Anda di halaman 1dari 2

KEBIJAKAN EKONOMI MASA ORDE BARU

kondisi ekonomi Republik Indonesia pada tahun 1950 sampai 1965 (orde lama) benar-
benar kritis. Beberapa sebabnya antara lain :

 PDB (Produksi Nasional Bruto) sangat rendah.


 Sektor ekonomi Indonesia lebih condong dibidang pertanian, ditandai dengan
besarnya penduduk berprofesi sebagai petani.
 Tingkat investasi begitu rendah.
 Kurangnya tenaga ahli dibidang industri, sehingga bidang industri dalam negeri
kurang berkembang.
 Menghadapi persaingan ketat komoditas ekspor, terutama hasil pertanian.
Contohnya kopi dengan Brazil dan Karet (Malaysia).
 Pendapatan rata-rata penduduk Indonesia rendah.

Berikut ini 5 kebijakan ekonomi pada masa orde baru, meliputi :

 Peningkatan APBN (anggaran pendapatan belanja Negara) melalui penerimaan


pajak, bea cukai dan bea masuk.
 Meningkatkan jumlah ekspor dengan memberikan bonus kepada eksportir tanpa
campur tangan pemerintah.
 Merancang kembali jadwal pembayaran hutang luar negeri, termasuk penundaan
pembayaran, lalu mencari kredit hutang baru untuk keperluan pembangunan
nasional.
 Menjalin hubungan baik dengan negara tetangga, termasuk menghentikan
konfrontasi dengan Malaysia. Selain itu, Indonesia juga menjadi anggota PBB
(perserikatan bangsa bangsa) kembali.
 Ikut menjadi anggota badan keuangan internasional seperti Word Bank (IBRD)
dan IMF (international monetary fund).

Kebijakan Ekonomi

- Program Jangka Pendek

Wajib diselesaikan pemerintah, yakni program stabilisasi dan rebilitasi. Programnya


mengarah ke pengedalian inflasi, rebilitasi prasarana ekonomi, peningkatan kegiatan
ekspor, dan peningkatan kebutuhan sandang dan pangan.

- Setelah usaha-usaha stabilisasi, pemerintah melaksanakan rencana


pembangunan lima tahun (Repelita).

1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)


Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan sandang dan
pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.

Repelita I difokuskan untuk rehabilitasi saran dan prasarana penting, pengembangan


iklim usaha, investasi, serta kebutuhan pangan rakyat sebagai prioritas pertama.
Pembangunan termasuk pembuatan saluran irigasi, teknologi pertanian, pembiayaan
melalui kredita perbankan, pemberian bentuan pupuk, serta pemasaran hasil produksi.
Repelita II dan III berlangsung pada 1974-1984 fokus pada perencanaan pertumbuhan
ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada
sektor pertanian serta industri pengolahan bahan mentah menjadi baku.

Repelita IV dan V diterapkan pada 1984-1994. Program tersebut mempertahankan


pembangunan di sektor peranian, pembangunan mulai meningkat di sektor industri
penghasil barang-barang ekspor, pengolahan hasil pertanian, dan industri padat karya.

2. Revolusi Hijau

Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional
(peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian umumnya dilakukan
empat usaha pokok, yang terdiri dari:
a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian untuk
memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal

b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang lebih
optimal

c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani)

d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis).

Anda mungkin juga menyukai