Anda di halaman 1dari 3

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pemutusan Hubungan Kerja adalah kondisi dimana karyawan tidak bekerja lagi pada
suatu perusahaan karena putusnya atau tidak diperpanjang lagi hubungan kerja antara karyawan
yang bersangkutan dengan perusahaan.

Resiko PHK bagi perusahaan antara lain melepas karyawan yang berpengalaman dan
setia, terhentinya produksi untuk sementara, harus mencari karyawan pengganti dan memerlukan
biaya tambahan untuk merekrut, serta hasil kerja karyawan pengganti belum tentu sebaik
karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya.

Resiko PHK bagi karyawan antara lain hilang atau berkurangnya penghasilan, timbul
situasi yang tidak nyaman karena harus menganggur, kurangnya rasa harga diri, putusnya relasi
dengan teman sekerja, dan harus berupaya mencari pekerjaan baru.

Timbulnya PHK bisa disebabkan oleh permintaan karyawan sendiri, kebijakan


organisasi/perusahaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PHK atas permintaan sendiri terjadi disebabkam oleh tingkat kompensasi yang dianggap
rendah, tidak ada pengembangan karier, lingkungan kerja kurang nyaman, masalah keluarga,
masalah kesehatan tidak sesuai, pekerjaan tidak sesuai dengan minat dan bakat, perlakuan kurang
adil, dsb.

Pengajuan PHK atas permintaan sendiri diperbolehkan, tetapi bila karyawan yang
mengajukan PHK banyak, maka perusahaan dapat mengalami kerugian. Hal ini terlihat pada
produktifitas kerja akan menurun/bisa terhenti, perusahaan akan kehilangan tenaga potensial,
perusahaan harus mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga untuk merekrut pegawai baru, dan
kurang berfungsinya pengelolaan perusahaan dengan baik.

Untuk mencegah PHK besar-besaran, perusahaan harus memperbaiki kompensasi


sehingga lebih memadai, menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan menyenangkan,
meninjau kembali pola penempatan karyawan sehingga mendekati bakat dan kemampuan,
menyempurnakan sistem dan prosedur yang berlaku dalam perusahaan supaya lebih efektif dan
tidak merugikan karyawan, meningkatkan penyediaan fasilitas kerja dan kesejahteraan
karyawan, dan memperketat pelaksanaan seleksi agar karyawan yang masuk adalah karyawan
berkualitas.

Kebijakan PHK untuk sebagian karyawan terpaksa dilakukan antara lain karena
karyawan tidak disiplin, kurang cakap dan tidak produktif, mempunyai perilaku asusila, tidak
dapat bekerja sama, penyederhaan organisasi dalam perusahaan, dsb.

PHK atas kehendak perusahaan dapat menimbulkan akibat bagi perusahaan antara lain
perusahaan harus memberi uang pesangon (uang tolak) atau pembayaran pensiun kepada
karyawan yang di PHK dan perusahaan dapat digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
bila PHK tidak tepat.

Peraturan perundang-undangan mengatur bahwa seorang yang terkena peraturan harus di


PHK, bila karyawan meninggal dunia atau hilang, telah mencapai batas usia PHK, melanggar
peraturan yang berlaku, berakhirnya kontrak dengan perusahaan, dan terlibat kegiatan yang
menentang pemerintah.

Macam-Macam Pemutusan Hubungan Kerja

1. PHK bersifat sementara, terjadi pada:


a. Karyawan tidak tetap
b. Perusahaan yang bergerak/menghasilkan produk secara musiman:
- Pabrik yang bahan bakunya terbatas/daerah pemasarannya terbatas
- Usaha yang laris saat musim tertentu
c. Karyawan yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajib karena berbuat
tindak pidana kejahatan.
2. PHK bersifat permanen atau disebut pemberhentian, yaitu terputusnya ikatan kerja antara
karyawan dengan perusahaan tempat bekerja.

Pemberhentian SDM

Pemberhentian dengan Hormat. Bentuk pemberhentian dengan hormat meliputi


pemberhentian karena permintaan sendiri, telah mencapai usia pensiun, adanya penyederhaan
organisasi/perusahaan, tidak cakap jasmani/rohani, meninggal dunia/hilang, tidak melapor
setelah selesai cuti diluar tanggungan perusahaan/negara, dan melapor sehabis cuti diluar
tanggungan negara tetapi tidak ada lowongan.

Pemberhentian atas permintaan sendiri dapat ditunda paling lama 1 tahun apabila
kepentingan dinas mendesak (jika dikabulkan dapat mengganggu kelancaran pekerjaan) dan
dapat ditolak apabila karyawan bersangkutan masih terikat dalam kewajiban bekerja pada
pemerintah/perusahaan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Mencapai usian pensiun. Batas usia PNS yang telah mencapai usia pensiun adalah
1. 58 tahun, yang dapat diperpanjang bagi karyawan yang memangku jabatan tertentu.
2. Sampai 65 tahun bagi karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, peneliti yang
ditugaskan pada bidang penelitian, Lektor Kepala, Lektor yang ditugaskan secara penuh
pada Perguruan Tinggi dan bagi jabatan lain yang ditentukan Presiden.
3. Sampai 70 tahun bagi Guru Besar.
4. Sampai 60 tahun bagi karyawan yang memangku jabatan:
• Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Anggota Mahkamah Agung.
• Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Sekjen, Irjen, Kepala Badan di
Departemen.
• Eselon I dalam jabatan struktural.
• Dokter yang bertugas pada Lembaga Kedokteran Negara.
• Pengawas SLTA dan SLTP, Guru yang ditugaskan penuh pada Sekolah Lanjutan
dan SD.
• Penilik Taman Kanak-kanak, Penillik SD dan Penilik Pendidikan Agama.
• Jabatan lain yang ditentukan Presiden.
5. 58 tahun bagi karyawan yang memangku jabatan hakim dan jabatan lain yang ditentukan
Presiden.

Pasal 9 UU No. 11 Tahun 1969 menyatakan bahwa karyawan yang diberhentikan dengan
hormat, berhak untuk pensiun bila:
1. Telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dengan masa kerja sekurang-kurangnya 20
tahun, dapat diberhentikan atas permintaan sendiri.
2. Telah berusia 50 tahun dengan masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun yang
diberhentikan dengan hormat karena:
a. Terkena penghapusan jabatan.
b. Perubahan dalam susunan pegawai.
c. Penertiban aparatur negara.
d. Setelah menjalankan tugas, kemudian tidak diperkerjakan kembali sebagai karyawan.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 menyebutkan bahwa pemberhentian dapat
dilakukan, karena adanya penyederhanaan organisasi yang mengakibatkan kelebihan karyawan.
Dalam kondisi karyawan yang kelebihan, dapat disalurkan pada organisasi lain, dan bila tidak
dapat disalurkan, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan mendapat hak kepegawaian
sesuai ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai