ABSTRAK
Rumah tangga miskin merupakan kelompok yang berisiko mengalami rawan pangan karena keterbatasan
akses secara ekonomi maupun secara fisik. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga diduga mampu
dijadikan sebagai indikator rawan pangan. Salah satu metode sederhana untuk menilai keragaman
konsumsi pangan rumah tangga adalah Household Dietary Diversity Score (HDDS). HDDS mencerminkan
kemampuan ekonomi rumah tangga dalam memperoleh berbagai jenis pangan. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kualitas konsumsi pangan rumah tangga miskin menggunakan skor HDDS dan
validasi HDDS sebagai metode alternatif dalam mendeteksi kejadian rawan pangan pada rumah tangga
miskin. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor pada bulan Mei-Oktober 2013. Data yang
dikumpulkan meliputi karakteristik rumah tangga dan konsumsi pangan di dalam rumah yang
dikumpulkan menggunakan metode recall 1 x 24 jam. Wawancara dilakukan terhadap ibu yang memiliki
peran penting dalam menentukan konsumsi pangan rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan skor
HDDS yang tinggi di seluruh lokasi penelitian (skor 6-12), yang berarti konsumsi pangan rumah tangga
cukup beragam, namun secara kuantitas asupan energi dan proteinnya masih rendah. Terdapat 61,3
persen rumah tangga tergolong kelompok defisit energi tingkat berat (< 70% Tingkat Kecukupan Energi).
Uji sensitivitas (Se) menunjukkan HDDS sensitif 26,95 persen untuk mendeteksi kejadian rawan pangan
pada rumah tangga miskin. Hasil uji spesifisitas (Sp) menunjukkan HDDS spesifik 85,16 persen untuk
mendeteksi tahan pangan pada rumah tangga miskin. Setelah dilakukan modifikasi dengan
mengategorikan kelompok pangan berdasarkan fungsi gizi, nilai Se meningkat menjadi 91,04 persen dan
nilai Sp menurun menjadi 35,61 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa HDDS modifikasi memiliki
sensitivitas yang baik untuk mendeteksi kejadian rawan pangan pada rumah tangga miskin.
Kata kunci: HDDS, keragaman konsumsi pangan, rawan pangan, sensitivitas, spesifisitas
ABSTRACT
Poor households were a risk group of food insecurity due to limited of economic and physic access.
Household dietary diversity was predicted can be used as an indicator of food insecurity. Household
Dietary Diversity Score (HDDS) is the method used to assess the dietary diversity. The purpose of this
study was to determine dietary quality of poor households using HDDS scores and to test HDDS as an
alternative method to identify food insecurity in poor households in Indonesia. Data collected from May
until October 2013 included household characteristics and household dietary intake at home using 1 x 24-
hour recall. The results showed a high HDDS scores (scores 6-12) across the study sites, which means,
household food consumption is quite diverse. In terms of quantity, energy and protein intakes of
household members remained low despite HDDS scores indicated that consumption had been diverse.
There were 61.3 per cent households which classified as severe level of energy deficit group (<70%). The
test of the sensitivity (Se) and specificity (Sp) showed that HDDS only 26,95per cent sensitive to identify
food insecurity in poor households and 85,16% specific to identify food security in poor households. After
modifications by grouping of food based on nutritional function, the Se values increased to 91.04per cent
and Sp values decreased to 35.61per cent. These results indicated that the modified HDDS were able to
identify food insecurity in poor households.
63
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
K
emiskinan menyebabkan terbatasnya tangga miskin di Indonesia. Sehingga perlu
kemampuan masyarakat dalam dilakukan uji coba terhadap metode HDDS
menjangkau pangan sehingga tersebut agar dapat diterapkan di Indonesia
meningkatkan risiko terjadinya rawan pangan. sebagai metode penilaian konsumsi pangan
Di Indonesia, rumah tangga miskin merupakan rumah tangga yang efektif dan efisien.
salah satu indikator yang digunakan dalam Tujuan dari penelitian ini adalah
deteksi dini kejadian rawan pangan melalui mengetahui kualitas konsumsi pangan rumah
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.1 tangga miskin menggunakan skor HDDS dan
Kejadian rawan pangan merupakan akibat validasi HDDS sebagai metode alternatif dalam
langsung yang ditimbulkan akibat rendahnya mengidentifikasi kejadian rawan pangan pada
konsumsi pangan. rumah tangga miskin.
