Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… Ii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………….. 1
RUMUSAN MASALAH……….……………………………… 2
TUJUAN………………..……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN TAWURAN…………………………………. 3
FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TAWURAN
PELAJAR…………………………………………………….. 4
BAB III HASIL PENELITIAN
TAWURAN PELAJAR ............................……………………… 7
BAB IV PENUTUP
3.1. KESIMPULAN……………………………………………... 8
3.2. SARAN……………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.
Inilah beberapa contoh yang bisa kami kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang
dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September
2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di
antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian
pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK
Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19
September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar
pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan
sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah
(tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005
terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang
dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar
pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja
perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran
itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang
menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran
yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari
jawaban atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
1.2. Rumusan Masalah
Adanya tindakkan tawuran di kalangan remaja saat ini, yang menimbulkan keresahan di
kalangan masyarakat setempat, maka timbul pertanyaan sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan tawuran ?
b. Apa faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar ?
c. Hal apa yang menjadi pemicu tawuran tersebut ?
d. Apa dampak karena tawuran pelajar tersebut ?
e. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar ?
1.3. Tujuan
a. Agar khalayak tahu apa itu arti dari tawuran
b. Untuk mengetahui factor – factor menyebab tawuran pelajar
c. Agar masyarakat lebih mengerti tentang pemicu tawuran pelajar
d. Untuk tahu apa saja dampak karena tawuran pelajar
e. Agar masyarakat lebih mengetahui cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tawuran pelajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam
hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan
sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada
masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari
pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia
tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan
yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa
tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku
baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik,
hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak
jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik
anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal
ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang
remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan
dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran
BAB III
HASIL PENELITIAN
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan
sehat
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman
sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa
itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,
diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri
dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan
mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang
guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan
pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar
pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara
mengakui keberadaanya.
4.2. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya:
a. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir
yang baik untuk para pelajar
b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada
didalam dirinya
DAFTAR PUSTAKA
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html