Rabies disebut juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi
akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini
bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia
melalui gigitan hewan penular rabies.
Penyakit ini telah dikenal sejak berabadabad yang lalu dan merupakan
penyakit yang menakutkan bagi manusia karena penyakit ini selalu diakhiri
dengan kematian.
Penyakit ini menyebabkan penderita tersiksa oleh rasa haus namun
sekaligus merasa takut terhadap air (hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik
pada hewan maupun manusia, hampir seluruh pasien yang menunjukkan
gejala–gejala klinis rabies (encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan
rabies namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan kasus gigitan
hewan penular rabies (GHPR) sedini mungkin.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
I. Penanganan kasus gigitan hewan rabies/ tersangka rabies
a. Semua kasus gigitan hewan penularan rabies/ tersangka rabies
harus segera dilakukan pencucian luka gigitan dengan
sabun/deterjen dan air mengalir selama 10-15 menit. Dan segera
dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan
secepatnya.
b. Bila kasus gigitan tersebut cukup membahayakan dan
memerlukan penanganan yang insentif segera dirujuk ke rumah
sakit terdekat atau rumah sakit yang ditunjuk sebagai rabies
center.
II. Vaksin dan serum yang dipergunakan
a. Pengadaan vaksin dan serum
Pengadaan vaksin dan serum anti rabies disediakan setiap
tahun dengan anggaran pusat dan provinsi sebagai persediaan
bila terjadi KLB. Namun demikiann pemerintah
Kabupaten/Kota harus menyediakan VAR/SAR sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan anggarannya.
b. Pengelolaan vaksin dan serum anti rabies
Mengingat bahwa penggunaan vaksin/serum anti rabies juga
mengandung resiko, maka perlu dilakukan
pengawasan/pengelolaan secara baik oleh petugasa yang
dilatih. Hal-hal yang perlu dicatat dalam pengawasan
penyimpanan, distribusi penggunaan VAR/SAR :
Tipe dan nomor batch
Tanggal kadarluasa
Jumlah persediaan VAR/SAR sebelumnya
Cara penyimpanan VAR/SAR ( disimpan pada kamar dingin
atau lemari es dengan suhu 28o C, tidak boleh dicampur
dengan bahn makanan atau minuman).
Distribusi VAR/SAR (jumlah dan tujuan)
III. Cara pemberian Pengobatan Pasteur
a. Indikasi Pemberian
b. Pelaksanaan pengobatan
Dosis Vaksin Anti Rabies (VAR)
Dosis VAR yang direkomendasikan adalah 0,5 ml setiap
penyuntikan.
Pemberian VAR pada manusia yang tergigit hewan
tersangka/rabies, digunakan dengan metode 2-1-1 yaitu 2
dosis pada hari ke 0 (regio deltoid kiri dan kanan), 1 dosis
hari ke 7 dan 1 dosis hari ke 21 secara IM (intra muscular)
Untuk anak < 1 tahun diberikan di pangkal paha.
Untuk ibu hamil perlu dipertimbangkaan manfaat dan
kegunaannya dan rsikonya. Jika indikasi dan factor tertular
kuat maka diberikan VAR, jika indikasi lemah tidak
diberikan, hanya perawatan gigitan luka.
Pencatatan
Dalam pemberian pengobatan dilakukan pencatatan
pengobatan sesuai kartu pencatatan
Tindakan setelah pengobatan
Kepada mereka yang memperoleh pengobatan apabila dalam
kurun waktu 6 bulan setelah mendapatkan suntik terakhir
timbul gejala sakit kepala yang terus menerus, kaku kuduk,
maka orang tersebut harus segera melaporkan ke
Puskesmas, RS rabies center untuk mendapat penanganan
lanjut.
C. PENYULUHAN KESEHATAN
Penyuluhan kesehatan masyarakat sebaiknya dilakukan secara terpadu
dengan Dinas Peternakan dan dilakukan oleh bagian yang membidangi
pengendalian rabies bagian promosi Kesehatan yang ada di Kab/Kota
maupun Provinsi.
Kegiatan Penyuluhan di Puskesmas sendiri bekerja sama dengan lintas
program terkait yakni Pomkes dan bidan kelurahan, kegiatan penyuluhan
sebaiknya dilakukan diberbagai kesempatan dengan menggunakan media
yang ada seperti leaflet, spanduk, baliho, banner, media
cetak/eleltronik/social, radio maupun penyuluhan pada berbagai
pertemuan baik formal maupun informal.
. BAB IV
DOKUMENTASI
Tidak kalah penting dalam pedoman program GHPR ini adalah tentang
ketersediaan logistik, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun
sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian maupun
hasil diskusi adanya potensi yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
1. Form pencatatan kasus GHPR
2. Form logistic untuk anfrag VAR ke Dinkes Kota
3. Media KIE/ Penyuluhan berupa leaflet/brosur/spanduk dll
4. Penyuntikan VAR pada pasien kasus GHPR
5. PE dan penelusuran kontak kasus GHPR