Konsumsi pangan yang baik ditunjukkan
oleh kuantitas dan kualitas pangan yang baik. METODE PENELITIAN
Kuantitas konsumsi pangan ditunjukkan melalui
tingkat kecukupan gizi terutama energi dan Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
protein. Tingkat kecukupan energi telah lama Desain penelitian yang digunakan adalah
digunakan sebagai gold standard untuk cross sectional study. Lokasi penelitian dipilih
mendeteksi kejadian rawan pangan.2 Tingkat secara purposive pada empat wilayah di
kecukupan energi yang kurang dari 70persen Kabupaten Bogor yang diduga mampu mewakili
mengimplikasikan terjadinya rawan pangan.3 keragaman agroekologi Indonesia, yaitu,
Kualitas konsumsi pangan digambarkan melalui Kecamatan Gunung Putri, Cibinong, Cigudeg,
keragaman konsumsi pangan. dan Ciawi. Penelitian dilakukan dari bulan Mei
Keragaman konsumsi pangan telah lama sampai Oktober 2013.
diketahui sebagai salah satu bagian penting dari
konsumsi pangan yang berkualitas. Keragaman Jumlah dan Cara Pengambilan Rumah
konsumsi pangan di tingkat rumah tangga Tangga Miskin
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti Kriteria inklusi Rumah Tangga miskin (1)
pengetahuan gizi, ketersediaan pangan, jumlah termasuk ke dalam kelompok rumah tangga
anggota rumah tangga, dan sosioekonomi.4 miskin; (2) mayoritas anggota rumah tangga
Keragaman konsumsi pangan juga dapat selalu makan di rumah; dan (3) pekerjaan
digunakan sebagai indikator rawan pangan.5 utama kepala rumah tangga sesuai dengan
Salah satu metode yang digunakan dalam karakteristik masing-masing kecamatan yaitu
mengetahui keragaman konsumsi pangan sebagai buruh pabrik di kecamatan Gunung
adalah Household Dietary Diversity Score Putri, buruh/jasa di Cibinong yang mewakili
(HDDS). HDDS mencerminkan kemampuan wilayah kumuh, petani padi di kecamatan
ekonomi rumah tangga dalam memperoleh Cigudeg, dan petani sayur dan hortikultura di
berbagai jenis bahan pangan.6 Instrumen kecamatan Ciawi. Jumlah rumah tangga miskin
sederhana ini dikembangkan oleh Food and minimal yang akan diambil berdasarkan kriteria
Agriculture Organization (FAO)5 dan telah inklusi dihitung dengan menggunakan rumus
digunakan di berbagai negara di Afrika, salah Lemeshow.8 Berdasarkan perhitungan diperoleh
satunya di Mozambik pada tahun 2007 sebagai jumlah rumah tangga miskin minimal sebesar
metode penilaian keragaman konsumsi pangan 95 rumah tangga per kecamatan. Pada
yang efektif.7 penelitian ini akan diambil 105 rumah tangga
Belum terdapat penelitian mengenai dari setiap kecamatan, sehingga total rumah
validasi metode HDDS sebagai instrumen yang tangga yang digunakan adalah 420 rumah
mudah dalam menilai kualitas konsumsi pangan tangga.
64
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
Tabel 1
Kelompok Pangan untuk Menentukan Skor HDDS
Jenis dan Cara Pengumpulan Data dalam tiga kategori yaitu rendah jika konsumsi
Data yang dikumpulkan merupakan data ≤ 3 jenis bahan pangan, sedang jika konsumsi
primer yang meliputi data karakteristik rumah 4-5 jenis bahan pangan, dan tinggi jika
tangga dan konsumsi pangan selama 1x24 jam konsumsi ≥ 6 jenis bahan pangan.
