Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN KARYA DESAIN JESSICA WALSH DAN NYOMAN NUARTA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TINJAUAN DESAIN GRAFIS

DISUSUN OLEH:

RIDWAN FAIZAN MUKHTAR / 1601201375

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
analisis desainer lingkup global (Jessica Walsh) dan lingkup nasional (Nyoman Nuarta)
ini dengan tepat pada waktunya, untuk melengkapi tugas mata kuliah Tinjauan Desain
Grafis.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. kami
menyadari bahwa makalah ini pasti tidak terlepas dari kesalahan dan kekurang tepatan
data, maka kami selaku penyusun memohon saran dan kritik yang membangun bagi
kami kedepannya maupun bagi kesempurnaan perencanaan bisnis ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ini Bapak
Taufan Hidayatullah dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Bandung, 10 Januari 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

BAB I ................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6

2.1 Jessica Walsh: Seniman Grafis Amerika ............................................................... 6

2.1.1 Deskripsi........................................................................................................... 6

2.1.2 Analisis ............................................................................................................. 8

2.1.3 Interpretasi ...................................................................................................... 9

2.2 Nyoman Nuarta .................................................................................................... 11

2.2.1 Deskripsi......................................................................................................... 11

2.2.2 Analisis ........................................................................................................... 13

2.2.3 Interpretasi .................................................................................................... 14

BAB III ............................................................................................................................. 18

PENUTUP ........................................................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 18

3.2 Saran ..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jessica Walsh .................................................................................................. 6


Gambar 2. Karya "Forgiveness is Overrated" ................................................................... 7
Gambar 3. Karya "Stress can Literally Kill You" ................................................................ 7
Gambar 4. Karya Desain dan Seni Fotografi Jessica Walsh .............................................. 8
Gambar 5. Karya "Stop Asking Me when I'm Having Kids" .............................................. 9
Gambar 6. Nyoman Nuarta ............................................................................................ 11
Gambar 7. Nyoman Nuarta dan Patung GWK, Bali ........................................................ 12
Gambar 8. Nyoman Nuarta dan Konsep Patung Garuda ............................................... 12
Gambar 9. Ilustrasi Istana Kepresidenan Garuda ........................................................... 13
Gambar 10. Lapangan Depan Istana Kepresidenan ....................................................... 14
Gambar 11. Ilustrasi Istana Kepresidenan Tampak Samping ......................................... 15
Gambar 12. Ilustrasi Green Building............................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Desain grafis adalah suatu bentuk visual yang menggunakan media gambar untuk
menyampaikan atau mempromosikan suatu barang agar menjadi lebih efektif. Unsur
desain grafis seperti teks dianggap sebagai gambar di karenakan teks sendiri sering di
sebut simbol- simbol untuk menerangkan makna sebuah hasil karya penulis.

Desain grafis merujuk kepada proses pembuatan, metode perancangan baik yaitu
dengan metode perancangan melalui konsep maupun teknisi. Desain grafis pun
mencangkup kepada kemampuan seorang perancang maupun desainer agar sebuah
hasil karya yang dibuat sesuai dengan ilmu yang penulis miliki.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan pada penelitian berikut adalah:

1. Siapa desainer lokal dan internasional yang mempunyai karakter yang khas?
2. Apa karya-karya dari desainer tersebut?
3. Mengapa desainer tersebut penting?
4. Apa kualitas khusus dari masing-masing desainer?
5. Apa kaitan masing-masing desainer dengan paradigma kebudayaan mutakhir
yang melandasinya?
1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian du atas, tujuan dari penelitian berikut adalah:

1. Mengenal desainer lokal dan internasional dengan lebih komprehensif


2. Mengetahui alasan mengapa desainer-desainer tersebut penting melalui
kekhususan dan paradigma kebudayaan yang mereka dukung
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jessica Walsh: Seniman Grafis Amerika

2.1.1 Deskripsi
Dewasa ini, seni desain grafis digital dan seni fotografi menjadi sektor desain yang umum
digunakan pada berbagai ranah kehidupan dan pekerjaan. Salah satu desainer dan art
director yang menjadi tokoh masa kini dari seni desain grafis digital dan fotografi adalah
Jessica Walsh. Jessica Walsh merupakan seniman industri kreatif, meliputi ilustrasi
digital, desain grafis, art director, dan pengajar. Jessica Walsh merupakan seorang warga
negara Amerika Serikat yang lahir pada tanggal 30 Oktober 1985 di New York, AS.

Gambar 1. Jessica Walsh

Jessica merupakan pribadi yang gemar mempelajari desain grafis digital sejak kecil. Sejak
berusia 11 tahun, Jessica sudah menekuni desain grafis website dan menghasilkan uang
dari kegemarannya tersebut. Hal tersebut menjadikan Jessica menempuh dunia desain
grafis digital sebagai bagian dari hidupnya. Jessica meneruskan Pendidikan di Rhode
Island School of Design di Probidence, Amerika Serikat. Setelah lulus berkuliah, Jessica
menjadi intern di Pentagram dan mulai mendapatkan banyak pekerjaan freelance.
Pekerjaan profesionalnya dimulai dengan menjadi seorang Design and Art Director di
Sagmeister dari tahun 2010 hungga 2012.
Gambar 2. Karya "Forgiveness is Overrated"

Jessica kemudian menjadi partner dengan Stefan Sagmeister, sehingga ia kemudian


menjadi Creative Director dari Sagmeister & Walsh. Pada pekerjaan ini, Jessica
menerima banyak project, mulai dari pameran hingga branding design suatu produk.
Pada tahun 2019, Jessica mundur dari Sagmeister and Walsh dan mulai merealisasikan
impiannya sejak remaja, yakni membuat studionya sendiri yang bernama “&Walsh”.

Gambar 3. Karya "Stress can Literally Kill You"


Jessica Walsh aktif mendesain untuk iklan suatu produk atau brand tertentu dengan
menggunakan gaya seninya tersendiri. Jessica Walsh juga mendesain karya-karya
tipografi. Selain itu, Jessica juga aktif mengkritisi isu-isu sosial, politik, feminisme, dan
kesehatan mental, yang dikemas dalam bentuk desain grafis digital maupun seni
fotografi dan karya-karyanya dapat dilihat melalui akun Instagram-nya, @jessicavwalsh.

Gambar 4. Karya Desain dan Seni Fotografi Jessica Walsh

Jessica Walsh mempunyai kualitas khusus pada karya fotografi dan desain grafis
digitalnya dengan menggunakan pemilihan warna terang dengan kontras yang
mencolok antarwarnanya sehingga menunjukkan kesan gaya seni pop art yang kental.
Strategi desain tersebut relatif sejalan dengan paradigma kebudayaan masyarakat
milenial, di mana banyak generasi muda yang Kembali menyukai gaya seni “nyentrik”
dengan kesan retro seperti pop art. Pemilihan warna yang terang dan kontras ini
menunjukkan kesan vintage yang kuat sehingga menghasilkan karya yang unik dan
mencolok.

2.1.2 Analisis
Karya desain grafis di bawah ini merupakan salah satu karya dari Jessica Walsh yang
diunggah pada akun sosial media Instagram-nya, @jessicavwalsh, pada 11 Januari 2022.
Karya tersebut merupakan karya desain grafis tipografi yang dibalut dalam seni
fotografi. Tidak diketahui judul dan deskripsi lebih lanjut dari karya tersebut.
Gambar 5. Karya "Stop Asking Me when I'm Having Kids"

Karya di atas terdiri dari potret sepasang kaki yang dibalut dengan sepasang kaus kaki
berwarna coklat muda. Kaki tersebut tampak mengenakan sepasang sepatu berwarna
emas dan berdiri di atas karpet bludru berwarna biru. Di atas telapak kaki tersebut
tampak suatu objek yang tampak seperti kertas berwarna emas yang berisikan tulisan
berwarna hitam: “Stop Asking Me When I’m Having Kids”. Di belakang kertas berisikan
tulisan tersebut, tampak terdapat tumbuh-tumbuhan pada bagian kiri dan kanannya.

