Anda di halaman 1dari 33

DEFINISI

RABIES ATAU LEBIH SERING DIKENAL DENGAN NAMA ANJING


GILA MERUPAKAN SUATU PENYAKIT INFEKSI AKUT YANG
MENYERANG SUSUNAN SARAF PUSAT YANG DISEBABKAN OLEH
VIRUS RABIES DAN DITULARKAN DARI GIGITAN HEWAN PENULAR
RABIES.
PENYAKIT RABIES MERUPAKAN PENYAKIT ZOONOSA YANG SANGAT
BERBAHAYA DAN DITAKUTI KARENA BILA TELAH MENYERANG
MANUSIA ATAU HEWAN AKAN SELAU BERAKHIR DENGAN KEMATIAN.
ETIOLOGI
1. VIRUS RABIES.
2. G I G I T A N H E W A N AT A U M A N U S I A Y A N G T E R K E N A R A B I E S . .
3. AIR LIUR HEWAN YANG TERINFEKSI MENGENAI SELAPUT
L E N D I R S E S E O R A N G S E P E R T I K E L O P A K M A T A AT A U M U L U T
AT A U K O N T A K M E L A L U I K U L I T Y A N G T E R B U K A
VIRUS RABIES
VIRUS INI BERSIFAT NEUROTROPIC, BERBENTUK MENYERUPAI PELURU
DENGAN PANJANG 130 – 300 NM DAN DIAMETER 70 NM. VIRUS INI
TERDIRI DARI INTI RNA (RIBO NUCLEIC ACID) RANTAI TUNGGAL
DISELUBUNGI LIPOPROTEIN
VIRUS RABIES DAPAT BERTAHAN PADA PEMANASAN DALAM BEBERAPA
WAKTU LAMA. PADA PEMANASAN SUHU 560C, VIRUS DAPAT BERTAHAN
SELAMA 30 MENIT DAN PADA PEMANASAN KERING MENCAPAI SUHU 100C
MASIH DAPAT BERTAHAN SELAMA 2-3 MENIT. DI DALAM AIR LIUR
DENGAN SUHU UDARA PANAS DAPAT BERTAHAN SELAMA 24 JAM

GAMBAR 1 . STRUKTUR VIRUS RABIES


CARA PENULARAN
 M E L A L U I G I G I TA N H E W A N YA N G T E R T U L
A R R A B I E S ..
 M E L A L U I N O N G I G I TA N : J I L ATA N P A
D A L U K A , T R A N S P L A N TA S I , K O N TA K D E
N G A N B A H A N YG M E N G A N D U N G V I R U S
R A B I E S P A D A K U L I T YA N G L E C E T ATA U
M U K O S A N A M U N T I D A K P A D A K U L I T YA N
G UTUH.
MASA INKUBASI
MASA INKUBASI PENYAKIT RABIES SANGAT BERVARIASI YAITU ANTARA 2
MINGGU SAMPAI 2 TAHUN, TETAPI PADA UMUMNYA 3 – 8 MINGGU. MENURUT
WHO (2007) DISEBUTKAN BAHWA MASA INKUBASINYA RATA-RATA 30 – 90 HARI.
 PERBEDAAN MASA INKUBASI INI DIPENGARUHI OLEH BEBERAPA FAKTOR YAITU:
JENIS/STRAIN VIRUS RABIES.
 JUMLAH VIRUS YANG MASUK.
 KEDALAMAN LUKA GIGITAN, SEMAKIN DALAM LUKA GIGITAN KEMUNGKINAN
VIRUS RABIES MENCAPAI SISTEM SARAF SEMAKIN BESAR.
 LOKASI LUKA GIGITAN, SEMAKIN DEKAT JARAK LUKA GIGITAN KE OTAK,
MAKA GEJALA KLINIS AKAN LEBIH CEPAT MUNCUL. OLEH KARENA ITU LUKA
GIGITAN DI DAERAH BAHU KE ATAS MERUPAKAN LUKA RISIKO TINGGI.
 BANYAKNYA PERSARAFAN DI WILAYAH LUKA.
 IMUNITAS DARI PENDERITA.
GEJALA KLINIS
Pada Manusia

A.Tahap Prodromal
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas, lesu, tidak nafsu
makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan
dan sering ditemukan nyeri.