yang telah lalu. Data karakteristik rumah tangga
meliputi jumlah anggota rumah tangga, jenis Penilaian kualitas konsumsi pangan rumah
kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tangga ini dikombinasikan dengan metode
dan kisaran penghasilan kepala rumah tangga kuantitatif penilaian konsumsi pangan rumah
per bulan. Data konsumsi pangan diperoleh tangga. Sehingga dalam pelaksanaannya tidak
melalui recall (mengingat kembali) konsumsi hanya didata jenis pangan yang dikonsumsi
pangan selama 1 x 24 jam. Wawancara saja, tetapi juga jumlah pangan yang
dilakukan terhadap ibu rumah tangga yang dikonsumsi dalam satuan ukuran rumah tangga
memiliki peran penting dalam menentukan (URT) yang selanjutnya dikonversi ke dalam
menu konsumsi pangan rumah tangga. satuan gram. Data ini selanjutnya dikonversi
lagi ke dalam energi dan protein dengan
Pengolahan dan Analisis Data menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Data yang terkumpul dianalisis secara Makanan.3 Konversi dihitung menggunakan
deskriptif dan statistika inferensia. Program rumus sebagai berikut ini:
komputer yang digunakan adalah Microsoft
Excel 2007 dan SPSS version 16.0 for KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
windows. Proses pengolahan data meliputi
entry, coding, editing, dan analisis data. Keterangan:
Kualitas konsumsi pangan dapat diketahui KGij= Kandungan zat gizi -i dalam bahan
dari berbagai jenis makanan yang dikonsumsi makanan-j; BJ= Berat bahan makanan j yang
pada tingkat rumah tangga. Pada perhitungan dikonsumsi (gram); Gij= Kandungan zat gizi
skor HDDS, jenis pangan yang dikonsumsi dalam 100 gram BDD bahan makanan –j;
rumah tangga dikelompokkan ke dalam 12 BDDj= Persen bahan makanan j yang dapat
kelompok pangan (Tabel 1).6 dimakan (%BDD)
Pemberian skor dilakukan dengan
memberikan skor 1 jika rumah tangga Tingkat kecukupan energi dan protein
mengonsumsi dan skor 0 jika tidak dihitung dengan membandingkan konsumsi
mengonsumsi salah satu jenis pangan yang energi dan protein rumah tangga dengan nilai
terdapat dalam kelompok pangan yang sudah Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka
ditetapkan oleh FAO.10 Keragaman konsumsi Kecukupan Protein (AKP) rumah tangga yang
pangan berdasarkan HDDS dikelompokkan ke dinyatakan dalam persen.
65
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
Tabel 2
Sensitivitas Sensitivitas (Se) dan Spesifisitas (Sp) HDDS terhadap TKE
Klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE) negatif dengan nilai false positif dan nilai true
dan protein didasarkan pada kategori Depkes negatif.
tahun 1996 yaitu defisit tingkat berat (<70%),
defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat HASIL
ringan (80-89%), normal (90-119%), dan
kelebihan (≥120%). Sosio Ekonomi Rumah Tangga
Data kualitas konsumsi pangan rumah Rumah tangga contoh yang digunakan
tangga berdasarkan HDDS dan kuantitas pada penelitian ini merupakan rumah tangga
konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan yang tergolong miskin, yang diduga memiliki
TKE dianalisis lebih lanjut dalam analisis risiko rawan pangan yang lebih tinggi. Jumlah
validasi. Analisis ini bertujuan untuk rumah tangga yang dianalisis setelah dilakukan
membandingkan ukuran kualitatif (HDDS) cleaning adalah sebanyak 411 rumah tangga.
dengan ukuran kuantitatif (TKE) konsumsi Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui
pangan rumah tangga yang umum digunakan rata-rata jumlah anggota rumah adalah empat
dalam menentukan rumah tangga rawan orang.
pangan. Rata-rata usia kepala dan ibu rumah
tangga berada pada kisaran usia 30-49 tahun,
Uji sensitivitas (Se) HDDS dilakukan untuk
yang termasuk ke dalam kelompok usia
menilai kemampuan HDDS dalam
produktif. Dari segi tingkat pendidikan kepala
mengidentifikasi kejadian rawan pangan pada
dan ibu rumah tangga, mayoritas berpendidikan
rumah tangga miskin yang juga dikatakan
Sekolah Dasar (SD) yaitu 44,5persen pada
rawan pangan berdasarkan TKE. Uji spesifisitas
kepala rumah tangga dan 51,3persen pada ibu
(Sp) HDDS dilakukan untuk menilai
rumah tangga. Jika dilihat per wilayah
kemampuan HDDS dalam mengidentifikasi
penelitian, mayoritas kepala rumah tangga di
kejadian tahan pangan pada rumah tangga
Desa Wanaherang dan Kelurahan Nanggewer
miskin yang juga dikatakan tahan pangan
yang merupakan desa perkotaan adalah
berdasarkan TKE.
berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Secara kualitatif, konsumsi pangan (62%), sedangkan di wilayah desa perdesaan,
dikatakan tidak beragam jika mengonsumi Desa Sukamaju dan Citapen, mayoritas kepala
kurang dari enam jenis pangan dan beragam rumah tangga berpendidikan SD (77%). Hal
jika mengonsumsi paling sedikit enam jenis serupa juga terlihat pada pendidikan ibu rumah
pangan.10 Secara kuantitatif, rumah tangga tangga di kedua wilayah tersebut. Namun untuk
dikatakan rawan pangan jika konsumsi energi wilayah Desa Wanaherang dan Kelurahan
kurang dari 70% AKE. Tabulasi silang dalam Nanggewer, jumlah ibu rumah tangga lulusan
menentukan Se dan Sp mengacu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA
Maxwell11 dan IFPRI12 yang disajikan pada tidak jauh berbeda (40%). Berdasarkan tingkat
Tabel 2. penghasilan kepala rumah tangga, lebih dari
Pengukuran Se dan Sp dilakukan dengan 40% kepala rumah tangga berpenghasilan tidak
menggunakan rumus. Sensitivitas merupakan lebih dari Rp 800.000 per bulan. Angka ini
hasil pembagian nilai true positif dengan nilai masih jauh dari Upah Minimum Regional (UMR)
true positif dan nilai false negatif. Sedangkan Kabupaten Bogor tahun 2013 yaitu Rp
spesifitas merupakan hasil pembagian nilai true 2.002.000,-.
66
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
Tabel 3
Kategori keragaman konsumsi pangan berdasarkan skor HDDS
Tingkat pendidikan yang rendah, didukung Desa yang memiliki tingkat keragaman
dengan tingkat penghasilan yang rendah tertinggi kedua adalah Desa Wanaherang.
berpengaruh terhadap kebiasaan makan sehari- Berbeda dengan Desa Citapen, faktor
hari. Definisi makan bagi kelompok seperti ini pendukung tingginya skor HDDS adalah
bukanlah yang sehat dan bergizi, namun makan kemampuan ekonomi rumah tangga. Jika
makanan yang mengenyangkan tanpa melihat dihubungkan dengan tingkat pendapatan, lebih
nilai gizi dari makanan tersebut. Hal tersebut dari 80 persen kepala rumah tangga di Desa
diduga dapat menjadi faktor risiko terjadinya Wanaherang berpenghasilan lebih dari Rp
rawan pangan. 1.800.000,- per bulan. Oleh karena itu, daya beli
terhadap pangan relatif lebih tinggi. Tingkat
keragaman konsumsi pangan di Desa
Keragaman Konsumsi Pangan Rumah
Sukamaju berada di bawah Desa Wanaherang.
Tangga Berdasarkan Skor HDDS
Meskipun Desa Sukamaju merupakan daerah
Konsumsi pangan yang beragam diketahui pertanian, namun akses ekonomi dan fisik
sebagai elemen utama penentu kualitas diet.13 rumah tangga terhadap pangan dari luar relatif
Pola konsumsi pangan dan gizi rumah tangga rendah. Hal ini didukung dengan data dari desa
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan tentang penerima Bantuan Langsung
budaya masyarakat Sementara Masyarakat (BLSM) yang cukup
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa banyak yaitu sebanyak 448 rumah tangga di
keragaman konsumsi pangan di ke empat desa tersebut. Keragaman konsumsi pangan
wilayah tergolong tinggi yaitu sebesar 77,6 yang paling rendah adalah di Kelurahan
persen di total wilayah penelitian. Desa yang Nanggewer. Mayoritas kepala rumah tangga di
memiliki tingkat keragaman konsumsi pangan wilayah padat penduduk ini bekerja sebagai
yang paling tinggi adalah Desa Citapen yaitu buruh pabrik dan supir angkutan umum. Oleh
sebesar 88,3 persen. Salah satu faktor karena itu, kebanyakan dari mereka tidak
pendukung tingginya keragaman konsumsi makan di rumah, sehingga skor HDDS untuk
pangan di wilayah tersebut adalah akses fisik wilayah ini lebih rendah. Jika dilihat dari akses
yang mudah terhadap beberapa kelompok pangan, penduduk di desa ini memiliki akses
pangan, seperti serealia dan sayuran. Faktor ekonomi dan akses fisik yang baik karena
lainnya yang diduga mempengaruhi skor HDDS terletak di perkotaan.
adalah pekerjaan kepala rumah tangga sebagai
buruh tani yang sehari-harinya bekerja di sekitar Tingkat Kecukupan Energi dan Protein
rumah, sehingga untuk makan setiap hari juga Rumah Tangga
dilakukan di rumah. Konsep HDDS yang hanya Tingkat Kecukupan Energi (TKE ) dan
melihat pangan yang disiapkan dan dikonsumsi Protein (TKP) rumah tangga dihitung untuk
di rumah mendukung tingginya skor HDDS di melihat hubungan antara kuantitas dan kualitas
wilayah tersebut. konsumsi rumah tangga.
67
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
Tabel 4
Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi di Rumah Tangga
Tabel 5
Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein di Rumah Tangga
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa 61,3 memperhitungkan kontribusi zat gizi sesuai
persen dari total rumah tangga miskin tergolong dengan fungsinya yaitu sebagai sumber energi,
kelompok defisit energi tingkat berat (< 70%) pembangun dan pengatur. Sehingga skor yang
yaitu rata-rata konsumsi energi rumah tangga diperoleh meskipun tinggi, dapat saja berasal
5286, 22 kkal dengan rata-rata jumlah anggota dari kelompok pangan dengan fungsi yang
rumah tangga empat orang. Desa Sukamaju sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan
merupakan wilayah dengan persentase defisit modifikasi metode HDDS agar dapat digunakan
tingkat berat tertinggi yaitu 68,3 persen. Tiga sebagai metode kualitatif yang mampu
wilayah lainnya juga memiliki angka defisit diterapkan di Indonesia.
tingkat berat yang tinggi yaitu lebih dari 50
persen. Berdasarkan data tersebut, keempat Validasi Metode HDDS
wilayah dapat dikategorikan sebagai daerah Validasi metode HDDS dilakukan secara
rawan pangan. kuantitatif dengan menghitung nilai Sensitivitas
Jika dilihat dari Tingkat Kecukupan Protein (Se) dan Spesifisitas (Sp). Tujuannya adalah
(TKP) yang disajikan pada Tabel 5, sebanyak mengukur validasi metode HDDS dalam
57,2 persen rumah tangga contoh tergolong mengidentifikasi kejadian rawan pangan pada
defisit berat. Secara kuantitas, asupan energi rumah tangga miskin berdasarkan Tingkat
dan protein rumah tangga masih rendah Kecukupan Energi (TKE). Pada analisis ini,
meskipun skor HDDS menunjukkan konsumsi yang digunakan sebagai benchmark adalah
yang sudah beragam. Berdasarkan penelitian TKE dengan cut off point < 70 persen (rawan
ini, diperoleh hasil bahwa TKE dan TKP pangan). Hasil perhitungan nilai Se dan Sp dari
berbanding terbalik dengan skor HDDS. Hal ini metode HDDS dengan benchmark disajikan
diduga karena pemberian skor HDDS tidak pada Tabel 6.
68
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
Tabel 6
Sebaran skor HDDS dengan benchmark Tingkat Kecukupan Energi (TKE)
Tabel 7
Pengkategorian Kelompok Pangan untuk Modifikasi Skor HDDS
Kategori Pangan
Kelompok Pangan HDDS Skor
Berdasarkan Skor
(16 kelompok pangan) Maks
Sumber Zat Gizi
1. Sumber karbohidrat Serealia 0 = tidak konsumsi 2
Umbi-umbian 1 = berasal dari 1 kelompok pangan
Gula dan pemanis 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan
2. Sumber lemak Minyak dan lemak 0 = tidak konsumsi 2
1 = konsumsi 1 jenis
2 = konsumsi ≥ 2 jenis
3. Sumber protein Daging-dagingan 0 = tidak konsumsi 2
hewani Jeroan 1 = berasal dari 1 kelompok pangan
Telur 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan
Ikan dan makanan laut
lainnya
Susu dan olahannya
4. Sumber protein Kacang-kacangan 0 = tidak konsumsi 2
nabati 1 = konsumsi 1 jenis
2 = konsumsi ≥ 2 jenis
5. Sumber vitamin Sayur sumber vitamin A 0 = tidak konsumsi 2
dan mineral Sayuran hijau 1 = berasal dari 1 kelompok pangan
Sayuran lainnya 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan
Buah sumber vitamin A
Buah lainnya
6. Lain-lain Bumbu dan minuman jadi 0 = tidak konsumsi 2
1 = konsumsi 1 jenis
2 = konsumsi ≥ 2 jenis
Total 12
69
Sensitivitas = = 26,95
(69+187)
132
Spesifisitas = = 85,16
(132+23)
69
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
70
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
71
Gizi Indon 2015, 38(1):63-72 Pengembangan instrument penilaian kualitas konsumsi Baliwati YF
72