(PERLAWANAN TERHADAP
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME)
NAMA: INAYAH RAMADIYA PUTRI
KELAS: VIII I
1. SULTAN BAABULLAH
a.latar belakang
Pada masa pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit
melaksanakan perlawanan pada Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang
mengusir Portugis dari Ternate. Perlawanan itu sudah mengancam kedudukan
Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan Demak yang terus mengancam
kedudukan Portugis di Malaka sudah menyebabkan Portugis di Maluku
kesulitan memperoleh bantuan. Oleh sebab itu, Gubernur Portugis di Maluku,
Lopez de Mesquita mengajukan perundingan damai kepada Sultan Hairun.
Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke benteng Sao
Paulo. Dengan cara itu, Sultan Hairun berhasil ditangkap dan dibunuh oleh
Lopez de Mesquita. Peristiwa inilah yang menjadi penyebab perlawanan rakyat
yang dipimpin oleh Sultan Baabullah.
Situasi ini dimanfaatkan oleh Portugis dengan mengadu domba kedua pihak.
Usaha Portugis ini berhasil dengan terbelahnya dua kubu yaitu, Permaisuri
Nukila yang mendapat dukungan dari Tidore sedangkan Pangeran Taruwese
didukung oleh Portugis. Perang saudara pun pecah dimenangkan Pangeran
Taruwese yang mendapat sokongan dari Portugis.
Portugis ketika itu, sudah mempunyai kekuatan yang cukup dengan memiliki
benteng dan kantong kekuatan yang berasal dari pribumi. Tidak hanya Ternate
yang mencoba mengusir Portugis, kerajaan islam lainnya seperti, Aceh dan
Demak juga melakukan aksi. Ini membuat kekuatan Portugis di Ternate
melemah karena juga harus mengantisipasi Aceh dan Demak yang mulai
mengancam Malaka. Portugis pun sulit meminta bantuan yang berakibat
memohon perdamaian dengan Sultan Khairun. Ketika itu Gubernur Portugis,
Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun untuk berunding. Namun,
dengan kelicikannya Portugis malah membunuh Sultan Khairun yang saat itu
datang tanpa pengawal.
Serangan besar itu hanya menyisakan Benteng Sao Paulo, yaitu kediaman
Lopez de Mosquita. Sultan memang sengaja tidak menghancurkannya, karena
ingin melihat De Mosquita menyerah.
Akhirnya, Alvaro pun mulai melunak. Dia bersedia berunding dengan Sultan
Baabullah. Sikap Alvaro ini dihargai oleh Sultan Baabullah. Sultan pun turut
melunak. Namun, meskipun bersikap “lunak” terhadap Portugis di Sao Paulo,
Sultan Baabullah tidak melupakan sumpahnya. Beliau mencabut segala
keputusan Sultan Khairun yang pernah memberikan ruang gerak kepada
misionaris-misionaris Kristen. Dengan keputusan Sultan Baabullah tersebut,
misi Kristen berhasil dihentikan. Tetapi bagi orang Maluku yang masih
memeluk Kristen, tidak dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya. Tidak
hanya itu. Sultan juga mengizinkan agar bahan makanan bisa masuk ke dalam
benteng, namun masih secara terbatas. Namun demikian, Benteng Sao Paulo
terus dalam masa pengepungan hingga seluruh kekuatan Portugis diusir dari
Maluku.