B. Tahap Sensoris
Pada tahap ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas
(parestesi) di lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang
sensorik

C.Eksitasi
Pada tahap ini penderita mengalami berbagai macam gangguan
neurologik, penderita tampak bingung, gelisah, mengalami
halusinasi, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi
agresif, serta adanya bermacam-macam fobia yaitu hidrofobia,
aerofobia, fotofobia.

D. Tahap Paralisis
Bentuk ini ditandai dengan paralisis otot secara bertahap dimulai
dari bagian bekas luka gigitan/cakaran. Penurunan kesadaran
berkembang
PENANGANAN PENDERITA RABIES
1. Penderita tersangka rabies segera dirujuk ke rumah sakit
2. Sebelum dirujuk, penderita diinfus dengan cairan Ringer Laktat atau
NaCl 0,9%. Kalau perlu berikan antikonvulsan dan sebaiknya
penderita difiksasi selama di perjalanan. Waspadai tindak-tanduk
penderita yang tidak rasional dan kadang-kadang maniakal disertai
saat-saat responsif.
3. Di rumah sakit penderita dirawat di ruang isolasi.
4. Tindakan medis dan pemberian obat-obatan simptomatis dan
suportif termasuk antibiotika bila diperlukan.
5. Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita,
maka sewaktu menangani penderita rabies handaknya dokter dan
paramedis memakai sarung tangan, kacamata (goggle) dan
masker serta melakukan fiksasi penderita di tempat tidurnya.
6. Jika petugas medis atau paramedis yang merawat penderita rabies,
belum pernah mendapatkan vaksin anti rabies dan tidak memakai
alat pelindung diri kemudian terkena muntahan atau saliva dari
penderita pada kulit terbuka atau mukosa mulut/ mata maka
disarankan untuk mendapatkan tatalaksana pencegahan rabies.
PAJANAN DAN REKOMENDASI TATALAKSANA MENURUT WHO

Ka Jenis Kontak (dengan Rekomendasi Tatalaksana


te hewan peliharaan
go tersangka atau konfirmasi
ri rabies, hewan liar atau
hewan yang tidak dapat
diobservasi)
I • Menyentuh atau • Lakukan pencucian luka
memberi makan hewan • Tidak diberikan vaksin atau
• Jilatan pada kulit utuh serum
II • Menggigit kulit terbuka • Lakukan pencucian luka dan
• Luka goresan kecil atau perawatan luka
lecet tanpa perdarahan • Segera berikan vaksin anti
rabies. Hentikan pemberian
vaksin bila hasil observasi
selama 10 hari hewan sehat
atau jika hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap
hewan negatif dengan
teknik pemeriksaan yang
memadai.
III • Gigitan atau cakaran • Lakukan pencucian luka dan
yang menimbulkan luka perawatan luka
transdermal baik satu • Segera berikan vaksin dan
atau banyak, jilatan serum anti rabies. Hentikan
pada kulit yang rusak. pemberian vaksin bila hasil
• Kontaminasi selaput observasi selama 10 hari
lendir dengan air liur hewan sehat atau jika hasil
karena jilatan dari pemeriksaan laboratorium
hewan terhadap hewan negatif
• Terpapar dengan dengan teknik pemeriksaan
kelelawar yang memadai.
Tatalaksana pencegahan
Pemberian kekebalan kepada orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi rabies, diantaranya adalah :

1. Petugas kesehatan (dokter/perawat) yang menangani kasus luka gigitan hewan penular rabies/penderita rabies.

2. Dokter hewan

3. Teknisi yang berhubungan dengan hewan berisiko

A. Purified Vero Rabies Vaccine/PVRV


(Verorab®)
Dosis Cara Pemberian Waktu Pemberian

• Hari ke –
0,5 ml IM. pada lengan atas 0 (1 dosis)
(musculus • Hari ke –
deltoid) 7 (1 dosis)
• Hari ke – 21 (1 dosis)
atau 28

B. Purified Chick Embriyo Cell-culture Vaccine/ PCECV (Rabipur®)

Dosis Cara Waktu Pemberian


Pemberian
1 ml IM. • Hari ke 0 (1 dosis)
• Hari ke 7 (1 dosis)
• Hari ke 21 (1 dosis)
atau 28
PATHWAY

Anjing Kucing Kera Rakun

Menggigit/mencakar/Menjilat manusia Luka Resiko Infeksi

Replikasi virus rabies dijaringan otot disekitar lokasi gigitan Terputusnya kontuinitas
jaringan
Virus berpindah dari tempatnya dengan perantar saraf
Merangsang pengeluaran
histamin dan protaglandin
Replikasi virus pada ganglion spinal dan terus berjalan
ke atas menuju SSP Nyeri

Infeksi otak, virus replikasi secara cepat disel-sel otak

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Kejang Cemas

Parsial Umum

Sederhana Kompleks Absence Mioklonik Toni Klonik Atonik

Resiko Injury Kesadaran Gangguan Peredaran darah Aktivitas otot

Reflek menelan Hipoksia Metabolime

Permebilitas kapiler Kebutuhan


Oksigen Suhu tubuh
Gangguan Pola Nutrisi
Se neuron otak rusak Asfiksia Hipertermi

Gangguan Pola Nafas


Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan

JENIS KOMLIKASI PENANGANANNYA


Neurologi
- Hiperaktif Fenotiazin, benzodiazepine
- Hidrofobia Tidak diberi apa-apa lewat
- Kejang fokal mulut Karbamazepine, fenitoin
- Gejala neurologi local Tak perlu tindak apa-apa
- Edema serebri Mannitol, galiserol
- Aerofobia Hindari stimulasi
Pulmonal
- Hiperventilasi Tidak ada
- Hipoksemia Oksigen, ventilator, PEEP
- Atelektasis Ventilator
- Apnea Ventilator
- Pneumotoraks Dilakukan ekspansi paru
Kardiovaskular
- Aritmia Oksigen, obat anti aritmia
- Hipotensi Cairan, dopamine
- Gagal jantung kongestif Batasi cairan, obat-obatan
- Thrombosis arteri/vena Oksigen, obat anti aritmia
- Obstruksi vena kava superior Cairan, dopamine
- Henti jantung Batasi cairan, obat-obatan
Anemia Transfuse darah
- Perdarahan gastrointestinal H2 blockers, transfusi
- Hipertermia darah Lakukan
- Hipotermia pendinginan Selimut panas
- Hipooalemia Pemberian cairan
- Ileus paralitik Cairan paranteral
- Retensio urine Kateterisasi
- Gagal ginjal akut Hemodialisa
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
 Status Pernafasan
1. Peningkatan tingkat pernapasan
2. Takikardi
3. Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
4. Menggigil

 Status Nutrisi
1. kesulitan dalam menelan makanan
2. berapa berat badan pasien
3. mual dan muntah
4. porsi makanan menurun
5. status gizi menurun

 Status Neurosensori
Adanya tanda-tanda inflamasi

 Keamanan
1. Kejang
2. Kelemahan

Integritas Ego
1. Klien merasa cemas
2. Klien kurang paham tentang penyakitnya
 Pengkajian Fisik Neurologik :
• Hasil pemeriksaan kepala
1. Fontanel : menonjol, rata, cekung
2. Bentuk Umum Kepala
• Reaksi pupil
1. Ukuran
2. Reaksi terhadap cahaya
3. Kesamaan respon
• Tingkat kesadaran
1. Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
2. Iritabilitas
3. Letargi dan rasa mengantuk
4. Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
• Afek
1. Alam perasaan
2. Labilitas
• Aktivitas kejang
1. Jenis
2. Lamanya
• Fungsi sensori
1. Reaksi terhadap nyeri
2. Reaksi terhadap suhu
• Refleks
1. Refleks tendo superficial
2. Reflek patologi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia


b. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
d. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
e. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
RENCANA KEPERAWATAN

