Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PPKn

TAWURAN ANTAR PELAJAR

Tugas Ujian Praktik Mata Pelajaran PPKN

Guru Pengampu : Drs. Suprianto

Disusun Oleh :

Dias Fajar Muharivan (09)

XII IPS 3

SMA NEGERI 1 GRABAG


Tahun Pelajaran 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke pada Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan dan kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “TAWURAN ANTAR PELAJAR” tepat pada waktunya Tugas ini
ditujukan untuk memenuhi tugas ujian praktik mata pelajaran PPKN . Dan juga saya
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Suprianto selalu guru pembimbing mata pelajaran PPKN.


2. Orang tua yang mendukung dalam pengerjaan.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan bimbingan bapak untuk menyempurnakan makalah ini. Saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .....................................................................................................1
BAB II LANDASAR TEORI .........................................................................................2
A. Pengertian Tawuran ............................................................................................. 2
B. Katergori Tawuran ................................................................................................2
C. Penyimpangan ......................................................................................................3
D. Kenakalan Remaja ................................................................................................3
E. Perkelahian Masal..................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................................5
1. Faktor Internal ......................................................................................................5
2. Faktor Eksternal ....................................................................................................5
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................8
A. Kesimpulan ...........................................................................................................8
B. Saran ...............................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para
pelajar merupakan fenomena yang menarik dan tidak asing lagi di telinga kita.
Tawuran Sekolah Menengah Atas Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran Bulungan,
Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012 sebagai salah satu contoh yang bisa saya
kemukakan.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dan terbuka
mempunyai hubungan yang erat dengan meningkatnya kekerasan yang dilakukan
oleh remaja. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya tontonan yang menggambarkan
kekerasan dapat mudah diakses dari internet ataupun tayangan televisi yang dapat
mempengaruhi perilaku.
Kekerasan sudah menjadi pemecah masalah yang sangat efektif bagi para
remaja. Hal tersebut seolah menjadi bukti nyata bahwa pelajar pun leluasa
melakukan hal-hal yang bersifat anarkis. Tentu saja perilaku buruk ini merugikan
banyak pihak baik pihak yang terlibat secara langsung dalam aksi tawuran tersebut
maupun secara tidak langsung

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa tawuran antar pelajar dapat terjadi?
2. Apa sajakah faktor penyebab tawuran antar pelajar?
3. Apa sajakah dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar pelajar?
4. Bagaimana cara mengatasi.tawuran antar pelajar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui mengapa tawuran antar pelajar dapat terjadi
2. Untuk mengetahui faktor penyebab tawuran antar pelajar
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar pelajar
4. Untuk mengetahui cara mengatasi.tawuran antar pelajar

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tawuran.
Secara etimologis.
Dalam kamus bahasa Indonesia "tawuran dapat diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Sedangkan "pelajar" adalah seorang manusia yang
belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah. perkelahian yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang belajar.
Secara umum.
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok
dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan
dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara
tawuran

B. Kategori Tawuran.
Perilaku agresif.
Adalah setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada
pihak orang. Peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan
dianggap agresif (jika diberi atribusi internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi
eksternal). Dengan atribusi internal yang dimaksud adalah adanya niat, intensi,
motif, atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi
eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau
tidak disengaja (Sartono, 2002).
Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah
menurunkan hambatan dari kendali moral. Selain karena faktor ikut terpengaruh,
juga karena ada perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab
karena dikerjakan beramai-ramai), ada desakan kelompok dan identitas kelompok
(kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), dan ada deindividuasi
(identitas sebagai individu tidak akan dikenal) (Staub dalam Kartono, 1986).Karena

2
remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya
sebagai kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya
pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga (Hurlock, 1980).

C. Penyimpangan.
Deviasi/penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang
dari tendensi sentral/ciri-ciri karakteristik rata-rata populasi. Konsep deviasi hanya
berarti apabila ada deskripsi dan pembahasan yang tepat mengenai norma sosial.
Sedangkan norma sendiri berati kaidah aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan
yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah
laku sehari-hari agar hidup terasa aman dan menyenangkan. Norma sosial adalah
batas-batas dari variasi tingkah laku yang secara eksplisit dan implisit dimiliki dan
dikenal secara retrospektif oleh anggota suatu kelompok.

D. Kenakalan remaja.
Istilah kenakalan remaja (juvenile deliquency) mengacu kepada rentang
suatu perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial
(seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari
rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-tujuan
hukum, dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks (index
offenses) dan pelanggaran- pelanggaran status (status offenses). Pelanggaran-
pelanggaran indeks adalah tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh remaja
maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan
dengan kekerasan, pemerkosaan, pelacuran, dan pembunuhan. Pelanggaran-
pelanggaran status adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius seperti lari dari
rumah, bolos dari sekolah, dan ketidakmampuan mengendalikan diri.

E. Perkelahian massal.
Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti
Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama,
yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif

3
dan mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono,
1886). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam
menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan
reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam
sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang atau pengaruh
luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja. Faktor eksternal terdiri
atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan miliu

4
BAB III
PEMBAHASAN

Tawuran antar pelajar seperti sudah menjadi tradisi turun temurun. Hal ini sangat
mengenaskan untuk dunia pendidikan jaman sekarang. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tawuran antar pelajar.
A. Faktor Internal.
Faktor yang terjadi di dalam diri individu itu sendiri yang keliru dalam
menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari
luar. Ketidakmampuan remaja dalam beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks
serta ketidakstabilan emosi para remaja ikut andil dalam terjadinya tawuran. Para
remaja sangat membutuhkan perhatian dari orang yang di sekitar.

B. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu:
a. Faktor Keluarga
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan
serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
b. Faktor Sekolah
Hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu dapat mempengaruhi
pengembangan diri siswa menjadi tidak baik. Maka dari itu, dituntut peran guru
untuk menjadi pendidik yang memiliki kepribadian dan karakter yang baik agar
dapat diteladani siswa.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah, sekolah dan pergaulan antar teman dapat mempengaruhi
perilaku remaja. Kekerasan yang sering dilihat oleh remaja serta kurangnya
partisipasi remaja dalam mengikuti kegiatan positif seperti organisasi untuk
mengisi waktu senggang dapat memicu remaja melakukan tindak anarkis.

5
Tak jarang tawuran antar pelajar disebabkan oleh budaya atau kebiasaan
pelajar sekolah yang bersangkutan dari dulu, saling mengejek, saling menatap antar
sesama pelajar yang berbeda sekolah, saling rebutan wanita, ingin balas dendam
karena ada yang diganggu dan lain sebagainya.
Perilaku anarkis yang dilakukan remaja ini tidak hanya merugikan orang
yang terlibat di dalamnya tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung. Mari kita lihat dampak negatif karena adanya tawuran pelajar.
 Rusaknya fasilitas umum.
Tawuran antar pelajar tentu sangat merugikan orang lain terutama
fasilitas umum yang berada disekitar tempat kejadian tawuran. Misalnya
kendaraan umum, halte, gedung-gedung, dan lain-lainnya.
 Terganggunya proses belajar di sekolah.
Pihak sekolah yang terkait akan meliburkan proses belajar mengajar
yang dilakukan sehingga akan merugikan siswa yang tidak ikut serta dalam
tawuran. Selain itu juga nama baik sekolah akan tercemar karena ulah siswanya.
 Kerugian fisik.
Pelajar yang ikut serta dalam tawuran kemungkinan akan menjadi
korban, baik itu cedera ringan, cedera berat bahkan sampai kematian.
 Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai.
Para pelajar berpikir bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif
untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan
apa saja agar tujuannya tercapai. Sehingga dalam hal ini siswa akan cenderung
acuh, tidak perduli dengan orang lain, egois, tidak disiplin dan lain-lain.
 Menurunnya moralitas para pelajar.
Untuk memberantas tawuran pelajar tersebut akan sulit dilakukan karena
telah menjadi budaya. Akan tetapi, ada pula beberapa solusi untuk mengatasi
dan mengurangi tawuran antar pelajar.
 Membuat peraturan sekolah yang tegas.
Setiap pelajar harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan
diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran.

6
 Memberikan pendidikan moral.
Pelajar wajib diajarkan dan diberi pemahaman bahwa semuapermasalahan dapat
diselesaikan secara musyawarah untuk mencari solusinya tanpa harus
menggunakan kekerasan.
Memfasilitasi para pelajar baik di lingkungan rumah atau di lingkungan
sekolah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat di waktu luang. Contoh:
mewajibkan pelajar untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler minimal satu
ekstrakurikuler, mengikuti kegiatan organisasi seperti OSIS dan sebagainya.
Memberikan perhatian yang lebih kepada para remaja yang sedang
dalam proses mencari jati dirinya.
 Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang
baik dan sehat

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok
dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum. Faktor yang menyebabkan
tawuran berasal dari dalam maupun dari luar individu, yaitu keluarga, sekolah dan
lingkungan.
Pelajar merupakan generasi penerus bangsa. Akan tetapi, umumnya pelajar
yang berusia remaja cenderung melakukan hal-hal di luar dugaan seperti tawuran.
yang merugikan diri sendiri dn orang lain. Hal ini sangat memprihatinkan dalam
dunia pendidikan sekarang dan semakin menjadi-jadi. Maka orang tua, sekolah,
lingkungan, dan pemerintah sangat berperan penting dalam bertanggung jawab dan
bekerjasama dengan baik untuk menanggulangi permasalahan ini. Dengan adanya
kerjasama, baik sekolah, orangtua dan pemerintah diharapkan dapat memberi solusi
untuk pemecahan masalah ini.

B. Saran.
Dalam menyikapi tawuran antar pelajar tersebut, peran aktif orang tua dan
sekolah sangat dibutuhkan. Mengapa demikian? Alasannya adalah seorang anak
pasti mendapat pendidikan pertama dalam lingkungan keluarga dan akan
menghabiskan waktunya lebih banyak di sekolah untuk mengikuti proses belajar.
Disinilah dituntut pihak orang tua harus ekstra dalam memberikan pengajaran nilai
dan moral, arahan yang baik bersifat mendidik serta perhatian agar anak tersebut
tidak merasa diacuhkan. Pihak sekolah pun dalam hal ini juga tidak kalah penting
peranannya dalam bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan yang baik bagi
pelajar dalam mengasah kemampuan dan mengembangkan potensi yang ada. dalam
dirinya. Pihak masyarakat dan pemerintah pun harus menyadari perannya dalam
menciptakan situasi yang kondusif dan memberikan pengawasan di lingkungan
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai