisasi melebih target sehingga kinerja pencapaian
untuk pajak daerah menguntungkan (Favourable). Sedangkan untuk retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah dan pendapatan asli daerah, mendapatkan hasil varians yang negatif
karena realisasi tidak mampu mencapai target (anggaran) sehingga kinerja
pencapaian untuk masing – masing jenis pendapatan tersebut tidak menguntungkan
(UnFavourable).
Realisasi Pendapatan
Rasio Efektifitas = -------------------------------
Anggaran Pendapatan
Realisasi Pendapatan
Rasio Efektifitas = ------------------------------- x 100%
Anggaran Pendapatan
Rasio efektivitas yang diharapkan adalah sama atau besar dari 1 atau 100%.
Apabila nilai rasio sama atau besar dari 1 atau 100%, memperlihatkan bahwa
pemerintah daerah mampu merealisasikan pendapatan berdasarkan target
(anggaran) yang dibuat.
Kriteria penilaian efektivitas berdasarkan pada Kepmendagri Nomor 690.900 327
Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan (Hasanudin,2014 dan
Purnamasari dkk, 2014) dinyatakan sebagai berikut:
Contoh
Berdasarkan pada informasi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Gambar 5.1
hitunglah rasio efektifitas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah dan jumlah pendapatan asli
daerah untuk tahun 2017 !
12 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Jawab
Rp 5.337.144.416,00
= -----------------------------
Rp 5.222.500.000,00
Rp 3.828.111.382,00
= -------------------------
Rp 4.079.675.450,00
13 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Berdasarkan Table 5.6 diketahui bahwa realisasi pajak daerah mampu melampaui
target (anggaran) sedangkan realisasi retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah dan PAD belum mampu
mencapai target (anggaran) yang ditetapkan. Hal ini harus menjadi perhatian
pemerintah daerah dan dilakukan evaluasi, apa penyebab tidak tercapainya target.
Kemungkinan penyebab tidak tercapainya target diantaranya adalah karena
penetapan target yang terlalu tinggi, sumber daya pemungut yang tidak
mencukupi, sistem pemungutan yang masih konvensional dan kesadaran wajib
pajak atau wajib retribusi yang masih kurang.
Apabila dijadikan dalam bentuk persentase, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semakin kecil rasio efisiensi pendapatan, maka semakin baik kinerja rasio
ini. Artinya semakin kecil belanja yang dipergunakan untuk merealisasikan
pendapatan, maka semakin efisien rasio ini. Dalam rasio ini, efisiensi merupakan hasil
terbaik dari perbandingan antara belanja yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan
mencapai hasil pendapatan dengan hasil yang direalisasikan oleh suatu kerja. Jadi
semakin rendah hasil perbandingan berrati tingkat efisiensi semakin tinggi.
Untuk melihat rasio ini, maka harus diketahui berapa banyak belanja yang
dikeluarkan untuk merealisasikan setiap jenis pendapatan. Misalkan untuk melihat
rasio efisiensi pendapatan pajak daerah, maka harus tersedia data berapa besar
jumlah belanja yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan pajak daerah.
Semakin sedikit belanja yang digunakan untuk merealisasikan pendapatan pajak
daerah, maka semakin kecil rasio efisiensi pendapatan pajak daerah ini.
Kriteria penilaian efisiensi berdasarkan pada Kepmendagri Nomor 690.900 327
Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan (Purnamasari dkk,
2014) dinyatakan sebagai berikut:
14 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Contoh
Diketahui data realisasi pendapatan pajak daerah dan jumlah belanja yang digunakan
untuk memperoleh pajak daerah untuk beberapa tahun di Kabupaten Sarasoan
adalah sebagai berikut :
Jawab:
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2014
= Rp 13.684.426.000 / Rp 112.649.472.589
= 0,121 kali = 12,1 %
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2015
= Rp 14.443.752.800 / Rp 172.924.886.329
= 0,084 kali = 8,4%
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2016
= Rp 16.100.700.800 / Rp 202.500.200.100
= 0,080 kali = 8,0 %
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2017
= Rp 20.750.820.750 / Rp 243.187.300.300
= 0,085 kali = 8,5%
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2018
= Rp 29.250.270.100 / Rp 272.314.800.000
= 0,107 kali = 10,7 %
Tingkat efisiensi pendapatan pajak daerah dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.9 Tingkat Rasio Efisiensi Pendapatan Pajak Daerah
Tahun Realisasi Pajak Belanja Rasio Rasio Kriteria
Daerah (Rp) Pemungutan Efisiensi Efisiensi
Pajak Daerah
(Rp)
2014 112.649.472.589 13.684.426.000 0,121 12,1% Sangat Efisien
2015 172.924.886.329 14.443.752.800 0,084 8,4% Sangat Efisien
2016 202.500.200.100 16.100.700.800 0,080 8,0% Sangat Efisien
2017 243.187.300.300 20.750.820.750 0,085 8,5% Sangat Efisien
2018 272.314.800.000 29.250.270.100 0,107 10,7% Sangat Efisien
15 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Berdasarkan hasil pada tabel 5.9 diperoleh kesimpulan bahwa rasio efisiensi
pendapatan pajak daerah untuk 5 tahun pengamatan berada pada kriteria sangat
efisien, karena memiliki nilai rasio efisiensi pendapatan di bawah 60%. Tahun 2016
merupakan tahun yang memiliki nilai rasio efisiensi pendapatan pajak daerah yang
paling rendah yaitu 0,080 atau 8%, sedangkan tahun 2014 adalah tahun dengan rasio
efisiensi pendapatan pajak daerah paling tinggi sehingga rasio efisiensi pendapatan
pajak daerah tahun 2016 lebih baik dari pada tahun 2014.
Rp Realisasi Pendapatan i
Kontribusi pendapatan = -------------------------------------------------
Rp Total Realisasi Pendapatan i,j,k…
Rp Realisasi Pendapatan i
Kontribusi pendapatan = ------------------------------------------------- x 100%
Rp Total Realisasi Pendapatan i,j,k…
16 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Tabel 5.10 Kriteria Rasio Kontribusi
Rasio Kontribusi (%) Kriteria
0,00 – 10,00 Sangat Kurang
10,00 – 20,00 Kurang
20,00 – 30,00 Sedang
30,00 – 40,00 Cukup
40,00 – 50,00 Baik
Besar dari 50,00 Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM 1991, Ghazali Syamni, 2009
Contoh
Diketahui Laporan Realisasi Anggaran Kota Rodamadu tahun 2017 memberikan
informasi tentang Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :
Berdasarkan data di atas, lakukan analisis rasio kontribusi pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)!
Jawab
Rasio Kontribusi Untuk Tahun 2017
a. Rasio Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD
= Rp 5.337.144.416,00 / Rp 62.459.787.921,37
= 0,0854 atau 8,54%
17 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
= Rp 10.290.929.176,00 / Rp 62.459.787.921,37
= 0,1648 atau 16,48%
Retribusi Daerah;
6,13%
Lain-Lain PAD
yang Sah; 68,85%
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan;
16,48%
18 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Rasio Kontribusi Untuk Tahun 2016
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan;
18,91%
19 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Tabel 5.12 Kriteria Rasio Kontribusi Terhadap PAD Tahun 2016
Apabila dibandingkan besarnya nilai kontribusi terhadap PAD pada tahun 2016
dengan tahun 2017 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.13 Perbandingan Rasio Kontribusi Terhadap PAD Tahun 2016 dan 2017
Selisih
Kontribusi Tahun Kontribusi (2017-
Uraian 2016 (%) Tahun 2017 (%) 2016)
Pajak Daerah 8,78 8,54 -0,24
Retribusi Daerah 5,06 6,13 1,07
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang 18,91 16,48 -2,43
Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah 67,25 68,85 1,6
Total PAD 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 5.13 dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dari tahun 2016
ke tahun 2017 mengalami penurunan 0,24 %, retribusi daerah naik sebesar 1,07%,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan turun 2,43% dan Lain-lain PAD
yang sah naik sebesar 1,6%.
20 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Sumber data yang digunakan bersumber dari Laporan Realiasi Anggaran setiap
tahunnya. Kriteria untuk derajat desentralisasi adalah sebagai berikut :
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Ademayem tahun 2018, 2017, 2016
dan 2015 diketahui data sebagai berikut :
Jawab
a. Derajat desentralisasi tahun 2014
= Rp 44.725.800.900,75 / Rp 603.800.875.900,00 x 100 %
= 7,41 %
21 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
e. Derajat desentralisasi tahun 2018
= Rp 90.145.700.345,75 / Rp 1.000.016.100.000,00 x 100 %
= 9,01%
Sumber data yang digunakan bersumber dari Laporan Realiasi Anggaran setiap
tahunnya. Kriteria untuk rasio ketergantungan adalah sebagai berikut :
22 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Ademayem tahun 2018, 2017, 2016
dan 2015 diketahui data sebagai berikut :
Jawab
a. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah tahun 2014
= Rp 559.075.074.999,25 / Rp 603.800.875.900,00 x 100%
= 92,59%
23 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
8. Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian melihat perbandingan antara sumber pendapatan internal
daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian berarti
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama
pemerintah pusat dan provinsi untuk pemerintah kabupaten/kota) semakin rendah.
Apabila semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang merupakan komponen utama PAD.
Rasio kemandirian keuangan yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah
penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari
pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah bermakna juga semakin tinggi
angka rasio ini menunjukan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan
daerahnya. Rumus untuk mengukur tingkat Kemandirian Keuangan Daerah:
24 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Tabel 5.15 Pola Hubungan Tingkat Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan
Rendah Sekali 0-25 Instruktif
Rendah 25-50 Konsultatif
Sedang 50-75 Partisipatif
Tinggi 75-100 Delegeif
Contoh
Laporan Realisasi Anggaran tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 Kabupaten
Kuniangmudo memberikan data sebagai berikut :
Jawab
25 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah. (Daerah yang tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah).
Semakin besar nilai derajat kontribusi BUMD berarti semakin besar kontribusi
BUMD dalam mendukung penerimaan pendapatan daerah melalui laba yang diterima
BUMD tersebut.
Contoh
Diketahui data yang diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Kota Bayanglalu
adalah sebagai berikut :
Jawab
a. Derajat Kontribusi BUMD tahun 2015
= Rp 4.187.591.125,24 / Rp 63.733.408.461,00 x 100%
= 6,57%
Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 diperoleh Derajat Kontribusi BUMD Kota
Bayanglalu sebesar 6,57%, 9,78% dan 9,09%. Derajat kontribusi BUMD ini
menunjukkan seberapa besar kontribusi perusahaan daerah pada PAD. Derajat
26 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
kontribusi BUMD pada Kota Bayanglalu menunjukkan angka yang cenderung
mengalami kenaikan.
Keterangan :
DSCR : Debt Service Coverage Ratio
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DBH : Dana Bagi Hasil
DBHDR : Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
Belanja Wajib : Belanja Pegawai dan Belanja Anggota DPRD
Biaya Lain : Biaya terkait pengadaan pinjaman antara lain biaya administrasi,
biaya provisi, biaya komitmen, asuransi dan denda
27 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Contoh
Berikut ini adalah data Pendapatan – LRA, Belanja dan Surplus Defisit pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Pagarkayu.
Informasi tambahan :
Dana bagi hasil dana reboisasi untuk tahun 2017 sebesar Rp 12.000.000.000
Belanja wajib sebesar sebesar 60% dari total APBD tahun yang bersangkutan
Angsuran pokok pinjaman untuk tahun 2017 sebesar Rp 10.000.000.000,-
bunga Rp 3.000.000.000, dan biaya lain terkait pinjaman sebesar Rp
500.000.000,-
Jawab
[ 80.000.000.000 + (100.000.000.000 – 12.000.000.000) + 600.000.000.000] – 660.000.000.000
DSCR = -----------------------------------------------------------------------------------------------
10.000.000.000 + 3.000.000.000 + 500.000.000
108.000.000.000
= ------------------------------
13.500.000.000
=8
28 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
11. Analisis Debt Service Ratio
Debt Service Ratio (DSR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar kembali pinjaman daerah meliputi pokok dan
bunganya dengan pendapatan daerah yang dimilikinya. DSR bermanfaat untuk
mengukur kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam menanggung beban
utang, yaitu pokok dan bunga dengan total pendapatan daerah yang dimilikinya.
Rasio DSR ini dapat membantu analisis DSCR. Rumus DSR adalah :
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Kabupaten Saragaman pada
tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018, diperoleh informasi sebagai berikut :
Jawab.
29 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
c. DSR tahun 2017
= Rp 712.000.000.000 / (40.000.000.000 + Rp 5.500.000.000)
= 15,65
Berdasarkan hasil pengolahan diketahui bahwa DSR dari tahun 2015 sampai
2017 mengalami peningkatan yang mengindikasikan bahwa kemampuan
pendapatan daerah dalam menanggung utang yang meliputi pokok dan bunga
pinjaman semakin baik. Nilai DSR pada tahun 2015 yaitu 8,93 memiliki makna bahwa
pemerintah daerah memiliki Rp 8,93 untuk menanggung utang / pinjaman (pokok +
bunga pinjaman). Pada tahun 2018 DSR bergerak menurun dan lebih rendah dari
pada tahun 2017 yaitu 10,76, namun dari sisi kemampuan pendapatan darah untuk
menanggung pinjaman masih baik karena masih memiliki nilai DSR yang lebih besar
dari 1.
30 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A