2.1.3 Interpretasi
Karya Jessica Walsh di atas merupakan salah satu karya yang disadur dari media sosial
Instagram pribadinya. Karya tersebut mempunyai kesan vintage dan retro yang lekat
melalui pemilihan warna latar berwarna biru yang kontras dengan kaki dan tulisan di
depannya. Karya tersebut merupakan salah satu unggahan Jessica Walsh yang
mengkritisi isu sosial-feminisme. Melalui karya tersebut, Jessica Walsh secara langsung
mengkritisi dan memprotes ekspektasi dan pandangan masyarakat terhadap tubuh
individu perempuan, terutama dalam melahirkan anak.

Pada karya tersebut, terdapat seni tipografi yang menuliskan tulisan “Stop Asking Me
When I’m Having Kids.” Makna dari karya tersebut disampaikan secara langsung melalui
tipografi yang tertulis dan menjadi objek pandang utama dari karya tersebut. Jessica
mengkritisi pertanyaan-pertanyaan umum yang terlontar pada perempuan mengenai
kapan seseorang mempunyai anak, terlebih bagi individu perempuan yang telah
menginjak usia “layak” untuk mempunyai dan/atau melahirkan anak.

Kertas emas berisikan tulisan tersebut tampak ditempatkan pada bagian kaki seseorang,
yang merepresentasikan ketidakmerdekaan perempuan atas tubuhnya sendiri melalui
pertanyaan-pertanyaan sederhana namun tetap mereduksi hak merdeka perempuan
atas tubuhnya sendiri. Tumbuhan-tumbuhan yang tampak tumbuh dari balik tulisan
tersebut merepresentasikan pola pikir semacam itu yang telah tumbuh dengan lestari
pada alam bawah sadar masyarakat sehingga menjadi suatu konstruksi sosial yang
melekat dari waktu ke waktu.

Karya tersebut menjadi bentuk kritik dan perlawanan Jessica Walsh terhadap konstruksi
pola pikir misoginis pada masyarakat. Walsh mengkritik ekspektasi masyarakat terhadap
perempuan yang haruslah mempunyai dan/atau melahirkan anak, dan menetapkan usia
tertentu sebagai batas usia ideal bagi seorang perempuan untuk mempunyai dan/atau
melahirkan anak. Padahal, perempuan seharusnya mempunyai hak untuk merdeka atas
tubuhnya dan keputusan hidupnya sendiri, termasuk memutuskan untuk menjadi
seorang ibu.
2.2 Nyoman Nuarta: Desainer Patung Nusantara

2.2.1 Deskripsi
I Nyoman Nuarta merupakan seniman patung dan pelopor Gerakan Seni Rupa Baru
(1976) asal Tabanan, Bali, kelahiran 14 November 1951. Sejak kecil, Nyoman aktif
terlibat dalam kegiatan kesenirupaan di desanya. Nyoman kecil menganggap bahwa
berkarya adalah kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan di dalam hidupnya,
sampai akhirnya Nyoman yakin bahwa mematung merupakan jalan hidupnya. Nyoman
menekuni bidang seni rupa dengan berkuliah di jurusan Seni Rupa di Institut Teknologi
Bandung (ITB) dengan spesialisasi jurusan Seni Patung. Saat berkuliah, Nyoman
memenangkan sayembara desain patung proklamator Indonesia, Soekarno dan
Mohammad Hatta.

Gambar 6. Nyoman Nuarta

Karya seni patung Nyoman terdiri dari seni patung modern sampai gaya naturalistik yang
dibangun dari tembaga dan kuningan. Dalam perjalanan karirnya, Nyoman telah
merancang lebih dari 100 karya seni rupa patung, termasuk Patung Garuda Wisnu
Kencana (GWK) di Bali, Monumen Arjuna Wijaya di Jakarta, dan Patung Timika di Papua
Barat. Nyoman juga mendirikan instalasi seni yang berisi karya seni patungnya Bernama
NuArt Sculpture Park. Selain itu, untuk menghargai dedikasi dan pengalamannya,
Nyoman memperoleh gelar kehormatan Doktor Honoris Causa Culture dari Bidang Ilmu
Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), gelar kehormatan “Chevalier De L’Orde
Des Arts Et Des Lettres” dari pemerintah Perancis, dan penghargaan Habibie Prize pada
tahun 2021 dari Kepala BRIN RI.

Gambar 7. Nyoman Nuarta dan Patung GWK, Bali

Melalui sejumlah karya patung yang ditelurkan oleh Nyoman Nuarta, nasionalisme dan
rasa cinta tanah air menjadi paradigma kebudayaan yang Nyoman miliki. Nyoman
berusaha untuk merepresentasikan dan mewujudkan rasa nasionalismenya melalui
karya-karyanya yang selalu mempunyai ciri kemegahan, keunggulan, serta keindahan
Tanah Air.

Gambar 8. Nyoman Nuarta dan Konsep Patung Garuda

Belakangan ini, Nyoman Nuarta menjadi perancang kawasan Istana Negara untuk Ibu
Kota Negara (IKN) Baru Indonesia di Kalimantan Timur. Desain Istana Kepresidenan
karya Nyoman Nuarta nantinya akan menjadi satu-satunya istana kepresidenan yang
menjadi suatu karya seni. Kompleks Kawasan Istana Kepresidenan yang bernama “Istana
Garuda” tersebut akan dibangun di lahan 55,7 hektar dengan luas 334.200 meter persegi
yang terdiri dari lapangan upacara, bangunan kantor presiden dan staf khusus presiden,
botanical garden, wisma negara, masjid, museum, dan sejumlah bangunan pendukung
lainnya. Konsep Kawasan Istana Kepresidenannya telah disetujui oleh Presiden RI, Joko
Widodo, dan sedang dalam tahap finalisasi.

2.2.2 Analisis
Desain Istana Kepresidenan karya Nyoman Nuarta yang bernama “Istana Garuda”
memiliki bentuk burung garuda gigantik berwarna putih-silver yang sedang
mengepakkan sayap. Pada bagian tengah bangunan burung garuda tersebut, terdapat
bangunan yang terdiri dari lapisan kaca berwarna hijau. Bangunan tersebut berada di
atas suatu bukit dan dipisahkan oleh jalan. Pada seberang jalan, terdapat bangunan
dengan atap yang ditutupi rumput hijau.

Gambar 9. Ilustrasi Istana Kepresidenan Garuda

Burung garuda raksasa yang menjadi ikon dari Istana Kepresidenan IKN Baru berwujud
burung garuda raksasa dengan sayap yang terbuka lebar sepanjang 170 meter dengan
ketinggian 88 meter di atas permukaan laut. Desain burung garuda tersebut menghadap
ke arah tenggara. Sayap dari burung garuda raksasa tersebut membentuk bulu-bulu
burung yang terdiri dari tujuh bulu. Kepala dari burung garuda raksasa tersebut tampak
sedang menghadap ke bendera Indonesia di depannya. Material yang membangun
burung garuda tersebut adalah bahan logam tembaga yang membentuk pola patahan
atau bilah-bilah vertikal secara berulang yang mendeskripsikan bulu-bulu burung
garuda. Bilah-bilah tersebut juga akan meredam paparan cahaya matahari agar tidak
langsung menerpa dinding kaca di belakangnya.

Gambar 10. Lapangan Depan Istana Kepresidenan

Pada bagian depan dari bangunan burung garuda raksasa tersebut terdapat pilar-pilar
dengan pola berulang yang membentuk lengkungan terhadap bangunan burung garuda.
Pada bagian depan dari bangunan tersebut terdapat tangga bertingkat berwarna putih
menuju lapangan rumput dengan pohon pada bagian kiri dan kanan dengan bendera
Indonesia di bagian tengahnya. Pada bagian kiri dan kanan dari lapangan tersebut diapit
oleh pohon-pohon yang berbaris secara sejajar.

2.2.3 Interpretasi
Pemilihan burung garuda sebagai ikon utama bagi Istana Kepresidenan IKN Baru
Indonesia ini merepresentasikan simbolisasi burung Garuda Pancasila yang merupakan
lambang negara Indonesia. Burung Garuda yang mewujudkan semangat “Bhinneka
Tunggal Ika” merupakan makna yang disematkan pada desain Istana Kepresidenan IKN
baru ini. Burung Garuda merupakan pemersatu bangsa dari beragamnya ras, suku,
agama, dan budaya, menjadi inspirasi di balik pemilihan burung garuda sebagai ikon IKN
yang merepresentasikan semangat persatuan di balik keberagaman.
Gambar 11. Ilustrasi Istana Kepresidenan Tampak Samping

Bentuk desain burung garuda yang tampak sedang mengepakkan sayapnya


merepresentasikan negara yang selalu berupaya untuk menjangkau seluruh daerah di
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Desain burung garuda ini juga menunjukkan
semangat kemerdekaan yang “melawan” desain arsitektur kolonial peninggalan
Belanda.

Pemilihan bahan utama bangunan burung garuda yang terdiri dari bahan logam
tembaga ini memanfaatkan sifat logam yang tahan terhadap korosi dan mudah
dibentuk. Pemilihan bahan logam sebagai bahan utama konstruksi patung garuda
tersebut juga dapat merepresentasikan kekokohan dan kekuatan Indonesia sebagai
suatu bangsa.

Sayap dari bangunan patung garuda tersebut terdiri dari bilah-bilah vertikal yang dibuat
dengan pola yang berulang. Bangunan patung juga sengaja dibuat menghadap ke arah
tenggara agar paparan cahaya matahari tidak langsung masuk ke dalam Gedung,
sehingga suhu dalam gedung tidak terlalu tinggi. Kedua hal ini merepresentasikan
semangat Indonesia dalam menjunjung tinggi konservasi dan penghematan energi,
karena akan mengefisienkan penggunaan energi listrik berkat sistem ventilasi dan
respirasi udara yang baik.

Pilar-pilar yang berada di depan bangunan patung garuda merepresentasikan rakyat


sebagai pilar dari berdirinya suatu negara. Rakyat merupakan komponen utama dan
komponen penyokong hadirnya suatu negara, sehingga rakyat yang bergotong-royong
dan bahu membahu membangun bangsa dapat mewujudkan Indonesia yang maju dan
bermartabat. Sementara itu, bangunan patung garuda dibuat menghadap ke arah
bendera Indonesia merepresentasikan falsafah dan pandangan bangsa Indonesia
melalui lambang negara Burung Garuda serta semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”
mempunyai tujuan untuk membangun dan menopang Indonesia sebagai suatu negara
yang utuh dan merdeka. Dengan demikian, paradigma kebudayaan yang dianut dan
dimiliki oleh Nyoman Nuarta dapat dilihat melalui karya terbarunya: Istana
Kepresidenan IKN Baru Indonesia/

2.2.4 Evaluasi

Karya desain arsitektur dari konsep bangunan Istana Kepresidenan Ibu Kota Negara Baru
Indonesia dari Nyoman Nuarta menghadirkan kesan kemegahan dan keagungan Garuda
Pancasila sebagai lambang negara yang memiliki semangat untuk mempersatukan
bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam perbedaan. Bangunan dari burung garuda
sengaja didesain megah dan besar yang tersusun dari logam. Namun, kemegahan dari
bangunan patung Garuda tersebut kurang mencerminkan kemajuan peradaban suatu
bangsa, khususnya pada masa digitalisasi dan bangunan emisi rendah dengan konsep
green building.

Gambar 12. Ilustrasi Green Building


Simbolisasi melalui metafora harafiah yang terkandung di dalam anatomi tubuh
bangunan patung Garuda dan sekitarnya merupakan pendekatan yang usang pada
perancangan arsitektur di era perkembangan dan transisi teknologi. Metafora harafiah
ini juga tidak merepresentasikan upaya pemerintah Indonesia dalam mengupayakan
kota yang berwawasan lingkungan.

Pembangunan bangunan patung Garuda berukuran gigantik ini juga dibangun di pulau
Kalimantan yang mayoritas terdiri dari hutan, sehingga menunjukkan kesan egoisme
Pemerintah untuk membangun simbolisasi pointless di tengah hutan hujan Kalimantan
yang seharusnya dikonservasi dan dijaga keutuhannya. Penggunaan bahan dasar logam
pada bangunan patung Garuda tidak menunjukkan semangat Pemerintah untuk
mengurangi emisi atau low emission building, karena penggalian bahan logam diperoleh
melalui kegiatan tambang yang tentunya menghasilkan emisi tinggi.

Bangunan istana kepresidenan seharusnya didesain dengan konsep low emission serta
perpaduan dengan konsep green building yang merepresentasikan Indonesia sebagai
negara yang mendukung pereduksian emisi dan keberpihakan terhadap keutuhan
lingkungan. Simbolisasi harafiah yang disematkan pada anatomi atau bentuk-bentuk
fisik dapat diganti menjadi simbolisasi nonharafiah dengan makna yang membangun.
Gedung bangunan Istana Kepresidenan yang dibangun di pulau Kalimantan dapat
menunjukkan keberpihakan Pemerintah Indonesia terhadap konservasi energi dan
pelestarian lingkungan. Hal tersebut dapat dicapai dengan skema penanaman kembali
tumbuhan endemik pulau Kalimantan dan penyematan pohon atau tumbuhan pada
tubuh bangunan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan
tersebut, maka dijumpai beberapa jenis kritik karya seni berdasarkan pendekatannya
seperti yang disampaikan oleh Feldman (1967), yaitu kritik populer (popular criticism),
kritik jurnalis (journalistic criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism), dan kritik
pendidikan (pedagogical criticism).

Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa bentuk
kritik, yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik, dan instrumentalistik. Berdasarkan
beberapa uraian tentang pendekatan dalam apresiasi dan kritik seni, dapat dirumuskan
tahapan-tahapan kritik secara umum, yaitu deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan
evaluasi atau penilaian.

Mengkritisi sebuah karya seni rupa tidak bertujuan untuk mencari-cari kesalahan,
kekurangan, atau kelemahan sebuah karya seni rupa. Pada dasarnya melalui kegiatan
kritik karya seni rupa kita belajar memberikan penilaian secara obyektif terhadap
kualitas karya seni, untuk meningkatkan kualitas wawasan, tanggapan, dan kepekaan
kamu terhadap karya seni. Hasil tanggapan dan evaluasi terhadap karya diharapkan
mendorong perupa untuk meningkatkan kualitas karyanya.

3.2 Saran
Melalui kegiatan apresiasi dan kritik seni tidak hanya mengapresiasi dan mengkritisi
karya seni, tetapi juga belajar mengkritisi berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari dengan tetap mengedepankan sikap apresiatif.
DAFTAR PUSTAKA

Robertson, Katie. (2020, Januari 30). The Work Diary of Jessica Walsh, Designing (and
Wining) Woman. The New York Times. Didapat dari:
https://www.nytimes.com/2020/01/30/business/smallbusiness/jessica-walsh-
work-diary.html

Pelosi, Claudia. (2021). A Talk with Jessica Walsh. Design Wanted. Didapat dari:
https://designwanted.com/interview-jessica-walsh/

Damayanti, Aulia. (2022). Mengenal Nyoman Nuarta. Petani Cilik yang jadi Maestro
Pematung RI. Detik Finance. Didapat dari: https://finance.detik.com/sosok/d-
5951210/mengenal-nyoman-nuartapetani-cilik-yang-jadi-maestro-pematung-ri

Hikam, H. A. A. (2022). Nyoman Nuarta Beberkan Alasan Istana IKN Nusantara


Bentuknya Garuda. Detik Finance. Didapat dari:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-
5956097/nyomannuartabeberkanalasan-istana-ikn-nusantara-bentuknya-
garuda

Anda mungkin juga menyukai