No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan pola Setelah diberikan tindakan a. Obsevasi tanda- tanda vital a. Tanda vital merupakan acuan untuk melihat
nafas keperawatan, diharapkan pasien pasien terutama respirasi. kondisi pasien.
berhubungan bernafas tanpa ada gangguan,
dengan afiksia dengan kriteria hasil : b. Beri pasien alat bantu pernafasan b. O2 membantu pasien dalam bernafas.
a. Pasien bernafas, tanpa ada seperti O2.
gangguan. c. posisi yang nyaman akan membantu pasien
b. Pasien tidak menggunakan c. Beri posisi yang nyaman. dalam bernafas.
alat bantu dalam bernafas
c. Respirasi normal (16-20
x/menit)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan a.menentukan intervensi selanjutnya.
nutrisi berhubungn tindakan keperawatan muntah yang dialami pasien.
dengan penurunan diharapkan kebutuhan b. Kaji cara / bagaimana makanan b. Cara menghidangkan makanan dapat
refleks menelan nutrisi pasien terpenuhi, dihidangkan. mempengaruhi nafsu makan pasien.
dengan kriteria hasil : c. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
- Pasien mampu c. Berikan makanan yang mudah ditelan meningkatkan asupan makanan
menghabiskan makanan seperti bubur.
sesuai dengan porsi yang
diberikan /dibutuhkan. d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan d. Untuk menghindari mual
frekuensi sering.
e. Catat jumlah / porsi makanan yang e. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
dihabiskan oleh pasien setiap hari.
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai f. Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual
program dokter. dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien
meningkat.
g. Ukur berat badan pasien setiap minggu. g. Untuk mengetahui status gizi pasien
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji saat timbulnya demam a. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
berhubungan keperawatan diharapkan
dengan demam pasien teratasi, dengan b. Observasi tanda vital (suhu, b. Tanda vital merupakan acuan untuk
peningkatan criteria hasil : nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam mengetahui keadaan umum pasien.
metabolisme - Suhu tubuh normal (36 – c. Berikan kompres hangat c. Dengan vasodilatasi dapat
370C). meningkatkan penguapan dan mempercepat
- Pasien bebas dari demam. penurunan suhu tubuh.
d. Berikan terapi cairan intravena d. Pemberian cairan sangat penting bagi
dan obat-obatan sesuai program pasien dengan suhu tinggi.
dokter.

4. Cemas (keluarga) Setelah diberikan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan keluarga. a. Untuk mengetahui tingkat cemas,dan mengambil
berhubungan keperawatan diharapkan cara apa yang akan digunakan
kurang terpajan tingkat kecemasan keluarga b. Jelaskan kepada keluarga tentang b. informasi yang benar tentang kondisi pasien akan
informasi tentang pasien penyakit dan kondisi pasien. mengurangi tingkat kecemasan keluarga.
penyakit. menurun/hilang,dengan c. Berikan dukungan dan support kepada c. Dengan dukungan dan support,akan mengurangi
kriteria hasil : keluarga pasien. rasa cemas keluarga pasien.
- Melaporkan cemas berkurang
sampai hilang
- Melaporkan pengetahuan yang
cukup terhadap penyakit
pasien
- Keluarga menerima keadaan
panyakit yang dialami pasien.
5. Resiko cedera Setelah diberikan tindakan a. Identifikasi dan hindari faktor pencetus a. Penemuan faktor pencetus untuk memutuskan
berhubungan keperawatan, diharapkan pasien rantai penyebaran virus rabies.
dengan tidak mengalami cedera,dengan b. tempatkan klien pada tempat tidur b. Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi
kejang dan kriteria hasil : yang memakai pengaman di ruang yang stimuli atau rangsangan yang dapat menimbulkan kejang
kelemahan a. Klien tidak ada cedera akibat tenang dan nyaman.
serangan kejang c. anjurkan klien istirahat c. efektivitas energi yang dibutuhkan untuk
b. klien tidur dengan metabolisme.
tempat tidur d. sediakan disamping tempat tidur
pengaman tongue spatel dan gudel untuk mencegah d. lidah jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
c. Tidak terjadi lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang.
serangan kejang ulang. e. lindungi klien pada saat kejang dengan :
d. Suhu 36 – 37,5 º C , - longgarakn pakaian e. tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
Nadi 60- 80x/menit, Respirasi 16- - posisi miring ke satu sisi cedera fisik.
20 x/menit d.Kesadaran - jauhkan klien dari alat yang dapat
composmentis melukainya
- kencangkan pengaman tempat tidur
- lakukan suction bila banyak sekret
f.catat penyebab mulainya kejang, proses
berapa lama, adanya sianosis dan f. dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan
inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala- berikutnya.
hgejala lainnya yang timbul.
g. sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30
menit dan obseervasi keadaan klien sampai g. tanda-tanda vital indikator terhadap
benar-benar pulih dari kejang. perkembangan penyakitnya dan gambaran status
h. observasi efek samping dan umum klien.
keefektifan obat.
h. efek samping dan efektifnya obat
i. observasi adanya depresi pernafasan diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
dan gangguan irama jantung. i. kompliksi kejang dapat terjadi depresi
j.lakukan pemeriksaan neurologis setelah pernafasan dan kelainan irama jantung.
kejang j. Kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan
kelainan irama jantung.
k. kerja sama dengan tim :
- pemberian obat antikonvulsan dosis k. Untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan
tinggi menggunakan obat antikonvulsan baik berupa bolus,
- pemeberian antikonvulsan (valium, syringe pump.
dilantin, phenobarbital)
- pemberian oksigen tambahan
- pemberian cairan parenteral
- pembuatan CT scan
6. Resiko infeksi Setelah diberikan a. Kaji tanda – tanda infeksi a.Untuk mengetahui apakah pasian
berhubungan tindakan mengalami infeksi. Dan untuk
dengan luka keperawatan 3X24 menentukan tindakan keperawatan
terbuka jam diharapkan tidak berikutnya.
terjadi tanda-tanda b. Pantau b. Tanda vital merupakan acuan
infeksi. TTV,terutama suhu untuk mengetahuikeadaan umum
Kriteria Hasil: tubuh. pasien. Perubahan suhu menjadi
-Tidak terdapat tanda tinggi merupakan salah satu tanda
tanda infeksi seperti: – tanda infeksi.
Kalor,dubor,tumor,dol c. Meminimalisasi terjadinya infeksi
or,dan fungsionalasia. c. Ajarkan teknik aseptik
-TTV dalam pada d. Mencegah terjadinya infeksi
batas normal pasien nosokomial.
d. Cuci tangan sebelum e.Perawatan luka yang steril
memberi asuhan keperawatan meminimalisasi terjadinya infeksi.
ke pasien.
e. Lakukan perawatan luka yang
steril.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Rabies
PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. J. M
Tempat/ Tgl Lahir : Ambon/16 – 11-1976
Usia : 47 th
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : K. Protestan
Pekerjaan : Ojek
Bahasa yg digunakan : Bahasa Indonesia
Diagnosa Medis : Rabies
Alamat : Passo
Tanggal Masuk : 04 Mei 2023 Jam 21.00 wit
Tanggal Pengkajian : 04 Mei 2023 Jam 23.10 wit

II. Keluhan Utama


Sesak Nafas

III. Riwayat Keluhan Saat Ini


 Tn. J.M Mengatakan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, menggigil, dan lemas
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat pengkajian kondisi tubuh pasien lemah, sesak nafas,, TD : 150/90 mmhg, N : 100x/m, S : 38 C, RR :
28x/m, SPO2 : 94 %, gelisah dan menggigil, kulit tampak sianosis.
V. Catatan Kronologis
Tn. J. M 4 bulan yang lalu tepatnya pada bulan januari 2023 digigit oleh anjing pada daerah tangan
kanan, luka gigitan oleh pasien dibiarkan begitu saja, 2 bulan kemudian anjing yang menggigit Tn. J .M
mati, dan tidak diketahui oleh keluarga Tn. J.M karena anjing tersebut sudah diserahakan sebelumnya
kekeluargnya, tepat pada tanggal 01 mei 2023 dirumah Tn. J. M mengalami sesak nafas, demam,
menggigil dan gelisah, tanggal 03 mei 2023 kondisi Tn. J.M semakin memburuk, akhirnya oleh keluarga
Tn. J.M. dibawa ke RS Hative, pada tanggal 04 mei 2023 jam 21.10 wit pasien dirujuk ke RSUD dr. M.
Haulussy , jam 21.46 pasien ditangani oleh petugas IGD.
obat yang telah diberikan ( RS.Hative ) yaitu :
 IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm
 Inj. Omeprazole 40mg 2x1 /iv
 Inj. Ondansentron 1 amp / Extra
 Drip Neurobion 1 amp / 24 jam
 Alprazolam 1 x 0.5 mg K/P
 Paracitamol 1 botl/Drip
Pada jam 23.00 wit pasien dipindahkan ke Ruang Neurologi dan ditempatkan diruang Isolasi.
VI. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
 Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mengalami penyakit yang sama.
 Pernah dirawat dirumah sakit : Klien mengatakan tidak pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada di keluarga yang menderita penyakit yang sama/tergigiit
anjing.
VII. Pengkajian Pola Kesehatan Pasien Saat Ini / saat sakit
Pengkajian

 Status Pernafasan
TD : 150/90 mmhg, N : 100x/m, S : 38 C, RR : 28x/m, SPO2 : 94 %
Pasien menolak dipasang oksigen

 Status Nutrisi
1. Pasien sulit menelan makanan dan minuman
2. BB : 65 kg
3. Terpasang cairan NaCL 0,9 % 20 tpm

 Status Neurosensori
Tidak ada tanda-tanda inflamasi

 Keamanan
1. Kejang tidak ada
2. Pasien merasa lemah

Integritas Ego
1. Klien merasa cemas
2. Klien kurang paham tentang penyakitnya
 Pengkajian Fisik Neurologik :
• Hasil pemeriksaan kepala
1. Fontanel : Rata
2. Bentuk Umum Kepala : Normal

• Reaksi pupil
1. Ukuran : Isokor
2. Reaksi terhadap cahaya : pasien takut terhadap cahaya terang lampu
3. Kesamaan respon : ada kesamaan respon

• Tingkat kesadaran
1. Kewaspadaan : respon terhadap panggilan baik
2. Iritabilitas : pasien tampak gelisah dan tidak tenang suka berbicara
3. Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain : pasien tidak mengalami disorientasi saat pengkajian

• Afek
Alam perasaan : tidak tenag dan banyak berbicara

• Aktivitas kejang
Pasien tidak
kejang

• Fungsi sensori
1. Reaksi terhadap nyeri : ada
2. Reaksi terhadap suhu : pasien terus merasa menggigil

• Refleks
1. Refleks tendo superficial ; Baik
2. Reflek patologi : Baik
KLASIFIKASI DATA
DS : pasien mengatakan :
 Sesak nafas
 Demam, Menggigil
 Badan Lemah

DO :
 Nadi : 100x/mnt, Suhu : 38oC, Respirasi : 28 kali/mnt, TD : 150/90mmhg,, SPO2 : 94 %
 Pasien tampak gelisah
 Porsi sulit menelan makanan
 Pasien menolak oksigen
 Pasien tampak sianosis
 Keadaan umum lemah
 Terpasang Nacl 0,9 % 20 tpm
ANALISA DATA
No Hari/ Data fokus Etiologi Masalah
Tanggal
1. DS : pasien mengatakan pasien : afiksia Gangguan Pola Nafas
 Sesak nafas

DO :
 Nadi : 100x/mnt, Respirasi : 28 kali/mnt,
 TD : 150/90mmhg,, spo2 : 94 %
 Pasien menolak oksigen
 Pasien tampak sianosis
 Keadaan umum lemah

2. DS : Pasien mengatakan pasien : Peningkatan Hipertermi


 Demam, Menggigil metabolisme

DO :
 Pasien tampak gelisah
 S : 38 C

2. DS : Pasien mengatakan pasien : Kelemahan Resiko Jatuh


 Badan Lemah

DO :

 KU lemah
 Pasien tampak gelisah
 Terpasang cairan NaCL 0,9 % 20 tpm
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan pola Setelah diberikan tindakan 1. Obsevasi tanda- tanda 1. Tanda vital merupakan
nafas keperawatan, diharapkan vital pasien terutama respirasi. acuan untuk melihat kondisi
berhubungan pasien bernafas tanpa ada pasien.
dengan afiksia gangguan, dengan kriteria 2. Beri pasien alat
hasil : bantu pernafasan seperti 2. O2 membantu pasien
 Pasien bernafas, tanpa O2. dalam bernafas.
ada gangguan.
 Pasien tidak 3. Beri posisi yang nyaman. 3. posisi yang nyaman
menggunakan alat akan membantu pasien
bantu dalam bernafas dalam bernafas.
 Respirasi normal (16-20
x/menit)

2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji saat timbulnya demam a. untukmengidentifikasi pola
berhubungan keperawatan diharapkan demam pasien.
dengan demam pasien teratasi,
peningkatan
dengan criteria hasil : b. Observasi tanda vital (suhu, b. Tanda vital merupakan acuan
metabolsme
- Suhu tubuh normal (36 – nadi, tensi, pernafasan) untuk mengetahui keadaan
370C). umum pasien.
- Pasien bebas dari c. Berikan kompres hangat c. Dengan vasodilatasi dapat
demam. meningkatkan penguapan dan
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
d. Berikan terapi cairan intravena d. Pemberian cairan sangat
dan obat-obatan sesuai program penting bagi pasien dengan suhu
dokter. tinggi.
RENCANA KEPERAWATAN
2 Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji Skala Morse 1. Skala Morse
berhubungan keperawatan diharapkan tidak 2. Pasang pagar pengaman untuk melihat
dengan terjadi jatuh, dengan criteria 3. Anjurkan keluarga pasien untuk tingkat resiko
kelemahan selalu mendampingi pasien jatuh
hasil :
2. Pagar pengaman
- Pasien aman di tempat tidur berfungsi untuk
menyangga
pasien selama di
atas tempat tidur
3. Agar pasien tetap
terjaga dan tidak
mengalami jatuh
N Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
o

04/05/2023 04/05/2023

Jam : 23. 45 wit


1 Jam: 23.10 wit 1. Mengbsevasi tanda- tanda vital pasien
S : Pasien mengatakan :
Hasil : Nadi : 100x/mnt, Suhu, Respirasi : 28 kali/mnt, - Masih sesak nafas
TD : 150/90mmhg,, spo2 : 94 %
O:
- TTV : Nadi : 100x/mnt,, Respirasi : 28 kali/mnt, TD :
Jam: 23.20 wit 2. Memberi pasien alat bantu pernafasan seperti O2. 150/90mmhg,, spo2 : 94 %
- Masih Tidak dapat tidur karena sesak
Hasil : Pasien menolak dipasang O2 - Pasien masih menolak O2
- Keadaan umum masih lemah

Jam: 23.30 wit 3. Memberi posisi yang nyaman. A : Masalah belum teratasi

Hasil : Pasien nyaman dengan posisi semi fowler P.: Lanjutkan Intervensi No : 1 - 3

2 04/05/2023 1. Mengkaji saat timbulnya demam 05/05/2023


Jam : 02.00 wit
Hasil : Suhu badan masih panas, pasien masiih
Jam: 23.40 wit S : Pasien mengatakan
menggigil
• Menggigil berkurang

Jam: 23.50 wit 2. Mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, O:


pernafasan) setiap 3 jam
- Pasien masih tampak gelisah
Hasil : Nadi : 100x/mnt, Suhu, Respirasi : 28 kali/mnt, - Terpasang IVFD NaCL 0,9 % 20 tpm
TD : 150/90mmhg,, spo2 : 94 % - Suhu 37, 8 c

Jam: 23.55 wit 3. Memberikan kompres hangat A : Masalah belum teratasi

Hasil : Kompres hangat telah diberikan P.: Lanjutkan Intervensi No : 1 - 4

Jam: 00.05 wit 4. Mmberikan terapi cairan intravena dan obat-


N Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
o

04/05/2023 04/05/2023

Jam : 23. 45 wit


1 Jam: 23.10 wit 1. Mengbsevasi tanda- tanda vital pasien S : Pasien mengatakan :
- Masih sesak nafas
Hasil : Nadi : 100x/mnt, Suhu : 36oC, Respirasi : 28
kali/mnt, TD : 150/90mmhg,, spo2 : 94 % O:
- TTV : Nadi : 100x/mnt, Suhu : 36oC, Respirasi : 28 kali/mnt, TD :
150/90mmhg,, spo2 : 94 %
Jam: 23.20 wit 2. Memberi pasien alat bantu pernafasan seperti O2. - Gelisah
- Masih Tidak dapat tidur karena sesak
Hasil : Pasien menolak dipasang O2 - Pasien masih menolak O2
- Keadaan umum masih lemah

Jam: 23.30 wit 3. Memberi posisi yang nyaman. A : Masalah belum teratasi

Hasil : Pasien nyaman dengan posisi semi fowler P.: Lanjutkan Intervensi No : 1 - 3

2 04/05/2023
S:-
Jam: 23.40 wit 1. Mengkaji Skala Morse O:

Hasil : Skala Morse 35 (R. Sedang) - Pasien masih tampak gelisah


- Pasien masih takut akan cahaya
Jam: 23.50 wit 2. Memasang pagar pengaman Tempat Tidur - Terpasang IVFD NaCL 0,9 %
- Skala Morse 35 (R. Sedang)
Hasil : Pagar pengaman telah terpasang, pasien tidak - Pagar pengaman masih tetap terpasang disaming tempat
jatuh tidur, pasien tidak jatuh

Jam: 23.55 wit 3. Menganjurkan keluarga pasien untuk A : Masalah belum teratasi
selalu mendampingi pasien
P.: Lanjutkan Intervensi No : 1 - 3
Hasil : Keluarga selalu berada disamping pasien
SUMBER
1. Kemenkes RI. 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI

2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
3. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai