Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, yang membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah yakni
ajaran agama Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran bimbingan konsleting.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang konsep
didalamnya.
Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Guru Pembimbing serta
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tim penyusun berharap semoga
semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-
baiknya dari Allah SWT.
Akhirnya tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga
makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.

Bayung Lencir, 11 Mret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… Ii
BAB I PENDAHULUAN
     LATAR BELAKANG………………………………………….. 1
     RUMUSAN MASALAH……….……………………………… 2
     TUJUAN………………..……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
     PENGERTIAN TAWURAN…………………………………. 3
     FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TAWURAN

PELAJAR…………………………………………………….. 4
BAB III    HASIL PENELITIAN

HAL YANG MENJADI PEMICU TAWURAN …..............……………… 6


      DAMPAK KARENA TAWURAN PELAJAR ………………………
6
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI
     

TAWURAN PELAJAR ............................……………………… 7
BAB IV PENUTUP
3.1.      KESIMPULAN……………………………………………... 8
3.2.      SARAN……………………………………………………… 8
                       

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.
Inilah beberapa contoh yang bisa kami kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang
dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September
2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di
antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian
pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK
Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19
September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar
pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan
sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah
(tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005
terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang
dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar
pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja
perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran
itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi?  Faktor apa sajakah yang
menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran
yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari
jawaban atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?

1.2.    Rumusan Masalah
Adanya tindakkan tawuran di kalangan remaja saat ini, yang menimbulkan keresahan di
kalangan masyarakat setempat, maka timbul pertanyaan sebagai berikut :
a.     Apa yang dimaksud dengan tawuran ?
b.     Apa faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar ?
c.     Hal apa yang menjadi pemicu tawuran tersebut ?
d.     Apa dampak karena tawuran pelajar tersebut ?
e.     Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar ?

1.3.    Tujuan
a.     Agar khalayak tahu apa itu arti dari tawuran
b.     Untuk mengetahui factor – factor menyebab tawuran pelajar
c.     Agar masyarakat lebih mengerti tentang pemicu tawuran pelajar
d.     Untuk tahu apa saja dampak karena tawuran pelajar
e.     Agar masyarakat lebih mengetahui cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tawuran pelajar

BAB II

PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam
hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan
sistematik.
1.     Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2.     Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada
masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari
pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

2.2       Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar


Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.   Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses
internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua
pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa
berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan
emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah
friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-
orang sekelilingnya.

b.   Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.   Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia
tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan
yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan  yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa
tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.

Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku
baik.

2.   Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan  para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik,
hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya  disekolah tidak
jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik
anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal
ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.

3.   Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang
remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan
dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.3       Hal yang menjadi pemicu tawuran


Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama
pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu
tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.

3.4       Dampak karena tawuran pelajar


f.       Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera
ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
g.     Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
h.     Terganggunya proses belajar mengajar
i.        Menurunnya moralitas para pelajar
j.        Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai

3.5       Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar


a.     Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b.     Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu
bersikap baik
c.     Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
d.     Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya. Contohnya  : membentuk
ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat,
mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.

Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1.     Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2.     Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan
sehat
3.     Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman
sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
BAB IV

PENUTUP

4.1.     Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa
itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,
diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri
dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan
mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang
guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan
pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar
pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara
mengakui keberadaanya.
4.2.     Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya:
a.     Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir
yang baik untuk para pelajar
b.     Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c.     Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada
didalam dirinya

DAFTAR PUSTAKA

       http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
       http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/

       http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html

Hartono, Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.,2006


       

Anda mungkin juga menyukai