Anda di halaman 1dari 7

Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091

Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

KOMPARASI PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA ELEMEN


FISIK PUSAT BUDAYA DIINDONESIA DAN MALAYSIA

Nita Rahmania 1,A. Hadi Prabowo2, Dwi Rosnarti3


1
Universitas Trisakti, Program Studi Arsitektur
nitarahmania20@gmail.com
2
Universitas Trisakti, Program Studi Arsitektur
ahadipra@gmail.com
3
Universitas Trisakti, Program Studi Arsitektur
dwiros2002@gmail.com

Abstract: Neo-Vernacular Architecture is a representation of vernacular architecture that adapts


technological materials such as aspects of green building and alternative construction
technologies, taking into account physical and environmental conditions. The application of Neo-
Vernacular Architecture can be seen based on the physical shape of the building. However, using
Neo-Vernacular Architecture varies in each region according to the characteristics of vernacular
architecture and the surrounding environment. The countries of Indonesia and Malaysia have
similarities such as the dominance of ethnicity, culture, and religion. The countries of Indonesia
and Malaysia have several cultural centers in each region that apply the principles of Neo-
Vernacular Architecture. The application of Neo-Vernacular Architecture at the center of culture
in Indonesia and Malaysia can be seen directly on the physical building by the distinctive
characteristics of vernacular architecture that has been adapted to the latest material technology.
The study method used is a qualitative method with research through design that is flexible. The
variables discussed are the physical elements of the building discussed with the principles of Neo-
Vernacular Architecture, among others: the basic form of the building, the entrance of the
building, the shape of windows and doors, the use of roofs and building materials. The results of
this study explain the application of Neo-Vernacular Architecture in the West Sumatra Grand
Mosque building in Padang, the Cultural Palace in Kuala Lumpur, Malaysia, and the Suarah Bau
Board in Sarawak, Malaysia.
Key Words: Neo-Vernacular, art center, Indonesia dan Malaysia

Abstrak: Arsitektur Neo-Vernakular merupakan representasi arsitektur vernakular yang


mengadaptasi teknologi material terkini seperti aspek green building dan teknologi konstruksi
alternatif, dengan mempertimbangkan kondisi fisik iklim dan lingkungan. Penerapan Arsitektur
Neo-Vernakular bisa terlihat berdasarkan bentuk fisik bangunan. Akan tetapi penerapan Arsitektur
Neo-Vernakular berbeda-beda di setiap daerah sesuai dengan ciri khas arsitektur vernakular dan
keadaan lingkungan sekitarnya. Negara Indonesia dan Malaysia memiliki kemiripan seperti
dominansi etnis, budaya, serta agama yang dianut. Negara Indonesia dan Malaysia mempunyai
beberapa pusat budaya disetiap daerah yang menerapkan prinsip Arsitektur Neo-Vernakular.
Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada pusat budaya di Indonesia dan Malaysia dapat terlihat
langsung pada fisik bangunan sesuai dengan ciri khas arsitektur vernakularnya yang sudah
diadaptasi dengan teknologi material terkini. Metode studi yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan pendekatan research through design yang sifatnya fleksibel. Variable yang
diamati yaitu elemen fisik bangunan yang dikaitkan dengan prinsip Arsitektur Neo-Vernakular,
antara lain: bentuk dasar bangunan, entrance bangunan, bentuk jendela dan pintu, penggunaan atap
dan material bangunan. Hasil penelitian ini mengungkapkan penerapan unsur Arsitektur Neo-
Vernakular pada bangunan Masjid Raya Sumatera Barat di Padang, Istana Budaya di Kuala
Lumpur, Malaysia, dan Dewan Suarah Bau di Serawak, Malaysia.
Kata Kunci : Neo-Vernakular, Pusat Budaya, Indonesia dan Malaysia

PENDAHULUAN Tenggara. Sehingga Indonesia dan Malaysia


Latarbelakang memiliki kebudayaan yang melimpah, termasuk
Indonesia dan Malaysia terletak di Asia keberagaman Arsitektur Vernakular di setiap
Tenggara dan secara geografis saling berdekatan. daerahnya(Arya Tyo, 2009).
Budaya di Indonesia dan Malaysia dipengaruhi Arsitektur Vernakular terdiri dari hunian
oleh bangsa Arab, China, India dan Eropa yang dan jenis bangunan rakyat, biasanya dibangun
melakukan perdagangan di kawasan pesisir Asia oleh masyarakat tanpa arsitek, menggunakan

326
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

teknologi tradisional dengan konteks lingkungan Neo-Vernakular memiliki dua pendekatan


dan sumber daya yang tersedia(Oliver Paul, yang berlawanan yaitu pendekatan konservatif,
1997). yaitu terbatas dalam penggunaan bahan dan
Arsitektur Vernakular merupakan bentuk tradisional. Sementara interpretative, yaitu
representasi ciri khas budaya setempat, sehingga hanya perluasan fisik dari struktur yang ada dan
memiliki keunikan disetiap daerahnya. Akan mengikuti persyaratan fungsional baru (Suha,
tetapi pada era modern Arsitektur Vernakular 1986).
sudah jarang diterapkan. Pada era post modern
muncul Arsitektur Neo-Vernakular yang Konsep Arsitektur Neo-Vernakular
merupakan representasi Arsitektur Vernakular Arsitektur Neo-Vernacular memiliki ciri-
yang mengadaptasikan teknologi material terkini ciri sebagai berikut(Jencks, 1960):
yang mempertimbangkan aspek green building 1. Selalu menggunakan atap bubungan. Atap
dan teknologi konstruksi alternatif(Radović, bubungan menutupi tingkat bagian tembok
1979). sampai hampir ke tanahs ebagai elemen
Salah satu penarapan Arsitektur Neo- pelidung dan penyambutan.
Vernakular yaitu pada bangunan pusat seni 2. Menggunakan material batubata (dalam hal
budaya. Pusat seni budaya merupakan salah satu ini merupakan elemen konstruksi lokal).
wadah untuk melestratikan seni dan budaya 3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional
peninggalan leluhur. Penerapan Arsitektur Neo- yang ramah lingkungan dengan proporsi
Vernakular pada pusat budaya berbeda disetiap yang lebih vertikal (tinggi).
daerah sesuai dengan budaya dan prinsip 4. Memiliki kesatuan antara interior yang
arsitektur vernakular. terbuka melalui elemen yang modern dengan
ruang terbuka di luar bangunan.
Rumusan Masalah 5. Menggunakan warna-warna yang kuat dan
Berdasarkan fenomena di atas, maka kontras.
masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Bagaimana perbedaan penerapan arsitektur Elemen Fisik pembentuk Karakter Visual
Neo-Vernakular pada bangunan pusat Arsitektur Neo Vernakular bisa terlihat
budaya di Negara Indonesia dan Malaysia? langsung pada fisik bangunan. (Berry, 1980)
 Elemenfisik apa saja yang dapat mencirikan menyebutkan beberapa elemen fisik terkait
penerapan arsitektur Neo-Vernakular pada pembentukan karakter bangunan yaitu: Buildings
bangunan pusat budaya di Negara Indonesia (bangunan itu sendiri), dimana elemen-elemen
dan Malaysia? fisik didalamnya berupa:
a. Shape / bentuk dasar bangunan itu sendiri
Tujuan Penlitian b. Bentukan jendela dan pintu / bukaan
Tujuan penelitian dari rumusan masalah c. Penggunaan sudut atap / kemiringan atap
yaitu: d. Material bangunan
 Mengetahui perbedaan penerapan arsitektur e. Penanda pada bangunan
Neo-Vernakular pada bangunan pusat f. Warna bangunan
budaya di Negara Indonesia dan Malaysia. g. Elemenvertikal; seperti kolom
 Mengetahui elemen fisik yang dapat h. Elemen horizontal; seperti balok yang
mencirikan penerapan arsitektur Neo- terlihat pada fasade bangunan.
Vernakular pada bangunan pusat budaya di Didalam teorinya, (Shirvani, 1985)
Negara Indonesia dan Malaysia. menyebutkan beberapa elemen fisik terkait
pembentukan karakter visual yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA 1. Bentuk dan massa bangunan Building form
Pengertian Arsitektur Neo-Vernakular and massing dapat meliputi kualitas yang
Arsitektur Neo-Vernakular adalah berkaitan dengan penampilan bangunan,
interpretasi kontemporer bangunan vernakular yaitu:
dan mengekspresikan teknologi dan bahasa a. Ketinggian bangunan
estetika pada masanya (Radović, 1979). Dalam b. GarisSempadan Bangunan (GSB)
mengadaptasikan teknologi material terkini c. Koefisien Dasar Bangunan (Building
seperti menerapkan aspek ramahl ingkungan dan Coverage)
aspek sosial. d. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

327
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

e. Langgan atau Style Gambar 1.2: Eksterior dan Interior Istana Budaya-
f. Skala Kuala Lumpur, Malaysia
g. Tekstur Istana Budaya Terletak di Jalan Tun Razak,
h. Penanda(Signage) Titiwangsakota Kuala Lumpur. Istana budaya
adalah tempat utama untuk semua jenis teater
termasuk teater pertunjukan lokal dan
Masjid Raya Sumatera Barat-Padang, internasional. Bangunan ini dirancang oleh
Sumatera Barat Muhammad Kamar Ya'akub.
Bentuk dasar massa bangunan Istana Budaya
adalah persegi panjang yang mengalami
transformasi aditif (penambahan). Terinspirasi
dari bentuk 'waubulan', layang-layang tradisional
Melayu. Kemudian dimodifikasi menjadi
Gambar 1.1: Eksterior dan Interior Masjid Raya kombinasi dua bentuk berlian.
Sumatera Barat- Padang, Sumatera Barat Sirkulasi Istana Budaya menuju pintu masuk
Masjid Raya Sumatra Barat terletak di membentuk jalur aksis. Tangga pada pintu masuk
Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, utama menggambarkan'Tangga Melaka' dari
Kota Padang. Masjid Raya Sumatra Barat telah Rumah Melayu tradisional.
dipusatkan sebagai tuan rumah kegiatan Pintu masuk utama berasal dari"Balairong
keagamaan skala regional seperti tablig akbar, Seri" (aula istana). Bermaterial pohon dipahat
pertemuan jemaah, penyelenggaraan Salat Ied berbentuk flora. Penggunaan panel kaca pada lobi
hingga Salat Jumat setiap minggunya. menunjukan bahwa Istana Budaya merupakan
Bentuk dasarmassa bangunan Masjid Raya bangunan modern.
Sumatera Barat adalahpersegi Panjang yang Bentuk atap menggambarkan rangkaian
mengalami transformasi Substraktif bunga dan daun tradisional, yaitu sirih junjung.
(pengurangan) menjadi bentuk massa lengkung Desain dan bentuk atap Istana Budaya responsive
yang dinamis. terhadap iklim tropikal. Atapcuram dan memilik
Terdapat dua sirkulasi menuju pintu masuk ioverhang lebar untuk naungan radiasi matahari
masjid. Sirkulasi utama berada pada elevasi dan mengkontrol silau dari langit terbuka.
+5.80. Peninggian elevasi pada masjid sama Istana budaya mengekspos struktur balok dan
seperti Rumah Minangkabau yang merupakan kolom seperti pilotis yang menggantikan dinding.
rumah panggung. Material yang digunakan adalah ubin marmer
Pintu masuk bermaterial kayu dan dinding pada lantai, dan aluminium pada dinding
masjid dibatasi oleh dinding berbentuk bilah- eksterior karena ketahanannya terhadap karat
bilah yang tembus cahaya dan udara dan iklim lembab.
terhubung dengan teras di sekelilingnya.
Atap masjid ini terlihat seperti gonjong Dewan Suarah Bau- Serawak, Malaysia
rumah gadang dengan bentuk ukiran kayu pada
bagian dinding-dinding atap (fasad). Atap dari
masjid mengikuti bentuk pola rumah gadang yang
berpola segitiga kebawah dan kembang keatas,
yang artinya berpegangan kepada bumi.
Masjid Raya Sumatera Barat menggunakan Gambar 1.2: Eksterior dan Interior Dewan Suarah Bau,
material marmer, alumunium, garnit. Atap terbuat Serawak, Malaysia
dari material pipa Baja. Dan liwan dalam masjid Dewan Suarah Bau adalah komunitas aula
menggunakan material beton dan keramik. dan galeri yang dapat disewakan. Dewan Suarah
Bau dipilih oleh Institut Arsitek Malaysia sebagai
Istana Budaya-Kuala Lumpur, Malaysia penerima Penghargaan Arsitektur Nasional 1991
untuk Bangunan InstitusiTerbaik.
Bentuk dasar massa bangunan Dewan
Suarah Bau adalah persegi Panjang yang
mengalami transformasi aditif (penambahan)
dengan bentuk masa lingkaran menjadi dua massa
bangunan dinamis. Dewan Suarah

328
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

Baumemadukan beberapa elemen arsitektur baruk Tidak terdapat pintu secara fisik, namun
dengan gaya, bahan, konstruksi, dan fungsi entrance ditandai dengan tangga yang
bangunan. Dewan Suarah Bau berbentuk rumah membedakan elevasi. Sehingga zonasi privat dan
panggung menyerupai rumah tradisional baru. public dapat dibedakan.
Terdapat jendela kaca mati pada arealantai satu design (A. Syarief, 2017) yang mengacu pada
dengan kusen bermaterial kayu. Terdapat kisi-kisi prinsip-prinsip Arsitektur Neo-Vernakular.
dan kaca mati sebagai pembatas dinding. a. Metode Pengumpulan Data,
Atap Dewan Suarah Bau pada massa Pengumpulan data melalui metode literature
bangunan lingkaran menggunakan atap merucut review yang bersumber pada literatur cetak dan
seperti atap tradisional baruk. Dan pada massa elektronik. Objek tinjauan yang diamati, antara
bangunan persegi panjang menggunakan atap lain; bentuk dasar bangunan, entrance bangunan,
pelana yang ditopang oleh kolom lengkung bentuk jendela dan pintu, penggunaan atap dan
didepannya yang merepresentasikan bangunan material bangunan.
vernakular bangunan setempat. b. Metode Analisis Data,
Material pada Dewan Suarah Bau Data literatur mengenai objek kajian yang
didominasi menggunakan dinding setengah batu telah terkumpul ditinjau mengenai prinsip
bata dan mengekspos struktur seperti balok dan Arsitektur Neo-Vernakular, sehingga dihasilkan
kolom. kesimpulan sementara.
c. Metode Menyimpulkan Data,
METODOLOGI Berdasarkan data kesimpulan sementara,
Metode yang digunakan adalah metode mengenai objek kajian yang menerapkan prinsip
kualitatif dengan pendekatan research through arsitektur Neo- vernakular.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Analisis Komparasi Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Elemen Fisik Pusat
budaya di Indonesia dan Malaysia

KASUS
VARIAB- Masjid Raya Sumatera Dewan Suarah Bau,
Istana Budaya-Kuala PENERAPAN
EL Barat- Padang, Bau, Serawak,
Lumpur, Malaysia
Sumatera Barat Malaysia
Bentuk  Bentuk dasar massa  Bentuk dasar massa  Terdapat dua masa Berdasarkan
Dasar persegi Panjang bangunan persegi bangunan yaitu studi literatur
Bangunan dengan transformasi Panjang dengan bentuk massa persegi bentuk blok
Substraktif stransformasi Panjang dan massa,
(pengurangan) aditif(penambahan). lingkaran. bangunan Neo-
 Masjid Raya Sumatera  Istana Budaya  Dewan Suarah Bau Vernakular
Barat tersinspirasi dari terinspirasidari bentuk memadukan menyesuaikan
bentuk rumah gadang. 'waubulan', layang- beberapa elemen iklim dan
layang tradisional arsitektur baruk. konteks urban
Melayu. setempat.

Gambar 3.1: Blok Plan Gambar 3.1: Blok Plan Gambar 3.1: Blok Plan
Masjid Raya Sumatera Istana Budaya Dewan Suarah Bau
Barat Sumber :Jurnal Architecture Sumber :
Sumber Culture & History 2 Google Eearth 2019
:www.skyscrapercity.com

Entrance  Peninggian elevasi  Terdapat tangga  Dewan Suarah Bau Berdasarkan

329
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

Bangunan pada masjid sama mengarah ke pintu berbentuk rumah letak georafis,
seperti Rumah masuk menggambar- panggung objek studi
Minangkabau yang kan 'Tangga Melaka' menyerupai rumah terletak pada
merupakan rumah dari Rumah Melayu tradisional baruk. kawasan ring of
panggung. tradisional. firesehingga
bangunan
Vernakular
adalah rumah
panggung. Oleh
karena itu
entrance pada
studi berupa
perbedaan
elevasi.
Bentuk A. Pintu A. Pintu A. Pintu Berdasarkan
Jendela  Pintu masuk  Pintu masuk utama  Tidak terdapat pintu studi literatur
dan Pintu, bermaterial kayu dan berasal dari"Balairong sacara fisik, namun bentuk jendela
terdapat lubang- Seri" (aula istana). entrance ditandai dan pintu.
lubang sikurlasi pada Bermaterial pohon dengan tangga yang Bentuk jendela
dinding masjid. dipahat berbentuk membedakan elevasi dan pintu
flora. bangunan Neo-
Vernakular
B. Jendela B. Jendela B. Jendela
menyesuiakan
 Tidak terdapat jendela,  Panel kaca pada lobby  Terdapat jendela
iklim dengan
bukaan masjid hanya menambah kesan kaca mati dengan
penggunaan
berupa bilah-bilah modern. kusen bermaterial
material yang
yang tembus cahaya kayu. kisi-kisi pada
teredia pada
dan udara. lantai 2 sebagai
kawasan.
pengganti dinding.
Pengguna-  Atap dari masjid  Bentuk atap  Massa bangunan Berdasarkan
an Atap mengikuti bentuk pola menggambarkan lingkaran studi literatur
rumah gadang yang rangkaian bunga dan gmenggunakan atap pada bangunan
berpola segitiga daun tradisional, yaitu tradisional baruk. neo-vernakular.
kebawah dan kembang sirih junjung, Desain Dan massa bangunan Bentuk atap
keatas, yang artinya dan bentuk atap Istana persegi panjang bangunan
berpegangan kepada Budaya responsive menggunakan atap menyeseuaikan
bumi. terhadap iklim tropis pelana. dengan bentuk
Malaysia. bangunan
vernacular
setempat yang
disesuaikan
dengan fungsi
dan iklim
terkini.
Material  Atap masjid terbuat  Terdapat pilotis kolom  Material didominasi Berdasarkan
Bangunan dari material pipa yang menggantikan menggunakan studi literatur
Baja. dinding. dinding setengah material yang
 Liwan dalam masjid  Kaca tempered sebagai batu bata. gunakan
menggunakan material jendela.  Mengekspos struktur merupakan
beton dan keramik.  Material baja untuk balok dan kolom material yang
 Dinding eksterior realing tangga, atap di bertulang tersedia pada
memiliki ukiran yang tempat parkir.  Pada lantai dua kawasan dan
menampilkan kaligrafi  Aluminium untuk mengunakan kisi-kisi menyesuaikan
dan motif kain songket dinding eksterior dan kaca mati iklim dan
khas Minangkabau. karena ketahanannya sebagai pembatas teknologi
iklim lembab. dinding. terkini.

330
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

Hasil analisis komparasi penerapan didapatkan persamaan dan perbedaan penerapan


Arsitektur Neo-Vernakular pada elemen fisik Arsitektur Neo-Vernakular pada elemen fisik
pusat seni di Indonesia dan Malaysia antara lain: bangunan, antara lain:
1. Bentuk Dasar Bangunan  Pada kasus Masjid Raya Sumatera Barat di
Berdasarkan studi literatur bentuk dasar Indonesia menerapkan Arsitektur Neo-
bangunan, bangunan Neo-Vernakular Vernakular pada bentuk atap dan dasar
menyesuaikan konteks urban setempat yang bangunan yang merepresentasikan bangunan
terinspirasi atau memadukan arsitektur vernakular vernakular rumah gadang.
setempat dengan menyesuaikan bentuknya  Pada kasus Istana Budaya-Kuala Lumpur,
dengan fungsi bangunan, iklim, material dan Malaysia bentuk atap tidak
teknologi terkini. merepresentasikan atap bangunan vernakular
tetapi menggambarkan rangkaian bunga dan
daun tradisional yaitu sirih junjung, yang
responsif terhadap iklim tropikal Malaysia.
2. Entrance Bangunan  Pada kasus Dewan Suarah Bau, Malaysia
Berdasarkan letak georafis, objek studi menerapkan Arsitektur Neo-Vernakular pada
terletak pada kawasan ring of fire sehingga bentuk atap dan dasar bangunan menyerupai
bangunan vernakular berupa rumah panggung. bangunan vernakular rumah baruk.
Oleh karena itu entrance pada studi literatur Berdasarkan letak georafis, ketiga objek
berupa perbedaan elevasi. Sehingga dapat studi terletak pada kawasan ring of firesehingga
disimpulkan bentuk entrance bangunan neo- bangunan vernakular berupa rumah panggung.
vernakular mengikuti konteks urban setempat Oleh karena itu entrance pada studi berupa
seperti bangunan vernakular. perbedaan elevasi.
3. Bentuk Jendela dan Pintu Kesimpulan hasil penenelitian Arsitektur
Berdasarkan studi literatur bentuk jendela Neo-Vernakular dapat teridentifikasi dengan jelas
dan pintu. Bentuk jendela dan pintu bangunan melalui bentuk fisik bangunan. Elemen fisik yang
neo-vernakular menyesuiakan iklim dengan dapat mempresentasikan Neo-Vernakular yaitu:
penggunaan material yang teredia pada kawasan. Bentuk dasar bangunan, entrance bangunan,
Bentuk jendela dan pintu kurang dapat penggunaan atap, dan material bangunan. Elemen
mencirikan bangunan neo-vernakular karena fisik yang diterapkan merepresentasikan
bentuk jendala dan pintu berbeda-beda sesuai Arsitektur Vernakular yang mengadaptasikan
dengan fungsi dan iklim terkini. teknologi material dan teknologi konstruksi
4. Penggunaan Atap terkini dengan mempertimbangkan kondisi fisik
Berdasarkan studi liteatur penggunaan iklim dan lingkungan. Untuk elemen fisik bentuk
atap, bangunan Neo-Vernakular menyeseuaikan jendela dan pintu kurang dapat mempresentasikan
dengan bentuk atap bangunan vernakular arsitektur Neo-Vernakular karena bentuk jendala
setempat yang disesuaikan dengan fungsi, iklim dan pintu menyesuaikan bentuk terkini yang
dan teknologi material dan konstruksi terkini. disesuaikan dengan fungsi dan iklim.
Sehingga bangunan Neo-Vernakular biasa nya
mudah di identifikasikan berdasarkan bentuk atap DAFTAR PUSTAKA
yang digunakan. Arya Tyo. (2009). Kawasan Asia Tenggara.
5. Material Bangunan Retrieved from
Berdasarkan studi banding material, https://www.scribd.com/doc/22767582/Kaw
bangunan Neo-Vernakular menggunakan material asan-Asia-Tenggara
yang tersedia yang disesuikan dengan iklim dan Berry, W. (1980). Good Neighbors; Building
teknologi terkini. Salah satu ciri bangunan Neo- Next to History. State: Historical society of
Vernakular adalah penggunaan material terkini Colorado. State: Historical society of
yang ramah lingkungan dengan memadukan Colorado.
bentuk yang merepresentasikan bangunan Jencks, C. (1960). The Language of Post-Modern
vernakular Architecture. London: Academy Editions
and New York.
KESIMPULAN Oliver Paul. (1997). Encyclopedia of Vernacular
Berdasarkan hasil penelitian studi pusat Architecture of the World.
seni budaya di Indonesia dan Malaysia Radović, R. (1979). Active space. Beograd:

331
Prosiding SEMINAR NASIONAL’Komunitas dan Kota Keberlanjutan’ e-ISSN : 2715-7091
Transisi di Ruang Kota, 9 September 2019 p-ISSN : 2716 -3709

Nezavisna izdanja 24.


Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process.
New York: Van Nostrand Reinhold.
Suha, O. (1986). Regionalism with Modernism-
Regionalism in Architecture. In Seminar
Exploring Architecture in Islamic Cultures
II. Dhaka, Bangladesh.

332

Anda mungkin juga menyukai