5 - Makalah TM 4 PDF
5 - Makalah TM 4 PDF
Kelas Agribisnis B
Asisten Praktikum : 1. Dinda Febry
2. Nur Aini Ibah R.
2. Input Usahatani
Biaya usahatani adalah semua biaya yang dikeluarkan selama
berusahatani. Biaya tersebut meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya
variabel adalah biaya yang jumlahnya senantiasa berubah seiring dengan
perkembangan usaha yaitu pengadaan bibit, pupuk, obat/pestisida, dan
tenaga kerja. Biaya tetap adalah biaya yang relatif jumlahnya walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, dengan kata lain besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang didapat.
Dalam penelitian ini, biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari
biaya pajak, penyusutan alat, dan sewa alat (Nurrohmah, 2016).
Pola Tanam
Keterangan Monokultur Tumpangsari
(Rp/ha) (Rp/ha)
Biaya Tetap (FC) 8.792.089 8.250.199
Pola Tanam
Keterangan Monokultur Monokultur
(Rp/ 0,5ha) (Rp/ha)
Biaya Tetap (FC) - -
3. Output Usahatani
Analisis pendapatan dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani responden
usahatani bawang putih di Gapoktan dengan cara menghitung selisih antara
total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan maka perlu diketahui
terlebih dahulu besarnya tingkat penerimaan yang diperoleh serta biaya-
biaya yang dikeluarkan dahulu besarnya tingkat penerimaan yang diperoleh
serta biaya - biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu usahatani
tersebut (Pratama P, 2013).
Pola Tanam
Keterangan Monokultur Tumpangsari
(Rp/ha) (Rp/ha)
Total Penerimaan (TR) 29.277.917 45.729.274
Pola Tanam
Keterangan Monokultur Monokultur
(Rp/0,5 ha) (Rp/ ha)
Total Penerimaan (TR) 42.000.000 84.000.000
4. Faktor Pemengaruh
Kecamatan Ciwidey dan Cipendawa memiliki beberapa faktor yang
membedakan total penerimaan dan R/C ratio. Kecamatan Cipendawa
menerapakan dua sistem pola tanama yaitu pola tanam monokultur dan pola
tanam tumpangsari. Pola tanam monokultur menghasilkan penerimaan
sebesar Rp29.277.917. Sedangkan pada pola tanam tumpangsari yang
meliputi bawang putih dan cabai menghasilkan penerimaan sebesar
Rp45.729.029 dengan total pendapatan pada sistem monokultur
Rp12.146.715 dan tumpangsari Rp20.226.274. Di Kecamatan Ciwidey,
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp84.000.000 dengan total pendapatan
sebesar Rp8.000.000. Perbandingan R/C rasio pada usahatani bawang putih
di Kecamatan Cipendawa dengan pola tanam monokultur bernilai 1,74 dan
dengan pola tanam tumpangsari sebesar 1,80. Sedangkan di wilayah
Cipendawa didapatkan R/C ratio senilai 1,24.
Dari analisis mengenai total pendapatan, penerimaan, dan R/C rasio,
dapat diketahui bahwa wilayah cipendawa dengan pola tanam tumpangsari
memiliki hasil yang paling tinggi karena dipengaruhi oleh total penerimaan,
total produksi, dan harga jual. Produksi yang semakin tinggi diikuti harga
jual dapat meningkatkan penerimaan. Pendapatan usahatani bergantung
pada banyaknya jumlah produksi, harga produk, dan biaya produksi
(Mardika dkk, 2017). Pola tanam tumpangsari lebih menguntungkan petani
karena didukung dengan kondisi cuaca dan strategi yang menguntungkan
bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA