BAB 5 - Analisis Pendapatan LRA
BAB 5 - Analisis Pendapatan LRA
Materi :
Analisis Pendapatan - LRA:
1. Analisis Pertumbuhan Pendapatan-LRA
2. Analisis Varians Anggaran Pendapatan-LRA
3. Analisis Rasio Efektivitas Pendapatan
4. Analisis Rasio Efisiensi Pendapatan
5. Analisis Kontribusi Pendapatan
6. Analisis Derajat Desentralisasi
7. Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
8. Analisis Rasio Kemandirian Keuanga Daeah
9. Analisis Derajat Kontribusi BUMD
10. Analisis Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
11. Analisis Debt Service Ratio
1|Analisis Pendapatan-LRA
Pertumbuhan Anggaran Pendapatan tahun t ke tahun t+1 =
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai positif maka
anggaran pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan yang negatif maka anggaran pendapatan tahun t+1
memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran pendapatan
tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai positif maka
realisasi pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan yang negatif maka realisasi pendapatan tahun t+1 memiliki
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai persentase
positif maka anggaran pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih
2|Analisis Pendapatan-LRA
besar dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila
diperoleh hasil perhitungan persentase yang negatif maka anggaran
pendapatan tahun t+1 memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan
anggaran pendapatan tahun t.
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai lebih
besar dari 100, maka anggaran pendapatan tahun t+i memiliki jumlah yang
lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun t, dan apabila
diperoleh hasil perhitungan memiliki nilai kecil dari 100, maka anggaran
pendapatan tahun t+i memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan
anggaran pendapatan tahun t.
3|Analisis Pendapatan-LRA
Angka Indeks Realisasi Pendapatan tahun t+i =
Apabila nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan memiliki nilai lebih
besar dari 100, maka realisasi pendapatan tahun t+i memiliki jumlah yang lebih
besar dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun t, dan apabila diperoleh
hasil perhitungan memiliki nilai kecil dari 100, maka realisasi pendapatan tahun
t+i memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan realissi pendapatan
tahun t.
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Sanyaman diperoleh
data sebagai berikut :
Jawab
a. Pertumbuhan dengan menggunakan angka absolut
1) Pertumbuhan anggaran pendapatan
Pertumbuhan anggaran pendapatan dari tahun 2014 ke tahun 2015
= Rp 688.689.157.825,00 - Rp 608.862.187.995,00
= Rp 79.826.969.830,00
4|Analisis Pendapatan-LRA
= Rp 898.297.415.700,00 – Rp 801.700.224.582,00
= Rp 96.597.191.118,00
5|Analisis Pendapatan-LRA
Gambar 5.1 Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan
Melihat tabel 5.2, kita melihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2014 ke
tahun 2015, pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi dari pertumbuhan
anggaran pendapatan. Selanjutnya pada tahun 2015 ke tahun 2016, pertumbuhan
anggaran pendapatan lebih tinggi dari pada pertumbuhan realisasi pendapatan. Dari
tahun 2016 ke tahun 2017, pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan anggaran pendapatan sedangkan pada tahun
2017 ke tahun 2018, pertumbuhan anggaran pendapatan lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan realisasi pendapatan.
Pertumbuhan anggaran pendapatan dan pertumbuhan realisasi pendapatan
diperlukan untuk melihat pergerakan anggaran dan realisasi yang terjadi dari tahun
ke tahun.Semakin tinggi pertumbuhan anggaran pendapatan dan pertumbuhan
realisasi pendapatan, maka akan semakin baik.
= Rp 688.689.157.825,00 - Rp 608.862.187.995,00
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Rp 608.862.187.995,00
= 13,11 %
6|Analisis Pendapatan-LRA
------------------------------------------------------------------ x 100%
Rp 801.700.224.582,00
= 12,05%
= 11,64 %
= 14,09 %
= 11,10%
7|Analisis Pendapatan-LRA
Tabel 5.3. Persentase Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan
2014 ke 2015
13,11% 14,09%
2015 ke 2016
16,41% 16,20%
2016 ke 2017
12,05% 12,44%
2017 ke 2018
11,64% 11,10%
Melihat tabel 5.3, kita melihat bahwa persentase pertumbuhan pada tahun
2014 ke tahun 2015, persentase pertumbuhan realisasi pendapatan lebih tinggi dari
pertumbuhan anggaran pendapatan. Selanjutnya pada tahun 2015 ke tahun 2016,
persentase pertumbuhan anggaran pendapatan lebih tinggi dari pada pertumbuhan
realisasi pendapatan. Dari tahun 2016 ke tahun 2017, persentase pertumbuhan
realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan anggaran
pendapatan sedangkan pada tahun 2017 ke tahun 2018, pertumbuhan anggaran
pendapatan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan realisasi pendapatan.
Persentase Pertumbuhan anggaran pendapatan dan persentase
pertumbuhan realisasi pendapatan diperlukan untuk melihat pergerakan anggaran
dan realisasi yang terjadi dari tahun ke tahun.Semakin tinggi persentase
pertumbuhan anggaran pendapatan dan persentase pertumbuhan realisasi
pendapatan, maka akan semakin baik.
Rp 688.689.157.825,00
= ---------------------------------- x 100
Rp 608.862.187.995,00
= 113,11
8|Analisis Pendapatan-LRA
Rp 608.862.187.995,00
= 147,54
= 164,70
Angka indeks tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 memiliki nilai lebih dari
100, artinya pertumbuhan anggaran pendapatan untuk tahun 2015, 2016,
2017 dan 2018 memiliki niai positif dan lebih tinggi dari anggaran
pendapatan tahun 2014.
= 114,09
= 149,07
= 165,62
Angka indeks tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 memiliki nilai lebih dari
100, artinya pertumbuhan realisasi pendapatan untuk tahun 2015, 2016,
9|Analisis Pendapatan-LRA
2017 dan 2018 memiliki niai positif dan lebih tinggi dari realisasi pendapatan
tahun 2014.
Gambar 5.2 Contoh Anggaran Pendapatan dan Realisasi Pendapatan pada LRA
10 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Untuk menghitung varians pendapatan maka digunakan rumus:
Contoh
Berdasarkan Gambar 5.2 hitunglah varians pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah
dan jumlah pendapatan asli daerah untuk tahun 2017 !
Jawab
11 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Varians pajak daerah memiliki nilai positif sehingga memiliki selisih yang
menguntungkan karena realisasi pendapatan lebih tinggi daripada anggaran
pendapatan, artinya pencapaian realisasi melebih target sehingga kinerja
pencapaian untuk pajak daerah menguntungkan (Favourable). Sedangkan untuk
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan asli daerah, mendapatkan hasil
varians yang negatif karena realisasi tidak mampu mencapai target (anggaran)
sehingga kinerja pencapaian untuk masing – masing jenis pendapatan tersebut
tidak menguntungkan (UnFavourable).
Realisasi Pendapatan
Rasio Efektifitas = -------------------------------
Anggaran Pendapatan
Realisasi Pendapatan
Rasio Efektifitas = ------------------------------- x 100%
Anggaran Pendapatan
Rasio efektivitas yang diharapkan adalah sama atau besar dari 1 atau 100%.
Apabila nilai rasio sama atau besar dari 1 atau 100%, memperlihatkan bahwa
pemerintah daerah mampu merealisasikan pendapatan berdasarkan target
(anggaran) yang dibuat.
Kriteria penilaian efektivitas berdasarkan pada Kepmendagri Nomor 690.900
327 Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan
(Hasanudin,2014 dan Purnamasari dkk, 2014) dinyatakan sebagai berikut:
Contoh
Berdasarkan pada informasi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Gambar 5.1
hitunglah rasio efektifitas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
12 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah dan jumlah
pendapatan asli daerah untuk tahun 2017 !
Jawab
Rp 5.337.144.416,00
= -----------------------------
Rp 5.222.500.000,00
Rp 3.828.111.382,00
= -------------------------
Rp 4.079.675.450,00
13 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah 43.003.602.947,37 52.483.187.070,00 81,9% Efektif
Pendapatan Asli Daerah 62.459.787.921,37 74.422.971.261,00 83,9% Efektif
Semakin kecil rasio efisiensi pendapatan, maka semakin baik kinerja rasio
ini. Artinya semakin kecil belanja yang dipergunakan untuk merealisasikan
pendapatan, maka semakin efisien rasio ini. Dalam rasio ini, efisiensi merupakan
hasil terbaik dari perbandingan antara belanja yang dikeluarkan untuk suatu
pekerjaan mencapai hasil pendapatan dengan hasil yang direalisasikan oleh suatu
kerja. Jadi semakin rendah hasil perbandingan berrati tingkat efisiensi semakin
tinggi.
Untuk melihat rasio ini, maka harus diketahui berapa banyak belanja yang
dikeluarkan untuk merealisasikan setiap jenis pendapatan. Misalkan untuk melihat
rasio efisiensi pendapatan pajak daerah, maka harus tersedia data berapa besar
jumlah belanja yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan pajak daerah.
Semakin sedikit belanja yang digunakan untuk merealisasikan pendapatan pajak
daerah, maka semakin kecil rasio efisiensi pendapatan pajak daerah ini.
Kriteria penilaian efisiensi berdasarkan pada Kepmendagri Nomor 690.900 327
Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan (Purnamasari dkk,
2014) dinyatakan sebagai berikut:
14 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
100 % ke atas Tidak Efisien
90 % sampai 100% Kurang Efisien
80% sampai 90% Cukup Efisien
60% sampai 80% Efisien
Kecil dari 60% Sangat efisien
Contoh
Diketahui data realisasi pendapatan pajak daerah dan jumlah belanja yang
digunakan untuk memperoleh pajak daerah untuk beberapa tahun di Kabupaten
Sarasoan adalah sebagai berikut :
Jawab:
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2014
= Rp 13.684.426.000 / Rp 112.649.472.589
= 0,121 kali = 12,1 %
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2015
= Rp 14.443.752.800 / Rp 172.924.886.329
= 0,084 kali = 8,4%
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2016
= Rp 16.100.700.800 / Rp 202.500.200.100
= 0,080 kali = 8,0 %
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2017
= Rp 20.750.820.750 / Rp 243.187.300.300
= 0,085 kali = 8,5%
Rasio efisiensi pendapatan pajak daerah tahun 2018
= Rp 29.250.270.100 / Rp 272.314.800.000
= 0,107 kali = 10,7 %
Tingkat efisiensi pendapatan pajak daerah dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.9 Tingkat Rasio Efisiensi Pendapatan Pajak Daerah
Tahun Realisasi Pajak Belanja Rasio Rasio Kriteria
Daerah (Rp) Pemungutan Efisiens Efisiensi
Pajak Daerah i
(Rp)
2014 112.649.472.589 13.684.426.000 0,121 12,1% Sangat Efisien
15 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
2015 172.924.886.329 14.443.752.800 0,084 8,4% Sangat Efisien
2016 202.500.200.100 16.100.700.800 0,080 8,0% Sangat Efisien
2017 243.187.300.300 20.750.820.750 0,085 8,5% Sangat Efisien
2018 272.314.800.000 29.250.270.100 0,107 10,7% Sangat Efisien
Berdasarkan hasil pada tabel 5.9 diperoleh kesimpulan bahwa rasio efisiensi
pendapatan pajak daerah untuk 5 tahun pengamatan berada pada kriteria sangat
efisien, karena memiliki nilai rasio efisiensi pendapatan di bawah 60%. Tahun 2016
merupakan tahun yang memiliki nilai rasio efisiensi pendapatan pajak daerah yang
paling rendah yaitu 0,080 atau 8%, sedangkan tahun 2014 adalah tahun dengan
rasio efisiensi pendapatan pajak daerah paling tinggi sehingga rasio efisiensi
pendapatan pajak daerah tahun 2016 lebih baik dari pada tahun 2014.
Rp Realisasi Pendapatan i
Kontribusi pendapatan = -------------------------------------------------
Rp Total Realisasi Pendapatan i,j,k…
Rp Realisasi Pendapatan i
Kontribusi pendapatan = ------------------------------------------------- x 100%
Rp Total Realisasi Pendapatan i,j,k…
16 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Semakin besar nilai kontribusi pendapatan, maka semakin besar sumbangan
jenis pendapatan daerah tersebut terhadap total pendapatan. Kriteria rasio
kontribusi menurut Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM 1991 dalam Ghazali Syamni
(2009) adalah sebagai berikut:
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM 1991, Ghazali Syamni, 2009
Contoh
Diketahui Laporan Realisasi Anggaran Kota Rodamadu tahun 2017 memberikan
informasi tentang Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :
Berdasarkan data di atas, lakukan analisis rasio kontribusi pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)!
Jawab
Rasio Kontribusi Untuk Tahun 2017
a. Rasio Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD
= Rp 5.337.144.416,00 / Rp 62.459.787.921,37
= 0,0854 atau 8,54%
17 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
b. Rasio Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD
= Rp 3.828.111.382,00 / Rp 62.459.787.921,37
= 0,0613 atau 6,13%
Retribusi Daerah;
6.13%
18 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 10.290.929.176,00 16,48 Kurang
Lain-Lain PAD yang
Sah 43.003.602.947,37 68,85 Sangat Baik
Total PAD 62.459.787.921,37 100,00
19 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Gambar 5.4 Rasio Kontribusi Terhadap PAD Tahun 2016
Apabila dibandingkan besarnya nilai kontribusi terhadap PAD pada tahun 2016
dengan tahun 2017 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.13 Perbandingan Rasio Kontribusi Terhadap PAD Tahun 2016 dan 2017
Selisih
Kontribusi Tahun Kontribusi (2017-
Uraian 2016 (%) Tahun 2017 (%) 2016)
Pajak Daerah 8,78 8,54 -0,24
Retribusi Daerah 5,06 6,13 1,07
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang 18,91 16,48 -2,43
Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah 67,25 68,85 1,6
Total PAD 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 5.13 dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dari tahun
2016 ke tahun 2017 mengalami penurunan 0,24 %, retribusi daerah naik sebesar
1,07%, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan turun 2,43% dan Lain-
lain PAD yang sah naik sebesar 1,6%.
20 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Derajat Desentralisasi = ------------------------------------------------------ x 100 %
Realisasi Total Pendapatan Daerah
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Ademayem tahun 2018, 2017, 2016
dan 2015 diketahui data sebagai berikut :
Jawab
a. Derajat desentralisasi tahun 2014
= Rp 44.725.800.900,75 / Rp 603.800.875.900,00 x 100 %
= 7,41 %
21 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
c. Derajat desentralisasi tahun 2016
= Rp 53.388.553.982,54 / Rp 800.508.110.500,00 x 100%
= 6,67%
22 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
20,01 – 30,00 Sedang
30,01 – 40,00 Cukup
40,01 – 50,00 Tinggi
Besar dari 50,00 Sangat Tinggi
Sumber: Tim Litbang Depdagri (dalam Bisma, 2010)
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Ademayem tahun 2018, 2017, 2016
dan 2015 diketahui data sebagai berikut :
Jawab
a. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah tahun 2014
= Rp 559.075.074.999,25 / Rp 603.800.875.900,00 x 100%
= 92,59%
23 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Pada tahun 2015 rasio ketergantungan keuangan daerah naik menjadi
92,91%, kemudian pada tahun 2016 naik lagi menjadi 93,33%, selanjutnya pada
tahun 2017 mulai turun menjadi 93,06% dan pada tahun 2018 turun lagi menjadi
90,99%. Berdasarkan kriteria rasio ketergantungan keuangan daerah, maka rasio
ketergantungan keuangan daerah untuk Kota Ademayem mulai tahun 2014 sampai
tahun 2018 berada di atas 50% sehingga dalam kategori Sangat Tinggi.
24 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
c. Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati
mampu melaksanakan urusan otonomi.
d. Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan
urusan otonomi daerah.
Contoh
Laporan Realisasi Anggaran tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 Kabupaten
Kuniangmudo memberikan data sebagai berikut :
Jawab
25 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
= 8,42%
Contoh
Diketahui data yang diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Kota Bayanglalu
adalah sebagai berikut :
Jawab
a. Derajat Kontribusi BUMD tahun 2015
26 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
= Rp 4.187.591.125,24 / Rp 63.733.408.461,00 x 100%
= 6,57%
Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 diperoleh Derajat Kontribusi BUMD Kota
Bayanglalu sebesar 6,57%, 9,78% dan 9,09%. Derajat kontribusi BUMD ini
menunjukkan seberapa besar kontribusi perusahaan daerah pada PAD. Derajat
kontribusi BUMD pada Kota Bayanglalu menunjukkan angka yang cenderung
mengalami kenaikan.
Keterangan :
DSCR : Debt Service Coverage Ratio
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DBH : Dana Bagi Hasil
DBHDR : Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
Belanja Wajib : Belanja Pegawai dan Belanja Anggota DPRD
Biaya Lain : Biaya terkait pengadaan pinjaman antara lain biaya administrasi,
biaya provisi, biaya komitmen, asuransi dan denda
27 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Secara umum DSCR merupakan jumlah penerimaan yang tersedia untuk
membayar pinjaman dibandingkan dengan jumlah pembayaran pinjaman yang
diwajibkan untuk suatu pinjaman. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.107 tahun 2000 Tentang Pinjaman Daerah mengenai Persyaratan
Pinjaman Daerah, nilai DSCR paling sedikit 2,5 (dua setengah), jadi bila nilai DSCR
suatu daerah lebih besar atau sama dengan 2,5 (dua setengah) maka daerah boleh
melakukan pinjaman daerah jangka panjang, sebaliknya jika nilai DSCR suatu
daerah lebih kecil dari 2,5 (2,5 ≥ 2,5 ≤) maka daerah tidak boleh melakukan
pinjaman daerah jangka panjang. Berdasarkan rasio ini, pemerintah daerah dinilai
layak untuk melakukan pinjaman daerah apabila nilai DSCR-nya minimal sebesar
2,5. Jika nilai DSCR kurang dari 1, maka hal ini mengindikasikan terjadinya arus ks
negatif yang berarti pendapatan tidak cukup untuk menutup seluruh beban utang
berupa angsuran pokok dan bunga. Misalnya nilai DSCR sebesar 0,95 berarti
pemerintah daerah hanya memiliki pendapatan setelah dikurangi belanja wajib yang
hanya cukup untuk menutup 95% beban utang pada tahun tersebut.
Contoh
Berikut ini adalah data Pendapatan – LRA, Belanja dan Surplus Defisit pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Pagarkayu.
Informasi tambahan :
Dana bagi hasil dana reboisasi untuk tahun 2017 sebesar Rp 12.000.000.000
Belanja wajib sebesar sebesar 60% dari total APBD tahun yang bersangkutan
Angsuran pokok pinjaman untuk tahun 2017 sebesar Rp 10.000.000.000,-
bunga Rp 3.000.000.000, dan biaya lain terkait pinjaman sebesar Rp
500.000.000,-
Jawab
[ 80.000.000.000 + (100.000.000.000 – 12.000.000.000) + 600.000.000.000] – 660.000.000.000
DSCR = -----------------------------------------------------------------------------------------------
10.000.000.000 + 3.000.000.000 + 500.000.000
28 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
108.000.000.000
= ------------------------------
13.500.000.000
=8
Contoh
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Kabupaten Saragaman pada
tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018, diperoleh informasi sebagai berikut :
29 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A
Realisasi Total 500.000.000.000 600.000.000.00 712.000.000.000 850.000.000.000
Pendapatan Daerah 0
Jawab.
Berdasarkan hasil pengolahan diketahui bahwa DSR dari tahun 2015 sampai
2017 mengalami peningkatan yang mengindikasikan bahwa kemampuan
pendapatan daerah dalam menanggung utang yang meliputi pokok dan bunga
pinjaman semakin baik. Nilai DSR pada tahun 2015 yaitu 8,93 memiliki makna
bahwa pemerintah daerah memiliki Rp 8,93 untuk menanggung utang / pinjaman
(pokok + bunga pinjaman). Pada tahun 2018 DSR bergerak menurun dan lebih
rendah dari pada tahun 2017 yaitu 10,76, namun dari sisi kemampuan pendapatan
darah untuk menanggung pinjaman masih baik karena masih memiliki nilai DSR
yang lebih besar dari 1.
30 | A n a l i s i s P e n d a p a t a n - L R A