Anda di halaman 1dari 1

BAABULLAH DAN SPIRIT KETAUHIDAN

Oleh :
Supriyanto R Senen
Sekretaris Umum LSM Buku Bandera Maluku Utara

”Kemenangan Baabullah merupakan satu peristiwa yang sangat penting


Karena menunda penjajahan barat atas nusantara selama 100 tahun”
-Buya Hamka –
(Ulama dan Budayawan Nusantara)

TERNATE, 5 februari 1528 dari rahim Boki Tanjung lahirlah sosok kesatria tangguh dari
Kesultanan Ternate “Jo’ou Baabullah Datuk Sjah”, ayahnya adalah Sultan Khairun Jamil Sjah,
sosok Sultan bersahaja yang begitu disegani oleb Bangsa Potugis. Namum melalui siasat busuk
Bangsa Portugis dan menghambat gerak kaum penjajah Portugis, Sultan Khairun harus
menghembuskan nafas terakhirnya di tangan Kapten Afonso Pimental keponakan Gebernur
Portugis Lopes De Mesqueta. Beliau dibunuh dengan kejam dan biadab saat usai menghadiri
undangan jamuan makam malam di benteng Gam Lamo. Dengan terbununya Sultan Khairun,
Portugis bisa lebih leluasa menjalankan misi perdangan rempah dan politik krestenisasi.
Peristiwa berdarah 25 Februari 1570, memicu kemarahan rakyat Ternate, duka cita menyilimuti
seantero Bumi Moloku Kie Raha.
Sultan Baabullah sejak beranjak dewasa telah dibekali pengetahuan ke-Islam-an serta
strategi perang dengan sangat matang. Baabullah muda saat itu telah diembankan amanah
sebagai Kapita Lau Kesultanan Ternate ( Jabatan Militer Tertinggi dalam Stuktur Kesultanan
Ternate). Baabullah kerap diajak ayahnya untuk melakukan Dakwah Islam dan membantu
menjalankan pemerintahan Kesultanan Ternate. Kematian ayahnya menyisahkan dendam dan
amarah yang begitu mendalam. Melalui perangkat adat serta dorongan rakyat Ternate, Sultan
Baabullah dinobatkan sebagai Khalifah Sultan Ternate. Dalam pidato penobatannya Sultan
Babbullah Datuk Sjah bersumpah akan membalas dendam kesumat kematian ayahnya hingga
mengusir bangsa portugis dari Ternate serta Nusantara dan memperluas ekspansi wilayah
kekuasaan Kesultanan Ternate. Jiwa kesatria yang tertanam dalam pribadi Sultan Baabullah
Datuk Sjah, pada akhirnya mampu mewujudkan sumpahnya. Baabullah dan bala pasukannya
berhasil mengepung benteng Gam Lamo. Baabullah mendesak agar agar Gebernur Lopes de
Masquita, menyerahkan pembununuh Sultan Khairun untuk diadili. Sultan Baabullah berjanji,
jika desakannya diindahlkan maka hubungan antara Kesulatanan Ternate dan potugis akan
dipulihkan kembali, namun portogis tak mengindahkan desakan beliau dengan alasan konvensi
Portugis.
Baabullah tak tinggal diam, dengan pelbagai kempuan strategi perangnya, beliau semakin
gigih untuk mengusuir Portugis. Baabullah membangun diplomasi dengan melakukan perjalanan
ke Buton, Tomboku, Bangkai dan Selayar. Setelah mendapatkan dukungan secra moral,
Baabullah kembali ke Ternate dan mengusai serta merebut benteng-benteng Portugis yang berda
di Ternate. Dengan strategi dan taktik paling jitu yang diterapkan oleh beliau, Benteng Tolucco,
Santo Lucia, dan Santro Pedro berhasil direbut dalam waktu singkat. Baabullah memilih untuk
tidak menyerbu

Anda mungkin juga menyukai